ANTARA
KEPALA BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
NUSA TENGGARA TIMUR
DIREKTORAT JENDERALKONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DENGAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIKKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
TENTANG
Pada hari Sabtu tanggal Dua Puluh bulan November tahun dua ribu dua puluh satu,
bertempat di Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, kami yang bertanda tangan di bawah
ini:
Halaman | 1
Keputusan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 131.3.6093
Tahun 2018 tanggal 17 September
2018 tentang Pengangkatan Bupati
Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur,
dalam hal ini bertindak untuk dan atas
nama jabatannya serta sah mewakili
Pemerintah Kabupaten Sikka, yang
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Halaman | 2
DASAR HUKUM
Pasal 1
(1) Kesepakatan bersama ini dimaksudkan untuk mewujudkan penguatan tata kelola
kawasan dan konservasi keanekaragaman hayati pada Taman Wisata Alam Laut
Gugus Pulau Teluk Maumere.
(2) Kesepakatan Bersama sebagaiman dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk :
a. mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati pada wilayah kerja
BBKSDA NTT dengan tetap menjaga keutuhan, kelestarian dan manfaat kawasan
konservasi;
b. mendukung pembangunan strategis dalam kawasan konservasi.
(1) Obyek perjanjian kerja sama PARA PIHAK adalah dukungan pelaksanaan
pembangunan strategis dalam kawasan konservasi Taman Wisata Alam Laut Gugus
Pulau Teluk Maumere, berupa :
a. Pembangunan jalan lingkar luarPulau Besar di Desa Koja Gete, Kecamatan Alok
Timur, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT sepanjang ±3,5 kilo meter, lebar badan
jalan ±4 meter, sisi kiri dan kanan jalan masing-masing ±2 meter dengan koordinat
awa lruas jalan 122024’47,16” BT dan 8028’36,51” LS, koordinat ruas jalan
122024’28,68” BT dan 8027’13,48” LS.
b. Peningkatan jalan Pemana - Ngolo yang menghubungkan Desa Pemana dengan
Desa Gunung Sari di PulauPemanaKecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Provinsi
NTT sepanjang ±3,8 kilo meter, lebar badan jalan ±5 meter, sisi kiri dan kanan
ParafPihakKesatu: _____________________ ParafPihakKedua: ____________________
Halaman | 3
jalan masing-masing ±2 meter dengan koordinat awal ruas jalan 122 019’9,54” BT
dan 8021’ 9,97” LS, koordinat akhir ruas jalan 122 017’ 51,17” BT dan 8021’ 23,65”
LS.
c. Perbaikan jaringan air minum di Desa Koja Gete dan Desa Perumaan Kecamata
Alok Timur Kabupaten Sikka Provinsi NTT. Pemasangan jaringan menggunakan
pipa HDPE ukuran 1 inci dengan total panjang ±3,7 kilo meter (di daratan ±1,3 kilo
meter dan di perairan ±2,4 kilo meter) dengan koordinat awal 12 20 24’ 28,07” BT
dan 80 27’ 14,9” LS, koordinat akhir 1220 26’ 28,82” BT dan 80 27’ 17,04” LS.
d. Peningkatan jaringan air minumDesa Koja Doi berupa Captering pada koordinat
1220 22’ 15,80” BT dan 80 28’ 38,06” LS, reservoir kapasitas semula 15 meter
kubik menjadi 50 meter kubik pada koordinat 122 0 22’ 22,21” BT dan 80 29’ 35,32”
LS, luas lahan±215 M2, jaringan pipa HDPE ukuran semula 1 inci menjadi 3 inci
sepanjang ±8,9 kilo meter yang digelar menuju Dusun Margajong A, Margajong B
dan Koja Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT.
e. Pembangunan PUSKESMAS pembantu (PUSTU) Plus di Desa Koja Gete dan
DesaPerumaan, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT
sebanyak 1 (satu) unit pada areal seluas±0,47 hektare dengan koordinat awal
1220 24’ 45,53” BT dan 80 28’ 34,26” LS. Secaraadministrasiberada
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pasal 4
(1) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana Pasal (2) diuraikan dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Program (RPP), Rencana Kerja Lima Tahunan (RKL) dan Rencana
Kerja Tahunan (RKT) yang dibuat dan disepakati PARA PIHAK dan merupakan
bagian tidak terpisahkan dari perjanjian kerja sama ini.
(2) RPP, RKL, dan RKT tahun pertama, disusun dan ditandatangani paling lambat 3
(tiga) bulan sejak ditandatanganinya perjanjian kerja sama ini.
(3) Dalam hal RPP, RKL, dan RKT sebagaimana pada ayat (1) tidak tersusun, maka
perjanjian kerjasama dibatalkan oleh PIHAK KESATU.
(1) Dalam hal kerja sama berakhir, seluruh hasil kegiatan kerja sama yang berupa
barang bergerak dan tidak bergerak yang bermanfaat bagi pengelolaan konservasi
menjadi milik negara dan diserahkan kepada PIHAK KESATU yang akan
dimanfaatkan untuk kepentingan konservasi sesuai perundang-undangan dengan
jenis barang ditetapkan oleh PIHAK KESATU.
ParafPihakKesatu: _____________________ ParafPihakKedua: ____________________
Halaman | 4
(2) Pemilahan aset sarana prasarana yang akan diserahkan dari PIHAK KEDUA kepada
PIHAK KESATU dilakukan oleh PIHAK KESATU.
(3) Dalam hal kerja sama tidak diperpanjang, maka PIHAK KEDUA berkewajiban
mengeluarkan aset sebagaimana ayat (1) dari dalam kawasan dan merehabilitasi
bekas areal terdampak kerja sama.
(4) Penyerahan aset dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Halaman | 5
g. Menjaga dan melindungi keberadaan hidupan liar di lokasi kerja sama maupun
di sekitarnya serta dilarang membawa materi dan spesies tumbuhan dan satwa
liar (TSL) dalam keadaan hidup atau mati beserta bagian-bagiannya dari dalam
kawasan.
h. Menyediakan dan menyerahkan perencanaan baseline data dan informasi
kepada pihak KESATU.
i. Melibatkan petugas Unit Pengelola Teknis (UPT) dari pihak KESATU pada
setiap aktivitas dan atau kegiatan pembangunan fisik serta kegiatan
pemeliharaan/pengawasan/pengamanan sarana pada lokasi kerja sama.
j. Meminta persetujuan PIHAK KESATU apabila melaksanakan kegiatan lain
yang tidak tercantum dalam PKS.
k. Meminta persetujuan PIHAK KESATU apabila PIHAK KEDUA melakukan kerja
sama dengan pihak lain.
l. Merehabilitasi kawasan akibat dampak pembangunan kerja sama.
m. Menjamin bahwa peralatan, termasuk alat berat yang digunakan tidak ditujukan
untuk kegiatanmelawanhukum, sepertipengangkutanhasilhutankayumaupun
non kayu.
(4) PIHAK KEDUA berhak untuk :
a. Melakukan kegiatan pembangunan, pemeliharaan dan pemanfaatan sarana
prasarana infrastruktur strategis sesuai obyek Perjanjian Kerjasama
b. Menerima pendampingan dan saran/supervisi dari PIHAK KESATU.
c. Mendapat data dan informasi terkait keberadaan tumbuhan dan satwa liar
berbahaya pada wilayah kerja sama.
d. Mendapatkan pendampingan PIHAK KESATU apabila terjadi permasalahan
kawasan pada lokasi kerja sama.
JANGKA WAKTU
Pasal 7
(1) Perjanjian Kerjasama ini berlaku untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung
sejak tanggal ditandatangani oleh PARA PIHAK.
(2) Dalam hal masih diperlukan, perjanjian kerjasama ini dapat diperpanjang
berdasarkan hasil evaluasi Tim Lingkup Direktorat Jenderal atau Tim Unit
PengelolaTeknis dengan persetujuan Direktur Jenderal KSDAE.
(3) PIHAK KEDUA mengajukan perpanjangan PKS secara tertulis selambat-lambatnya 6
(enam) bulan sebelum perjanjian kerja sama ini berakhir.
(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ada realisasi
kegiatan sebagaimana yang telah disepakati PARA PIHAK, maka perjanjian kerja
sama ini batal demi hukum.
PEMBIAYAAN
Pasal 8
(1) Seluruh biaya dalam rangka pelaksanaan kerja sama ini sebagaimana tertuang
dalam RPP, RKL dan RKT bersumber dari PIHAK KEDUA dan sumber lain yang
tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Halaman | 6
(2) Perencanaan dan penggunaan biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan kerja
sama ini berdasarkan prinsip efektif, efisien dan transparan.
(1) Apabila terjadi hal-hal yang diluar kekuasaan PARA PIHAK atau force majeure,
dapat dipertimbangkan kemungkinan adanya perubahan lokasi kegiatan dan waktu
pelaksanaan kerja sama dengan persetujuan PARA PIHAK.
(2) Force majeure sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi keadaan:
a. Bencana alam, bencana non alam, bencana sosial
b. Tindakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter
c. Keadaan keamanan yang tidak mengizinkan.
(3) Dalam hal terjadi force majeure sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pihak yang
terkena force majeure harus memberitahukan kepada pihak lainnya secara tertulis
paling lambat 7 (tujuh) hari sejak terjadinya force majeure.
(4) Dalam hal force majeure terjadi terus menerus melebihi 30 (tiga puluh) hari yang
berdampak pada kemampuan salah satu pihak dalam melaksanakan kewajiban
berdasarkanperjanjian kerja sama ini, maka pihak yang terkena dampak force
majeure tersebut dapat mengajukan pengakhiran perjanjian kerja sama.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 11
(1) Apabila dikemudian hari terdapat perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian kerja
sama ini, PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan secara musyawarah mufakat.
(2) Apabila upaya penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak membawa hasil yang diharapkan, PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan
secara mediasi, di mana masing-masing pihak menunjuk seorang wakilnya dan
seorang yang ditunjuk bersama PARA PIHAK.
(3) Apabila pada penyelesaian secara musyawarah mufakat serta mediasi
sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan (2) tidak tercapai, maka PARA PIHAK
sepakat untuk menyelesaikan perselisihan melalui Pengadilan Negeri Kupang.
ParafPihakKesatu: _____________________ ParafPihakKedua: ____________________
Halaman | 7
PERUBAHAN (ADENDUM)
Pasal 12
(1) PARA PIHAK sepakat bahwa setiap perubahan dalam perjanjian kerja sama ini
hanya dapat dilakukan atas persetujuan tertulis PARA PIHAK.
(2) Setiap perubahan (adendum) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya berlaku
dan mengikat jika telah disepakati oleh PARA PIHAK dalam bentuk tertulis dibuat
dalam suatu adendumatau amendemen dan ditandatangani oleh wakil-wakil yang
berwenang dari PARA PIHAK yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
perjanjian kerja sama ini.
(3) Usul perubahan (adendum)sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2), diajukan
oleh PIHAK yang satu kepada PIHAK yang lain selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum berlakunya perubahan yang diusulkan.
(1) Monitoring pelaksanaan kegiatan kerja sama dilakukan dalam rangka memastikan
pelaksanaan RPP, RKLdan RKT yang dilakukan secara berkala dan paling sedikit 1
(satu) tahun sekali oleh PIHAK KESATU.
(2) Evaluasi dilakukan secara periodik setiap 5 (lima) tahun sekali atau pada saat
tertentu sesuai dengan kebutuhan.
(3) Evaluasi dilakukan oleh Tim dari Direktorat Jenderal KSDAE Kementerian LHK.
(4) Pelaporan disusun bersama oleh PARA PIHAK secara periodik mencakup hasil-hasil
kegiatan kerja sama beserta perkembangannya serta kendala dan permasalahan
yang dihadapi.
PENUTUP
Pasal 14
Halaman | 8