Anda di halaman 1dari 7

RATIH

1710843007

Program Pasca Sarjana


Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Andalas

KEBIJAKAN DAN APLIKASI


“Analisis Proses Perumusan Kebijakan”

Soal :
Analisis Perda Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Adaptasi Kebiasaan Baru dalam
Pencegahan dan Pengendaliaan Corona Virus Disease 2019 dan jelaskan proses perumusan
kebijakan publiknya, mulai dari menentukan masalah, mendefinisikan masalah, hingga perda
tersebut terbentuk saat ini.

Jawaban :
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Adaptasi Kebiasaan Baru dalam
Pencegahan dan Pengendaliaan Corona Virus Disease 2019 merupakan Perda pertama yang
sahkan di Indonesia mengenai Adap Kebiasaan Baru. Peraturan Daerah ini disahkan oleh
DPRPD Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 11 September 2020. Dalam menerapkan
PERDA ini, Pemerintah Daerah akan dibantu oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) PP
dari tingkat provinsi sampai tingkat kabupaten kota. Satpol PP juga akan dibantu oleh TNI
dan Polri untuk sama-sama menegakkan perda ini. Sebelum Perda ini diterapkan, akan
dilakukan sosialisasi kepada masyarakat selama 7 hari.
Satpol PP akan membentuk tim yang melibatkan TNI dan Polri untuk melakukan
sosialisasi penegakkan aturan ini. Dalam Perda yang disahkan oleh DPRD Sumbar berisi
aturan sanksi denda dan sanksi kurungan bagi pelanggar protokol kesehatan.
Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bampemperda) Sumbar Hidayat menyebut
Perda dibuat untuk menciptakan kesadaran masyarakat menaati protokol kesehatan.

"Intinya adalah dengan perda ini mewujudkan kesadaran bersama, saling


menjaga, berdisiplin dan bergotong royong dalam menerapkan protokol
kesehatan Covid-19," ucap Hidayat.

Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, dapat saya tarik kesimpulan bahwa


Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Adaptasi Kebiasaan Baru dalam
Pencegahan dan Pengendaliaan Corona Virus Disease 2019 merupakan kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebagai bentuk respon dari kebijakan-kebijakan yang
selama ini tidak berhasil dilaksanakan dalam penanganan COVID-19 di Indonesia khusunya
di Sumatera Barat.
Perumusan kebijakan merupakan salah satu tahap penting dalam pembentukan
kebijakan publik. Perumusan kebijakan menyangkut upaya menjawab pertanyaan bagaimana
alternative disepakati untuk masalah-masalah yang dikembangkan dan siapa yang
berpartisipasi merupakan proses yang secara spesifik ditujukan untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan khusus. Untuk itu kita perlu melihat proses kebijakan yang terjadi
dalam pembentukan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Adaptasi Kebiasaan
Baru dalam Pencegahan dan Pengendaliaan Corona Virus Disease 2019. Proses perumusan
kebijakan terdiri dari 4 tahap, yaitu
1. Perumusan Masalah Kebijakan
2. Agenda Kebijakan
3. Pemilihan Alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah
4. Penetapan kebijakan
Berdasarkan 4 tahap tersebut, maka dapat dianalisis proses perumusan Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Pencegahan dan
Pengendaliaan Corona Virus Disease 2019 sebagai berikut:
1. Perumusan Masalah Kebijakan
Pada prinsipnya, walaupun suatu peristiwa, keadaan, dan situasitertentu dapat
menimbulakan satu atau beberapa masalah, agar hal itu menjadi masalah publik tidak hanya
bergantung kepada dimensi objektifnya, tetapi juga secara subjektif, baik oleh masyarakat
maupun para pembuat keputusan, dipandang sebagai suatu masalah yang patut dipecahkan
atau dicarikan jalan keluarnya. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh setiap
pembuatan kebijakan adalah membuat perumusan yang jelas terhadap masalah tersebut.
Kegiatan ini merupakan upaya untuk menentukan identitas masalah kebijakan dengan
terlebih dahulu mengerti dan memahami sifat dari masalah tersebut sehingga akan
mempermudah dalam menentukan sifat proses perumusan kebijakan.
Mengenali dan merumuskan masalah merupakan langkah yang paling fundemental
dalam perumusan kebijakan. Terwujudnya Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2020 Tentang
Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Pencegahan dan Pengendaliaan Corona Virus Disease 2019,
tidak terlepas dari permasalahan-permasalah terkait kebijakan-kebijakan yang tekah berlaku
di Sumatera Barat Khususnya mengenai penanganan cocid-19. Jika kita lihat dari kebijakan-
kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Gubernur Sumatera Barat sebagai orang yang memiliki
wewenang dalam mengambil keputusan di tingkat provinsi. Pada tanggal 22 April 2020
Gubernur Sumatera Barat pertama kali menerapkan kebijakan berupa PSBB serta larangan
perantau untuk memasuki wilayah Sumatera Barat. Dalam membuat kebijakan, dimulai dari
tahap formulasi kebijakan, implementasi kebijakan, serta tahap evaluasi kebijakan tentunya
kebijakan yang dibuat sesuai dengan pendekatan-pendekatan dalam studi kebijakan.
Kebijakan PSBB dan larangan perantau bertujuan agar percepatan kasus corona di Sumatera
Barat tidak mengalami peningkatan, mengingat Sumatera Barat merupakan daerah yang
paling banyak memiliki perantau. Akan tetapi setelah PSBB diberlakukan berdampak kepada
kehancuran perekonomian dimana kebijakan PSSB yang diambil berimplikasi pada
pembatasan operasional pelaku usaha dan pengurangan penghasilan pekerja. Melihat dampak
yang dihasilkan dengan adanya PSBB, Provinsi Sumatera Barat mengeluarkan kebijakan baru
yaitu Konsep Tatanan Normal Baru Produktif dan Aman pada tanggal 08 juni 2020.
Diterapkannya kebijakan new normal merupakan salahsatu cara untuk meningkatkan
kembali perekonomian masyarakat yang selama ini menurun dikarenakan PSBB. Kebijakan
yang dibuat juga didasarkan kepada pendekatan kebijakan psikologis yang dialami oleh
masyarakat yang juga dirasakan oleh pemerintah. Akan tetapi kebijakan new normal yang
berjalan sesuai dengan time period yang telah ditentukan dalam melaksankan kebijakan juga
tidak berjalan sesuai dengan tujuan, hal ini ditandai dengan peningkatan kembali kasus
corona di Sumatera Barat saat ini. Tentunya ini menandakan bahwa ada yang salah dalam
siklus kebijakan yang dialakukan, baik itu pada perumusan kebijakan, implementasi
kebijakan, maupun evaluasi kebijakan. Evaluasi kebijakan yang telah dilakukan dimulai dari
diterapkannya kebijakan PSBB sampai kebijakan new normal ini, seharusnya pemerintah
dapat mengambil sebuah keputusan apa yang harus dilaksanakan, mengingat setiap kebijakan
yang dibuat pasti akan memiliki kekurangan masing-masingnya. Dari Permasalahan-
permasalah atas evaluasi kebijakan yang telah berlaku, dapat disimpulkan dalam beberap
poin berikut ini, yaitu sebagai berikut:
1) Masyarakat tidak merasa jera, karena tidak ada sanksi tegas yang berlaku.
2) Di bidang pendidikan, pelaksanaan secara virtual dalam beberapa tempat sulit
diterapkan karena sinyal yang tidak memungkinkan.
3) Dengan adanya kebijakan mengenai new normal, masih banyak cafe yang buka
tidak mengikuti protokol kesehatan, begitu juga dengan tempat hiburan lainnya.
4) Pemerintah tidak memberikan bantuan yang merata kepada masyarakat, sehingga
banyak masyarakat yang tidak bisa makan.
5) Ditutupnya tempat olahraga, dan dibukanya tempat hiburan, membuat masyarakat
terlena, dan tidak dapat melakukan olahraga yang memerlukan keahlian khusus.
6) Rendahnya tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menjaga diri dalam
menghadapin covid-19.
7) Kurangnya penjelasan menganai aturan-aturan yang berlaku pada kebijakan
sebelumnya, sehingga masyarakat merasa kebingungan.
8) Tingginya angka covid-19 di Sumater Barat, khususnya pada dengan orang tanpa
gejala.
9) Banyaknya pengangguran.
2. Agenda Kebijakan
Pada dasaranya tidak semua maslaah publik kan masuk ke dalam agenda kebijakan.
Adapun masalah-masalah tersebut saling berkompetisi anatara satu dengan yang lain. Hanya
masalah teretentu yang pada akhirnya masuk ke dalam agenda kebijakan. Salah Satu syarat
agar suatu masalah masuk ke dalam agenda kebijakan dalam masalah tersebut mempunyai
dampak yang besar bagi masyarakat dan membutuhkan penanganan yang harus segera
dilakukan. Melihat banyaknya masalah dalam menerapkan kebijakan yang sebelumnya telah
ditetapkan, maka sudah selayaknya mendapat perhatian dari gubernur Provinsi Sumatera
Barat, karena jika tidak diatasi dengan cepat, maka angka coid-19 di Sumbar akan selalu
meningkat.
Menurut Anderson (1966:57-59) menyebutkan bebrapa faktor yang dapat
menyebabkan masalah umum dapat masuk agenda pemerintah yaitu sebagai berikut:
1. Apabila terjadi ancaman terhadap keseimbangan antar kelompok, yiatu ketika
kelompok-kelompok tersebut mengadakan reaksi dan menuntut tindakan
pemerintah untuk mengambil prakarsa guna mengatasi ketidakseimbangan.
2. Kepemimpinan politik dapat pula menjadi suatu faktor yang penting dalam
penyusunan agenda pemerintah, ketika para pemimpin politik didorong atas
pertimbangan keuntungan politik atau terlbatnya untuk memperhatikan problem
publik, menyebarluaskan, dan mengusulkan usaha pemecahannya.
3. Timbulnya krisis atau peristiwa yang luar biasa dan mendapatkan perhatian besar
dari masyarakat sehingga memaksa para pembuat keputusan untuk
memperhatikan secara seksama terhadap peristiwa atau krisis tersebut dengan
memasukkan agenda pemerintah.
4. Adanya gerakan protes
5. Masalah-masalah khusus atau isu-isu politis yang timbul dalam masyarakat
sehingga menarik peerhatian media masa dan menjadikannya sorotan.
Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Dunn pada tahapan agenda kebijakan,
bahwa pada fase ini pemerintah berupaya menyusun sejumlah agenda penting yang perlu
dibahas dan selanjutnya dijadikan materi pokok perumusan kebijakan publik. Dikarenakan
permasalah-permasalahan yang telah terjadi, jika saya berpendapat, bahwa saat ini gubernut
telah memprioritaskan penanganan covid menjadi agenda kebijakan yang utama dengan
ditandai telah banyakanya kebijakan yang dikeluarkan. Kebijakan yang dikeluarkan dapat
berupa pada bidang pendidikan, ekonomi, maupun budaya. Untuk itu Pemerintah Daerah
perlu mengeluarkan kebijakan khusus di daerahnya, mengingat permasalah setiapa daerah-
daerah berbeda. Kebijakan yang dikeluarkannya, juga akan ditetapkan sanksi terhadap
pelanggaran kebijakan, mengingat kebijakan yang sebelumnya dibuat tidak terdapat sanksi
tegas.

3. Pemilihan Alternatif Kebijakan Untuk Memecahkan Masalah


Pada tahap ketiga ini, merupakan kegiatan menyusun dan mengembangkan
serangkaian tindakan yang perlu untuk memecahkan masalah. Setelah perumusan masalah
dan penyusunan agenda selesai dilaksanakan, maka selanjutnya dilakukan pemilihan
alternatif kebijakan untuk memcahkan masalah penanganan covid19 di Sumatera Barat.
Alternatif untuk memecahakan maslaah yaitu dengan tetap melakukan kegiatan yang tetap
produktif namun tetap kondusif. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Gubernur
Sumatera Barat, bahwa Beberapa hari belakangan terjadi peningkatan kasus positif Covid-19 di
provinsi itu. Walaupun meningkat, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak mungkin
diterapkan lagi mengingat perekonomian yang melemah dan banyaknya pengangguran.

"Walaupun ditengah pandemi masyatakat tetap produktif, tapi aman akan


COVID-19 syaratnya selalu patuhi protokol kesehatan ketika hendak keluar
rumah. Pandemi bisa kita rem, produktivitas harus kita gas," ujarnya

Alternatif yang dipilih, didasarkan kepada hasil wawancara tersebut, dimana


masyarakat tetap dianjurkan untuk berproduktiftas, akan tetapi terdapat sanksi yang tegas
dalam pelaksanaannya. Kebijakan yang akan ditetapkan terfokus dalam beberapa hal yaitu :

a) Penanganan menganai masyarakat yang positif.

Untuk penanganan kasusu yang positif, maka mengenai isolasi ada beberapa
jenis, yiatu yang pertama isolasi mandiri, isolasi karantina, dan isolasi yang
dibuat oleh masyarakat. Berdasarkan hal ini, akan ada bebapa pasal serta
poin-poin yang lebih rinci mengatur menganai isolasi tersebut.

b) Penanganan terhadap masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan

Bagi pelanggar perda yang akan disahkan, pemerintah membuat


alternatif dengan mengeluarkan sanksi hukum berupa kurungan ataupun
dikenakan sanksi denda bagi pelaku yang melanggar protokol kesehatan.
Diharapkan dengan dikeluarkannya peraturan yang menjadi laternatif
kebijakan ini, dapat meningkatkan kedisipilnan masyarakat dalam
melaksanakan protokol kesehatan.

c) Melakukan Koordinasi.

Berkoordinasi dengan instansi, serta pemerintah daerah/kota di Sumater Bart


dalam penerpan kebijakan yang akan dibuat. Serta melibatkan polisi dan satpol
PP. Mengingat komunikasi dan koordinasi yang jelas merupakan kunci dalam
menerapkan setiap kebijakan.
4. Penetapan Kebijakan
Pada tahapan yang terakhir dalam proses formulasi kebijakan sesuai dengan teori
formulasi Wiliam Dunn adalah mengenai penetapan ataupun pengesahan kebijakan.
Tahapan penetapan dan pengesahan kebijakn perlu dilakukan agar suatu kebijakan yang
telah dipilih pada tahap sebelumnya pemilihan alternatif kebijakan, nantinya mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat dan tidak dapat diganggu gugat serta sesuai dengan proses
peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Setelah melalui perjalanan panjang, dengan
melakukan kegiatan rapat bersama bidang-bidang terkait, dan menunggu setelah 10 hari
gubernur sumater barat memberikan nota pengantarnya, DPRP Provinsi Sumatera Barat
mengesahkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Adaptasi Kebiasaan Baru
dalam Pencegahan dan Pengendaliaan Corona Virus Disease 2019 merupakan Perda pertama
yang sahkan di Indonesia mengenai Adap Kebiasaan Baru pada tanggal 11 September 2020.
Perda yang telah disahkan terdiri dari 10 bab dan 117 pasal yang mengatur ketentuan
dalam kondisi normal baru di Sumbar. Pada Pasal 106 diatur, bagi orang yang tidak
menggunakan masker diancam pidana kurungan selama 2 hari atau denda Rp250.000.
Sementara untuk penanggungjawab instansi atau lainnya yang melanggar protokol kesehatan
diancam pidana kurungan maksimal satu bula atau denda 15 juta. Gubernur Sumatera Bart
menilai pembentukan perda ini dinilai tercepat salam beliau menjabat, hal tersebut juga
didorong atas perlunya penanganan cepat dalam mengendalikan angka kenaikan covid-19 di
Sumatera Barat. Setelah perda disahkan, setiap kepala daerah kota/kabupaten melakukan
rpat koordinasi kembali, dan juga pemerintah daerah melakukan sosialisasi kepada
masyarakat selama 7 hari.

Referensi
Agustino, Leo. Agustino, Leo. 2016. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta
Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung: CV. Pustaka Setia
Bintari, Antik. 2016. Formulasi Kebijaka Pemerintahan Tentang Pembentukan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas (PT) Mass Rapid Trnasit (MRT) Jakarta di
Provinisi DKI Jakarta. Jurnal Ilmu Pemrintahan . 2(2)
https://www.pariamankota.go.id/berita/pemko-pariaman-gelar-rapat-bersama-forkopimda-
bahas-penerapan-perda-akb-dan-perwako-tatanan-normal-baru-produktif-dan-aman-
covid-19
https://republika.co.id/berita/qgi3hj423/sumbar-sosialisasikan-perda-kebiasaan-baru-selama-
7-hari
https://padang.tribunnews.com/2020/09/11/sumatera-barat-punya-perda-adaptasi-kebiasaan-
baru-perda-pertama-di-indonesia-yang-disahkan?page=4
prints.undip.ac.id/771/1/MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf

Anda mungkin juga menyukai