Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK


ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI
PADA NY. LT USIA 36 TAHUN P2002
WANITA USIA SUBUR

DI UPTD PUSKESMAS SELAT


TANGGAL 26 NOVEMBER 2021

Oleh :
NI PUTU TYA PRAMESTI ISWARI
P07124321023

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN DENPASAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI
PADA NY. LT USIA 36 TAHUN P2002
WANITA USIA SUBUR

OLEH :
NI PUTU TYA PRAMESTI ISWARI
P07124321023

Telah disahkan,
Denpasar, November 2021

Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Lapangan Pembimbing Institusi

Ni Made Artini, SST Ni Made Dwi Purnamayanti, S.SiT.,M.Keb


NIP. 197503011994022003 NIP. 198002012008122001

Mengetahui,
Ketua Prodi Profesi Kebidanan

Ni Wayan Armini, SST., M.Keb


NIP. 19810130 200212 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan “Laporan Akhir Praktik Kebidanan Holistik Fisiologis Pada
Asuhan Kesehatan Reproduksi”tepat pada waktunya. Dalam penyusunan laporan akhir ini,
penulis banyak mendapat saran, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Dr. Ni Nyoman Budiani, M. Biomed, selaku ketua jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Denpasar
2. Ibu Ni Luh Putu Sri Erawati,S.SiT.,MPH selaku PJMK praktik kebidanan fisiologis
holistik Pada Keluarga Berencana dan Kesehtan Reproduksi
3. Ni Made Dwi Purnamayanti,S.SiT., M.Keb selaku pembimbing institusi dalam PK
Fisiologis Holistik Pada Keluarga Berencana dan Kesehtan Reproduksi
4. Ni Made Artini, SST selaku pembimbing lapangan praktik kebidanan fisiologis holistik
pada Keluarga berencana dan Kesehtan Reproduksi
5. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyusunan laporan akhir praktik kebidanan fisiologis holistik ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap
laporan pendaluhuan yang kami susun ini guna perbaikan kedepannya. Demikianlah kiranya
para pembaca, apabila ada hal-hal yang kurang berkenan kami mohon maaf. Semoga
laporan ini bermanfaat untuk semua pihak. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Denpasar, November 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Praktikum ................................................................................................ 3
D. Manfaat Praktikum .............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................
B. Konsep Pemeriksaan IVA ................................................................................... 5
C. Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi pada Pemeriksaan IVA ................... 8
BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................................. 15
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 14
BAB V PENUTUP ..................................................................................................
A. Simpulan ........................................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18
LAMPIRAN ..............................................................................................................

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah suatu hal yang penting bagi manusia, tanpa kesehatan manusia
tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan sehat menurut World Helath
Organization (WHO) merupakan suatu keadaan sejahtera meliputi fisik, mental, dan
sosial yang bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan faktor yang
penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara sosial dan ekonomi
(Maulana, 2009).
Menurut WHO, 490.000 perempuan didunia setiap tahun di diagnose terkena kanker
serviksdan 80 % berada di Negara Berkembang termasuk Indonesia. Setiap 1 menit
muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena kanker
serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang
meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena
kanker serviks.
Kesehatan reproduksi adalah suatu kesehatan sehat mental, fisik dan kesejahteraan
sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta
proses dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kesehatan spiritual dan
material yang layak, bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa, spiritual memiliki hubungan
yang serasi, selaras, seimbang antara anggota keluarga dan antar keluarga dan
masyarakat dan ligkungan (BKKBN, 1996 ).
Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker termasuk faktor-faktor risiko
dan upaya pencegahannya masih kurang. Terdapat 90-95 % faktor risiko terkena kanker
berhubungan dengan perilaku dan lingkungan. Karena itu perlu ada suatu gerakan
bersama, menyeluruh dan berkesinambungan untuk meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap kanker terutama kanker serviks. Insiden kanker serviks sebenarnya
dapat ditekan dengan melakukan upaya pencegahan primer seperti meningkatkan atau
intensifikasi kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk menjalankan pola hidup
sehat, menghindari faktor risiko terkena kanker, melakukan immunisasi dengan vaksin
5
HPV dan diikuti dengan deteksi dini kanker serviks tersebut melalui pemeriksaan pap
smear atau IVA (inspeksi visual dengan menggunakan asam acetat). Saat ini cakupan
“screening” deteksi dini kanker serviks di Indonesia melalui pap smear dan IVA masih
sangat rendah (sekitar 5 %), padahal cakupan “screening” yang efektif dalam
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena kanker serviks adalah 85 %.
Maka untuk itu penting melakukan screening melalui IVA untuk mengurangi kejadian
kematian karena kanker serviks di Indonesia (Nining Novita,dkk, 2016)
Untuk pencegahan dan pengendalian kanker servix di Indonesia, pemerintah telah
melakukan berbagai upaya antara lain deteksi dini kanker leher rahim pada perempuan
usia 30-50 tahun dengan menggunakan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA).
Skrining bertujuan untuk mendeteksi perubahan prakanker, yang jika tidak diobati dapat
menyebabkan kanker. Wanita yang ditemukan memiliki kelainan pada skrining perlu
ditindak lanjuti, diagnosis dan pengobatan, untuk mencegah perkembangan kanker atau
untuk mengobati kanker pada tahap awal.
Tes IVA adalah sebuah pemeriksaan skrinning pada kanker serviks dengan
menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan dapat dilihat dengan pengamatan
secara langsung (Nugroho, 2010 dalam Rahayu 2015). Berdasarkan hasil uji diagnostik,
pemeriksaan IVA memiliki sensitifitas 84%, spesifisitas 89%, nilai duga positif 87%, dan
nilai duga negatif 88%, sedangkan pemeriksaan pap smear memiliki sensitifitas 55%,
spesifisitas 90%, nilai duga positif 84%, dan nilai duga negatif 69%, sehingga dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan IVA lebih cepat memberikan hasil
sensitivitas yang tinggi (Wiyono dkk, 2008). Metode IVA ini merupakan sebuah metode
skrinning yang praktis dan murah, sehingga diharapkan temuan kanker serviks dapat
diketahui secara dini (Rasjidi, 2012).
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis dalam
kesempatan ini tertarik untuk membahas bagaimana asuhan kebidanan
kesehatan reproduksi yang diberikan pada “Ny. LT usia 36 tahun wanita usia
subur” di UPTD Puskesmas Selat pada tanggal 26 November 2020.

6
B. Tujuan Praktikum

1. Tujuan umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana yang

diberikan pada Ny. LT usia 36 tahun wanita usia subur dengan pemeriksaan

IVA.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi data subjektif secara

lengkap pada Ny. LT usia 36 tahun wanita usia subur dengan keluhan

leukorrhea di UPTD Puskesmas Selat

b. Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi data objektif secara

lengkap pada Ny. LT usia 36 tahun wanita usia subur dengan pemeriksaan

IVA di UPTD Puskesmas Selat

c. Mampu menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan dan

masalah pada Ny. LT usia 36 tahun wanita usia subur dengan pemeriksaan

IVA di UPTD Puskesmas Selat

d. Mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan secara komprehensf pada Ny.

Ny. LT usia 36 tahun wanita usia subur dengan pemeriksaan IVA di

UPTD Puskesmas Selat

C. Manfaat Prakikum

1. Manfaat teoritis

Hasil praktikum ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan dan informasi terkait asuhan kebidanan keluarga berencana dan

kesehatan reproduksi.

7
2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi pelayanan kesehatan

Praktikum ini dapat dijadikan sebagai masukan terhadap pembaharuan

ilmu pendidikan terkait asuhan kebidanan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi sehingga.

b. Manfaat bagi institusi pendidikan

Praktikum ini sebagai evaluasi pada pelaksanaan program praktikum

terkait asuhan kebidanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi dan

sebagai evaluasi ketrampilan maupun pemahamam mahasiswa sehingga dapat

membantu untuk menetukan kualitas pendidikan yang harus diterapkan

dikemudian hari.

c. Manfaat bagi mahasiswa praktik selanjutnya

Praktikum serta laporan akhir praktik ini dapat dijadikan sebagai

referensi bagi mahasiswa selanjutnya sebelum memasuki lahan praktikum

sebagai pedoman sehingga mahasiswa bisa memposisikan dirinya ketika di

lahan praktik dan menyerap serta mengimplementasikan ilmunya dengan baik.

8
BAB

II

TINJAUAN

PUSTAKA

A. Konsep Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

1. Pengertian IVA

IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara

melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas

leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%. Apabila setelah pulasan

terjadi perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka

kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada

perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada kanker

serviks (Wijaya, 2017).

Tes visual menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 2%) dan

larutan iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang

terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang

mengalami displasia sebagai salah satu metode skrining kanker mulut

rahim (Rasjidi, 2015).

2. Tujuan Pemeriksaan IVA

Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan

pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui

kelainan yang terjadi pada leher rahim (Nugroho, 2016).

3. Keunggulan Pemeriksaan IVA


Pada tes pap smear harus menunggu waktu mendapatkan hasilnya sedangkan
9
IVA tidak perlu menunggul lama, karena hasilnya akan segera diketahui.
Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari Pap Smear. Dalam waktu 60 detik
kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak putih yang bisa dicurigai sebagai lesi
kanker. Dengan deteksi dini secara teratur, kanker serviks dapat diketahui lebih awal
dan ditangani lebih cepat.
4. Kelebihan Metode Skrining IVA
a. Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
c. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
d. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat
dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan
oleh semua tenaga medis terlatih
e. Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat sederhana.
f. Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.
5. Prosedur Diagnosis IVA
a. Siapa Yang Harus Menjalani Tes IVA
Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua wanita berusia 30
dan 45 tahun. Kanker leher rahim menempati angka tertinggi diantara wanita
berusia antara 40 dan 50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana
lesi pra-kanker lebih mungkin terdeteksi, biasanya 10 sampai 20 tahun lebih
awal.
Sejumlah faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan kanker leher
rahim, diantaranya sebagai berikut:
1) Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia<20)\
2) Memiliki banyak pasangan seksual (wanita atau pasangannya)
3) Riwayat pernah mengalami IMS (Infeksi Menular Seksual), seperti
Chlamydia atau gonorrhea, dan khususnya HIV/AIDS
4) Ibu atau saudara perempuan yang memiliki kanker leher rahim
5) Hasil Pap Smear sebelumnya yang tak normal
6) Merokok
7) Tidak sedang datang bulan/haid
8) Tidak sedang hamil
10
9) 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Selain itu, ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh (mis.,
HIV/AIDS) atau mengunakan costicosteroid secara kronis (mis.,pengobatan
asma atau lupus) berisiko lebih tinggi terjadinya kanker leher rahim jika mereka
memiliki HPV. (FK.UI.,dll., 2007)
6. Kapan Harus Menjalani Tes IVA
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat
menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran.
Tes tersebut dapat dilakukan pada wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki
IMS atau HIV/AIDS. Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes, termasuk ketika
konseling dibutuhkan. Untuk masing-masing hasil akan diberikan beberapa
instruksi baik yang sederhana untuk ibu tersebut (mis., kunjungan ulang untuk
tes IVA setiap 1 tahun secara berkala atau 3/5 tahun paling lama) atau isu-isu
khusus yang harus dibahas seperti kapan dan dimana pengobatan dapat
diberikan, risiko potensial dan manfaat pengobatan, dan kapan perlu merujuk
untuk tes tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut.

a. Indikasi dan Kontraindikasi Pemeriksaan IVA


1. Indikasi pemeriksaan IVA
Keputusan untuk melakukan skrining kanker serviks dengan
pemeriksaan IVA juga perlu mempertimbangkan adanya faktor-faktor
risiko kanker serviks seperti, sebagai berikut :
1) Riwayat keluarga dengan penderita kanker serviks
2) Perilaku seksual, sering berganti pasangan seksual, usia pertama
melakukan hubungan seksual < 16 tahun.
3) Riwayat infeksi menular seksual seperti klamidia atau gonorrhea
4) Merokok, dan
5) Penggunaan metode pil kontrasepsi dalam jangka waktu yang panjang.
2. Kontraindikasi Pemeriksaan IVA
Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena
daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak
tampak dengan pemeriksaan inspikulo (Rasjidi, 2015).
7. Penilaian Klien.
11
Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:
1) Riwayat menstruasi
2) Pola pendarahan (mis.; paska coitus atau mens tak teratur)
3) Paritas
4) Usia pertama kali berhubungan seksual
5) Penggunaan alat kontrasepsi
b. Peralatan dan Bahan Lain
IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana sebagai berikut
ini:
1) Meja periksa
2) Sumber cahaya/lampu
3) Spekulum Bivalved (Cusco or Graves)
4) Rak atau wadah peralatan
c. Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan tes IVA harus tersedia di
tempat:
1) Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan keputihan
dari serviks (leher rahim) dan untuk mengoleskan asam asetat ke leher rahim.
2) Sarung tangan periksa harus baru
3) Spatula kayu; digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika
menonjol melalui bilah spekulum.
4) Asam asetat; adalah bahan utama cuka. Larutan asam asetat (3-5%)
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada leher
rahim.
Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi leher
rahim (sel-sel epithel) dengan menghasilkan reaksi “acetowhite”. Pertama-tama
petugas melakukan menggunakan spekulum untuk memeriksa leher rahim, lalu
dibersihkan untuk menghilangkan keputihan, kemudian asam asetat dioleskan
secara merata pada serviks. Setelah minimal 1 menit, serviks dan seluruh SSK
(sambungan skuamokolumner), sebagai sambungan antara epitel skuamous dan
epitel glanduler diperiksa untuk melihat apakah terjadi perubahan acetowhite.
hasil tes (positif atau negatif) harus dibahas.

12
8. Cara Penggunaan
a. IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5% pada permukaan
mulut rahim. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang
disebut aceto white epithelium.
b. Hasil dari pemeriksaan ini adalah bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA
positif. Maka jika hal itu terjadi maka dapat dilakukan biposy.
c. Untuk mengetahui hasilnya langsung pada saat pemeriksaan.
d. Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan oleh bidan atau dokter di
Puskesmas atau di tempat praktek bidan dengan biaya yang cenderung lebih
ekonomis. (Sukaca, 2009 : 100)
9. Langkah-Langkah Melakukan Tes IVA
Penilaian Klien
a. Menyambut pasien dengan hormat dan penuh keramahan
b. Menjelaskan mengapa tes IVA direkomendasi dan menjelaskan prosedurnya
c. Memberitahukan pasien kemungkinan temuan dan apa follow up atau terapi
yang dibutuhkan.
1. Kategori IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
a. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
b. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya
(polip serviks).
c. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini
yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA
karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia
ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
d. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan
stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat
kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).

13
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal/Bulan/Tahun : Jumat, 26 November 2020


Tempat Pelayanan : UPTD Puskesmas Selat

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny. LT Tn. MH
Umur : 36 tahun 39 tahun
Agama : Hindu Hindu
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Pendidikan : S1 S1
Pekerjaan : Guru Pegawai Bank
Alamat : Bd. Sukaluwih, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat
No. Telepon : 081936427xxx
Jaminan Kesehatan : BPJS Kls I BPJS Kls I

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan datang untuk melakukan pemeriksaan IVA rutin, mengeluh sedikit
keputihan tidak berbau.
3. Riwayat menstruasi atau Haid
Ibu mengatakan menarch saat berusia 14 tahun, dengan siklus haid yang teratur
setiap bulannya dengan siklus 28 hari, lama menstruasi biasanya 3-5 hari, 3-4x
ganti pembalut setiap harinya. Ibu juga mengatakan tidak ada keluhan yang
dialami selama menstruasi.

14
4. Riwayat perkawinan/pernikahan
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan pertamanya yang sah secara agama
maupun negara, ibu menikah disaat berusia 26 tahun dan suami berusia 29 tahun.
Lama pernikahan ibu sudah 10 tahun
5. Riwayat Obstreti
a. Anak pertama ibu berjenis kelamin laki-laki berusia 8 tahun, lahir aterm
dengan persalinan spontan di tolong oleh tenaga kesehatan, BBL 3400 gram,
LK/LD 32/33 cm, keadaan sekarang sehat.
b. Anak kedua jenis kelamin perempuan berusia 6 tahun, lahir aterm dengan
persalinan spontan di tolong oleh tenaga kesehatan, BBL 3500 gram, LK/LD
32/33 cm, keadaan sekarang sehat.
6. Riwayat Kontrasepsi

Ibu mengatakan saat ini menggunakan KB IUD yang sudah berlangsung selama
1 tahun, tidak ada keluhan yang dirasakan oleh ibu.
7. Riwayat Kesehatan Lalu dan Sekarang

Ibu mengatakan tidak pernah keguguran, tidak sedang atau pernah menderita
penyakit kandungan seperti tumor, kista, mioma, ca serviks. Ibu juga tidak
memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, kanker, asma, hepatitis,
DM, epilepsy ataupun alergi. Ibu tidak memiliki riwayat di rawat di rumah sakit
ataupun ketergantung terhadap obat-obatan, makanan ataupun minuman
beralkohol.
8. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan ibu kandungnya menderita Kanker servix, maka dari itu ibu rutin
melakukan pemeriksaan IVA.
9. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan

a. Biologis

1) Nutrisi, ibu makan 3-4x dalam sehari dengan porsi sedang terdiri dari nasi,
sayuran hijau, daging terkadang ayam, ikan, dll.
2) Eliminasi, ibu BAB 1x/hari dengan warna kecoklatan, konsistensi lembek,
tidak ada keluhan. BAK 3-5x/hari warna kuning jernih, tidak ada keluhan.
15
3) Personal Hygiene, ibu mandi 2x/hari, keramas setia 2 hari sekali, sikat gigi
2x/hari, ganti baju sekali dalam sehari, ganti pakaian dalam 2x/hari.
4) Polsa seksual, ibu mengatakan sering berhubungan seksual, hampir 4-5x
dalam seminggu. Terkadang ibu merasa tidak nyaman saat berhubungan
seksual akibat keputihan yang dialaminya.
b. Psikologis.

Ibu mengatakan perasaannya saat ini sedikit cemas akan keadaannya namun
tetap mencoba untuk tenang dan menerima bagaimana hasil pemeriksaan
nanti.
c. Riwayat Sosial Ekonomi

Tinggal dengan : Baik


Hubungan dengan keluarga : Baik
Hubungan dengan lingkungan tempat tinggal : Baik
Hubungan dengan lingkungan tempat kerja : Baik
Kebutuhan ditanggung : Suami
Kepemilikan rumah : Pribadi
Jenis rumah : Permanen
Kondisi lingkungan tempat tinggal : Bersih.
Pernah tinggal di daerah kritis : Tidak
Pengambil keputusan : Istri bersama suami
Pernah mengalami kekerasan : Tidak

d. Riwayat Spiritua
Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat beribadah.

10. Riwayat pemeriksaan kesehatan reproduksi


a. Pap Smear : tidak pernah
b. IVA : 2 Tahun lalu, hasil negative
c. Sadari : Sering dilakukan dirumah

16
11. Pengetahuan
Tanda-tanda menopause : Ibu mengetahui tentang hot flashes, vagina kering, libido
menuru, insomnia, mood swing, dan atigue
Kebersihan reproduksi : Ya
Tanda-tanda IMS : Ya

B. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Antopometri : BB : 60 kg, TB : 161 cm
Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg, S : 36,7oC, N : 82 kali/menit, Res : 20 kali/menit

1. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normal

Rambut : Bersih

Wajah : Normal, tidak ada kelainan

Mata : Tidak ada kelainan, konjungtiva merah muda dan


sklera berwarna putih
Bibir & mulut : Bibir tampak lembab, tidak ada kelainan.
Gigi : Bersih, tidak ada karies ataupun gigi berlubang
Telinga : Bersih
Leher : Normal. Tidak ada kelainan
Dada dan aksila : Tidak ada kelainan, bentuk payudara simetris, tidak
ada kelainan lain yang ditemukan.
Abdomen : Tidak ada kelainan
Vulva : Tidak ada kelainan
Anus : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Kuku tampak merah muda dan bersih

2. Pemeriksaan penunjang : Dilakukan pemeriksaan

17
3. Hasil konseling lanjutan dan informed consent untuk intervensi : Ibu menyetujui
tindakan yang akan dilakukan, kesepakatan kunjungan ulang tanggal 24 Mei
2021

C. ANALISA
Diagnosa : Ny. LT usia 36 tahun P2002 wanita usia subur

D. PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan umum ibu


dalam batas normal, ibu paham.

2. Melakukan informed consent kepada ibu terkait tindakan yang akan dilakukan,
ibu menyetujui tindakan yang akan diberikan.
3. Menjelaskan kepada ibu seputar tindakan yang akan dilakukan, ibu mgerti dan
mau bekerjasama selama pemeriksaan dilakukan.
4. Menyiapkan ibu dalam pakaian dan posisi yang diperlukan, ibu dalam posisi
litotomi
5. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan selama tindakan IVA, speculum
kapas DTT,asam asetat 5%, lidi kapas steril telah siap di meja pemeriksaan.
6. Melakukan inspeksi pada pelipatan paha dan vulva ibu dan melihat reaksi ibu,
ibu tampak biasa saja, tidak ada rasa sakit atau nyeri yang dirasakan.
7. Melakukan vulva hygiene pada ibu, vulva tampak sisa sisa keputihan berwarna
putih dan tidak berbau.
8. Memasukkan spekulum ke dalam vagina ibu sampai ditemukan serviks, serviks
telah ditemukan dan nampak keputihan yang dialami ibu menutupi bagian
serviks ibu.
9. Membersihkan keputihan tersebut menggunakan kapas DTT dan kemudian
mengoleskan asam asetat 3-5% menggunakan lidi kapas pada portio ibu dan
memutarnya secara 360º searah jarum jam serta memperhatikan perubahan warna
yang terjadi pada portio, tidak tampak adanya perubahan warna pada portio ibu.
10. Melepaskan alat pemeriksaan pada tubuh ibu dan menyarankan ibu untuk

18
kembali mengemas pakaiannya dan kembali ke ruang pemeriksaan, ibu paham
11. Memberikan KIE kepada ibu terkait hasil pemeriksaan, yaitu sebagai berikut :
a. Keputihan fisiologis yang dialami oleh ibu, ibu paham
b. Personal hygiene termasuk vulva hygiene dan sex hygiene yang harus
diterapkan dan ditingkatkan oleh ibu, ibu paham
12. Menginformasikan kepada ibu untuk kembali melakukan pemeriksaan IVA 6
bulan lagi yaitu pada tanggal 24 Mei 2021, ibu setuju dan bersedia.

19
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif diperoleh data pasien atas nama

Ny. LT usia 36 tahun merupakan wanita usia subur memiliki dua orang anak dengan

jarak usia 2 tahun. Hasil pengkajian diperoleh riwayat kesehatan Ny. LT tidak

memiliki riwayat penyakit apapun. Ny. LT bermaksud untuk melakukan pemeriksaan

IVA yang rutin ia lakukan setian 6 bulan. Aktivitas seksual ibu dengan suaminya

masih rutin dilakukan setiap minggunya.

Berdasarkan hasil pengkajian data objektif yang diperoleh melalui

pemeriksaan fisik, didapatkan hasil yaitu keadaan ibu dalam batas normal. Sehingga

bidan dapat menegakkan analisa data terkait asuhan yang akan diberikan yaitu “Ny.

LT usia 36 tahun wanita usia subur dengan pemeriksaan IVA”.

Asuhan kebidanan terkait identifikasi gangguan kesehatan reproduksi pada

Ny. LT usia 36 tahun dengan pemeriksaan IVA secara umum sudah sesuai dengan

teori. Ny. LT yang datang dengan tujuan untuk melakukan pemeriksaan IVA rutin

dikarenakan ibu memiliki riwayat kanker serviks dari keluarga. Dimana ibu kandung

dari Ny. LT menderita kanker serviks. Bila seorang wanita mempunyai saudara

kandung atau ibu yang mempunyai kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan

2-3 kali lebih besar untuk juga mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan

orang normal. Beberapa peneliti menduga hal ini berhubungan dengan berkurangnya

kemampuan untuk melawan infeksi HPV. Ibu mengatakan ia cukup cemas dengan

20
keadaannya maka dari itu Ny. LT memutuskan untuk melakukan skrining kanker

serviks secara rutin guna mencegah keterlambatan diagnosis dan penanganan.

Adapun konseling edukasi dan informasi yang diberikan untuk Ny. LT yaitu

terkait keadaan organ reproduksi ibu saat ini terdeteksi tidak mengalami masalah

kesehatan apapun, namun ibu tetap disarankan untuk rutin melakukan pemeriksaan

deteksi dini kanker serviks setiap 6 bulan sekali sebab ibu yang sudah berstatus

menikah dan memiliki suami, secara tidak langsung aktif dalam berhubungan

seksual. Oleh karena itu, selalu ada kemungkinan tumbuhnya sel kanker dalam tubuh

ibu.

Penyebab kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV) yang sering

kali tidak menimbulkan gejala sampai pada tahap yang lebih parah. Banyak orang

tidak tahu kapan mereka terinfeksi HPV dan banyak orang dapat menularkan infeksi

HPV tanpa menyadarinya. Cara penularan kanker serviks dapat melalui jalur seksual

dan non seksual. Untuk menghindari penularan melalui jalur seksual, penting untuk

menjaga konsistensi dalam melakukan hubungan seksual pada satu pasangan.

Sedangkan untuk mencegah penularan kanker serviks melalui jalur non seksual dapat

dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga kebersihan organ

reproduksi wanita secara pribadi terutama saat toilet caring di toilet kantor, pasar dan

tempat umum lainnya.

Untuk mengatasi masalah kecemasan ibu, bidan juga menyarankan untuk

melakukan vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi virus HPV. Mengatur pola

makan yang sehat serta bergizi seimbang serta menjalankan pola hidup bersih dan

sehat juga merupakan salah satu upaya dalam pencegahan timbulnya sel kanker

21
dalam tubuh. Selain itu, sangat ditekankan untuk ibu menerapkan personal hygiene

yang baik, yaitu dengan mengganti pakaian dalam ketika terasa lembab, selalu

mencuci organ reproduksi ketika setelah BAB/BAK maupun setelah berhubungan

seksual dan menjamin bahwa organ reproduksi ibu dalam keadaan kering. Selain itu,

cara membersihkan alat kelamin juga harus diperhatikan, bersihkan alat kelami dari

arah depan ke belakang untuk menghindari adanya bakteri dari anus yang masuk ke

saluran reproduksi ataupun saluran kencing.

22
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari pemaparan kasus dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa asuhan kebidanan kesehatan reproduksi yang diberikan pada Ny.

LT usia 36 tahun dengan pemeriksaan IVA di UPTD Pusekasmas Selat sudah sesuai

dengan teori, serta hasil pemeriksaan menunjukan IVA Negatif dan tidak terdapat

tanda-tanda infeksi maupun keganasan pada Ny. LT. Asuhan yang diberikan juga

sudah berdasarkan kebutuhan pasien dan sudah menjawab semua kecemasan yang

dirasakan oleh pasien.

B. Saran

Dari penyusunan laporan akhir praktik ini, diharapkan laporan ini dapat

bermanfaat bagi penulis laporan ini sendiri, mahasiswa praktik selanjutnya, dewan

pengajar institusi maupun lahan praktik serta professional kesehatan. Penulis

menyadari pemaparan dari laporan akhir praktik ini masih jauh dari kata sempurna

sehingga kritik saran yang bersifat membangun sangat diterima penulis demi

menyempurnakan laporan akhir praktik ini.


DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta.

DinKes Provinsi Jawa Tengah. 2011. Profil Kesehatan 2011 Provinsi Jawa Tengah.
Semarang.

DinKes Kota Semarang. 2011. Profil Kesehatan 2011 Kota Semarang.

Karwati, Dewi P, Sri M. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas).


Trans Info Media: Jakarta.

Maharani, Sabrina. 2009. Mengenal 13 Jenis Kanker dan Pengobatannya.


Katahati: Jogjakarta.

Machfoedz Ircham, Eko Suryani, Sutrisno, Sabar Santosa. 2005. Pendidikan


Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Fitramaya: Yogyakarta.

Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. EGC: Jakarta.

Mubarok, W.I. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Salemba Medika:


Jakarta.
Lampiran 1

Anda mungkin juga menyukai