Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN MEDIKAL MEDAH 2

FRAKTUR COMPRESSI LUMBAL

Oleh: Kelompok 8

Chykita Putri Amanda (203110126 )

Priksa Aulia (203110144)

Sofi Alpat Wijaya (203110154 )

Vina Vepbrianty (203110159)

Dosen pembimbing :

Ns. Netti, S.Kep. M.Pd

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TAHUN AJARAN 2022-2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatdan karunia-
Nya.Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah FRAKTUR COMPRESSI LUMBAL
dengan baik.Dalam penyusunan makalah mungkin ada sediki hambatan. Namun berkat
bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doa nya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan dapat mengetahui tentang
FRAKTUR COMPRESSI LUMBAL. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami
harap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Lereng Bukit, 13 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………......ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………..…..1
B. RumusanMasalah……………………………………………………………....2
C. TujuanPenulisan………………………………………………………………..2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep penyakit……………….…………………………………………........3
B. Akepep Pada Pasien Dengan Fraktur Compressi Lumbal..................................9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………15
B. Saran………………………………………………………………………......15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Trauma merupakan keadaan dimana individu mengalami cidera oleh suatu sebab
keran kecelakaan baik lalu lintas, olahraga, industri, jatuh dari pohon, dan penyebab utama
terjadinya fraktur pada medula spinalis/thorako lumbal. Selain itu trauma dapat terjadi karena
tertimpa beban berat atau terjatuh dari ketinggian yang menyebabkan gerakan fleksi yang
hebat, sedangkan kompresi fraktur terjadi kerena hiperektensi. Akibatnya medula spinalis
akan mengalami cidera dan mengakibatkan disfungsi neuromuskuler pada daerah yang
cidera.

Antara usia 35-50% dari seluruh wanita usia di atas 50 tahun setidakknya satu
mengidap fraktur vertebral. Di AS, 700.000 fraktur vertebra terjadi pertahun, tapi hanya
sekitar 1/3 yang diketahui. Dalam urutan kejadian 9.704 wanita usia 68,8 tahun pada studi
selama 15 tahun, didapatkan 324 wanita sudah menderita fraktur vertebral pada saat mulai
dimasukkan kedalam penelitian; 18.2% berkembang pada saat mulai di masukkan ke dalam
penelitian; 18. 2% berkembang menjadi fraktur vetebra, tapi risiko meningkat hingga 41.4%
pada wanita yang sebelumnya telah terjadi fraktur veterbra .

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang
dapat diserap oleh tulang (Carpenitto, 2007). Menurut Samsuhidayat, (2005) fraktur (Burst
fractures) adalah Fraktur yang terjadi ketika ada penekanan copus vertebrais secra langsung,
dan tulang menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi masuk ke kanalis spinais. Terminologi
fraktur ini adalah menyebarnya tepi korpus vertebralis kearah luar yang disebabkan adanya
kecelakaan yang lebih berat dibanding fraktur kompresi. Tepi tulang yang menyebar atau
melebar itu akan memudahkan medulla spinalis untuk cedera dan ada fragmen tulang yang
mengarah ke medulla spinalis dan dapat menekan medulla spinalis dan menyebabkan paralisi
atau ganguan syaraf parsial.

Komplikasi fraktur yang sering terjadi antara lain adalah infeksi, sindrom
kompartemen, atropi, kaontraktur. Sehingga peran perawat dalam hal ini adalah mengatsi
atau mengurangi masalah tersebut dan tidak menambah komplikasi lain seperti penyembuhan
fraktur yang lama (delayed union). Dengan peningkatan nutrisi dan perwatan luka dengan
tekhnik septik dan aseptic.
B. RUMUSAN MASALAH

Dari permasalahan diatas penulis merumukan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep teoritis dari fraktur compressi lumbal


2. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis dari fraktur compressi lumbal
C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui konsep teoritis dan ASKEP dari
fraktur compressi lumbal.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Fraktur Compressi Lumbal


1. Defenisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya ( Brunei dan Suddart, 2013 ).
Fraktur vetebra adalah trauma komressi hebat dapat menyebabkan fraktur dislokasi
dengan rupturnya satu diskus, jika terjadi fraktur kominuta, rupturnya 2 diskus ( Setiati,
Siti, dkk. 2014).
Fraktur vetebra adalah gangguan kontinuitas jaringan tulang yang terjadi jika
tulang dikenai stres yang lebih besar dari diabsorsinya yang terjadi pada ruas-ruas tulang
pinggul karena adanya trauma/benturan yang dapat menyebabkan tulang patah dapat
berupa trauma langsung atau tidak langsung (Mansjoer, 2014).
2. Etiologi

Menurut Sjamsuhidajat 2008, adalah

a. Trauma langsung
Berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur ditempat itu.
Misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah pada
tulang radius dan ulna.
b. Trauma tidak langsung
Bila mana titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
3. Tanda dan gejala
Menurut Mansjoer, Alif (2014) tanda dan gejala fraktur sebagai berikut :
a) Demormitas (perubahan struktur dan bentuk) disebabkan oleh
ketergantungan fungsional otot pada kestabilan otot.
b) Bengkak/penumpukan cairan/darah karena kerusakan pembuluh darah,
berasal dari proses vasodilatasi, eksudasi plasma dan adanya peningkatan
leukosit pada jaringan disekitar tulang.
c) Spasme otot karena tingkat kecacatan, kekakuan otot yang sering
disebabkan karena tulang menekan otot.
d) Nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat
karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur.
e) Kurangnya sensasi yang terjadi karena kesrusakan saraf, dimana saraf dapat
terjepit dan terputus oleh fragmen tulang.
f) Hilangnya atau berkurangnya fungsi normalkarena ketidak stabilan tulang,
nyeri/ spasme otot.

4. Patofisiologi
Trauma yang terjadi pada tulang vetebra lumbal bisa terjadi karena trauma
langsung dan trauma tidak langsung, serta bisa juga terjadi karena proses patologis
misalnya osteoporosis, infeksi/kanker. Akibat dari fraktur lumbal ini adalah bisa
terjadinya kerusakan pembuluh darahdan korteks pada jaringan lunak serta dapat
mengakibatkan penekanan pada fragmen tulang lumbal. Penekanan tersebut akan
menyebabkan kerusakan pada saraf jaringan lunak di medulla spinalis sehingga
menimbulkan nyeri.
Kerusakan pembuluh darah dan korteks pada jaringan lunak akan menyebabkan
adanya peningkatan tekanan yang berlebih dalam satu ruangan sehingga
menimbulkan sindrom kopartemen yang akan menimbulkan nekrosis jaringan, luka
baik terbuka maupun tertutup sehingga dapat menimbulkan resiko infeksi.
Terjadinya fraktur pada lumbal 1 akan menyebabkan terjepitnya semua area
ekstremitas bawah yang menyebar sampai pada bagian belakang sehingga penderita
biasanya akan mengalami hemiparase atau paraplegia. Veterbra lumbal 2
berhubungan dengan daerah ekstremitas bawah, kecuali sepertiga atas aspek interior
paha. Sehingga kerusakan pada veterbra lumbal 2 akan menekan daerah kandung
kemih yang menyebabkan inkontinensia urine. Fraktur pada lumbal 3 akan
menyebabkan terjepitnya ekstremitas bagian bawah dan sadel, sehingga penderita
akan mengalami gangguan bowel. Kerusakan pada lumbal 4 akan mengganggu organ
seks dan genetalia, sehingga akan menyebabkan penurunan libido. Sedangkan
kerusakan pada lumbal 5 akan menyebabkan sendi-sendi tidak dapat digerakan karena
veterbra lumbal 5 berhubungan dengan pergelagan kaki, ekstremitas bawah dan area
sadel (Ross and Wilson, 2011).
5. WOC
6. Komplikasi
1) Komplikasi Awal

a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan
yang terlalu kuat.

c. Fat Embolism Syndrom


Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang
dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.

d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam.
Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan
adanya Volkman’s Ischemia.

f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.

2) Komplikasi Dalam Waktu Lama

a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan
karena penurunan supai darah ke tulang.

b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan.
Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur
yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena
aliran darah yang kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion
dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur lumbal di awali dengan mengatasi nyeri dan
stabilisasi untuk mencegah kerusakan yang lebih parah lagi. Berikut beberapa
penatalaksanaan yang dapat dilakukan :
1) Braces dan ortotics
Fraktur yang sifatnya stabil membutuhkan stabilisasi
2) Pemasangan alat dan proses penyatuan (fusi)
Teknik ini adalah teknik pembedahan yang dipakai untuk fraktur tidak
stabil.
3) Pengelolaan penderita dengan paralisis meliputi hal-hal berikut
a. Pengelolaan kandung kemih
b. Pengelolaan saluran pencernaan
c. Nutrisi dengan diet tinggi protein secara intravena
d. Cegah dekubitus
e. Fisioterapi untuk mencegah kontraktur
4) Penangan cidera dengan gangguan neorologis
Patah tulang belakang dengan neorologis komplit, tindakan pembedahan
terutama ditujukan untuk memudahkan perawatan dengan tujuan supaya
dapat segera di imobilisasikan. Pembedahan dilakukan jika keadaan umum
penderita sudah lebih baik lebih kuran 24-48 jam.
B. Askep pada pasien dengan Fraktur Lumbal
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien fraktur lumbal lebih menekankan pada keluhan utama
 Biodata
Identitas klien, meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada usia muda), jenis
kelamin (kebanyakan laki-laki karena sering mengebut saat mengendarai motor
tanpa pengaman helm), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnose medis.
 Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan 30 ekstremitas,
inkontinensia urine dan inkontinensia alvi, nyeri tekan otot, hiperertesia tepat
diatas daerah trauma, dan deformitas pada daerah trauma (Arif Muttaqin,
2005)
 Keluhan utama saat dikaji
Keluhan yang dikemukakan sampai dibawa ke RS dan masuk ke ruang
perawatan, komponen ini terdiri dari PQRST yaitu:
P : Pengkajian untuk menentukan factor atau eristiwa yang mencetuskan
keluhan nyeri.
Q : pengkajian sifat keluhan (karakter), seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
atau digambarkan pasien.
R : pengkajian untuk menentukan area atau lokasi keluhan nyeri, apakah nyeri
menyebar dan aoakah menjalar ke area lain.
S : pengkajian nyeri dengan menilai skala nyeri pasien dengan nilai 0-10
T : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada siang
hari atau malam hari
 Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit degenerative pada tulang belakang, seperti
osteoporosis dan osteoarthritis yang memungkinkan terjadinya kelainan pada
tulang belakang. Penyakit lainnya, seperti hipertensi, riwayat cedera tulang
belakang sebelumya, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, pengunaan
obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan obat-obat adiktif erlu
ditanyakan agar pengkajian lebih komprehensif.
 Riwayat kesehatan keluarga
 Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Kondisi klien yang mengalami cedera tulang belakang tidak mengalami
penurunan kesadaran. Tanda-tanda vital mengalami perubahan seperti bradikardia,
hipotensi, dan tanda-tanda syok neurogenic, terutama trauma servikal dan thoraks
bagian atas.
 Pemeriksaan fisik
 System pernafasan
 System Kardiovaskuler
 System pencernaan
 System neuromuskuler
- tingkat kesadaran
- pemeriksaan fungsi serebral
- pemeriksaan khusus pada tulang belakan
- pemeriksaan refleks
- pemeriksaan sensorik
 System perkemihan
 System integument
 System musculoskeletal
 Data psikologi
 Body image
Persepsi atau perasaan tentang penampilan dia harus berperilaku berdasarkan
standar, tujuan, atau nilai pribadi
 Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan
standar, tujuan, atau nilai pribadi.
 Identitas diri
Kesadaran akan diri sendiri yang sumber dari observasi dan penilaian diri
sendiri.
 Peran diri
Perilaku yang diharapkan secara social yang berhubungan dengan fungsi
individu pada berbagai kelompok
 Data sosial dan budaya
Pada aspek ini perlu dikaji pola komunikasi dan ineraksi interpersonal, gaya
hidup, factor sosio kultur serta keadaan lingkungan sekitar dan ruah.
 Data spiritual
Mengenai keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penerimaan terhadap
penyakitnya, keyakinan akan kesembuhan dan pelaksanaan sebelum atau
selama dirawat.
 Analisa data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengambilan daya piker
dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman, dan pengertian tentang substansi ilmu keperawatan dan rproses
penyakit. (Muttaqin, 2014).

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon manusia terhadap
gangguan atau proses kehidupan, atau kerentanan respon dari seorang individu,
kelompok atau komunitas.
Berikut ini diagnose yang mungkin muncul pada fraktur lumbal menurut (Brruner
dan Sudarth, 2002)
 Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan.
 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neurovaskuler, nyeri/ketidaknyamanan.
 Gangguan eliminasi alvi berhubungan dengan gangguan persyarafan pada usus
dan rectum.
 Gangguan integritas berhubungan dengan tirah baring yang lama.
 Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan saraf
perkemihan.

3. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan (Bruner dan Sudarth, 2002).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien mampu mengontrol nyeri.

Dengan kriteria:

Diharapkan klien dapat melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, mengikuti program
pengobatan yang diberikan, menunjukan penggunaan teknik relaksasi.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka


neurovaskuler:nyeri/ketidaknyamanan

Tujuan : Gangguan mobilitas fisik tidak terjadi

Dengan kriteria :

Dengan ditegakan diagnose diatas diharapkan klien dapat mengungkapkan pemahaman


tentang situasi atau factor resiko dan aturan pengobatan individu, mendemonstrasikan teknik
atau perilaku yang mungkin, mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi
bagian tubuh yang sakit atau kompersasi

c. Gangguan eliminasi alvi berhubungan dengan gangguan persyarafan pada usus dan rectum.

Tujuan : pasien tidak mengalami eliminasi alvi atau konstipasi.

Kriteria hasil :

Pasien bisa BAB secara teratur sehari 1 kali

d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama

Tujuan : Tidak terjadi integritas kulit selama perawatan

Dengan kriteria :

Tidak terdapat decubitus, kulit kering.


e. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan kelumpuhan saraf perkemihan.

Tujuan : Pola eliminasi kembali normal selama perawatan.

Kriteria hasil :

Produksi urin 500cc/jam, keluhan eliminasi urine tidak ada

4. Implementasi

Implemenasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang


telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi , pendidikan

untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai
dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),
kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan
proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, factor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi (Setiadi, 2012).

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana keperawatan oleh perawat dan


klien. Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan (Dermawan, 2012). Dalam melaksanakan
implementasi terdapat beberapa pedoman menurut (Dermawan, 2012) diantaranya :

1. Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan

setelah memvalidasi rencana.

2. Keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknis dilakukan

dengan kompeten dan efisien di lingkungan yang sesuai.

3. Keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi.


4. Dokumentasi tindakan dan respon klien dicantumkan dalam catatan perawatan kesehatan
dan rencana asuhan

5. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya (Setiadi,
2012). Tujuan evaluasi menurut Asmadi (2009) adalah sebagai berikut:

a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.

b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.45

c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.

Menurut Asmadi (2009) macam-macam evaluasi dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan
rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Peruusan evaluasi formatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (perbandingan data dengan teori) dan perencanaan.

2. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses
keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor
kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan,
yaitu:

a. Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.46

b. Tujuan tercapai sebagaian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien
menunjukan perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.

c. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukan sedikit perubahan dan tidak ada
kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang
dapat diserap oleh tulang (Carpenitto, 2007). Menurut Samsuhidayat, (2005) fraktur
(Burst fractures) adalah Fraktur yang terjadi ketika ada penekanan copus vertebrais secra
langsung, dan tulang menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi masuk ke kanalis
spinais. Terminologi fraktur ini adalah menyebarnya tepi korpus vertebralis kearah luar
yang disebabkan adanya kecelakaan yang lebih berat dibanding fraktur kompresi. Tepi
tulang yang menyebar atau melebar itu akan memudahkan medulla spinalis untuk cedera
dan ada fragmen tulang yang mengarah ke medulla spinalis dan dapat menekan medulla
spinalis dan menyebabkan paralisi atau ganguan syaraf parsial

B. SARAN
Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan agar pembaca dapat
memahami tentang gejala, penyebab fraktur sehingga dapat membuat kita lebih hati-hati
dalam bekerja ataupun melakukan aktifitas sehari-hari serta dapat membantu pasien
fraktur .
DAFTAR PUSTAKA

Priyanti, Desi. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Compressi Lumbal (2015).
Flakultas Ilmu Kesehatan UMP.
Ridwan. Asuhan keperawatan pada klien fraktur lumbal (2020) fakultas keperawatan
universitas bhakti kencana bandung

Anda mungkin juga menyukai