Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

KEKURANGAN KALORI PROTEIN (KKP) PADA ANAK

OLEH :

NAMA: MUTHIARA ANDINI


NIM: 201901021
2A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
2021

1
KONSEP DASAR PENYAKIT
1) Definisi
Nama internasional KKP yaitu Calori Protien Malnutrition atau CPM
adalah suatu penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat,
disebut juga Protien Energi Malnutrisi (PEM). Kekurangan kalori protein
adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat masukan
makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang
dalam waktu yang cukup lama.
WHO mendefinisikan Gizi buruk adalah kekurangan kalori-protein
(KKP) sebagai ketidakseimbangan seluler antara intake kalori dengan
kebutuhan tubuh yang diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan
fungsi-fungsi spesifik (Blossner, 2005).
Kwasiorkor dan marasmus merupakan dua tipe dari malnutrisi/gizi
buruk. Perbedaan yang jelas dari kedua kondisi KKP ini adalah pada
kwashiorkor didapatkan edema, sedangkan pada marasmus tidak didapatkan
edema, marasmus terjadi berhubungan dengan tidak adekuatnya intake kalori
dan protein, sedangkan pada kwashiorkor intake kalori normal tetapi asupan
protein tidak adekuat. Pada studi, kondisi marasmus dihubungkan dengan
adaptasi terhadap kelaparan, sedangkan pada kwashiorkor merupakan
gangguan adaptasi terhadap kelaparan (shashidhar, 2009).
Jadi kesimpulannya, Malnutrisi adalah kekurangan asupan baik itu
kalori maupun protein sehingga kebutuhan nutrisi dalam tubuh tidak terpenuhi
serta dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat dan fungsi-fungsi tubuh
menjadi tidak berrfungsi dengan baik dan jika tidak ditangani maka akan
berdampak buruk sampai ke kematian.

2) Etiologi
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup
serta kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan

2
orangtua-anak terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi
congenital. Pada bayi dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI
dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.

Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor, yang


paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena
bagaimana pun KKP tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyatterpenuhi.
Berikut beberapa faktor penyebabnya:
1. Faktor sosial
Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya makana bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga
banyak balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi seimbang
hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu, hidup di
negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan
politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan berlangsung turun-temurun dapat menjad hal
yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor
2. Kemiskinan
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit
ini di negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat
menyababkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun sering kali
tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapatmencukupi kebutuhan
proteinnya.
3. Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan
bertambahnya ketersedian bahan pangan akan menyebabkan krisis
pangan. Ini pun menjadi penyebab munculnya penyakit KKP
4. Infeksi
Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara
infeksi dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh
pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin
memperlemah daya tahan tubuh yang pada gilirannya akan

3
mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindakan pencegahan
otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari.

Misalnya, ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat


untuk dapat membelibahan pangan, dan pentingnya sosialisasi
makanan bergizi bagi balita serta faktor infeksi dan penyakit lain.
5. Pola Makanan
Pola makan seperti, Protein (asam amino) adalah zat yang sangat
dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake
makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein atau asam amino yang memadai. Bayi yang
masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI)
yang diberikan ibunya. Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI
protein dari suber-sumberlain (susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai
keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadinya
kwashiorkor terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti
ASI.
6. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola
pengasuhan balita. Para ibu kurang mengerti makanan apa saja yang
seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak mereka.
7. Kurangnya Pelayanan Kesehatan
Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi
yang merupakan bagian dari system imun mempengaruhi tingkat
kesehatan bayi dan anak-anak

3) Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan
kalori,protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan
kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup
dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh

4
untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankankehidupan, karbohidrat
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuantubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat
sedikit, sehingga setelah 25 jamsudah dapat terjadi kekurangan
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar
dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak,
gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan
keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan
menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein
lagi seteah kira -kira kehilangan separuh dari tubuh

4) Manifestasi Klinis
Gejala dari KKP menurut (Nelson, 2000) adalah:
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Abdomen dapat kembung dan datar, BB menurun
3. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni,
4. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat,
5. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
6. Ubun-ubun cekung pada bayi
Gjeala KKP Menurut Derjat Keparahan adalah :
1. KKP Ringan :
a. Pertumbuhan linear terganggu
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun
d. Maturasi tulang terlambat
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
f. Anemia ringan atau pucat
g. Aktifitas berkurang
h. Kelainan kulit (kering, kusam)

5
i. Rambut kemerahan
2. KKP Berat :
a. Gangguan pertumbuhan
b. Mudah sakit
c. Kurang cerdas
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian
Gejala dari KKP menurut (Nelson, 2000) adalah:
Badan kurus kering tampak seperti orangtua, Abdomen dapat kembung
dan datar. BB me nurun, Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni,
Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, Kulit keriput (turgor
kulit jelek), Ubun-ubun cekung pada bayi

5) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium menurut (Nelson, 2000).
a. Pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia ringan sampai sedang,
umumnya berupa anemia hipokronik atau normokromik.
b. Pada uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah,
trigliserida normal, dan kolesterol normal atau merendah.
c. Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau
menurun.

d. Kadar gula darah umumnya rendah.


e. Asam lemak bebas normal atau meninggi.
f. Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
g. Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan
dapat normal, merendah maupun meninggi.
h. Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin
meningkat dan indeks hidroksiprolin menurun.
i. Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang
dijumpai dengan kasus perlemakan berat.
j. Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
k. Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.

6
l. Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amilase,
esterase, kolin esterase, transaminase dan fosfatase alkali. Aktifitas
enzim pankreas dan xantin oksidase berkurang.
m. Defisiensi asam folat, protein, besi.
n. Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim
pembentuk asam amino meningkat.
2. Pemeriksaan Radiologik menurut (Nelson, 2000).
Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis
ringan.

6) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kurang kalori protein (Suriand & Rita Yuliani, 2001)
1. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3. Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic

Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin (Arief


Mansjoer, 2000):

1. Atasi atau cegah hipoglikemi


Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat
celciul suhu rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang
lebih sering penting untuk mencegah kedua kondisi tersebut. Bila
kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan :
a. 50 mlbolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula
dalam 5 adm air) secara oral atau sonde / pipa nasogastrik
b. Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam
(setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)
c. Berikan antibiotik d. Secepatnya berikan makanan setiap 2 jam, siang
dan malam(Arief Mansjoer, 2000).

7
2. Atasi atau Cegah Hipotermi
Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius :
a. Segera berikan makanan cair / formula khusus (mulai dengan
rehidrasi bilaperlu).
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup
kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol
air panas) atau peluk anak di dasa ibu, selimuti.
c. Berikan antibiotic.
d. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5 derajat celcius(Arief
Mansjoer, 2000).
3. Atasi atau Cegah Dehudrasi
Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali
keadaan syok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan hati –hati,
tetesan pelan –pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung.
Gunakan larutan garam khusus yaitu resomal (rehydration Solution
formalnutrition atau pengantinya) (Arief Mansjoer, 2000).

7) Komplikasi

1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada


penglihatan (membantu regenerasi visual purple bila mata terkena
cahaya). Jika tidak segera teratasi ini akan berlanjut menjadi
keratomalasia (menjadi buta) (Nelson, 2000).
2. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis. Tiamin berfungsi
sebagai ko-enzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin
B1 menyebabkan penyakit beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf,
mental dan jantung (Nelson, 2000).
3. Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin
berfungsi sebagai ko-enzim pernapasan. Kekurangan vitamin B2
menyebabkan stomatitis angularis (retak-retak pada sudut mulut, glositis,
kelainan kulit dan mata (Nelson, 2000).
4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf (Nelson, 2000).

8
5. Defisiensi Vitamin B12 Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam
faktor ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia
pernisiosa (Nelson, 2000).
6. Defisit Asam Folat Menyebabkan timbulnya anemia makrositik,
megaloblastik, granulositopenia, trombositopenia (Nelson, 2000).
7. Defisiensi Vitamin C Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu
integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan
jaringan kolagen oleh fibroblas karena merupakan bagian dalam
pembentukan zat intersel, pada proses pematangan eritrosit,
pembentukan tulang dan dentin (Nelson, 2000).
8. Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi,
Yodium Kekurangan yodium dapat menyebabkan gondok (goiter)
yang dapat merugikan tumbuh kembang anak.
9. Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia
10. Noma sebagai komplikasi pada KEP berat Noma atau stomatitis
merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga
dapat menembus pipi, bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya tahan
tubuh sedang menurun. Bau busuk yang khas merupakan tanda khas
pada gejala ini (Nelson, 2000).

9
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
“GIZI BURUK”

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, identitas orang tua atau
penanggung jawab dan pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah
sakit, diagnosa medis dan bagaimana keadaan social dan ekonomi anak
dan orangtua.
2. Keluhan utama
Dalam kasus KKP masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada
umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang
dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan
sekarang seperti bagaiman keadaan gizi anak, riwayat kesehatan
dahulu(faktor pendukung terjadinya KKP misalnya kekurnagan protein)
dan keluarga(faktor genetik).
4. Pemeriksaan fisik
Pada pemereksian fisik ada beberapa yang harus di perhatikan yang
pertama :
a. Kaji tanda-tanda vital.
b. Kaji perubahan status mental anak, apakah anak nampak cengeng
atau apatis.
c. Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal, untuk menentukan
kerusakan fungsi hati, pankreas dan usus.

10
d. Menilai secara berkelanjutan adanya perubahan warna rambut
dan keelastisan kulit dan membran mukosa.
e. Pengamatan pada output urine.
f. Penilaian keperawatan secara berkelanjutan pada proses
perkembangan anak.
g. Kaji perubahan pola eliminasi. Gejala : diare, perubahan
frekuensi BAB. Tanda : lemas, konsistensi BAB cair.
h. Kaji secara berkelanjutan asupan makanan tiap hari. Gejala : mual,
muntahdan tanda : penurunan berat badan.
i. Pengkajian pergerakan anggota gerak/aktivitas anak dengan
mengamati tingkah laku anak melalui rangsangan.
5. Pengkajian fukus pada anak KKP
Pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan
atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan
adalah:
a. Penurunan ukuran antropometri
b. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut)
c. Gambaran wajah sepe
d. Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak,
ronchi,retraksi otot intercostal)
e. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat
meningkat bila terjadi diare.
f. Edema tungkai
g. Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisikdan adanya crazy
pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering
tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat
paha)

Data subjektif & Data objektif

11
Data Subjektif (DS): Data Objektif (DO):
a) Orang tua pasien mengatakan anak
mempunyai keluhan kuramgng 1. Pasien G terlihat kurus dan lemas.
nafsu maakan.

2. Pasien G tampak sedang memakai


selang NGT (Alat bantu menyuplai
makanan dan minuman)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak
adekuat.
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein
yang tidak adekuat.
3. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan
kebutuhan nutrisi

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare.
Tujuan: Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi.
Kriteria: Keluarga pasien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi
yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan
pengolahan makanan sehat seimbang.
Intervennsi:
Intervensi Rasional
a) Jelaskan kepada keluarga
tentang penyebab malnutrisi, a) Meningkatkan pemahaman
kebutuhan nutrisi keluarga tentang penyebab dan
pemulihan, susunan menu kebutuhan nutrisi untuk
dan pengolahan makanan pemulihan klien sehingga dapat
sehat meneruskan upaya
b) Tunjukkan cara pemberian meseimbangan.
makanan per sonde, beri b) Meningkatkan partisipasi
kesempatan keluarga untuk keluarga dalam pemenuhan
melakukannya sendiri. kebutuhan nutrisi klien,
c) Laksanakan pemberian mempertegas peran keluarga
roborans sesuai program dalam upaya pemulihan status
terapi. nutrisi klien.
d) Timbang berat badan, ukur c) Roborans meningkatkan nafsu
lingkar lengan atas dan tebal makan, proses absorbsi dan
lipatan kulit setiap pagi. memenuhi defisit yang

12
menyertai keadaan malnutrisi.

2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein


yang tidak adekuat.
Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai
standar usia.
Kriteria: Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Intervensi:
Intervennsi: Rasional::
a) Ajarkan kepada orang tua tentang a) Meningkatkan pengetahuan
standar pertumbuhan fisik dan keluarga tentang keterlambatan
tugastugas perkembangan sesuai pertumbuhan dan perkembanga
usia anak. anak.
b) Lakukan pemberian makanan/ b) Diet khusus untuk pemulihan
minuman sesuai program terapi malnutrisi diprogramkan secara
diet pemulihan bertahap sesuai dengan kebutuhan
c) Lakukan pengukuran antropo- anak dan kemampuan toleransi
metrik secara berkala. sistem pencernaan
d) Lakukan stimulasi tingkat c) Menilai perkembangan masalah
perkembangan sesuai dengan usia klien.
klien. d) Stimulasi diperlukan untuk
mengejar keterlambatan
perkembangan anak dalam aspek
motorik, bahasa dan
personal/sosial.

3. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan


kebutuhan nutrisi.
Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah.
Kriteria hasil:
1) Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan
2) Dapat mengulangi isi penyuluhan
3) Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di
rumah.
Intervensi:

Intervensi: Rasional:

13
1) Tentukan tingkat pengetahuan dan 1) Agar proses pembelajaran berjalan
kesiapan untuk belajar. dengan efektif
2) jelaskan tentang nama penyakit 2) Meningkatkan pengetahuan dan
anak, penyebab penyakit, akibat pemahaman orang tua tentang
yang ditimbulkan, dan pengobatan penyakit anak.
yang dilakukan. 3) Membantu memulihkan kondsi
3) Jelaskan tentang pengertian nutrisi anak
dan pentingnya pola makan yang 4) Dapat membantu mempertahankan
betul untuk anak sesuai umurnya, status gizi anak dengan
dan bahan makanan yang banyak pengetahuan yang ada.
mengandung vitamin terutama
banyak mengandung protein.
4) Anjurkan keluarga untuk
membawa anak kontrol di poli gizi
setelah pulang dari rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

NANDA Internasional. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi


2018-2020. Jakarta: EGC.

Nelson, W. E, ed. 2000. Ilmu kesehatan Anak, Volume 2 Edisi 15.Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta: Mediaction.

Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.

14

Anda mungkin juga menyukai