OLEH
1
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK KELUARGA
BERENCANA PADA NY. “SW” USIA 29 TAHUN P2002 WANITA USIA
SUBUR AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN
DI UPTD PUSKESMAS SELAT
TANGGAL 26 NOVEMBER 2021
OLEH :
NI PUTU TYA PRAMESTI ISWARI
P07124321023
Telah disahkan,
Denpasar, November 2021
Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Lapangan Pembimbing Institusi
Mengetahui,
Ketua Prodi Profesi Kebidanan
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan “Laporan Akhir Praktik Kebidanan Holistik
Fisiologis Pada Asuhan Keluarga Berencana”tepat pada waktunya. Dalam
penyusunan laporan akhir ini, penulis banyak mendapat saran, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Dr. Ni Nyoman Budiani, M. Biomed, selaku ketua jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
2. Ibu Ni Luh Putu Sri Erawati,S.SiT.,MPH selaku PJMK praktik kebidanan
fisiologis holistik Pada Keluarga Berencana.
3. Ni Made Dwi Purnamayanti,S.SiT., M.Keb selaku pembimbing institusi
dalam PK Fisiologis Holistik Pada Keluarga Berencana.
4. Ni Made Artini, SST selaku pembimbing lapangan praktik kebidanan fisiologis
holistik pada Keluarga berencana.
5. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang
telah membantu dalam penyusunan laporan akhir praktik kebidanan fisiologis
holistik ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
terhadap laporan pendaluhuan yang kami susun ini guna perbaikan kedepannya.
Demikianlah kiranya para pembaca, apabila ada hal-hal yang kurang berkenan kami
mohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pihak. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih.
Denpasar, November 2021
Penulis
3
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................................. 2
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus ......................................................... 3
D. Manfaat Penulisan Laporan ............................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga Berencana ................................................................ 4
B. Konsep Dasar Kontrasepsi ............................................................................. 4
C. Kontrasepsi Suntik DMPA ............................................................................. 7
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................... 13
BAB IV PEMBAHASAN KASUS ................................................................... 17
BAB V PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................................... 20
B. Saran ............................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia masih menduduki urutan keempat dengan penduduk terbanyak di
dunia dengan jumlah penduduk 255.461.686 jiwa (Kemenkes RI,2016). Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) memprediksi jumlah penduduk
Indonesia berpotensi menjadi terbesar sedunia setelah China dan India jika laju
pertumbuhannya tidak 1rof ditekan secara sigifikan.
Program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi laju
pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dengan gerakan keluarga berencana dan
pemakaian alat kontrasepsi secara sukarela kepada pasangan usia subur (PUS)
(Rismawati, dkk, 2015). Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan
laju pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas,
menurunkan angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk membentuk keluarga kecil
berkualitas (Yuhedi dan Kurniawati, 2013).
Persentase pemakaian kontrasepsi modern (modern contraceptive
prevalence rate/mCPR) di Provinsi Bali sebesar 66,25%. Metode kontrasepsi
modern yang paling banyak digunakan yaitu suntik KB (34,93%) sampai dengan
bulan Desember 2018. Pencapaian KB suntik terdapat di Kota Denpasar (13.509
peserta) (BKKBN Provinsi Bali, 2018).Ketersediaan layanan KB bagi perempuan
terdapat dalam beberapa metode, dan perempuan harus dapat menimbang berbagai
1rofes dalam memilih metode KB yang sesuai bagi dirinya, termasuk status
kesehatan mereka, efek samping dari metode tersebut, konsekuensi terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan, kerjasama dari pasangan, dan norma budaya yang
mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi. Berbagai pilihan alat kontrasepsi
ditawarkan kepada masyarakat dari mulai yang sederhana sampai yang
permanen/mantap, yaitu mulai pil, suntik, spiral dan Intra Uterine Device (IUD).
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional
1
serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB oleh
karena aman, efektif, dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 2010).
Salah satu metode kontrasepsi suntik yaitu KB suntik DMPA. Kontrasepsi
suntik DMPA cukup aman dan sangat efektif dalam mencegah kehamilan apabila
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Tingkat efektifitasnya cukup tinggi yaitu 0,3 kehamilan per 100 perempuan. Cara
kerjanya diantaranya mencegah ovulasi, mengentalkan serviks sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput tipis dan atrofi
serta menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2011). Penggunaan
suntikan DMPA sebagai alat kontrasepsi cukup popular di kalangan masyarakat
terutama masyarakat dari kalangan menengah ke bawah karena selain cukup aman
dan efektif jenis kontrasepsi ini murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat. Akseptor KB suntuk 3 bulan yang sudah terlanjut nyaman cenderung
enggan untuk mengganti cara. Padahal, efek samping yang dapat ditimbulkan dari
penggunaan KB suntik 3 bulan yang terlalu lama yaitu peningkatan berat badan dan
peningkatan tekanan darah.
Melalui PK fisiologis keluarga berencana, mahasiswa profesi bidan diharapkan
dapat memberikan asuhan dan menerapkan teori yang sudah didapatkan di
perkuliahan. Hal tersebut melatarbelakangi penulis untuk membahas tentang
asuhan kebidanan keluarga berencana pada ny. “sw” usia 29 tahun p2002 wanita
usia subur akseptor kb suntik 3 bulan di uptd puskesmas selat tanggal 26 november
2021
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Mahasiswa profesi bidan mampu memberikan asuhan kebidanan keluarga
berencana sesuai dengan standar asuhan kebidanan secara mandiri, professional
dan berkualitas dengan selalu memperhatikan aspek budaya.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data secara lengkap, jelas, akurat,
b. Menetapkan kebidanan serta masalah kebidanan dengan menerapkan cara
berfikir kritis
2
c. Menyusun perencanaan asuhan kebidanan keluarga berencana
d. Melaksanakan asuhan kebidanan keluarga berencana dengan pendekatan
holistic
e. Melakukan evaluasi secara komprehensif pada asuhan kebidanan keluarga
berencana
f. Melakukan pendokumentasian asuhan keluarga berencana
3
BAB II
KAJIAN TEORI
4
Sekarang sudah ada jenis kondom untuk wanita, angka kegagalan dari penggunaan
kondom ini 5-21%.
2) Coitus Interuptus
Coitus 5rofessiona atau senggama terputus adalah menghentikan senggama
dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan
dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga 5rofessi sehat untuk
digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko kegagalan
dari metode ini cukup tinggi.
3) Siklus Kalender
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara,
yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode 5rofes serviks
4) Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma
mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8%
kehamilan (Sulistyawati, 2011)
b. Kontrasepsi Hormonal
1) Pil
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk 5rofessi tablet yang
berisi gabungan 5rofess estrogen dan 5rofessional (Pil Kombinasi) atau hanya
terdiri dari 5rofess 5rofessional saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi
untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan 5rofes
mulut 5rofe sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam 5rofe, dan menipiskan
lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil
sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10%
untuk mini pil.
2) Kb Suntik
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB
3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat
terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan,
pemakaian jangka 5rofess 5rof terjadi penurunan libido, dan densitas tulang.
5
3) Implan
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya
dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung levonogestrel.
Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan
akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka
kegagalannya 1-3% (Saiffudin, 2010)
c. Kontrasepsi Non Hormonal (alat)
1) IUD
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam 6rofe yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari 6rofess (6rofessional), ada yang dililit
tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya
hanya berisi 6rofess 6rofessional. Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran telur
sehingga pada waktu blastokista sampai ke 6rofe endometrium belum siap
menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan
sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi
anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1% (Saifuddin, 2010)
d. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara
mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke
6rofe), efektivitasnya mencapai 99 %.
2) Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi
keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas
defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%
(Saifuddin, 2010)
6
Menunda Kehamilan <20 tahun Pil, IUD dan metode
sederhana
Pada usia < 20 tahun merupakan usia yang memiliki risiko tinggi maka dari
itu sebaiknya pada usia tersebut dianjurkan untuk tidak memiliki anak terlebih
dahulu. Prioritas penggunaan alat kontrasepsi yang dianjurkan diantara pil oral
dikarenakan pengguna masih muda. Sedangkan pada usia diatas 30 terutama diatas
35 tahun kontrasepsi yang dianjurkan menjadi pilihan utama yaitu kontrasepsi
mantap (Kontap) dikarenakan pada usia tersebut dianjurkan untuk mengakhiri
kehamilan karena alasan medis dan alasan lainnya (Hartanto, 2010)
Umur merupakan hal yang sangat berperan dalam penentuan untuk
menggunakan alat kontrasepsi karena pada fase-fase tertentu dari umur menentukan
tingkat reproduksi seseorang. Umur yang terbaik bagi seorang wanita adalah antara
20-30 tahun karena pada masa inilah alat-alat reproduksi wanita sudah siap dan
cukup matang untuk mengandung dan melahirkan anak. Bila ditinjau pola dasar
penggunaan kontrasepsi yang rasional maka masa mencegah kehamilan (30 tahun)
dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi dengan urutan kontap, AKDR/ IUD,
implant, suntik, pil KB, dan kondom. Dengan demikian umur akan menentukan
dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan (Rizali, 2013).
7
(Saifuddin, 2011). Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau
melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan
sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah untuk menghindari
atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
matang dengan sel sperma (BKKBN, 2011).
Kontrasepsi suntik DMPA merupakan metode kontrasepsi suntik yang
mengandung 150 mg DMPA dan diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskuler di daerah bokong (Saifuddin, 2011). Kontrasepsi suntik Depo
Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) adalah kontrasepsi hormonal yang berisi
komponen progesterone yang diberi secara intramuscular (IM) pada muskulus
gluterus maximus (bokong) dalam jangka waktu 12 minggu, mengandung 150 mg
(Saifuddin, 2011).
2. Keuntungan Kontrasepsi Suntik DMPA
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d. Tidak mengandung estrogren sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
f. Sedikit efek samping
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopouse
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
k. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Saifuddin, 2011)
3. Keterbatasan Kontrasepsi Suntik DMPA
a. Sering ditemukan gangguan haid seperti:
1) siklus haid yang memendek atau memanjang
2) perdarahan yang banyak atau sedikit
3) perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
4) tidak haid sama sekali
8
b. Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntikan.
c. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikutnya.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
e. Tidak menjamin terhadap perlindungan penularan IMS, Hepatitis B/ HIV
f. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
g. Pada penggunaan jangka 9rofess dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, jerawat. (Saifuddin,
2011).
4. Mekanisme Kerja
a. Mencegah ovulasi. Kb suntik meningkatkan kadar hormone progestin di dalam
tubuh, sehingga menghambat luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga
tidak terjadi ovulasi. Kadar follicle stimulating hormone (FSH) dan LH
menurun dan tidak terjadi lonjakan LH, menghambat perkembangan folikel dan
mencegah ovulasi
b. Mengentalkan 9rofes servik dan menjadi sedikit sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma. Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit.
Perubahan siklus yang normal pada 9rofes servik. Secret dari servik tetap dalam
keadaan di bawah pengaruh progesteronn hingga menyulitkan penetrasi
spermatozoa.
c. Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi dari
ovum yang telah dibuahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan
menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium
untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah dibuahi.
d. Menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin mempengaruhi kecepatan
transport ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap
kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba (Hanafi, 2012)
9
b. Nulipara dan yang telah memiliki anak
c. Menghendaki kontrasepsi jangka 10rofess
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
e. Setelah abortus atau keguguran
f. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
g. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
h. Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan 10rofessiona) atau obat
tuberculosis (rifampisin)
i. Tekanan darah < 180/110 mmhg, dengan masalah gangguan pembekuan darah,
anemia bulan sabit dan anemia defisiensi besi
6. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin/DMPA
a. Hamil atau dicurigai hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea
d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e. Diabetes mellitus disertai komplikasi
7. Lokasi Penyuntikan
Lokasi penyuntikan KB baik kombinasi maupun suntikan progestin
berdasarkan consensus internasional bahwa disuntikkan di bokong yaitu pada
muskulus ventro gluteal secara IM. Musculus ini dapat diukut dari Spina Iliaka
Anterior Superior (SIAS) sampai dengan os coccygeus kemudian diambil 1/3
bagian dari SIAS. Penyuuntikan dilakukan secara IM dengan sudur 90o bertujuan
agar penyerapannya maksimal Hal yang perlu diperhatikan sebelum injeksi adalah
memastikan obat tercampur dan tidak mengendap dengan cara dikocok terlebih
dahulun (Hanafi, 2012)
8. Efek Samping KB suntik DMPA
a. Amenorea
Gangguan menstruasi berupa amenorea pada akseptor KB suntik DMPA
menurut (Hanafi, 2012) dapat disebabkan karena 10rofessional dalam komponen
DMPA menekan LH sehingga endometrium menjadi lebih dangkal dan atrofis
dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Pada umumnya amenore tidak perlu
diobati secara rutin. Berdasarkan hasil penelitian, efek samping akseptor KB suntik
10
DMPA setelah 2 tahun pemakaian berupa gangguan menstruasi amenorea yaitu
dari 74 responden, sebanyak 39 responden (52,7%) mengalami gangguan
menstruasi berupa amenorea setelah 2 tahun pemakaian (Rahayu, 2017).
b. Spotting
Spotting menurut BKKBN (2012) adalah bercak-bercak perdarahan di luar
haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik dan gangguan pola haid
spotting disebabkan karena menurunnya 11rofess estrogen dan kelainan atau
terjadinya gangguan 11rofess. Penggunaan kontrasepsi suntik progestin
menyebabkan ketidakseimbangan 11rofess, dengan penggunaan suntik hormonal
tersebut membuat dinding endometrium yang semakin menipis hingga
menimbulkan bercak perdarahan. Efek pada pola haid tergantung pada lama
pemakaian. Perdarahan inter menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan
jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar. Perdarahan bercak
merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya
pemakaian tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami amenorea makin
banyak dengan makin lamanya pemakaian.
c. Keputihan
Keputihan yang terjadi pada akseptor KB suntik DMPA dapat disebabkan
karena ibu kurang menjaga kebersihan alat kelamin dan pakaian yang digunakan,
hal ini sesuai dengan pendapat BKKBN (2012) yaitu penyebab dari keputihan
adalah karena efek progesterone merubah flora dan PH vagina, sehingga jamur
mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan. Untuk mengatasi
keputihan maka dapat ditanggulangi dengan menjaga kebersihan daerah kemaluan,
memotivasi agar tetap memakai alat kontrasepsi suntikan. Namun bila keputihan
dirasa gatal, cairan berwarna kuning atau kehijauan atau berbau tidak sedap,
dan keputihan terus berlangsung maka pemakaian suntikan dihentikan sementara.
Keputihan menurut BKKBN (2012) merupakan keluarnya cairan berwarna putih
dari dalam vagina atau adanya cairan putih di mulut vagina. Penyebab dari
keputihan adalah karena efek 11rofessional merubah flora dan PH vagina,
sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan.
d. Peningkatan berat badan
11
Permasalahan berat badan menurut Saifuddin (2010) merupakan efek
samping tersering. Ada ahli yang menyebutkan bahwa penggunaan KB suntik Depo
Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) 12rof berefek pada penambahan berat
badan. Terjadinya kenaikan berat badan kemungkinan disebabkan karena 12rofess
12rofessional mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, juga
menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunnya aktivitas fisik, akibatnya
dapat menyebabkan berat badan bertambah. Penyebab terjadinya perubahan berat
badan belum diketahui. Hipotesa para ahli, DMPA merangsang pusat
pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan
lebih banyak dari biasanya (Hartono, 2010).
e. Peningkatan Tekanan Darah
Efek samping kontrasepsi suntik yang paling utama gangguan pola haid
sedangkan efek yang lain tidak kalah pentingnya adalah adanya peningkatan
tekanan darah dan peningkatan berat badan antara 1-5 kg. Pelayanan kontrasepsi
adalah bagian dari program keluarga berencana yang sangat dibutuhkan untuk
mewujudkan upaya peningkatan kualitas hidup penduduk. Alat kontrasepsi yang
paling banyak digunakan adalah jenis suntikan yaitu kontrasepsi suntikan progestin
(depoprovera). Efek samping yang penting akibat penggunaan kontrasepsi suntik
adalah kenaikan tekanan darah, tekanan darah dapat naik akibat penggunaan obat-
obatan termasuk menggunakan kontrasepsi suntik, sebuah penelitian yang
dilakukan pada 62 sampel akseptor KB suntik didapat hasil responden penelitian
dengan tekanan darah posisi normal sebanyak 44 responden dan responden yang
mengalami pre hipertensi dengan pemakain alat kontrasepsi suntik sebesar 18
responden jadi dapat diketahui bahwa ada hubungan antara pemakaian alat
kontrasepsi suntik dengan tekanan darah. Salah satu efek samping yang mungkin
disebabkan oleh kontrasepsi ini yaitu terjadi perubahan pada peningkatan renin
substrat (angiotensin) dan lipid serum pada penggunaan jangka 12rofess, dimana
didapatkan terjadi penurunan kadar High Density Lipoprotein-kolesterol
(HDLkolesterol) yang dapat meningkatkan risiko meningkatnya tekanan darah
(Asare et al, 2014)
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif
1. Identitas
Ibu Suami
Nama NY SW TN EN
Umur 29 Tahun 32 Tahun
Agama Hindu Hindu
Suku/Bangsa Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Pendidikan SMA SMP
Pekerjaan Swasta Swasta
Alamat Bd Prangsari Tengah, Desa
Duda Utara Kecamatan Selat
No HP 085852846xxx
2. Alasan datang
Ibu ingin kunjungan ulang suntik KB 3 bulan, tidak ada keluhan lain yang
dirasakan.
3. Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan terakhir menstruasi 1 bulan yang lalu, namun hanya barupa
flek darah dengan durasi 1 hari. Ibu mengatakan menstruasi tidak teratur
sejak menggunakan KB suntik 3 bulan.
13
4. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan bahwa status perkawinannya sah dengan lama usia
pernikahan 9 tahun, umur istri saat menikah adalah 20 tahun, dan umur
suami pada saat menikah juga 23 tahun.
5. Riwayat Obstetri
Jumlah anak hidup 2 orang dan umur anak terkecil 3 tahun. Tidak sedang
menyusui
6. Riwayat Ginekologi
Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit seperti infertilitas, mioma/kista,
kanker, kelainan menstruasi, infeksi kandungan, IMS dan lain-lain.
7. Riwayat KB
Ibu hanya menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan selama 3 tahun dan
tidak ada keluhan saat menggunakan KB suntik 3 bulan.
14
f. Psikologis : Ibu mengatakan tujuan pemakaian kontrasepsi adalah untuk
mengatur jarak kehamilan, dan ibu merasa bahwa ia dan suami juga sudah
siap secara mental.
g. Social : ibu mengatakan bahwa hubungan antar keluarga di lingkungannya
baik, dukungan keluarga baik, pengambilan keputusan dilakukan keluarga,
serta tidak ada budaya yang menghambat kontrasepsi.
h. Spiritual : Untuk masalah spiritual, ibu mengatakan tidak ada larangan
apapun dari agama yang dianutnya terkait dengan pemakaian kontrasepsi.
10. Pengetahuan : Ibu mengatakan sudah mengetahui terkait dengan alat
kontrasepsi diantaranya kelemahan, dan efek samping alat kontrasepsi,
kemudian dari hasil konseling awal dan informed consent ibu setuju untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum: baik
Kesadaran: composmentis,
Antopometri: BB sebelumnya : 58 kg, BB saat ini: 58 kg, TB: 158 cm,
Tanda Vital : TD: 100/70 mmHg, Suhu: 36,6oC, Nadi: 82 kali/menit,
Respirasi: 16 kali/menit
2. Pemeriksaan fisik
Wajah : Tidak ada kelainan , tidak pucat, tidak ada cloasma dan
jerawat tidak ada oedema
Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
Bibir : Merah muda, lembab
Dada : Simetris, tidak teraba massa, tidak ada retraksi putting susu,
tidak ada nyeritekan, tidak ada pembengkakan dan benjolan.
Abdomen : Tidak ada kelainan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada retraksi,
tidak ada bekas operasi
Vulva : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Kuku merah muda, tidak oedema, dan tidak ada varises
15
C. ANALISA
Ny. Sw Usia 29 Tahun P2002 Wanita Usia Subur Akseptor Lama Kb Suntik 3
Bulan
Masalah:
Tidak ada
D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Ibu dan suami, Ibu dan suami
paham penjelasan bidan.
2. Melakukan informed consent suntik KB 3 bulan, Ibu setuju
3. Meminta persetujuan ibu melalui informed consent mengenai tindakan yang
akan dilakukan, Ibu bersedia dan form informed consent sudah di tanda
tangani.
4. Menyiapkan alat, bahan dan KB suntik 3 bulan. Bahan, alat, dan KB Suntik
3 bulan sudah siap
5. Melakukan injeksi KB Suntik 3 bulan depomedroksi progesterone accetat
150 mg sebanyak 1 cc pada 1/3 SIAS secara IM. Tidak ada nyeri dan reaksi
alergi
6. Mengingatkan kembali efek samping dan dampak yang mungkin timbul
penggunaan KB suntik 3 bulan terlalu lama, Ibu paham
7. Menyepakati kunjungan ulang KB suntik 3 bulan pada tanggal 19 Febuari
2022. Ibu bersedia untuk datang kembali
16
BAB IV
PEMBAHASAN
17
mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan
perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba (Hanafi,
2012)
Ny. SW mengatakan siklus menstruasi tidak teratur dan terakhir menstruasi
1 bulan yang lalu dan hanya berupa flek darah. Amenorea dan spoting merupakan
efek samping dari KB suntik 3 bulan. Gangguan menstruasi berupa amenorea pada
akseptor KB suntik DMPA menurut (Hanafi, 2012) dapat disebabkan karena
18rofessional dalam komponen DMPA menekan LH sehingga endometrium
menjadi lebih dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif.
Pada umumnya amenore tidak perlu diobati secara rutin. Berdasarkan hasil
penelitian, efek samping akseptor KB suntik DMPA setelah 2 tahun pemakaian
berupa gangguan menstruasi amenorea yaitu dari 74 responden, sebanyak 39
responden (52,7%) mengalami gangguan menstruasi berupa amenorea setelah 2
tahun pemakaian (Rahayu, 2017).
Spotting menurut BKKBN (2012) adalah bercak-bercak perdarahan di luar
haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik dan gangguan pola haid
spotting disebabkan karena menurunnya kadar estrogen dan kelainan atau
terjadinya gangguan menstruasi. Penggunaan kontrasepsi suntik progestin
menyebabkan ketidakseimbangan hormon, dengan penggunaan suntik hormonal
tersebut membuat dinding endometrium yang semakin menipis hingga
menimbulkan bercak perdarahan. Efek pada pola haid tergantung pada lama
pemakaian. Perdarahan inter menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan
jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar. Perdarahan bercak
merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya
pemakaian tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami amenorea makin
banyak dengan makin lamanya pemakaian.
Ny. SW telah menggunakan metode kontrasepsi KB suntik 3 bulan selama
3 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, efek samping yang ditemukan pada
kontrasepsi suntik 3 bulan adalah perubahan berat badan, gangguan haid, depresi,
keputihan, jerawat dan sebagainya. Penelitian ini merupakan penelitian dengan
jenis deskriptif korelasional, dengan menggunakan pendekatan cross-sectional
untuk mengetahui gambaran efek samping akseptor KB suntik Depo Medroksi
18
Progesterone Acetat (DMPA) setelah 2 tahun pemakaian. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 74 responden. Sebagian besar responden mengalami
gangguan menstruasi berupa amenorea yaitu sebanyak 39 responden (52,7%), dan
mengalami peningkatan berat badan yaitu sebanyak 43 responden (58,1%)
(Rahayu, 2017)
19
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. SW usia 29 tahun akseptor KB
suntik 3 bulan. Ibu datang kunjungan ulang KB suntik 3 bulan dan mengatakan
tidak ada keluhan. Riwayat menstruasi tidak teratur sejak menggunakan KB suntik
3 bulan. Haid terakhir 1 bulan yag lalu hanya berupa flek darah. Ibu telah
menggunakan KB suntik 3 bulan selama kurang lebih 3 tahun. Ibu sudah
mengetahui tentang efek samping dari penggunaan KB suntuk 3 bulan. Hasil
pemeriksaan tekanan darah menunjukkan hasil 100/70 mmHg. Hasil pemeriksaan
fisik head to toe tidak ada kelainan. Analisa yang dapat diteggakkan yaitu WUS
sehat dengan Akseptor Lama KB suntik 3 bulan. Masalah yang dialami tidak ada
B. Saran
1. Bagi Lahan Praktek
Agar mempertahankan dan meningkatkan mutu layanan terhadap pasien,
dengan tenaga yang profesional dalam memberikan pelayanan dan dapat
memberikan pelayanan berbasis komplementer sesuai evidence based.
2. Bagi Mahasiswa
20
DAFTAR PUSTAKA
21
DOKUMENTASI
22
.
23
24