Anda di halaman 1dari 14

BENCANA ALAM TSUNAMI

Disusun Oleh :
Friska Novira Maya Dewi
19410003

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MALAHAYATI

TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi saya dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 10 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Tsunami............................................................................................2
B. Karakteristik Tsunami.........................................................................................2
C. Sejarah Tsunami................................................................................................3
D. Jenis-Jenis Tsunami............................................................................................4
E. Penyebab Terjadi Tsunami................................................................................4
F. Mitigasi Tsunami...............................................................................................5
G. Dampak tsunami................................................................................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sangat ditakuti di
Indonesia. Pada saat 2004 silam saja, bencana alam ini merenggut ratusan ribu
jiwa warga Aceh. Bahkan, masyarakat sekitar pantai apabila merasakan gempa
yang cukup besar akan melakukan evakuasi diri menuju tempat yang lebih
tinggi karena khawatir akan terjadi bencana tsunami.
Salah satu bencana geologi ini sering terjadi di negara-negara yang
termasuk ke dalam daerah ring of fire. Daerah ring of fire ini sangat rentan
terjadi gempa vulkanik maupun tektonik sehingga sangat berpotensi juga
untuk terjadi tsunami andai kata pusat gempa berada di lautan. Negara-negara
yang rawan terkena bencana ini di antaranya adalah Indonesia, Jepang,
Filipina, Papua Nugini, India, Bangladesh, Maladewa, dan Australia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tsunami?
2. Bagaimana karakteristik tsunami?
3. Bagaimana sejarah tsunami?
4. Apa saja jenis-jenis tsunami?
5. Apa penyebab terjadinya tsunami?
6. Bagaimana mitigasi bencana tsunami?
7. Apa saja dampak dari tsunami?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tsunami
Istilah tsunami merupakan adopsi dari bahasa Jepang. Tsunami
menurut Beni (2006), adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang
sekarang sudah menjadi istilah yang biasa dipakai di seluruh penjuru dunia.
Tsunami berasal dari kata tsu yang berarti pelabuhan dan nami
memiliki arti ombak. Masyarakat Jepang biasanya setelah terjadi bencana
tsunami akan pergi ke pelabuhan untuk melihat seberapa besar kerusakan yang
ditimbulkan, sehingga dipakailah istilah tsunami (Sutowijoyo 2005).
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia. Tsunami adalah gelombang besar yang dihasilkan oleh gempa bumi
di dasar samudera, letusan gunung api, atau longsoran masa batuan di sekitar
basin samudera (Djunire 2009).
Simandjuntak (1994) mengartikan tsunami sebagai salah satu kejadian
alam yang dicirikan oleh terjadinya pasang naik yang besar secara mendadak
yang biasanya terjadi sesaat setelah terjadi guncangan gempa bumi tektonik.
Gelombang yang dihasilkan oleh bencana alam ini dapat menghancurkan
daerah pemukiman yang berada di dekat pantai.
Berdasarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) (2006), tsunami adalah gelombang laut yang mampu menjalar
dengan kecepatan tinggi hingga lebih dari 900 km/jam, gelombang ini
disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
Tsunami sendiri sangat berkaitan dengan perubahan bentuk dasar laut
dengan cepat karena adanya faktor-faktor geologi, seperti letusan gunung
berapi ataupun gempa bumi (Sudrajat 1994).

B. Karakteristik Tsunami
Karakteristik umum dari tsunami pada dasarnya berbeda dengan
karakteristik ombak pada biasanya. Ombak merupakan gelombang air yang
dihasilkan dari tiupan angin, sedangkan tsunami merupakan gelombang yang

2
3

dibentuk akibat adanya kegiatan geologi bumi. Tsunami merupakan


gelombang yang dapat mencapai panjang gelombang lebih dari 150 km, serta
memiliki kecepatan gelombang seperti pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam
(King 1972). Menurut PVMBG (2006), kecepatan gelombang tsunami
bergantung pada kedalaman laut.
Tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari
100 km di laut lepas dan selisih waktu antara kedua puncak tersebut
diperkirakan antara 10 menit sampai 1 jam. Pada saat mencapai pantai yang
dangkal, teluk, atau muara sungai, gelombang ini kemudian akan menurun
kecepatannya, namun tinggi gelombang akan meningkat sehingga sangat
bersifat merusak benda-benda yang berada di sekitar pantai.
Pada laut dalam, tsunami akan bergerak dengan kecepatan yang sangat
tinggi, yaitu 500 sampai dengan 1000 km/jam. Siklus terjadinya gelombang
kembali berkisar antara hitungan menit sampai satu jam. Saat mendekati
pantai gelombang akan melambat dan ketinggian gelombang akan meninggi.
Tinggi gelombang ini dapat berubah karena adanya konversi energi
dari bentuk energi kinetik menjadi energi potensial. Berkurangnya kecepatan
gelombang yang artinya ada perpindahan energi menjadi energi potensial yang
menyebabkan bertambah tingginya gelombang (Diposaptono dan Budiman
2006).

C. Sejarah Tsunami
Istilah tsunami mulai tersebar luas di belahan dunia setelah terjadinya
gempa besar di Jepang yang menyebabkan tsunami sehingga menewaskan
sekitar 22 000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280 km.
Kejadian tersebut terjadi pada 15 Juni 1896 (Badan Meteorologi dan Geofisika
2010).
Di Indonesia, tsunami diperkirakan terjadi pertama kali pada tahun
1618 di Nusa Tenggara Barat. Dalam kurun waktu tahun 1600 sampai 2006,
Indonesia telah mengalami 108 kali kejadian tsunami. Sekitar 90% tsunami di
Indonesia disebabkan gempa tektonik, 9% akibat letusan gunung api, dan
hanya 1% dipicu oleh tanah longsor.
4

D. Jenis-Jenis Tsunami
Klasifikasi tsunami berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi tsunami vulkanik dan tsunami tektonik. Jenis tsunami vulkanik adalah
jenis tsunami yang disebabkan gempa yang berasal dari kegiatan vulkanik
bumi, sedangkan tsunami tektonik disebabkan karena adanya gempa yang
terjadi akibat aktivitas tektonik bumi.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6/PRT/M/2009,
berdasarkan karakteristiknya tsunami dibedakan menjadi tsunami lokal dan
tsunami berjarak.
1. Tsunami lokal
Tsunami lokal berhubungan dengan episentrum gempa di sekitar
pantai sehingga waktu tempuh dari sumber kejadian sampai ke bibir pantai
berkisar antara lima sampai tiga puluh menit. Biasanya dampak dari
tsunami ini cukup besar karena kekuatan dari gelombang masih sangat
terasa ketika sudah mencapai daratan.
2. Tsunami berjarak
Tsunami berjarak adalah jenis tsunami yang paling umum terjadi di
pantai-pantai yang bertemu langsung dengan Samudera Pasifik. Jenis
tsunami ini memiliki sumber penyebab yang jauh dari bibir pantai
sehingga kekuatan gelombang yang dihasilkan tidak sebesar tsunami lokal.
Waktu tempuh pada saat gempa sampai terjadinya tsunami di daratan
berkisar antara 5.5 jam sampai 18 jam.

E. Penyebab Terjadi Tsunami


Tsunami menurut PVBMG (2006), dapat terjadi dari gempa tektonik
maupun vulkanik apabila memenuhi syarat berikut:
1. pusat gempa terjadi di dasar laut;
2. kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km;
3. magnitude lebih besar dari 6.0 skala Richter;
4. jenis patahan tergolong sesar naik atau sesar turun.
Sedangkan menurut King (1972) dan Anhert (1996), faktor-faktor
yang dapat menyebabkan tsunami adalah sebagai berikut:
5

1. ada retakan di dasar laut yang disertai dengan suatu gempa bumi; retakan
di sini maksudnya adalah suatu zona planar yang lemah yang melewati
daerah kerak bumi;
2. ada tanah longsor, baik yang terjadi di bawah air atau yang berasal dari
atas lautan yang kemudian menghujam ke dalam air;
3. ada aktivitas gunung berapi yang terletak di dekat pantai atau di bawah air
yang sewaktu-waktu dapat terangkat atau tertekan seperti gerakan yang
terjadi pada retakan;
4. berbeda halnya dengan badan meteorologi dan geofisika (2010), menurut
lembaga ini tsunami akan terjadi jika kekuatan gempa lebih dari 7.0 sr,
lokasi pusat gempa di laut dengan kedalaman kurang dari 70 km, serta
terjadi deformasi vertikal dasar laut;
5. gelombang tsunami paling sering disebabkan oleh gempa tektonik dangkal
di perairan samudera Pasifik.

F. Mitigasi Tsunami
Mitigasi adalah suatu aktivitas untuk mengurangi dampak kerusakan
atau kehilangan nyawa. Aktivitas mitigasi bencana alam diperoleh melalui
berbagai tindakan analisis risiko untuk menghasilkan berbagai informasi
perencanaan mitigasi (FEMA 2008).
Menurut Ihsan (2017), mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan
untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu
bencana yang dapat dilakukan sebelum suatu bencana terjadi, termasuk
kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko jangka panjang.
Mitigasi bencana tsunami dapat didekati dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan non fisik dan pendekatan fisik.
1. Pendekatan Mitigasi Non Fisik
Mitigasi bencana tsunami dengan pendekatan non fisik biasanya
dilakukan dengan memetakan tingkat kerawanan daerah tertentu terhadap
bencana tsunami selanjutnya diadakan kegiatan sosialisasi kepada
masyarakat terkait dengan berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami.
Hal-hal yang disosialisasikan kepada masyarakat biasanya mengenai:
6

a. pengertian tsunami;
b. penyebab terjadinya tsunami;
c. ciri-ciri akan terjadinya tsunami;
d. dampak bencana alam tsunami;
e. cara penyelamatan diri dan evakuasi jika terjadi bencana.
Sosialisasi ini penting agar masyarakat nantinya paham dan
mengerti bagaimana cara mereka untuk menyelamatkan diri, andai kata
terjadi bencana alam ini.
Selain dengan sosialisasi, perlu diadakan juga simulasi aksi
bencana tsunami. Simulasi ini dimaksudkan agar masyarakat tidak panik
saat memperoleh informasi ketika akan terjadi bencana alam tsunami.
Dengan adanya simulasi ini juga, masyarakat akan terbiasa dengan
keadaan yang genting sehingga ketika saat terjadi bencana masyarakat
sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan.
2. Pendekatan Mitigasi Fisik
Mitigasi bencana dengan pendekatan fisik dapat dilakukan dengan
upaya struktural, non struktural, maupun gabungan antar keduanya.
Pemilihan upaya mitigasi fisik ini bergantung pada kondisi fisik pantai,
tata ruang, tata guna lahan, serta modal yang tersedia. Mitigasi fisik
tsunami dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah (Ihsan
2017):
a. Pendekatan non struktural dengan sabuk hijau (green belt)
Pendekatan non struktural dengan sabuk hijau misalnya
perlindungan daerah pantai dari bencana tsunami dengan
menggunakan vegetasi, seperti cemara laut (Casuarina equisetifolia),
bakau, pohon api-api, nipah, dan vegetasi lainnya yang berhabitat di
pantai.
Mitigasi dengan cara ini harus memenuhi persyaratan teknis
dari vegetasi tersebut dalam meredam gelombang. Salah satu
parameter yang paling penting adalah nisbah dari lebar hutan bakau
dari pantai sampai ujung hutan mangrove yang menghadap langsung
ke laut (B) dengan panjang gelombang tsunami (L), atau dapat
7

dirumuskan dengan B/L. Semakin besar nilai B/L maka semakin


efektif metode mitigasi bencana tsunami dengan sabuk hijau.
Hutan mangrove atau hutan bakau juga sangat efektif dalam
meredam gelombang air laut atau ombak. Hutan mangrove ini dapat
mencegah terjadinya abrasi juga.
b. Pendekatan struktural dengan peringatan dini
Salah satu upaya struktural dalam mitigasi bencana ini adalah
pemberitahuan dini terjadinya tsunami. Penyampaian informasi ini
dapat menggunakan sirene, lonceng, bel, dan sebagainya. Pemasangan
alat pendeteksi dini mutlak harus dilakukan pada metode ini. Sistem
peringatan dini menggunakan alat sensor kenaikan tinggi muka air
laut, satelit, dan receiver gelombang yang langsung terhubung dengan
alat pemberi tahu bahaya bencana tsunami.
c. Bangunan sipil penahan tsunami
Bangunan sipil yang dikhususkan untuk menahan bencana
tsunami di Indonesia belum pernah dibangun. Bangunan sipil ini dapat
kita temui di negara Jepang. Meskipun sangat efektif dalam meredam
terjangan gelombang air, bangunan ini dinilai merusak nilai estetik dari
suatu lanskap di pantai.
d. Bangunan sipil untuk evakuasi
Lokasi evakuasi harus mudah dijangkau apabila bencana
tsunami benar-benar terjadi. Lokasi evakuasi dapat berupa lahan yang
memiliki ketinggian tertentu dan bangunan tinggi yang tahan terhadap
gelombang dan getaran gempa. Apabila suatu pemukiman jauh dari
dataran yang memiliki elevasi yang tinggi maka perlu dibuat suatu
bangunan sipil yang dikhususkan untuk evakuasi. Bangunan ini sangat
penting untuk mengurangi jumlah korban akibat dari lambatnya proses
evakuasi ke daerah yang lebih tinggi.
8

G. Dampak tsunami
 Dampak Positif Setelah Tsunami
1. Lapangan Kerja
Sisi positif pertama dari dampak tsunami terciptanya lapangan
pekerjaan bagi yang masih hidup. Lapangan kerja yang lama mungkin saja
kosong, setelah penghuni sebelumnya misalnya meninggal karena tsunami.

2. Kegunaan Psikologis
Dalam psikologis dampak tsunami dapat menjalin kerjasama dan bahu-
membahu untuk menolong korban bencana. Sehingga timbul kesadaran bahwa
manusia saling membutuhkan satu sama lain. Tidak heran jika terjadi tsunami
silahturahmi sesama masyarakat akan lebih kokoh.

3. Inovasi Baru
Dengan adanya tsunami kita dapat mengambil sisi negatif menjadi hal
positif. Karena dari hal itu kita dapat terus belajar dan berinovasi, dengan cara
mengetahui sejauh apa kekuatan konstruksi bangunan kita serta
kelemahannya. Kemudian kita akan melakukan inovasi baru untuk
penangkalan apabila bencana tsunami tersebut terjadi kembali tentunya
dengan konstruksi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

 Dampak Negatif

1. Merusak
Tsunami merupakan naiknya air laut ke permukaan, sehingga apa saja
yang dilaluinya dapat habis diterpa oleh tsunami. Misalnya seperti bangunan,
tumbuh-tumbuhan serta mengakitbatkan korban jiwa manusia. Selain itu
tsunami juga menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah dan air bersih.

2. Banyak Memakan Korban Jiwa


9

Dampak paling mengerikan dari tsunami adalah menelan banyak


korban, yang salah satunya bisa saja teman atau keluarga kita. Selain itu
banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban dan kita akan sulit mencari lagi
tenaga ahli yang sesuai dengan profesi dan bidang pekerjaannya.

3. Merusak Fasilitas dan Tata Kota


Tsunami bisa membuat pemerintah kewalahan dalam melaksanakan
pembangunan kota. Karena faktor dana yang dibutuhkan akan lebih besar
dibanding pembangunan sebelum adanya bencana tsunami.

4. Bertambahnya Tingkat Kemiskinan


Korban tsunami pasti akan merasakan kehilangan harta bendanya
karena habis disapu oleh ombak tsunami. Dampak ini menjadi hal negatif
karena bertambahnya tingkat kemiskinan masyarakat yang menjadi korban
tsunami tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut
tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut,
letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor
di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang
dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian
dan kelajuannya.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa
manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah, dan air bersih. Bencana alam tsunami bisa menimbulkan korban lebih
banyak dibandingkan gempa, hal ini karena tsunami terjadi setelah adanya
gempa sehingga korban dan kerugian harga benda dapat berlipat ganda.
Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi jatuhnya korban akibat
bencana tsunami.

H. Saran
Tsunami adalah salah satu bencana alam yang memang menakutkan.
Dampak yang ditimbulkan dari tsunami juga sangat bersifat merusak dan
menghancurkan. Maka dari itu, kita patut lebih mempelajari tentang bencana
alam di sekitar kita. Dengan mempelajari, kita bisa mengetahui bagaimana
tanda-tanda bencana seperti tsunami itu akan terjadi dan akan lebih siap saat
menghadapi terjadinya hal yang tidak di inginkan. Namun kami lebih
menghimbau, agar kita semua lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
Karena Dia-lah penguasa seluruh jagat raya ini. Atas kehendak-Nya juga
seluruh bencana di alam semesta ini dapat terjadi, termasuk bencana tsunami.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Solihuddin, Tubagus, et al. "Dampak Tsunami Selat Sunda di Provinsi Banten dan Upaya
Mitigasinya." Jurnal Segara 16.1 (2020): 15-28.Beni S., Ambarjaya. 2006. Tsunami Sang
Gelombang Pembunuh. Jakarta: CV. Karya Mandiri Pratama.

Diposaptono S., Budiman. 2008. Hidup Akran dengan Gempa dan Tsunami . Bogor: PT. Sarana
Komunika Utama.

Pribadi S, Fachrizal, I Gunawan, I Hermawan, Y Tsuji, SS Han. 2006. Gempa Bumi dan
Tsunami Selatan Jawa Barat 17 Juli 2006. Jakarta: Badan Meteorologi dan Geofisika.

Yulianto E., F. Kusmayanto, N. Supriyatnam Dirhamsyah. 2008. Selamat dari Bencana


Tsunami, Pembelajaran dari Tsunami Aceh dan Pangandaran. Jakarta: UNESCO.

Zaitunah A. 2012. Pemodelan Spasial Kerawanan Kerusakan Akibat Tsunami Pantai Ciamis
Jawa Barat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai