Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

STUDI AL QUR’AN
AMTSAL, AQSAM DAN JADAL AL QUR’AN
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok sebagai materi presentasi pada Mata
Kuliah Studi Al-Qur’an

Disusun oleh:

Ai Imas
Tatang
Muhamad Sahal Muharram (202110079)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS GARUT
GARUT
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirohhim,

Rasa syukur yang tiada hentinya kita ucapkan kepada Allah SWT, yang Maha

Kuasa dan Maha Berkehendak. Kepada-Nya juga kita sampaikan pujian atas keleluasaan

ilmu dan pikiran hingga mampu memahami sebagian dari ilmu-Nya. Shalawat serta salam

tidak hentinya kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, kepada

keluarga-keluarga beliau, kepada sahabat-sahabat beliau dan kepada pengikut-pengikut

beliau yang senantiasa istiqamah menjalankan sunnahsunnah beliau hingga akhir zaman.

Dalam pembuatan makalah ini, kami sudah menyelesaikan dengan semaksimal

mungkin, namun tidak menutup kemungkinan terdapat kesalahan dalam penulisan

makalah ini, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Dengan demikian kami mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................

A. Latar Belakang ..............................................................................

B. Rumusan Masalah .........................................................................

BAB II : PEMBAHASAN-.................................................................................

1. AMTSAL AL-QUR’AN
A. Pengertian Amtsal dalam Al-Qur’an ………………………………..
B. Jenis-jenis Amtsal beserta contohnya ………………………………
C. Faidah Amtsal dalam Al-Qur’an
2. AQSAM AL-QUR’AN
A. Pengertian aqsam Al-Quran ..........................................................
B. Huruf aqsam dalam Al-Quran ......................................................
C. Macam-macam aqsam dalam Al-Quran ......................................
D. Unsur-unsur aqsam dalam Al-Quran ...........................................
E. Fungsi dan Urgensi aqsam Al-Quran.............................................
F. Hikmah aqsam Al-Quran...............................................................
3. JADAL AL-QUR’AN
A. Pengertian jadal dalam Al-Qur’an ………………………………
B. Urgensi jadal dalam Al-Qur’an ……………………………………
C. Bentuk-bentuk jadal dalam Al-Qur’an ……………………………
D. Tujuan dan Metode Jadal dalam Al-Qur’an …………………………

BAB III : PENUTUP. .........................................................................................


Kesimpulan.......................................................................................................

Saran ……………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam menjalankan agama, manusia- terkadang memiliki cara berbeda dalam

menerima, menghayati, dan mengamalkannya. Bagi orang yang bersih jiwa, akalnya

dan tidak terpengaruh oleh hawa nafsunya, maka mereka siap menerima kebenaran

agama dengan mudah dan lancar. Penerimaan terhadap agama tidak berlangsung

begitu saja, akan tetapi hal itu dilalui dengan ikhtiar/usaha dalam menemukan

kebenaran dari agama. Dalam mencapai tingkat keyakinan yang tinggi, manusia perlu

mempelajari kemudian melihat kembali firman Allah swt yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad saw.

Adapun pesan atau perkataan Allah swt telah terangkum dalam kitab yang

bernama Al-Quran. Al-Quran diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke

arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang

didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Pada saat Al-Quran

diturunkan kepada Rasulullah saw. berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan),

menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya mengenai arti dan kandungan ayat Al-Quran,

khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami atau samar artinya.

Keadaan diatas berlangsung sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW,

walaupun memang harus diakui bahwa penjelasan tersebut tidak semua kita ketahui

dikarenakan tidak sampainya riwayat-riwayat tentangnya. Oleh karena itu penting

untuk mengetahui ilmu Al-Quran agar mengetahui makna daripada Al-Quran. Salah

satu hal yang penting diketahui dalam Al-Qur’an yakni Amtsal

(Perumpamaan),Qasam (sumpah) dan Jadal (Perdebatan) dalam Al-Qur’an, karena

didalam Al-Qur’an ada begitu banyak perumpamaan perumpamaan yang perlu kita

kaji dan pahami, penegasan akan sebuah penyataan. Penegasan itu berbentuk
pernyataan sumpah yang langsung difirmankan oleh Allah swt. Qasam (sumpah)

dalam pembicaraan termasuk salah satu uslub pengukuhan kalimat yang diselingi

dengan bukti yang konkrit dan dapat menyeret lawan untuk mengakui apa yang

diingkarinya.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Amtsal Al-Qur’an

1.Apa pengertian amtsal Al-Qur’an?

2.Bagaimana jenis-jenis amtsal dalam Al-Qur’an Beserta Contohnya Masing-Masing?

3. Bagaimana faedah-faedah amsal dalam Al-Qur’an?

B. Aqsam Al-Qur’an

1. Apa pengertian aqsam Al-Quran?

2. Bagaimana huruf aqsam dalam Al-Quran

3. Bagaimana macam-macam aqsam dalam Al-Quran ?

4. Bagaimana unsur-unsur aqsam dalam Al-Quran ?

5. Bagaimana urgensi dan tujuan aqsam dalam Al-Quran?

6. Bagaimana faedah aqsam dalam Al-Quran?

C. Jadal Al-Qur’an

1. Apa pengertian jadal Al-Quran?

2. Bagaimana Urgensi jadal dalam Al-Quran

3. Apasaja bentuk-bentuk jadal dalam Al-Quran ?

4. Apa tujuan dan metode jadal dalam Al-Quran ?


BAB II

PEMBAHASAN

1. AMTSAL AL QUR’AN

A. Pengertian Amsal Al-Qur’an

Amsal dalam Al-Qur’an mengandung makna tasybih, yaitu penyerupaan sesuatu

dengan sesuatu yang serupa lainnya, dan membuat setara antara keduanya dalam hukum.

Dari segi bahasa amsal yaitu bentuk jamak dari masal. Kata masal, missal, dan masil yaitu

sama dengan kata syabah, syibh, dan syabih, baik lafal dan juga maknanya yang berarti

perumpamaan, ibarat, tamsil, contoh, ibrah, dan lain sebagainya.

Amtsal jamak dari matsal, mitsl dan matsil sama dengan syibh dan syabih (semakna).

Matsal diartikan juga dengan keadaan, kisah dan sifat yang menarik perhatian,

menakjuban, seperti firman Allah dalam QS. Ar-Ra’d/13 :35

”Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa (ialah

seperti taman), mengalir dibawahnya sungai-sungai; senantiasa berbuah dan teduh.

Itulah tempat kesudahan orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi

orang yang ingkar kepada Tuhan ialah neraka”

Menurut Ibn Al-Qayyim yang diulis dalam buku Achmad Abubakar, dkk mengatakan

bahwa ‘amsal adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hukum,

mendekatkan yang rasional kepada yang inderawi, atau salah satu dari dua indera dengan

yang lain karena adanya kemiripan. Adapun tujuan daripada dibuatnya perumpamaan

(tamsil) dalam Al-Qur’an yaitu agar manusia mau melakukan kajian terhadap kandungan

Al-Qur’an, baik yang berkaitan dengan Ekosistem, Ekologi, Astronomi, Teologi, Biologi,
Sosiologi, dan Ilmu-ilmulannya, termasuk untuk mengambil pelajaran dari kejadian yang

dialami oleh umat-umat yang lampau.

B. Jenis-Jenis Amsal Dalam Al-Qur’an Beserta Contohnya Masing-Masing

Amtsal Al-Qur’an ada 3 (tiga) macam, yaitu:

1. Amtsal yang tegas (musharrahah) Yaitu lafalnya yang jelas menggunakan kalimat

misal atau sesuatu yang menunjukkan perumpamaan/penyerupaan (tasybih). Amsal

seperti ini banyak ditemukan dalam Al-Qur’an, diantaranya firman Allah mengenai

orang munafik, yaitu terdapat pada QS. Al-Baqarah/02 : 17.

“Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah

menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan

membiarkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak dapat melihat.”

2. Amsal yang tersembunyi (kaminah) Kaminah merupakan perumpamaan yang tidak

disebutkan dengan jelas (samar), atau yang didalamnya tidak disebutkan dengan

jelas lafal tamsil, tetapi ia menunjukkan makna yang indah, menarik, dalam

redaksinya singkat padat, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan

kepada yang serupa dengannya. Bagian ini dapat dilihat dari beberapa bentuk,

yaitu:

a. Ayat-ayat yang senada dengan ungkapan (sebaik-baik urusan adalah

pertengahannya). Salah satu contohnya adalah firman Allah dalam QS.Al-

Baqarah/02 : 68 tentang sapi betina.


“Mereka menjawab, “Mohonlah kepada Tuhan-mu agar Dia menerangkan

kepada kami, sapi betina apakah itu?” Musa menjawab, “Sesungguhnya Allah

berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak

muda; pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan

kepada kamu.”

b. Ayat yang senada dengan perkataan (kabar itu tidak sama dengan

menyaksikan sendiri), seperti firman Allah tentang Nabi Ibrahim dalam QS.

Al-Baqarah/02 : 260

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhan-ku, perlihatkanlah padaku

bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum

yakinkah engkau?” Ibrahim menjawab, “Aku telah meyakininya, akan tetapi

supaya hatiku tetap mantap.” Allah berfirman, “Ambillah empat ekor burung,

lalu cingcanglah. Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari

bagian-bagian daging burung itu, lalu panggillah mereka, niscaya burung-

burung itu akan datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

c. Ayat yang senada dengan perkataan (sebagaimana kamu telah

menghutangkan, maka kamu akan dibayar), contohnya dalam QS.

AlNisa/04 : 123. “

“(Pahala dari Allah) itu bukanlah angan-anganmu dan bukan (pula) angan-

angan ahli kitab. Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas
sesuai dengan kejahatan itu dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan

penolong selain Allah.”

d. Ayat yang senada dengan perkataan (orang mukmin tidak disengat dua kali

dari lubang yang sama), contohnya firman Allah melalui lisan Ya’qub dalam

QS. Yusuf/12 : 64.

“Ya‘qub berkata, “Aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu kecuali

seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepadamu dahulu.”

Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di

antara para penyayang.”

3. Amtsal yang terlepas (mursalah) Yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak

menggunakan lafal tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat tersebut

berlaku sebagai masal. Diantara contohnya ialah firman Allah pada QS. Al-

Ma’idah/05 : 100.

Katakanlah, “Tidak sama yang buruk dengan yang baik meskipun banyaknya

yang buruk itu menarik hatimu. Karena itu, bertakwalah kepada Allah, hai

orang-orang berakal, agar kamu mendapat beruntung.”

C. Faedah Amsal dalam Al-Qur’an

Di antara faedah-faedah amtsal ialah:

1. Melahirkan sesuatu yang dapat dipahami dengan akal dalam rupa yang dapat

dipahami dengan akal dalam bentuk rupa yang dapat dirasakan oleh panca
indera, lalu mudah diterima oleh akal, lantaran makna-makna yang dapat

dipahamkan dengan akal tidaklah tetap didalam ingatan, terkecuali apabila

dituangkan dalam bentuk yang dapat dirasakan yang dekat kepada paham.

2. Mengungkap hakikat-hakikat dan mengemukakan sesutu yang jauh dari pikiran

seperti mengemukakan sesuatu yang dekat pada pikiran.

3. Mengumpulkan makna yang indah dalam suatu ibarat yang pendek.

Adapun beberapa faedah mempelajari amsal dalam al-Qur’an seperti yang ditulis

dalam bukunya Achmad Abubakar, dkk ada 8 (delapan), yaitu:

1. Menonjolkan/menampilkan sesuatu yang ma’qul (yang hanya bisa dijangkau

akal, abstrak) dalam bentuk konkrit yang dapat dirasakan indera manusia,

sehingga akal mudah menerimanya, sebab pengertian-pengertian abstrak tidak

akan tertanam dalam benak kecuali jika ia dituangkan dalam bentuk inderawi

yang dekat dengan pemahaman.

2. Dapat mengungkapkan kenyataan dan mengkonkritkan hal-hal yang abstrak.

3. Mengumpulkan atau menghimpun makna yang menarik lagi indah dalam satu

ungkapan yang singkat dan padat, seperti amsal kaminah dan amsal mursalah.

4. Mendorong orang yang diberi masal untuk berbuat sesuai isi masal, jika ia

merupakan sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya, Allah membuat masal bagi

keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah, dimana hal itu akan

memberikan kepadanya kebaikan yang banyak.

5. Menjauhkan dan meghindarkan dari perbuatan tercela, jika isi masal berupa

sesuatu yang dibenci jiwa. Misalnya firman Allah tentang larangan bergunjing

dalam firman Allah QS. Al-Hujurat/49 :


“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,

sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu

mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu

menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu

memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik

kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”

6. Untuk memuji orang yang diberi maal. Seperti firman Allah tentang para

sahabat dalam QS. Al-Fath/48 : 29

7. Dengan masal tersebut, untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat

yang dpandang buruk oleh orang banyak. Misalnya perumpamaan tentang

orang yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia tersesat jalan hingga ia tidak

mengamalkannya, seperti yang diterangkan dalam QS. Al-A’raf/07 : 175-176.

8. Untuk memberikan rasa berkesan dan membekas dalam jiwa, karena amsal

lebih efektif dalam memberikan nasehat, lebih kuat dalam memberikan

peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Diantaranya, Allah banyak

menyebut amsal didalam Al-Qur’an untuk peringatan dan pelajaran. Seperti

firman Allah dalam QS. Az-Zumar/39 : 27 dan juga dalam QS. AlAnkabut/29 :

43.

2. AQSAM AL-QUR’AN

A. Pengertian Aqsam Al-Qur’an


Secara bahasa aksam adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hilf- dan al-

yamin, yang berarti sumpah. Bentuk asli dari qasam adalah dengan menggunakan kata

kerja aqsama- atau ahlafa yang di muta’addi (transitifkan) ke muqsam bih (sesuatu

digunakan untuk bersumpah) dengan huruf ba, setelah itu baru disebutkan muqsam

‘alaih (sesuatu yang karena sumpah diucapkan), atau disebut juga dengan jawab

qasam.

Sedangkan Imam al-Suyuti menjelaskan jikalau qasam merupakan ungkapan

digunakan untuk memberikan penegasan atau pengukuhan suatu pesan yang

disampaikan dengan adat-qasam.

Dalam Kamus-Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa sumpah (aqsam)

berarti dengan-perkataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan

atau sesuatu yang dianggap suci bahwa apa yang disampaikan atau dijanjikan itu

benar. Menurut Manna’ al-Qattan, qasam-adalah sebagai pengikat jiwa (hati) agar

melaksankan atau tidak melaksnakan sesuatu, dengan sesuatu yang dianggap mulia

atau agung, baik dalam wujud sebenarnya, maupun hanya dalam keyakinan.

Kendati seperti itu, maka pengertian-aqsam al Qur’an adalah salah satu dari ilmu-

ilmu tentang al-Qur’an yang mengkaji tentang arti, hikmah, maksud, dan rahasia

sumpah dengan menyebut nama Allah yang terdapat dalam al-Qur’an.

B. Huruf-huruf Qasam Dalam aqsam al quran

Huruf-huruf yang dipakai ada tiga macam, yaitu :

1. Huruf waw, seperti yang terkandung dalam alquran :

“Demi waktu matahari-sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah

sunyi (gelap)”. (QS. ad-Duha (93) : 1-2)

2. Huruf -ba’, yang terkandung dalam alquran:


“Aku bersumpah demi hari kiamat”. (surah al-Qiyamah (75) : 1)

3. Huruf ta’, seperti firman Allah swt. :

“Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu

adaadakan”. (surah. an-Nahl (16) : 56)

C. Macam-macam Qasam dalam Al-Qur’an

Aqsam dalam alquran dapat diklasifikasikan menjadi dua macam:

1. Zhahir, merupakan sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il-qasam dan muqsam

bih nya, atau qasam yang tidak dilafalkan fi’il qasamnya, akan tetapi diganti

dengan huruf ba’, wawu, ta’. Dan juga yang didahului oleh- “la nafy”. Seperti

firman Allah swt. :

“Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat

menyesali (dirinya sendiri).” (QS. al-Qiyamah [75] : 1-2)

Sebagian ulama-mengatakan bahwa “la” didua tempat ini adalah “la nafy”

yang gunanya untuk menolak sesuatu hal yang tidak dilafalkan yang sesuai konteks

sumpah.

2. Mudhmar, merupakan sumpah yang di dalamnya tidak dilafalkan fi’il qasam

dan tidak pula muqsam-bihnya, tetapi dapat dilihat dengan lam taukid yang

masuk pada jawab qasam. sebagaimana dalam surat Ali Imran ayat 186

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu”. (surah.

Ali Imran (30 : 186)


D. Unsur-unsur Qasam

Ketika melihat unsur-unsur dalam aqsam maka kita dapat membagi sebagai

berikut.

1. Muqsim

Muqsim merupakan pelaku yang mengucapkan sumpah tersebut.

2. Adat Qasam

Adat qasam merupakan sesuatu yang dipakai untuk bersumpah, baik

menggunakan fi’il qasam maupun huruf seperti ba’, wawu, , ta’. Perangkat

qasam baik yang berbentuk ahlifu ataupun uqsimu harus disertai dengan

huruf ba’ seperti yang dijelaskan pada surah an-Nahl.

“Mereka bersumpah dengan nama Allah” (QS. an-Nahl [16] : 38)

3. Muqsam Bih

Muqsam bih merupakan hal yang digunakan untuk sumpah agar apa yang

disampaikan lebih kuat. Aqsam dalam al-Qur’an biasanya menggunakan

nama Allah, dan biasa juga dengan memakai nama ciptaan-Nya-. Muslim

dilarang bersumpah dengan menyebut nama selain Allah. Sebagaimana

sabda rasulullah saw.

“Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka dia telah kafir atau

berbuat syirik.” (HR. Ibnu Hiban dan Tarmidzi)

4. Jawab Qasam

Jawab Qasam merupakan isi atau konten yang dilakukan dalam

bersumpah atau sesuatu yang disumpahkan yang berfungsi sebagai

jawaban dari qasam. Sebagaimana firman-Nya,


“Yaa siin Demi. Al Quran yang penuh hikmah. Sesungguhnya kamu salah

seorang dari rasul-rasul" (QS. Yasin [36] : 1-3)

E. Fungsi dan Urgensi Aqsam Al-Qur’an

Qasam adalah taukid yang masyur untuk mempertegas kebenaran apa yang

dipahami. Al-Qur’an diturunkan untuk segenap manusia agar mampu merespon

berbagai macam-macam keadaan. Ada meragu, menolak, bahkan ada yang melakukan

penentangan, maka dari itu perlu penguatan dengan sumpah agar rasa ragu dalam diri

itu hilang.

Sebagaimana pendapat syaikh manna’ al-qatthan, qasam merupakan salah satu

penguat perkataan yang tersebar guna memantapkan dan memperkokoh kebenaran

yang ada dalam jiwa.

F. Hikmah Qasam Al-Qur’an

Adapun hikmah adanya qasam dalam alquran adalah.

1. Mengagungkan sifat dan kekuasaan Allah.

2. Memperkokoh argumentasi agar lawan bicara menerima apa yang disampaikan.

3. Menjelaskan betapa agungnya al-muqsam bih dan betapa pentingnya almuqsam

‘alaih

4. Agar manusia memerhatikan tanda tanda kebesaran Allah lewat apa yang

diciptakan.

5. Untuk menegaskan kebenaran al-Qur’an.

3. JADAL AL-QUR’AN

A. PENGERTIAN JADAL DALAM AL.QUR'AN

 Jadal dalam arti bahasa adalah “Kusut", contoh. ‫جدلت الحبل‬yang berarti " tali yang

kusut “ dan menurut Istilah yaitu: Perdebatan dalam suatu masalah dan berargumen untuk

memenangkan perdebatan ( menemui kebenaran )


Al-Qur'an menyebut kata Jadal dalam berbagai bentuknya sebanyak 29 kali. Fokus

pemuatannya tersebar pada 16 Surat dalam 27 ayat yakni pada surah: al-Nisaa/4: 109 dan

Huud/ll: 32 masing-masing dua kali; al- Baqaruh|2:197; kemuadian pada al-Nisaa/4: 107;

al-An'aam/6: l2l,125; al- A'raf/7:71; al-Anfaal/8: 6; Huud/l1:74; al-Ra'd/l3: 13; al-Nahl/l6:

lll, 125; al-Kahfi/I8: 54,56; al-Hajj/22: 3,8,68; al-Ankabut/29:46; Luqmaan/31: 20;

Ghaafir/40: 5,4,25,56,69; al-Syuura/42: 35; al- Zukhruf/433: 58; al-Mujaadalah/58: I

masing-masing satu kali. Dalam bahasa Indbnesia, Jadal dapat dipadankan dengan debat.

Debat adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling

memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Jadal atau Jidal dalam

bahasa Arab dapat dipahami sebagai "perbantahan dalam suatu permusuhan yang sengit

dan berusaha memenangkannya.

Sebagai suatu istilah, Jadal adalah saling bertukar pikiran atau pendapat dengan

jalan masing-masing berusaha berargumen dalam rangka untuk memenangkan pikiran atau

pendapatnya dalam suatu perdebaan yang sengit. Berbagai batasan pengertian tentang

Jadal dirumuskan para ulama namun pada dasarnya mengacu pada perdebatan serta usaha

menunjukkan kebenaran atau membela kebenaran yang ditujunya dengan berbagai macam

argumentasi. Dari definisi-definisi yang ada bila hendak dibuatkan rambu-rambu, maka itu

antara lain adalah

(1) Hendaknya dengan jalan yang dapat diterima atau terpuji,

(2) Diniati untuk mendapat dalil argumen yang lebih kuat,

(3) Untuk menunjukkan aliranan/ mazhab serta kebenarannya.

Dengan rambu yang demikian itu, para pihak yang terlibat dalam jadal memang

tidak harus saling membenci, walaupun pada dasarnya sulit menghidari suasana saling

bermusuhan. Sebab, sebagian dari watak dasar manusia adalah memang suka membantah

atau berbantah-bantahan, bahkan Tuhannya pun dibantah. (Q.S al Kahfi/18 : 54). Kenapa
demikian? Sebab manusia memang memiliki potensi kebebasan untuk itu, yang tidak

dimiliki oleh makhluk yang lainnya . untungnya kita punya pedoman yaitu al-Qur'an yang

menganjurkan jika hendak berbantahan maka berbantahanlah dengan cara yangterbaik.

Istilah yang dapat dipandang sebagai padanan daripada istilah Jadal adalah al

Munazharah, al Muhawarah, al Munaqasyah dan al Mubahatsah. Istilah-istilah tersebut

dapat dipandang sepadan, sebab pada dasarnya mengacu pada tujuan yang sama yakni

untuk menjelaskan dan kejelasan sesuatu permasalahan. Hanya saja Jadal lebih

menekankan kemenangan, dan pada saat yang sama kekalahan bagi pihak lawan

debat. Munazharah merupakan kegiatan dimana dua orang saling mengemukakan

pemikiran, masing-masing bertujuan membenarkan pemikirannya serta menyalahkan

pemikiran lawan (debat)nya dengan jalan saling mencoba menguji pembuktian dalam

upaya  mencari/menampakkan kebenaran. Adapun muhaworah mengacu pada

pembicaraan dimana di dalamnya ada dialog/tanya jawab dengan sopan yang bertujuan

hampir sama saja dengan Jadal. Tentang munaqasyah dan mubahatsah hampir sama saja.

Khususnya tentang Jadal dan muhawarah, di dalam al-Qur'an terdapat ayat yang di

dalamnya digunakan kedua istilah tersebut, yaitu pada surah Q.,S. al Mujadalah ayat

pertama.

Adapun al-Qur'an secara etimologis berarti "bacaan", dan secara terminologis

adalah Kalam Allah SWT. Yang merupakan mu’jiizat yang diturunkan (diwahyukan)

kepada Nabi Muhamad SAW. dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya

adalah ibadah. Sedangkan yang dimaksud Jadal al-Qur'an adalah pembuktian-pembuktian

serta pengungkapan dalil dalil yang terkandung di dalamnya untuk dihadapkan pada orang-

orang kafir dan mematahkan argumentasi para penentang dengan seluruh tujuan dan

maksud mereka, sehingga kebenaran ajaran-Nya dapat diterima dan melekat di hati

manusia. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Kahfi ayat 54
‫سانُ أَ ْكثَ َر ش َْي ٍء َج َداًل‬
َ ‫َو َكانَ اإْل ِ ْن‬

Artinya : " Dan manusia itu sering kali membantah ( berdebat )"

 Oleh sebab itu dalam ayat yang lain Allah swr juga memerintahkan untuk berdebat

dengan orang-orang yang melawan Islarn dengan cara yang santun, yaitu dalam Surat An-

Nahl ayat 125 yang berbunyi :

َ ‫سنَ ِة َو َجا ِد ْل ُه ْم بِالَّتِي ِه َي أَ ْح‬


ُ‫سن‬ َ ‫يل َربِّ َك بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِعظَ ِة ا ْل َح‬ َ ‫ا ْد ُع إِلَى‬
ِ ِ‫سب‬

Artinya :" Serulah (manusia) kepada jalan Tuhnnmu dengan Hilkmah dan pelajaran yang

baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik".

Dan juga dibolehkannya membantah para Ahli Kitab dengan bantahan yang baik

sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Ankabut ayat 46 :

َ ‫ب إِاَّل بِالَّتِي ِه َي أَ ْح‬


ُ‫سن‬ ِ ‫َواَل ت َُجا ِدلُوا أَ ْه َل ا ْل ِكتَا‬

Artinya : " Dan janganlah kamu membantah terhadap Ahli Kitab, kecuali dengan

bantahan yang lebih baik. "

Itulah beberapa contoh cara perdebatan yang santrn yang disampaikan Allah SWT dalam

Al-Qur'an yang suci, namun ada juga perdebatan-perdebatan kosong yang dilakukan oleh

orang-orang kafir yang memperturutkan hawa nafsunya unfuk menolak kebenaran.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi ayat 56 :

‫ ِذ ُروا‬r‫ا أُ ْن‬rr‫اتِي َو َم‬rrَ‫ق َوات ََّخ ُذوا آَي‬


َّ ‫ضوا بِ ِه ا ْل َح‬
ُ ‫ش ِرينَ َو ُم ْن ِذ ِرينَ َويُ َجا ِد ُل الَّ ِذينَ َكفَ ُروا بِا ْلبَا ِط ِل لِيُ ْد ِح‬ َ ‫س ُل ا ْل ُم ْر‬
ِّ َ‫سلِينَ إِاَّل ُمب‬ ِ ‫َو َما نُ ْر‬

‫ُه ُز ًوا‬

Artinya : " Dan orang-orang lufir membantah dengan yang batil, agar dengan demikian

mereka dapat menolak yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan

peringatan Kami terhadap mereka sebagai olok-olok "

B. URGENSI JADAL DALAM AI-QUR’AN

Setelah menjelaskan bagaimana Al-Qur'an memberikan aturan-aturan dalam

perdebatan yang dibolehkan, perlu kita ketahui urgensi dari Jadal dalam al-Qur'an.
Mengapa Al-Qur'an itu mernbanlah argumenl-argumen orang-orang kafir dan musyrik?,

diantara urgensinya adalah:

1) Dikarenakan Al Qur’an turun ditengah tengah bangsa Arab dan menggunakan

bahasa mereka maka Al-Qur'an berargumen sebagaimana argumen-argumen

mereka sehingga mereka jelas atas persoalan-persoalan yang dibicarakan. Allah

SWT berfirman dalam Surat Ibrohim ayat 4:

2) Artinya: "Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, kecuali dengan bahasa

kaumnya supaya ia dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka."

3) Fitroh manusia yang suci akan selalu menerima hal- hal yang pasti dan rasional

sebagaimana yang mereka lihat dan mereka rasakan dan bukan angan-angan yang

tiada batas.

4) Menghindari dari kata kata yang rumit dan membutuhkan rincian merupakan hal

yang dianjurkan dan diinginkan semua orang. Kata-kata yang membutuhkan

penjelasan panjang lebar merupakan sebuah kerumitan yang sulit dipahami oleh

orang-orang umum, maka apabila seseorang mampu menggunakan argumen yang

tepat dan tidak rumit akan menang dalam berargumen. Begitulah Allah SWT

memberikan bantahan- bantahan yang jelas dan mudah diterima oleh siapapun.

C. BENTUK-BENTUK JADAL DALAM AL-QUR'AN

Menurut Manna' al-Qathan dalam bukunya "Mabahits fii Ulumi al-Qur'an", beliau

menyebutkan pembagian argumentasi dalam dua bentuk yaitu :

1. Penyebutan Alam semesta untuk memperkuat dalil-dalil yang mengarah kepada

Aqidah yang benar dalam kepercayaan, Iman kepada Allah SWT, Malaikatnya
Kitab-kitab Suci, Rasul-rasulnya, dan Hari Akhir.Contoh Firman Allah SWT dalam

Surat Al-Baqoroh ayat 2l-22:

‫ا ًء‬rrَ‫ َما َء بِن‬r ‫الس‬


َّ ‫ا َو‬r ‫اش‬ َ ‫ َل لَ ُك ُم اأْل َ ْر‬r‫اس ا ْعبُدُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِمنْ قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُونَالَّ ِذي َج َع‬
ً ‫ض فِ َر‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬

َ‫ت ِر ْزقًا لَ ُك ْم فَاَل ت َْج َعلُوا هَّلِل ِ أَ ْندَادًا َوأَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
ِ ‫س َما ِء َما ًء فَأ َ ْخ َر َج بِ ِه ِمنَ الثَّ َم َرا‬
َّ ‫َوأَ ْنزَ َل ِمنَ ال‬

Artinya: "Wahai Munusia Sembahlah Tuhqnmu ycng telah menciptahan kamu dan

oftmg-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa. Diolah yang telah

merrciptakan Bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebadai atap, dan Dia

menurunkan air hujan dari langil, lalu Dia menjadikan dengan hujan itu segala

buah-buahan sebagai karunia untukmu, karena itu janganlah kamu mengadaknn 

sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui".

2. Menolak argumen-argumen yang salah dari para penyeleweng. Dalam hal ini

terbagi atas beberapa bagian yaitu:

 a. Menyebutkan orang yang diajak berbicara itu dengan kata-kata pertanyaan, sehingga

terbebas dari permusuhan dan terselamatkan dari permainan akal, sehingga mereka

mengakui kesalahan yang mereka perbuat. Dalam hal ini Allah SWT berfrman dalam

Surat At-Tur ayat 35:

َ‫أَ ْم ُخلِقُوا ِمنْ َغ ْي ِر ش َْي ٍء أَ ْم ُه ُم ا ْل َخالِقُون‬

Artinya : "Apakah mereka yang menciptakan segala sesuatu atau mereka yang

diciptakan".

Menurut Imam Syuyuti, untuk menyelamatkan dari perselisihan tidak harus

memakai kata-kata pertanyaan saja namun bisa dengan manfu ( kata peniadaan ), atau

syarat denga huruf-huruf Imtina (larangan). Disebutkan Allah SWT dalam Surat Al-

Mu'minun ayat 91 yaitu:

َ‫صفُون‬
ِ َ‫س ْب َحانَ هَّللا ِ َع َّما ي‬ ٍ ‫ض ُه ْم َعلَى بَ ْع‬
ُ ‫ض‬ ُ ‫ق َولَ َعاَل بَ ْع‬ َ ‫َما ات ََّخ َذ هَّللا ُ ِمنْ َولَ ٍد َو َما َكانَ َم َعهُ ِمنْ إِلَ ٍه إِ ًذا لَ َذه‬
َ َ‫َب ُك ُّل إِلَ ٍه بِ َما َخل‬
Artinya : "Allah seknli-knlli tidak mempunyai dnah dan seknli-kali tidak ada tuhan

yang menyertainya, kalau ada tuhan yang menyertairrya, masing-masing tuhan akan

membowa mahluq yang diciptakanrrya, dan sebagian dari tuhon-tuhan itu akan

mengolahksn sebagian yang lain. Maha suci Allah SW dari apa yang mereka sifatkan

itu".

b.Menunjukkan dalil-dalil yang berkenaan dengan permulaan dan tempat kembali.

Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an Surat Qaf ayat l5:

ٍ ‫ق اأْل َ َّو ِل بَ ْل ُه ْم فِي لَ ْب‬


ٍ ‫س ِمنْ َخ ْل‬
‫ق َج ِدي ٍد‬ ِ ‫أَفَ َعيِينَا بِا ْل َخ ْل‬

Artinya : "Apakah kami letih dengan penciptaan yang pertama?. Sebenarrrya

mereka ragu tentang penciptaanyang baru".

Surat Fusshilat ayat 39:

ْ r‫ا لَ ُم ْحيِي ا ْل َم‬rr‫ َّزتْ َو َربَتْ إِنَّ الَّ ِذي أَ ْحيَا َه‬r َ‫ش َعةً فَإ ِ َذا أَ ْن َز ْلنَا َعلَ ْي َها ا ْل َما َء ا ْهت‬
‫ ِّل‬r‫وتَى إِنَّهُ َعلَى ُك‬r َ ‫َو ِمنْ آَيَاتِ ِه أَنَّ َك تَ َرى اأْل َ ْر‬
ِ ‫ض َخا‬

‫ش َْي ٍء قَ ِدي ٌر‬

Artinya : "Dan sebagian dari tanda-tanda-Nya, bahwa kamu melihat bumi itu kering

tandus, maka apabila Kami turunkan air diatasnya, niscaya ia akan bergerak dan

subur. Sesunggguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang

mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu".

Begitu juga dalam Surat Al-Qiyamah ayat36-40, At-Thoriq ayat 5-8, dimana ayat-

ayat ini menunjukkan kehidupan awal didunia dengan segala isinya yang takkan habis,

danjuga kehidupan setelah mati.

c. Memutus langsung perdebatan dengan menyebut kesalahan- kesalahan lawan. contoh

dalam Surat Al-An'am ayat 91, di.unu dalam ayat tersebut Allah swr menolak

pengaduan orang-orang yahudi dengan perkataannya :

َ َ‫ق قَ ْد ِر ِه إِ ْذ قَالُوا َما أَ ْنزَ َل هَّللا ُ َعلَى ب‬


‫ش ٍر ِمنْ ش َْي ٍء‬ َّ ‫َو َما قَ َد ُروا هَّللا َ َح‬
Artinya : "Demi Allah SW tidak menetapkan sesuatu itu bukan atas keemompuannya,

ketika mereka berkata “Allah SWT tidak menciptakon sesuatupun untuk manusia ".

d. Membatasi dan membagi sesuai dengan sifat dan menolak untuk membagi salah satunya

sebagai dasar hukum seperti dalam Surat Al- An'am ayat 143: :

‫ضأْ ِن ا ْثنَ ْي ِن‬ ٍ ‫ثَ َمانِيَةَ أَ ْز َو‬


َّ ‫اج ِمنَ ال‬

Artinya " yaitu delapan binatang yang berpasangan sepasang dari domba dan sepasang

dari kambing"

Kemudian Allah berfirman dalam ayat yang ke 144 :

‫ َهدَا َء إِ ْذ‬r ‫ش‬


ُ ‫ ا ُم اأْل ُ ْنثَيَ ْي ِن أَ ْم ُك ْنتُ ْم‬r‫ ِه أَ ْر َح‬r‫تَ َملَتْ َعلَ ْي‬r ‫اش‬
ْ ‫ َّر َم أَ ِم اأْل ُ ْنثَيَ ْي ِن أَ َّما‬r‫ذ َك َر ْي ِن َح‬r
َّ r‫ ْل آَل‬r ُ‫ ِر ا ْثنَ ْي ِن ق‬r َ‫ ِل ا ْثنَ ْي ِن َو ِمنَ ا ْلبَق‬r ِ‫َو ِمنَ اإْل ِ ب‬

‫صا ُك ُم هَّللا ُ بِ َه َذا‬


َّ ‫َو‬

Artinya: "Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah " Apakah dua

yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam

kandungan dua betinanya. Apakah kamu menyaksikan diwaktu Allah menetapkan ini

bagimu?

e. Mengunci lawan dengan penjelasan lebih banyak, dimana seolah- olah perselisihan

tersebut tidak akan diakui oleh siapapun. Seperti dalam firman Allah Surat Al-An'am

ayat 100 :

َ‫صفُون‬ ٍ ‫ش َر َكا َء ا ْل ِجنَّ َو َخلَقَ ُه ْم َو َخ َرقُوا لَهُ بَنِينَ َوبَنَا‬


ُ ‫ت بِ َغ ْي ِر ِع ْل ٍم‬
ِ َ‫س ْب َحانَهُ َوتَ َعالَى َع َّما ي‬ ُ ِ ‫َو َج َعلُوا هَّلِل‬

disisni Allah SWT menafikan dirinya dari tawallud (beranak-pinak) disebabkan keesaan-

Nya, karena beranak-pinak itu menurut kita adalah harus melalui dua mahluq, dan Allah

SWT tiada sekutu bagi-Nya. Contoh lainnya adalah pengakuan atas Risalah kenabian yang

mana Nabi merupakan orang-orang pilihan, hal ini dicontohkan oleh Allah SWT dalam Al-

Qur'an surat Ibrahim ayat 11.

‫ش ٌر ِم ْثلُ ُك ْم َولَ ِكنَّ هَّللا َ يَ ُمنُّ َعلَى َمنْ يَشَا ُء ِمنْ ِعبَا ِد ِه‬ ُ ‫قَالَتْ لَ ُه ْم ُر‬
َ َ‫سلُ ُه ْم إِنْ نَ ْحنُ إِاَّل ب‬
Didalam kitab Al-Itqon fii Ulumil Qur'an, lmam syuyuti menyebutkan beberapa hal

yang termasuk dalam bentuk Jadal diantaranya:

1.Al-Isyjal yaitu meletakkan kata yang menunjuk kepada lawan bicara dan juga apa

yang dibicarakan. Contohnya dalam firman Allah dalam Surat Ali Imron ayat194.

ُ ‫َربَّنَا َوآَتِنَا َما َو َع ْدتَنَا َعلَى ُر‬


 ‫سلِكَ َواَل ت ُْخ ِزنَا يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة إِنَّ َك اَل ت ُْخلِفُ ا ْل ِمي َعا َد‬

2.Al-Intiqol yaitu memindahkan argument yang dijadikan dalil kearah argument

yang tidak dapat diikuti sehingga didalam perdebatan kadang argument tidak dimengerti

maksudnya oleh lawan. contoh dalam surat Al-Baqoroh ayat 258, memaknai istilah

menghidupkan dengan membebasknry disisnilah kekeliruan tersebut sehingga Allah SWT

merubah argument dengan yang lainnya yaitu menerbitkan matahari dari barat.

‫ا َل‬rrَ‫ا أُ ْحيِي َوأُ ِميتُ ق‬rَ‫اج إِ ْب َرا ِهي َم ِفي َربِّ ِه أَنْ آَتَاهُ هَّللا ُ ا ْل ُم ْل َك إِ ْذ قَا َل إِ ْب َرا ِهي ُم َربِّ َي الَّ ِذي يُ ْحيِي َويُ ِميتُ قَا َل أَن‬
َّ ‫أَلَ ْم ت ََر إِلَى الَّ ِذي َح‬

َ‫ب فَبُ ِهتَ الَّ ِذي َكفَ َر َوهَّللا ُ اَل يَ ْه ِدي ا ْلقَ ْو َم الظَّالِ ِمين‬ ِ ْ‫ق فَأ‬
ِ ‫ت ِب َها ِمنَ ا ْل َم ْغ ِر‬ ْ ‫س ِمنَ ا ْل َم‬
ِ ‫ش ِر‬ َّ ‫إِ ْب َرا ِهي ُم َفإِنَّ هَّللا َ يَأْتِي بِال‬
ِ ‫ش ْم‬

3.Munaqodhoh, yaitu menggantungkan sesuatu dengan hal yang mustahil, yang

mengisyaratkan kemungkinan terdadi. Contoh dalam Al-qur'an Surat Al-A'raf ayat 40.

Artirrya: "Dan mereka tidak akan masuk kedalam surga hingga unta masuk keIobang

jarum " .

D. TUJUAN DAN METODE JADAL

Jadal al-Qur'an memiliki berbagai tujuan, yang dapat ditangkap dari ayat-ayat al-

Qur'anyang mengandung atau yang bemuansa Jadal, di antararrya adalah :

(1) Sebagai jawaban atau untuk mengungkapkan kehendak Allah dalam rangka

penetapan dan pembenaran aqidah dan qaidah syari'ah dari persoalan-persoalan

yang dibawa dan dihadapi para Rasul, Nabi dan orang-orang shaleh. Sekaligus

sebagai bukti-bukti dan dalil-dalil yang dapat mematahkan dakwaan dan

pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kalangan umat manusi4 sehingga

menjadi jelas jalan dan petunjuk ke arah yang benar. Jadal dengan tujuan
seperti ini dapat dicermati contohnya mengenai dialog Nabi Musa a.s. dengan

Fir'aun (Q.,s. al- Syu'ara'/26: 10-51).

(2) Sebagai layanan dialog bagi kalangan yang memang benar-benar ingin tahu,

ingin mengkaji sesuatu persoalan secara nalar yang rasional , atau melalui

ibarat maupun melalui do'a. Dari dialog-dialog tersebut, kemudian hasilnya

dapat dijadikan pegangan, nasehat dan semacamnya. Untuk tujuan seperti ini

dapat dijadikan contohnya adalah penjelasan Allah SWT. atas persoalan

kegelisahan Nabin Ibrahim a.s. yang ingin menambah keyakinannya dan

ketenangannya dengan mengetahui bagaimana Allah menghidupkan makhluk-

Nya yang telah mati (Q.,S. al Baqarah/2 :260, juga dapat dilihat pada ayat 30

surat yang sama sebagai contoh lainnya.

(3) Untuk menangkis dan melemahkan argumentasi-argumentasi orang kafir yang

sering mengajukan pertanyaan atau permasalahan dengan jalan

menyembunyikan kebenaran yang memang disinyalir dalam al-

Qur'an Wajaadiluu bi al Baathil liyudhiduu bihi al haq (Q.,S al Mukmin/40 :

5). Sebagai contoh Jadal dengan tujuan seperti ini bisa dilihat dalam Q.,s. al

Mukminun/23 : 81-83 dan Q.,s. Qaafl50 : 12-15 serta Q.,s. Yaasiin/36 : 78-79.

Adapun mengenai metode yang ditempvh Jadat al-Qur'an, para ulama pada

dasarnya sama saja, walaupun secara tehnis ada perbedaan dalam mengelompokkan

apakah suatu jadal dalam al-Qur'in termasuk metode atau macam/jenis dari jadal tersebut.

Yang dimasukkan ke dalam macam-macam Jadal al-Qur'an oleh Abu Zahrah dan Al

Qaththan umpamanya, oleh Al Almaa'iy sebagiannya dimasukkan ke dalam metode Jadal

al-Qur'an. Dalam tulisan ini, kedua kecenderungannya tersebui digabung dalam

pembahasan tentang prosedur yang ditempuh dalam Jadal al-Qur'an,yakni:

(l) Al Ta'rifat.
Bahwa Allah SWT secara langsung memperkenalkan diri-Nya dan cipaan-

Nya sebagai pembuktian akan wujud dan ke Maha Kuasaan-Nya.Karena Allah

tidak terjangkau oleh indera manusia maka dengan mengukapkan hal-hal yang

bisa ditangkap indera manusia, manusia akan mampu memahami akan wujud

dan kekuasaan Sang Maha Kuasa. Hal inilah yang antara lain dapat dipahami

dari firman Allah seperti tertera pada Q.,s. al An'am/6:95-100, tentunya banyak

contoh yang lainnya tentang hal ini.

(2) Al Istifham al-Taqriry

Dalam bentuk ini Allah mengajukan pertanyaan langsung dengan penetapan

jawaban atasnya. Pertanyaan tentang hal yang memang sudah nyata, diangkat

lagi lalu disertai dengan jawaban yang merupakan penetapan atas kebenaran

yang sudah pasti. Prosedur ini dipandang oleh para ahli ulum al- Qur'an sebagai

yang ampuh sekali sebab dapat langsung membatalkan jidal atau argumen para

pembanlah. sebagai contohnya dapat disebut antara lain firman-Nya dalam Q.,S.

Yaasiin/ 36: 8l-82.

(3) Al Tajzi'at

Dengan prosedur ini Allah mengungkapkan bagian-bagian dari suatu

totalitas, secara hirarki atau kronologis, yang sekaligus menjadi sebagai

argumentasi dialektis untuk melemahkan lawan dan menetapkan suatu

kebenaran. Masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai bukti untuk

membuktikan kebenaran yang dimaksudkan. Prosedur jadal seperti ini Nampak

antara lain dalam Q.,S. Al Naml/27 :54-64.

(4) Qiyas al Khalf

Dalam bahasa Indonesia disebut "analogi berbalik'. Dengan prosedur ini,

kebenaran ditetapkan dengan membatalkan pendapat lawan yang berbalikan/


berlawanan. Sebab dalam realitas kehidupan tidak dapat berkumpul dua hal

yang berlawanan. Tentang metode Jadal seperti ini dapat disebut firman Allah

dalam Q.,s. al Anbiya'/21 : 2l-22.

(5) Al Tamtsil

Allah mengungkapkan penrmpamaan bagi suatu hal. Dengan perumpamaan

dimaksudkan agar suatu kebenaran dapat dipahami secara lebih cepat dan lebih

mudah, lalu lebih melekat di sanubari "lawan". Untuk ini antara lain dapat

disebut sebagai contoh adalah firman-Nya pada Q.,s. alBaqarah/2 : 259.

(6) Al Muqabalat

Al Muqabalat adalah mempertentangkan dua hal yang salah satunya

memiliki efek yang jauh lebih besar dibanding dengan yang lainnya. Seperti

halnya mempertentangkan antara Allah SWT dengan berhala yang disembah

orang-orang musyrik. Contoh Jadal al-Qur'an dalam prosedur seperti ini dapat

dilihat antara lain pada Q.s. alWaqi'ah/56:57-59. Demikian itulah antara lain

prosedur dan metode yang ditempuh al-Qur'an dalam Jadal atau

Metode Jadal  al-Qur'an.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Amsal merupakan perumpamaa-perumpamaan didalam Al-Qur’an yang sangat

bermanfaat bagi kehidupan untuk dikaji dan dipelajari. Sebab didalam amsal kita dapat

menemukan perbedaan-perbedaan atau perumpamaan yang selama ini belum kita pahami

dan juga dikaji. Terdapat tiga macam amsal dalam Al-Qur’an yaitu : amtsal yang tegas

(musharrahah), amtsal yang tersembunyi (kaminah), dan yang ketiga yaitu amtsal yang

terlepas (mursalah).

Adapun tujuannya yaitu untuk menjadi pelajaran bagi manusia, dan salah satu faedah

dari amtsal yaitu dapat mengungkapkan kenyataan dan mengkonkritkan hal-hal yang

abstrak.

Aqsam Al-Qur’an merupakan bagian dari ilmu alquran yang membahas tentang

maksud,arti,hikmah, dan rahasia dari sumpah-Nya yang terdapat di al-Qur’an agar

mengokohkan keyakinan pendengarnya.

Tujuan diucapkan sumpah adalah sebagai taukid untuk mempertegas kebenaran apa

yang dipahami. Al-Qur’an diturunkan untuk segenap manusia agar mampu merespon

berbagai macam-macam keadaan. Ada meragu, menolak, bahkan ada yang melakukan

penentangan, maka dari itu perlu penguatan dengan sumpah agar rasa ragu dalam diri itu

hilang.

Unsur-unsur yang terdapat dalam qasam yakni Muqsim, adat qasam,muqsam bih,

Huruf-huruf yang terkandung dalam aqsam terdiri dari wawu,ba’ dan ta’.

Jadal adalah debat, dialog antar dua pihak dengan kehendak untuk menang melalui

alasan dan argumentasi. Jadal al-Qur'an ialah pengungkapan bukti-bukti dan dalil-dalil

dengan tujuan untuk mengalahkan orang kafir dan para penantang sekaligus untuk
menegakkan aqidah dan syari'ah, melalui pembuktian atas kebenaran yang dapat diterima

oleh nurani manusia.

Jadal, ada yang mamduh dan ada pula yang madmum,dengan landasan dan

contohnya masing-masing di dalam al-Qur'an. Jadal dalam al-Qur'an, dilihat dari pelaku

dan hal yang dipersoalkan, menyangkut space and time yang sangat luas. Pernah terjadi

antara Allah dengan Malaikat, dengan para Nabi, Nabi dengan kaumnya atau

penentangnya, orang perorang di kalangan Bani Adam, dari dulu sampai dengan masa al-

Qur'an diturunkan. Bahkan model-model jadal yang tergambar dalam al-Qur'an, di

antaranya masih belangsung sampai sekarang. Demikian pula hal yang dipersoalkan dalam

Jadal hampir menyangkut keseluruhan dimensi kehidupan manusia, bahkan setelah

kehidupan yang sekarang.

Tujuan dari Jadal al-Qur'an antara lain untuk menetapkan aqidah tentang wujud dan

wahdaniyah Allah serta petunjuk dan syari'ah bagi yang membutuhkan. Menjelaskan

permasalahan secara argumantatif bagi kalangan yang memang sungguh-sungguh ingin

mendapat kejelasan. serta untuk mematahkan pembangkangan para penentang dengan

pembuktian yang lebih kuat dan akurat, dengan berbagai tehnis pendekatan seperti : al

Ta’rifat, al Istifham al Taqriri, al Tajzi'at, Qiyas al Khatf, at tamsil dan al Muqabalat.

Jadal al-Qur'an, dengan memahaminya dapat membantu menghampiri kebenaran

kandungan, khususnya ayat-ayat yang bermuatan Jadal,yang pernah terjadi di antara

berbagai kalangan yang terekam di dalam al-Qur'an. Dengan memahami Jadal al-Qur'an,

akan lebih memudahkan dalam menafsirkan ayat- ayat al-Qur'an. Bagi pendidikan, jelas

Jadal memiliki pengaruh kuat. sebab, di samping manusia sebagai makhluk yang

thabi'iyah, juga rational dan emosional sekaligus. sehingga dengan Jadal manusia akan

lebih mudah dapat diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan,mencerdaskan kehidupan


bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, membina manusia yang beriman dan

bertaqwa serta berakhlak mulia.

B. Saran

Adapun saran yang penulis harapkan dalam penulisan ini agar membawa manfaat bagi

pembaca dan juga bagi penulis khusunya.

DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Achmad, dkk. Ulumul Qur’an : Pisau Analisis Dalam Menafsirkan

AlQur’An. Cet. I; Yogyakarta, Semesta Aksara, 2019.

Alawi Al-Maliki, Muhammad Ibn. Samudra Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Cet. I; Bandung,

PT. Mizan Pustaka, 2003.

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. ilmu-ilmu al-qur’an : media-media pokok dalam

menafsirkan al-qur’an. Cet. III; Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1993.

Departemen Agama RI, AL-Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung : CV Penerbit JART,

2004. Hasbi ash-Shiddieqy , Teungku Muhammad. ilmu-ilmu al-qur’an : ‘ulum al-qur’an .

Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, 2014.

Abubakar, Achmad, La Ode Ismail Ahmad, Yusuf Assagaf. Ulumul Quran. Cet.I;
Yogyakarta: Semesta Aksara, 2019.

Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya.

Gufron Mohammad dan Rahmawati, Ulumul Qur’an Yogyakarta: Teras, 2013

Khalil Manna’ al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa,

2013.

Muhammad Teungku hasbi Ash Shiddieqi, Ilmu-ilmu Al-Qur-an Ilmu- ilmu Pokok
Dalam Menafsirkan Al- Qur’an, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002).

Setiawan Ebta, Kamus Besar Bahasa Indonesia- Versi 1,1 offline.

Abu Zahrah , Al-Mu'jizat al Kubra, (Beirut: Dar al Fikr, 1970)

Al-Raghib al-Isfahani, Mu'jam Mufradit al-Fadz al-Qur'an, (Beirut: D.ir al-Filr, t.th.),

As-Syuyuti, Jalaluddin Al-Itqon Fii Uluml al-Qur'an, Dar al-fikr Beirut, 1979  M.

Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia,edisi kedua Cet.III

Ibnu Manzhur, Lisan al-'Arab, Jilid XI dari XV Jilid (Beirut: Dar Shadir, t.th.)

Manna' Khalil al-Qaththan Mabdhitsfi uluum al-Qur'an(Beirut: Mansyurat at-Ashr, 1977)

Muhammad Fu'ad Abd. Al Baqy, AI-Mu'jam almufahros Li alFaz al-qur'an al-

Karim, (t.tp.: Angkasa t.th.)


Zahir 'Awad al-Alamaiy Manahij al-Jadal fi al-qur'an al-Karim.

Anda mungkin juga menyukai