Anda di halaman 1dari 8

KESEPAKATAN BERSAMA

ANTARA
KEPALA BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
NUSA TENGGARA TIMUR
DIREKTORAT JENDERALKONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DENGAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIKKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

NOMOR : PKS. ............/K.5/TU/KUM.3/6/2021


NOMOR :

TENTANG

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR STRATEGIS


DALAM KAWASAN TAMAN WISATA ALAM LAUT (TWAL) GUGUS PULAU TELUK
MAUMERE, KABUPATEN SIKKA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Pada hari Sabtu tanggal Dua Puluh bulan November tahun dua ribu dua puluh satu,
bertempat di Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, kami yang bertanda tangan di bawah
ini:

1. Ir. Arief Mahmud, M.Si. : Kepala Balai Besar Konservasi


: Sumber Daya Alam NusaTenggara
: Timur (BBKSDA NTT), berkedudukan
di Jl. S.K. Lerik Kelapa Lima, Kota
Kupang, Provinsi Nusa Tenggara
Timur, berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (LHK) Nomor
SK.453/MENLHK/SETJEN/PEG.2/8/20
21 tanggal 12 Agustus 2021 tentang
Mutasi dan Pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan yang selanjutnya disebut
PIHAK PERTAMA.

2 Fransiskus Roberto Diogo, S.Sos, M.Si : Bupati Sikka, berkedudukan di jalan El


. Tari Nomor 2 Maumere, Kelurahan
Kota Uneng Kecamatan Alok
Kabupaten Sikka, Berdasarkan

ParafPihakKesatu: _____________________ ParafPihakKedua: ____________________

Halaman | 1
Keputusan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 131.3.6093
Tahun 2018 tanggal 17 September
2018 tentang Pengangkatan Bupati
Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur,
dalam hal ini bertindak untuk dan atas
nama jabatannya serta sah mewakili
Pemerintah Kabupaten Sikka, yang
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA selanjutnya secara bersama-sama


disebut sebagai PARA PIHAK.
PARA PIHAK sepakat untuk melakukan Kesepakatan Bersama dalam rangka
pembangunan strategis dalam kawasan Wisata Alam Laut Gugus Pulau Teluk Maumere
dalam batas kemampuan masing – masing PIHAK.

PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal – hal sebagai berikut :


1) Bahwa Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam NusaTenggara Timur telah
melakukan kesepahaman bersama dalam rangka penguatan tata kelola kawasan dan
konservasi keanekaragaman hayati pada Taman Wisata Alam Laut Gugus Pulau Teluk
Maumere Nomor /Mou/HK/2021 tentang Pembangunan Infrastruktur Dalam
Kawasan Taman Wisata Alam Laut (Twal) Gugus Pulau Teluk Maumere Kabupaten
Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2) Bahwa PIHAK KESATU merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Direktorat
Jenderal KSDAE, Kementerian LHK yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri LHK
Nomor P.8/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tanggal 29 Januari 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja UPT Konservasi Sumber Daya Alam.
3) Bahwa TWAL Gugus Pulau Teluk Maumere ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor SK.3911/MENHUT-VII/KUH/2014 tanggal 14 Mei 2014 dengan luas
71.956,74 hektare.
4) Bahwa PIHAK KESATU mempunyai tugas penyelenggaraan konservasi sumber daya
alam dan ekosistemnya di Cagar Alam Suaka Marga satwa, Taman Wisata Alam dan
Taman Buru.
5) Bahwa, PIHAK KEDUA adalah Bupati Sikka.
6) Bahwa Menteri LHK telah memberikan persetujuan kerjasama pembangunan strategis
yang tidak dapat dielakkan terhadap permohonan pihak kedua pada tanggal 8
Oktober 2021.
7) Bahwa Direktur Jenderal KSDAE telah menindaklanjuti persetujuan Menteri LHK
melalui surat nomor S.821/KSDAE/PIKA/KSA.0/10/2021 tanggal 25 Oktober 2021
tentang Persetujuan Kerja Sama Pembangunan Infrastruktur Strategis di Kawasan
TWAL Gugus Pulau Teluk Maumere atas nama Pemerintah Kabupaten Sikka Provinsi
Nusa Tenggara Timur yang sekaligus mendelegasikan penandatanganan Perjanjian
Kerja Sama (PKS) kepada Kepala Balai Besar KSDA NTT.
8) Bahwa PARA PIHAK akan mendukung program optimalisasi pengelolaan kawasan
konservasi TWA Gugus Pulau Teluk Maumere dengan tetap menjaga keutuhan,
kelestarian dan manfaat kawasan konservasi di Balai Besar KSDA NTT.

ParafPihakKesatu: _____________________ ParafPihakKedua: ____________________

Halaman | 2
DASAR HUKUM
Pasal 1

1. Undang – undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah – daerah


Tingkat II dalam wilayah daerah – daerah tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa tenggara Timur;
2. Undang – undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang – undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang - undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 ahun 2018 tentang Kerja Sama Daerah;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2020 tentang Tata Cara Kerja
Sama Daerah dengan Daerah Lain dan Kerja Sama ZDaerah dengan Pihak Ketiga;
5. Kesepakatan Bersama antara Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam
Nusa Tenggara Timur Direktorat Jenderalkonservasi Sumber Daya Alam Dan
Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan dengan Pemerintah
Daerah Kabupaten Sikka Nomor :

MAKSUD DAN TUJUAN


Pasal 2

(1) Kesepakatan bersama ini dimaksudkan untuk mewujudkan penguatan tata kelola
kawasan dan konservasi keanekaragaman hayati pada Taman Wisata Alam Laut
Gugus Pulau Teluk Maumere.
(2) Kesepakatan Bersama sebagaiman dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk :
a. mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati pada wilayah kerja
BBKSDA NTT dengan tetap menjaga keutuhan, kelestarian dan manfaat kawasan
konservasi;
b. mendukung pembangunan strategis dalam kawasan konservasi.

OBYEK DAN RUANG LINGKUP


Pasal 3

(1) Obyek perjanjian kerja sama PARA PIHAK adalah dukungan pelaksanaan
pembangunan strategis dalam kawasan konservasi Taman Wisata Alam Laut Gugus
Pulau Teluk Maumere, berupa :
a. Pembangunan jalan lingkar luarPulau Besar di Desa Koja Gete, Kecamatan Alok
Timur, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT sepanjang ±3,5 kilo meter, lebar badan
jalan ±4 meter, sisi kiri dan kanan jalan masing-masing ±2 meter dengan koordinat
awa lruas jalan 122024’47,16” BT dan 8028’36,51” LS, koordinat ruas jalan
122024’28,68” BT dan 8027’13,48” LS.
b. Peningkatan jalan Pemana - Ngolo yang menghubungkan Desa Pemana dengan
Desa Gunung Sari di PulauPemanaKecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Provinsi
NTT sepanjang ±3,8 kilo meter, lebar badan jalan ±5 meter, sisi kiri dan kanan
ParafPihakKesatu: _____________________ ParafPihakKedua: ____________________

Halaman | 3
jalan masing-masing ±2 meter dengan koordinat awal ruas jalan 122 019’9,54” BT
dan 8021’ 9,97” LS, koordinat akhir ruas jalan 122 017’ 51,17” BT dan 8021’ 23,65”
LS.
c. Perbaikan jaringan air minum di Desa Koja Gete dan Desa Perumaan Kecamata
Alok Timur Kabupaten Sikka Provinsi NTT. Pemasangan jaringan menggunakan
pipa HDPE ukuran 1 inci dengan total panjang ±3,7 kilo meter (di daratan ±1,3 kilo
meter dan di perairan ±2,4 kilo meter) dengan koordinat awal 12 20 24’ 28,07” BT
dan 80 27’ 14,9” LS, koordinat akhir 1220 26’ 28,82” BT dan 80 27’ 17,04” LS.
d. Peningkatan jaringan air minumDesa Koja Doi berupa Captering pada koordinat
1220 22’ 15,80” BT dan 80 28’ 38,06” LS, reservoir kapasitas semula 15 meter
kubik menjadi 50 meter kubik pada koordinat 122 0 22’ 22,21” BT dan 80 29’ 35,32”
LS, luas lahan±215 M2, jaringan pipa HDPE ukuran semula 1 inci menjadi 3 inci
sepanjang ±8,9 kilo meter yang digelar menuju Dusun Margajong A, Margajong B
dan Koja Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT.
e. Pembangunan PUSKESMAS pembantu (PUSTU) Plus di Desa Koja Gete dan
DesaPerumaan, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT
sebanyak 1 (satu) unit pada areal seluas±0,47 hektare dengan koordinat awal
1220 24’ 45,53” BT dan 80 28’ 34,26” LS. Secaraadministrasiberada

(2) Ruang lingkup kerja sama PARA PIHAK meliputi :


a. Perlindungan pengamanan kawasan
b. Pemulihan ekosistem kawasan
c. Pengembangan wisata alam
d. Konservasi keanekaragaman hayati
e. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi

PELAKSANAAN KEGIATAN
Pasal 4

(1) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana Pasal (2) diuraikan dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Program (RPP), Rencana Kerja Lima Tahunan (RKL) dan Rencana
Kerja Tahunan (RKT) yang dibuat dan disepakati PARA PIHAK dan merupakan
bagian tidak terpisahkan dari perjanjian kerja sama ini.
(2) RPP, RKL, dan RKT tahun pertama, disusun dan ditandatangani paling lambat 3
(tiga) bulan sejak ditandatanganinya perjanjian kerja sama ini.
(3) Dalam hal RPP, RKL, dan RKT sebagaimana pada ayat (1) tidak tersusun, maka
perjanjian kerjasama dibatalkan oleh PIHAK KESATU.

STATUS ASET HASIL KERJA SAMA


Pasal 5

(1) Dalam hal kerja sama berakhir, seluruh hasil kegiatan kerja sama yang berupa
barang bergerak dan tidak bergerak yang bermanfaat bagi pengelolaan konservasi
menjadi milik negara dan diserahkan kepada PIHAK KESATU yang akan
dimanfaatkan untuk kepentingan konservasi sesuai perundang-undangan dengan
jenis barang ditetapkan oleh PIHAK KESATU.
ParafPihakKesatu: _____________________ ParafPihakKedua: ____________________

Halaman | 4
(2) Pemilahan aset sarana prasarana yang akan diserahkan dari PIHAK KEDUA kepada
PIHAK KESATU dilakukan oleh PIHAK KESATU.
(3) Dalam hal kerja sama tidak diperpanjang, maka PIHAK KEDUA berkewajiban
mengeluarkan aset sebagaimana ayat (1) dari dalam kawasan dan merehabilitasi
bekas areal terdampak kerja sama.
(4) Penyerahan aset dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

KEWAJIBAN DAN HAK


Pasal 6

(1) PIHAK KESATU berkewajiban:


a. Bersama-sama PIHAK KEDUA menyusun, menandatangani dan melaksanakan
RPP, RKL, dan RKT.
b. Memberikan akses kepada PIHAK KEDUA untuk melakukan kegiatan
pembangunan 5 (lima) infrastruktur strategis (sesuai obyek Perjanjian
Kerjasama) dalam kawasan TWAL Gugus Pulau Teluk Maumere, Kabupaten
Sikka, Provinsi NTT.
c. Memberikan supervisi pengawasan, pembinaan, arahan pelaksanaan kegiatan
kerja sama.
d. Bersama-sama PIHAK KEDUA melaksanakan pengamanan kawasan dan
kegiatan lainnya sesuai ruang lingkup kerja sama.
(2) PIHAK KESATU berhak:
a. Menerima kontribusi berupa natura (in-kind) dan atau pembiayaan kegiatan dari
PIHAK KEDUA sebagaimana tertuang dalam ruang lingkup kerja sama.
b. Memberikan arahan/teguran lisan maupun tertulis kepada PIHAK KEDUA dalam
hal terjadi penyimpangan dalam proses pelaksanaan kerja sama.
c. Menggunakan data dan informasi, sarana dan tenaga yang diperlukan dari
PIHAK KEDUA dalam rangka kerja sama.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
PIHAK KEDUA dalam rangka kerja sama.
(3) PIHAK KEDUA berkewajiban:
a. Bersama-sama PIHAK KESATU menyusun, menandatangani dan
melaksanakan RPP, RKL dan RKT sesuai jadwal yang disepakati selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan setelah penandatanganan perjanjian kerja sama.
b. Melaksakan program dan kegiatan sesuai ruang lingkup kerja sama .
c. Memberikan kontribusi berupa natura (in-kind) dan atau pembiayaan kegiatan
kepada PIHAK KESATU sebagaimana tertuang dalam ruang lingkup kerja
sama.
d. Menindaklanjuti saran/rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi dari PIHAK
KESATU.
e. Menghindari pembangunan yang menyebabkan fragmentasi habitat sehingga
mengganggu kehidupan liar.
f. Mematuhi dan taat untuk tidak menggunakan material baik hidup atau mati
yang dapat berakibat terjadinya perubahan struktur vegetasi dan keragaman
jenis sehingga muncul spesies invasif maupun terjadi perubahan fungsi
kawasan.
ParafPihakKesatu: _____________________ ParafPihakKedua: ____________________

Halaman | 5
g. Menjaga dan melindungi keberadaan hidupan liar di lokasi kerja sama maupun
di sekitarnya serta dilarang membawa materi dan spesies tumbuhan dan satwa
liar (TSL) dalam keadaan hidup atau mati beserta bagian-bagiannya dari dalam
kawasan.
h. Menyediakan dan menyerahkan perencanaan baseline data dan informasi
kepada pihak KESATU.
i. Melibatkan petugas Unit Pengelola Teknis (UPT) dari pihak KESATU pada
setiap aktivitas dan atau kegiatan pembangunan fisik serta kegiatan
pemeliharaan/pengawasan/pengamanan sarana pada lokasi kerja sama.
j. Meminta persetujuan PIHAK KESATU apabila melaksanakan kegiatan lain
yang tidak tercantum dalam PKS.
k. Meminta persetujuan PIHAK KESATU apabila PIHAK KEDUA melakukan kerja
sama dengan pihak lain.
l. Merehabilitasi kawasan akibat dampak pembangunan kerja sama.
m. Menjamin bahwa peralatan, termasuk alat berat yang digunakan tidak ditujukan
untuk kegiatanmelawanhukum, sepertipengangkutanhasilhutankayumaupun
non kayu.
(4) PIHAK KEDUA berhak untuk :
a. Melakukan kegiatan pembangunan, pemeliharaan dan pemanfaatan sarana
prasarana infrastruktur strategis sesuai obyek Perjanjian Kerjasama
b. Menerima pendampingan dan saran/supervisi dari PIHAK KESATU.
c. Mendapat data dan informasi terkait keberadaan tumbuhan dan satwa liar
berbahaya pada wilayah kerja sama.
d. Mendapatkan pendampingan PIHAK KESATU apabila terjadi permasalahan
kawasan pada lokasi kerja sama.

JANGKA WAKTU
Pasal 7

(1) Perjanjian Kerjasama ini berlaku untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung
sejak tanggal ditandatangani oleh PARA PIHAK.
(2) Dalam hal masih diperlukan, perjanjian kerjasama ini dapat diperpanjang
berdasarkan hasil evaluasi Tim Lingkup Direktorat Jenderal atau Tim Unit
PengelolaTeknis dengan persetujuan Direktur Jenderal KSDAE.
(3) PIHAK KEDUA mengajukan perpanjangan PKS secara tertulis selambat-lambatnya 6
(enam) bulan sebelum perjanjian kerja sama ini berakhir.
(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ada realisasi
kegiatan sebagaimana yang telah disepakati PARA PIHAK, maka perjanjian kerja
sama ini batal demi hukum.

PEMBIAYAAN
Pasal 8

(1) Seluruh biaya dalam rangka pelaksanaan kerja sama ini sebagaimana tertuang
dalam RPP, RKL dan RKT bersumber dari PIHAK KEDUA dan sumber lain yang
tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

ParafPihakKesatu: _____________________ ParafPihakKedua: ____________________

Halaman | 6
(2) Perencanaan dan penggunaan biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan kerja
sama ini berdasarkan prinsip efektif, efisien dan transparan.

BERAKHIRNYA PERJANJIAN KERJA SAMA


Pasal 9

(1) Perjanjian kerja sama ini berakhir, apabila:


a. Jangka waktu perjanjian kerja sama berakhir dan tidak dilakukan perpanjangan;
b. PIHAK KEDUA melakukan tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan;
c. Salah satu pihak mengundurkan diri;
d. PIHAK KEDUA melakukan wanprestasi, atau
e. PIHAK KEDUA tidak menyusun RPP, RKL dan RKT dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan setelah penandatanganan perjanjian kerja sama.
(2) Pengakhiran perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
mempengaruhi hak dan kewajiban PARA PIHAK yang harus diselesaikan terlebih
dahulu sebelum berakhirnya perjanjian kerja sama ini.

KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)


Pasal 10

(1) Apabila terjadi hal-hal yang diluar kekuasaan PARA PIHAK atau force majeure,
dapat dipertimbangkan kemungkinan adanya perubahan lokasi kegiatan dan waktu
pelaksanaan kerja sama dengan persetujuan PARA PIHAK.
(2) Force majeure sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi keadaan:
a. Bencana alam, bencana non alam, bencana sosial
b. Tindakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter
c. Keadaan keamanan yang tidak mengizinkan.
(3) Dalam hal terjadi force majeure sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pihak yang
terkena force majeure harus memberitahukan kepada pihak lainnya secara tertulis
paling lambat 7 (tujuh) hari sejak terjadinya force majeure.
(4) Dalam hal force majeure terjadi terus menerus melebihi 30 (tiga puluh) hari yang
berdampak pada kemampuan salah satu pihak dalam melaksanakan kewajiban
berdasarkanperjanjian kerja sama ini, maka pihak yang terkena dampak force
majeure tersebut dapat mengajukan pengakhiran perjanjian kerja sama.

PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 11

(1) Apabila dikemudian hari terdapat perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian kerja
sama ini, PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan secara musyawarah mufakat.
(2) Apabila upaya penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak membawa hasil yang diharapkan, PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan
secara mediasi, di mana masing-masing pihak menunjuk seorang wakilnya dan
seorang yang ditunjuk bersama PARA PIHAK.
(3) Apabila pada penyelesaian secara musyawarah mufakat serta mediasi
sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan (2) tidak tercapai, maka PARA PIHAK
sepakat untuk menyelesaikan perselisihan melalui Pengadilan Negeri Kupang.
ParafPihakKesatu: _____________________ ParafPihakKedua: ____________________

Halaman | 7
PERUBAHAN (ADENDUM)
Pasal 12

(1) PARA PIHAK sepakat bahwa setiap perubahan dalam perjanjian kerja sama ini
hanya dapat dilakukan atas persetujuan tertulis PARA PIHAK.
(2) Setiap perubahan (adendum) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya berlaku
dan mengikat jika telah disepakati oleh PARA PIHAK dalam bentuk tertulis dibuat
dalam suatu adendumatau amendemen dan ditandatangani oleh wakil-wakil yang
berwenang dari PARA PIHAK yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
perjanjian kerja sama ini.
(3) Usul perubahan (adendum)sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2), diajukan
oleh PIHAK yang satu kepada PIHAK yang lain selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum berlakunya perubahan yang diusulkan.

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN


Pasal 13

(1) Monitoring pelaksanaan kegiatan kerja sama dilakukan dalam rangka memastikan
pelaksanaan RPP, RKLdan RKT yang dilakukan secara berkala dan paling sedikit 1
(satu) tahun sekali oleh PIHAK KESATU.
(2) Evaluasi dilakukan secara periodik setiap 5 (lima) tahun sekali atau pada saat
tertentu sesuai dengan kebutuhan.
(3) Evaluasi dilakukan oleh Tim dari Direktorat Jenderal KSDAE Kementerian LHK.
(4) Pelaporan disusun bersama oleh PARA PIHAK secara periodik mencakup hasil-hasil
kegiatan kerja sama beserta perkembangannya serta kendala dan permasalahan
yang dihadapi.

PENUTUP
Pasal 14

Kesepakatan Bersama ini dibuat dalam rangkap 4 (empat), 2 (dua) diantaranya


ditandatangani di atas meterai secukupnya yang masing – masing mempunyai kekuatan
hukum yang sama setelah ditandatangani dan dibubuhi meterai serta cap instansi PARA
PIHAK serta dapat diperbanyak sesuai kebutuhan.

PIHAK KEDUA, PIHAK KESATU


BUPATI SIKKA Kepala BBKSDA NTT

FRANSISKUS ROBERTO DIOGO Ir. Arief Mahmud, M.Si.


NIP 19671130 199403 1 004

ParafPihakKesatu: _____________________ ParafPihakKedua: ____________________

Halaman | 8

Anda mungkin juga menyukai