Anda di halaman 1dari 27

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Islam dan Budaya Lokal Husnul Hatimah, M. Pd

“ KERAJAAN PRA ISLAM DI NUSANTARA PRA ISLAM DI


KALIMANTAN ”

Oleh Kelompok 3 :

Fitriati Azizah : 18.14.00 48


Misbatun Nisa : 18.14.00 58
Siti Noor Khofifah : 18.14.00 79

PROGRAM STUDI PIAUD

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA

2021
2
KATA PENGANTAR

Dengan Mengucapakan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, atas kehendak

nya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ Kerajaan Pra Islam di

Nusantara Pra Islam Kalimantan “. Meskipun banyak sekali kekurangan dan

kesalahan didalamnya, namun kami berharap bisa memberikan sedikit

pengetahuan tentang hal yang kami tulis ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penuliasan makalah ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu kami, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Dan semoga  makalah ini dapat bernmanfaat bagi pembaca.

Martapura, Oktober 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Pra Islam di Nusantara.............................................................. 4

B. Kondisi Nusantara Pra Islam.................................................................. 5

C. Kerajaan-Kerajaan Hindu Budha di  Indonesia pra Islam..................... 12

D. Awal Mula Kerajaan Islam di Kalimantan............................................ 12

E. Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan................................................ 14

F. Peta Penyebaran Kerajaan Islam di Kalimantan.................................... 21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 22
B. Saran..................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang  
Indonesia merupakan Negara kepulauan di asia tenggara yang banyak
di singgahi oleh pedagang-pedagang asing sehingga dari sinilah
kebudayaan-kebudayaan islam mulai memasuki kepulauan Indonesia.
Adapun sebelum masuknya islam di Indonesia peradaban yang ada di
Indonesia adalah hinduisme dan budhisme yang peninggalan-
peninggalannya masih bisa dibuktiikan sampai sekarang seperti bangunan
candi, relief dan sebagainya.
Peradaban bangsa Indonesia dan malaka telah mengenal jaman
sejarah, yakni zaman di mana mereka telah mengenal tulisan.zaman ini
adalah atas pengaruh agama hindu dan budha yang mengenal huruf
pallawa. Pengaruh ini berlangsung antara tahun 1400-1478, bahwa
masuknya hinduisme membawa perubahan besar, yaitu kedudukan raja
yang semula atas pemilihan ” primus inter pares” berubah menjadi sistem
dinasti berdasarkan hukum kasta.
Sebelum Islam masuk ke Indonesia, agama Hindu dan  Budha telah
berkembang luas di nusantara ini, disamping banyak yang masih menganut
animism dan dinamisme, kedua agama itu kian lama kian pudar cahayanya
dan akhirnya kedudukannya sepenuhnya diganti oleh agama Islam yang
kemudian menjadi anutan 85 hingga 95% rakyat Indonesia.
Secara geografis, wialayah Indonesia termasuk ke dalam kawasan
Asia Tenggara. Masyarakat di wilayah ini telah memiliki peradaban yang
tinggi sebelum kedatangan Islam. Hal itu disebabkan karena wilayah Asia
Tenggara merupakan Negara-negara yang memiliki kesamaan budaya dan
agama. Bangsa Indonesia dalam sejarahnya telah mengenal tulisan yang
diajarkan oleh para penyebar agama Hindu dan Budha.pengaruh ini telah
berlangsung cukup lama, mungkin sejak abad ke-6 atau ke-7 M sampai

1
abad ke-14 dan ke-15 M. pengaruh Hinduisme dan Budhisme membawa
perubahan besar, terutama dalam sistem pemerintahan.
Bukti dari pengaruh agama Hindu dan Budha bagi masyarakat
Indonesia dapat dilihat dari banyaknya bangunan-bangunan suci untuk
peribadatan, seperti candi-candi, ukiran, dan sebagainya. Semua bangunan
itu merupakan perpaduan antara seni bangunan zaman megalithicum,
seperti punden berundak-undak.ukiran dan relief yang terdapat di
dalamnya menggambarkan kreatifitas bangsa Indonesia
Critera epos Ramayana dari pujangga walmiki, merupakan sumber
lakon pertunjukan wayang Indonesia bersama ceritera Ramayana. Seni
pagelaran wayang ini merupakan hasil budaya hindu yang banyak
digemari.
Di bidang seni bangunan, candi merupakan pengaruh hindu dan budha
yang lebih menonjol lagi, bahkan bangunan-bangunan candi Indonesia
dapat memberikan petunjuk khusus sebagai peninggalan pengaruh
hinduisme dan budhisme, sekalipun sebenarnya pola bangunan candi
Indonesia adalah berasal dari seni bangunan prasejarah. Bahkan pada
bangunan ini banyak pula gambar-gambar relief pada dinding candi yang
melukiskan flora dan fauna Indonesia asli, bukan dari hindia. 

B. Tujuan
1. Mengetahui Sejarah Pra Islam di Nusantara
2. Mengetahui keadaan Nusantara pra Islam (Geografis, Pemerintahan,
Agama, dan Kebudayaan)
3. Mengetahui kerajaan-kerajaan di Nusantara pra Islam
4. Mengetahui Kerajaan Pra Islam di Kalimantan

2
C. Rumusan Masalah
1. Sejarah Pra Islam di Nusantara
2. Keadaan Nusantara Sebelum Masuknya Islam Di Indonesia Yang
Meliputi Keadaan Geografis, Pemerintahan, Agama, Dan Kebudayaan.
3. Macam-Macam Kerajaan Yang Pernah Berdiri Di Indonesia Sebelum
Masuknya Islam.
4. Bagaimana Awal Mulanya Kerajaan Islam Di Kalimantan?
5. Kerajaan-Kerajaan Apa Saja Yang Bercorak Islam Di Kalimantan?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pra Islam di Nusantara


Menurut Para Ahli Masyarakat orang Melayu datang ke wilayah Asia
Tenggara dapat digolongkan kepada. Proto melayu (melayu pertama atau
melayu tua) datang lebih awal sekitar 3000 – 2500 SM. Mereka umumnya
generasi yang masih mempertahankan paham animisme dan dinamisme.
1
Deutro melayu (melayu gelombang kedua atau melayu muda), mereka
datang dari dataran Asia menuju ke berbagai penjuru Asia Tenggara
dimulai kira-kira 300 - 250 SM. Sehingga ketika datang dan berbaur
dengan suku-suku lain di wilayah yang baru dihuni suku terakhir ini
mudah menyesuaikan diri dengan kebudayaan baru yang berkembang saat
itu, termasuk ketika kedatangan penyebar agama Hindu, Buddha, dan
Islam.
Perkembangan agama Buddha pesat ketika dimotori oleh lahirnya
kerajaan Melayu terbesar yaitu Sriwijaya di Sumatra sekitar abad ke-7 –
11M. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha lewat bahasa Sansekerta ke
dalam bahasa dan budaya masyarakat melayu begitu banyak, karena
berlangsung selama 500 tahun. Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa
juga punya andil besar dalam mengembangkan dua agama tersebut (lebih
khusus Hindu), sehingga mampu menyatukan wilayah Nusantra dalam
satu kekuasaan. Tidak heran bila agama Hindu-Buddha berkembang ke
sebahagian besar penjuru Nusantara.
Memasuki abad ke-12 M, kerajaan Sriwijaya mulai surut, bila dilihat
dari sudut ekonomi dan politik. Hal ini diperburuk dengan lahirnya
Kerajaan Singosari (di Jawa) melakukan ekspedisi Pamalayu (1275 M).
Keadaan ini mendorong daerah-daerah di bawah kekuasaan Sriwijaya
melepaskan diri dari pusat kekuasaan, sehingga pusat perdagangan

1
Thohir,Ajid. 2011. Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno Linguistik dan Geo-Politik.
Jakarta: Rajawali Press.

4
berpindah, yaitu semakin berkembang di perairan Malaka.Van Leur
menegaskan, berdasarkan hasil perjalanan Sulaiman dan Marcopolo,
diperkirakan sejak tahun 674 M ada koloni Aran yang sudah berdagang ke
Barat Laut Sumatera. Meskipun jalinan dagang sudah terjadi jauh setelah
Islam lahir, namun menurut Taufik Abdullah belum ada bukti bahwa
penduduk pribumi yang disinggahi pedagang muslim itu telah memeluk
agama Islam, dan kelompok yang beragama Islam masih dari pedagang
muslim pendatang yang menunggu musim pelayaran tiba.

B. Kondisi Nusantara Pra Islam


1. Kondisi Geografis Nusantara Pra Islam
Kepulauan Indonesia yang terletak antara benua Asia dan
Australia sering diumpamakan sebagai sebuah jembatan antara kedua
benua tersebut. Hasil penelitian prasejarah menunjukkan bahwa di
masa lampau berbagai suku bangsa telah memasuki kepulauan ini dari
daratan Asia Tenggara.2 Mereka menyeberangi lautan yang
memisahkan kepulauan Indonesia di daratan Asia.
Kepulauan Indonesia terletak antara 5 45’ Lintang Utara dan 11
Lintang Selatan, serta 95 0101’ Bujur Timur dan 141 02’ Bujur Barat.
Oleh karena itu ia termasuk daerah khatulistiwa dan daerah hembusan
angin musim Indo-Australia. Ciri-ciri iklimnya ialah berhawa tropis
dan curah hujan yang tinggi.
Indonesia mempunyai iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh
pegunungan dan laut. Temperatur berkisar 20 C/30 C. Curah hujan
lebih dari 102 cm setahun. Beberapa daerah seperti Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi Tengah, dan Malukulebih banyak turun hujan
dengan curah 200-250 cm setahun. Kepulauan Indoensia dipengaruhi
oleh dua musim: musim kemarau dan musim penghujan. Musim

2
Azmi, Madya Wan Hussein. dalam A. Hassjimy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya
Islam di Indonesia, Bandung: Alma’arif, 1989.

5
kemarau berlangsung antara bulan Mei sampai dengan September, dan
musim penghujan Oktober sampai denngan April. 
Keadaan geografis dan wilayah yang dimiliki bangsa ini, telah
membentuk keragaman dan perbedaan struktur masyarakatnya. Secara
sederhana, keragaman ini ditunjukkan setidaknya oleh tiga jenis
kelompok masyarakat yang berkembang di seluruh wilayah
nusantara. Kelompok I, adalah masyarakat yang hidup di daerah-
daerah pedalaman dan kawasan-kawasan yang terpencil. Masyarakat
ini biasanya memiliki kepercayaan animisme dan komitmen
kesukuannya sangat kuat. Kelompok II, adalah masyarakat yang hidup
di sepanjanggaris pesisir, dimana jalur-jalur pedagangan laut telah
memudahkan mereka untuk dapat mengenal dan bertukar kebudayaaan
dengan dunia luar. Sedangkan kelompok III, adalah masyarakat yang
dipengaruhi oleh struktur budaya keraton. Pada umumnya, kelompok
masyarakat ini hidup dalam sebuah kota di sekitar kawasan istana yang
mudah dijangkau. Sehingga memungkinkan mereka disebut sebagai
kelompok elit yang memiliki kebudayaan tinggi.
Dari tiga jenis masyarakat itu, islam datang pertama kali ke bumi
Nusantara melalui masyaraakat kedua, yakni masyarakat yang hidup
di sekitar daerah pesisir. Sebab, pola perdagangan yang terdapat di
jalur-jalur pantai itu, telah berkembang menjadi pola hubungan timbal
balik dan pertukaran budaya antara masyarakat pesisir dengan para
pedagang asing3. Oleh karena itu, adalah sbuah kenyataan sejarah yang
tidak dipungkiri bahwa pola hubungan perdagangan di sekitar daerah-
daerah pantai itu, telah mengenalkan islam sebagai agama kultural
yang disebarkan dengan jalan damai, tanpa ada tendensi kekuasaan
ataupun politik tertentu.
Agaknya, pola penyebaran ini yang menyebabkan Islam dengan
mudah dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Sebab dengan proses

3
Hall, D.G.E. a History of South East Asia, London Macmillan & Co Ltd. 1960.

6
penyebaran yang kultural ini, Islam mampu berkembang dengan pesat
dan bahkan, bagi masyarakat pesisir, Islam adalah bagian dari
kehdupan mereka yang tidak terpisahkan. Inilah sebabnya mengapa
masyarakat pesisir dikenal sebagai masyarakat yang berkomitmen kuat
terhadap agama Islam. Namun demikian, sepertinya perkembangan
wajah islam di negeri ini sama sekali berbeda dengan perkembangan
Islam di wilayah-wilayah lain. Perbedaan ini menyangkut karakteristik
dan ciri khas wajah Islam Indonesia yang tidak dijumpai pada wajah
Islam manapun, termasuk Timur Tengah.
Kepulauan Indonesia juga terletak dalam jalur perdagangan antara
dua pusat perdagangan jaman kuno, yaitu India dan Cina. Letaknya
dalam jalur perdagangan internasional ini bsar pengaruhnya pada
perkembangan sejarah bangsa.karena itu sejak jaman prasejarah,
penduduk Indonesia adalah pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi
lautan lepas4. Lautan di sekitar dan diantara pulau-pulau Indonesia
tidak pernah menjdai penghalang, bahkan menjadi faktor nomor satu.
Pada awal sejarah kuno Indonesia, kita melihat tumbuhnya pusat-pusat
perdagangan dibeberapa tempat di pesisir Sumatera, Jawa, Sulawesi,
Kalimantan, Maluku, dan sebagainya. Pada pusat-pusat perdagangan
inilah agama Islam memulai aktivitasnya di Indonesia.

2. Situasi Pemerintahan di Indonesia Pra-Islam


Kedatangan Islam diberbagai daerah di Indonesia tidaklah
bersamaan. Dan demikian pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah
didatanginya mempunyai situasi pemerintahan dan sosial budaya yang
berlainan. Pada waktu kerajaan Sriwijaya mengembangkan
kekuasannya sekitar abad ke-7 dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui
oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri

4
Hitti, Philip K. History of The Arabs, terj. Cecep Lukman Yasin, Jakarta: Serambi,
2010.

7
di Asia Tenggaradan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina Zaman
Tang, pada abad-abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada,
baik di kanfu (kanton) maupun di daerah Sumatera sendiri.
Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasinonal
antara neger-negeri di Asia bagian barat dan timur mungkin
disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam dibawah bani Umaiyyah
dibagian barat maupun kerajaan Cina jaman Dinasti tang di Asia
Timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara.
Dari abad ke-7 sampai abad ke-12 kerajaan Sriwijaya masih
menunjukkan kemajuannya dibidang ekonomi dan politik sejak akhir
abad ke -12 mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran dibidang
perdagangan.[1] Kemunduran olitik dan ekonomi Sriwijaya
dipercepatoleh usaha-usaha kerajaan Singasari yang sedang bangkit di
Jawa. Kerajaan jawa ini melakukan ekspedisi pamalayu tahun 1275 M
dan berhasil mengalahkan kerajaan melayu di Sumatera. Keadaan itu
mendorong daerah-daerah di selat Malaka yang dikuasai kerajaan
Sriwijaya melepaskan diri dari kekuasan kerajaan tersebut.
Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan pula oleh pedagang-pedagang
Muslim untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan politik dan
perdagangan. Mereka mendukung daerah-daerah yang menyatakan diri
sebagai kerajaan bercorak Islam, yaitu Samudera Pasai di pesisir timur
laut Aceh. Daerah ini sudah di singgahi pedagang-pedagang muslim
sejak abad ke-7 dan ke-8 M. 5Proses Islamisasi tentu berjalan disana
sejak abad tersebut. Kerajaan Samudera Pasai segera berkembang baik
dalam bidang politik maupun perdagangan.
Karena kekecewaan-kekecewaan dalam negeri sendiri akibat
perebutan kekuasaan di istana, kerajaan Singasari, juga pelanjutnya,
Majapahit, tidak mampu mengontrol daerah melayu dengan selat

5
Jalil, Abdul. “Kerajaan Pra Islam Nusantara ”, dalam dalam A. Hassjimy, Sejarah
Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Bandung: Alma’arif, 1989.

8
Malaka dengan baik, sehingga kerajaan Samudera Pasai dan Malaka
dapat berkembang mencapai puncak kekuasaaanya hingga abad ke-16
M.
Dikerajaan Majapahit, ketika Hayam Wuruk dengan patih Gajah
Mada masih berkuasa, situasi politik pusat kerajaan memang tenang,
sehingga banyak daerah di kepulauan Nusantara mengakui berada
perlindungannya. Tetapi sejak Gajah Mada meninggal dunia (1364 M)
dan disusul Hayam Wuruk (1389), situasi Majapahit kembali
mengalami keguncangan. Perebutan kekuasaan antara
Wikramawhardana dan Bhere Wirabumi meninggal, perebutan
kekuasaan dikalangan istana kembali muncul dan berlarut-larut. Pada
tahun 1468 M Majapahit diserang Girindrawardhana dari Kediri. Sejak
itu,kebesaran Majapahit dapat dikatakan sudah habis.
Kedatangan dan penyebaran Islam di pulau Jawa mempunyai
apek-aspek ekonomi, politik dan sosial budaya. Situasi dan kondisi
politik di Majapahit yang lemah karena perpecahan dan perang
dikalangan keluarga raja-raja dan perbutan kekuasaan, maka
kedatangan dan penyebaran Islam makin dipercepat. Bupati-bupati
pesisir merasa bebas dari pengaruh kekuasaan raja-raja majapahit.
Mereka makin lama makin yakin akan kekuasaannya sendiri dibidang
ekonomi dan daerah-daerahnya.  Daerah pesisir merasa semakin
lamamakin merdeka, justru oleh karena kelemahan-kelemahan
pendukung-pendukung kerajaan yang sedang mengalami keruntuhan.
Perjuangan antara kota-kota perdagangan di pesisir dengan dareah-
daerah agraris di pedalaman sedang dimulai perkembangan ekonomi
dan politik mempunyai tujuan sendiri, dan melalui bupati-bupati
pesisir yang memeluk agama Islam maka agama menjadi kekuatan
baru dalam proses perkembangan masyarakat.

3. Agama dan Kebudayaan di Indonesia Pra-Islam

9
Bila ditinjau dari sudut arkeologi setelah zaman prasejarah
berakhir di Indonesia lahirlah kebudayaan baru. Kebudayaan tersebut
ditandai dengan datangnya orang-orang India sebagai pembawa
kebudayaan Hindu, yaitu pengaruh alam pikiran dan tingkah laku
orang-orang India yang datang ke Indonesia. Pengaruh ini
menyebabkan perubahan cara hidup manusia Indonesia baik dalam tata
cara hidup kemasyarakatan, perekonomian dan keagamaan.
Sudah sejak zaman prasejarah telah terdapat hubungan maritime
antara India dan Indonesia. Diantara kedua bangsa tersebut terdapat
kesamaan kebudayaan sehingga kedatangan mereka tidak dirasakan
sebagai bangsa yang akan menguasai Indonesia.
Sekitar abad pertama dan kedua masehi, agama Hindu mulai di
perkenalkan oleh para pedagang India melalui interaksi di jalur-jalur
pantai Indonesia6. Pada gilirannya, kontak perdagangan yang
dilakukan oleh kedua belah pihak ini mengakibatkan penetrasi agama
Hindu ke dalam kultural masayarakat Indonesia. Pengaruh besar
agama Hindu ini didukung pula oleh keinginan para pedagang untuk
menetap dan melakukan perkawinan campur dengan penduduk
Indonesia. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka kemudian
mengalirkan kebudayaan Hindu kepada masyarakat sekitarnya.
Bangunan candi-candi yang terdapat di Indonesia merupakan
bukti adanya pengaruh Hindu. Fungsi candi-candi Indonesia-Hindu
adalah sebagai tempat penguburan abu jenazah raja-raja. Raja-raja
yang meninggal dibuatkan patung dan perwujudannya melambangkan
dewa-dewa yang mereka puja semasa hidupnya.
Masyarakat Indonesia-Hindu menganggap rajanya sebagai dewa
yang memerintah di dunia. Gelar-gelar kedewaan diberikan kepada
raja-raja terutama setelah mereka meninggal dunia. Kepercayaan
demikian menunjukkan adanya hubungan dengan tradisi kepercayaan

6
Jurnal Kajian Lemhannas RI Edisi 14 Desember 2019.

10
pada masa pra Hindu, ketika mereka memuja ruh-ruh nenek moyang
yang biasanya diwujudkan dalam patung-patung dan menhir-menhir di
atas punden-punden berundak.
Berbeda dengan agama Hindu, agama budha datang ke negeri ini
dengan misi yang lebih populer, para pendta budha dari India sekitar
abad ke 6 Masehi, melakukan kunjungan resmi ke istana raja-raja
Indonesia dengan mengenalkan ajaran Shidarta Gautama beserta
hukum-hukumnya. Setelah mendapatkan kepercayaan raja, dan dapat
mengukuhkan pengaruhnya kepada keluarga keraton, mereka pun
selanjutnya menyebarkan ajaran budha ke daerah-daerah lain.
Menurut para sejarahwan, kedatangan para pendeta budha ke
Indonesia ini berbarengan dengan migrasi besar-besaran para pendeta
dan oemeluk budha ke wilayah-wilayah lain. Diperkirakan migrasi ini
disebabkan oleh tekanan agama hindu yang sangat kuat terhadap para
pemeluk Budha di negeri asalnya, India. Dalam kurun yang tidak
bertahan lama, pengaruh hindu dan budha telah berhasil memberikan
corak terhadap kerajaan-kerajaan besar di Indonesia. Dua agama ini
pada masa selanjutnya tentu saja saling mempengaruhi kekuasaan para
raja di kerajaan-kerajaan awal Indonesia. Sekitar tahun 600-an masehi,
muncul kerajaan Hindu besar pertama, yakni kerajaan Sriwijaya di
Palembang, Sumatera Selatan. Pada tahun 670 masehi, kerajaan ini
telah menjadi pusat pendidikan agama Budha Mahayana yang cukup
disegani, kekuasaan nya mencakupi sebagian besar pulau Sumatera,
Jawa Barat , dan beberapa kepulauan Malaka dan Borneo. Kerajaan ini
mampu bertahan hingga tahun 1377 masehi.
Sejak abad-abad pertama hingga akhir abad ke-15 indonesia
terdapat beberapa kerajaan yang menerima pengaruh Hindu-Buddha,
namun pengaruh tersebut hanyalah merupakan lapisan tipis dan
penghalus semata-mata. Karena itulah dari sudut kebudayaan, istilah
indonesia Hindu mungkin lebih tepat untuk menyebut
masyarakat  kerajaan-kerajaan yang mendapat pengaruh Hindu

11
Buddha yang muncul dan berkembang di beberapa bagian
Indonesia  sejak abad-abad pertama sampai lebih kurang akhir abad
ke-15 itu.
           
C. Kerajaan-Kerajaan Hindu Budha di  Indonesia pra Islam
Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha yang berasal dari India
menyebar ke Asia termasuk Indonesia. 7Di Indonesia, pengaruh Hindu-
Buddha sangat besar sehingga muncul kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-
Buddha. Banyak kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Kerajaan-
kerajaan tersebut ialah Kutai, Tarumanegara, Holing, Sriwijaya, Mataram
Kuno, Kanjuruhan, Singosari, Kediri, Sunda, Bali, dan Majapahit.

D. Awal Mula Kerajaan Islam di Kalimantan


Kerajaan Islam di Kalimantan awal mulanya terjadi karena Kerajaan
Hindu berperang dengan kerajaan Islam, tetapi akhirnya kerajaan hindu
menyerah diantaranya kerajaan hindu di Candi Laras dan Candi Agung di
Tanjung Pura.8 Sebagian rakyat memeluk agama Islam termasuk sebagian
rakyat dayak di pantai-pantai. Rakyat dayak yang telah masuk Islam , ialah
yang sering disebut sebagai dayak melayu, yang kebanyakkan di kuala
kapuas, tumpung laung (barito) dan beberapa kampung melayu,
sebenarnya mereka tetap suku dayak , hanya sudah memeluk agama islam.
Pangeran Samudra (suriansyah) pernah meminta seorang puteri
bernama Biang Lawai untuk dijadikan istri. Biang Lawai, adalah adik
Patih Dadar, Patih Muhur, dan mengijin perkawinan, hanya dengan
perjanjian tidak akan di Islamkan. Mula-mula oleh Pangeran Samudra,
disanggupi, tetapi sesudah sampai istana, putri itu dikabarkan diislamkan.

7
Karim, M. Abdul. Islam Nusantara, cet I, Yogtakarta: Pustaka Book Publisher, 2018.

8
Ibrahim,Ahmad. 1989. Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES.
Wildian, Anggita. 2014. Sejarah Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan.

12
Kabar tersebut sampai kepada Patih Muhur bersaudara, menimbulkan
amarah Patih Rumbih dari Kahayan , Patih Muhur dari Bakumpai (barito)
ilmu gaib, berhasil merampas saudaranya kembali, Biang Lawai, dari
istana sultan dan dibawanya ke Sungai katan.
Pangeran samudra memerintah balatentaranya untuk mencari
perempuan tersebutdipedelaman. Tetapi karena balatentara patihn muhur
sangat hebat, maka mundur lah balatentara sultan.9
Patih muhur dan patih rumbih mundur dan membuat pertahanandi
taliu dikampung tundai. Sesudah itu mereka mundur lagi membuat
pertahanan didanau karam bersebrangan dengan negeri goha kahayan.
Mereka menyebrangi danau tersebut dan dipasang dundang, bambu yang
diruncingkan dibawah jembatans ehingga sewktu-wktu jembatan tersebut
dapat diputuskan jika balatentara sultan lewatatas jembatan dan luka-luka
terkena bambu yang diruncingkan dibawahnya. Perahu-perahu mereka
dapat dirampas oleh patih rumbih ditengelamkan . sekarang tempat
tersebut dinamai berayar yang artinay “berlayar”.
Diantara tempat pertempuran-pertempuran tersebut dengan
bentengnya ialah sungai muhur (barito), parabingan, (pangkoh) bukit rawi,
tewang pajagen, tewah, hulu kaspuas dan lain-lain.10
Tentang tersebarnya agama islam dari banten kedaerah kalimantan
dapat kita baca artikel kerajaan islam dari banten di karang an R. Muchtadi
dalam almanak muhamadyah 1357 H (1938) hlm. 166 dan 169, antara lain
ditulis : aliudin sultan banten bergelar abu mufakir muhamad aliudin, dia
beramah tamah dengan kompeni, dan mendapat kebebasan sisa utang
kerajaan banten sebanyak 60.000 ringgit, bekas menempuh landak (tahun
1698 ditentukan , bahwa landak dan sukadana diserahkan pada kompeni.

9
Madjid, Nurcholish. Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru
Islam Indonesia, cet. iv, Jakarta: Dian Rakyat, 2018.

10
Karim, M. Abdul. Islam Nusantara, cet I, Yogtakarta: Pustaka Book Publisher, 2018.

13
Daerah pantai barat kalimantan diperintah oleh sultan abdurahman yang
mendirikan kota pontianak.
Sultan muhamad aliudin hanya berputera seorang saja dan meninggal
ketika masih kanak-kanak tahun1786. Sultan zainal abidin dari banten
memasuki landak, matan. Tahun 1699. Kapal kompeni /VOC dan 75
pecalang banten berlayar kesukadana diperintahkan oleh sultan agung
(pangeran agung), keponakan sultan banten yang bergelar panebahan.
Sultan landak didibantu oleh orang bugis dapat merebut kembali
daerahnaya . sehingga panebahan dapat dipukul mundur , dengan
keluarganya melarikan diri ke anyer (banten). Landak dipegaruhi selama
80 tahun (1699-1778).

E. Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan


Adapun Kerajaan-Kerajaan Islam yang ada di Kalimantan yaitu :
1. Kesultanan Pasir
Dahulunya rakyat dayak pasir, diperintahkan oleh kepala-kepala
dari rakyat dayak sendiri . ada seorang kepala suku dayak yang sangat
berpengaruh , yang bernama tamanggung tokio, mengusulkan agar
11
didaerah daerah dikepali oleh sorang kepala suku dan untuk itu
diminta sultan yang dekat tempat tinggalnya. Mereka telah berangkat
dengan perahu yang penuh bermuatan emas dan perak, yang
dianugrahkan kepada nya kepada raja yang baru , mereka telah pergi
ke utara dan selatan, tetapi tak ada mendapat seorangpun yang
dipandang cakap. Tamanggung tokio sangatlah sedih sampai tidak
minum dan makan , kemudian dalam mimpinya ia melihat seorang tua
yang berkata kepadanya :
Untuk mendapat raja, baiklah engkau pergi kelaut, dan disitu
engkau memperoleh sepotong bambu, yang ruasnya tarapung apung

11
Ma’arif, Ahmad Syafi’i. “Sublimitas Islam di Indonesia”, dalam Pengantar buku M.
Abdul Karim, Islam Nusantara, Yogtakarta: Pustaka Book Publisher, 2019.

14
dilaut ambilah bambu itu, dan bungkuslah dengan sutra kuning,
karena didalam bambu itu ada sebutir telur yang harus dirabun diberi
asap dupa, menyan dan garu. Dan dari telur itu nanti akan dilahirkan
seorang raja perempuan.
Pada esokkan harinya sesudah dia bangun, tamanggung tokio
menuruti pesan perempuan dalam mimpinya . sesudah 3 hari 3 malam
telur itu didupakan, maka terbelah dua lah buluh itu dan dari telur itu
pecah pula dan dilahirkan seorang bayi puteriyang cantik jelita. Anak
itu sama sekali tidak mampu menyusu, setelah berusaha dapatlah ia
diberi makanan dengan susu kerbau putih: lambat laun menjadi akil
balig.
Puteri inilah yang diangkat jadi raja *(ratu pasir) , dan waktu ia
berumur 15 tahun ia telah dinikahnkan , tetapi malang sekali ia tidak
mendapat keturunan sihingga harus diceraikan beberapa kali.
Seterusnya sesudah kawin yang ketujuh kali , belum juga
mempunyai anak, kebetulan datang lah seorang arab dari jawa (gresik),
terus dikawin kan dengan sang puteri . orang yang dari gresik tersebut
dicarinya dukun agar membuang sari bambu yang ada pada sang puteri
sehingga bisa melahirkan 2 puteri dan satu putera. Puetri yang tertua
dikawinkan dengan seorang arab yang membawa agama islam dipasir
(1600). Yang putera sesudah ibunda mangkat, mengantikan duduk
disingasana. Inilah cerita ringkas dari raja pasir, yang berasal dari
sebutir telur dan bersuamikan putera arab dari jawa.

2. Kesultanan Banjar
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin (berdiri 1520,
masuk Islam 24 September 1526, dihapuskan Belanda 11 Juni 1860,
pemerintahan darurat/pelarian berakhir 24 Januari 1905) adalah sebuah
kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan
Selatan, Indonesia. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin
kemudian dipindahkan ke Martapura dan sekitarnya (kabupaten

15
Banjar). Ketika beribukota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu
Tangi.
Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan ini
disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan
penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang
beribukota di kota Negara, sekarang merupakan ibukota kecamatan
Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.

3. Kesultanan Kota Waringin


Kerajaan Kotawaringin adalah sebuah kerajaan Islam
(kepangeranan cabang Kesultanan Banjar) di wilayah yang menjadi
Kabupaten Kotawaringin Barat saat ini di Kalimantan Tengah yang
menurut catatan istana al-Nursari (terletak di Kotawaringin Lama)
didirikan pada tahun 1615 atau 1530, dan Belanda pertama kali
melakukan kontrak dengan Kotawaringin pada 1637, tahun ini
dianggap sebagai tahun berdirinya sesuai dengan Hikayat Banjar dan
Kotawaringin (Hikayat Banjar versi I) yang bagian terakhirnya saja
ditulis tahun 1663 dan di antara isinya tentang berdirinya Kerajaan
Kotawaringin pada masa Sultan Mustain Billah. Pada mulanya
Kotawaringin merupakan keadipatian yang dipimpin oleh Dipati
Ngganding.
Kerajaan Pagatan (1750). Kerajaan Pagatan (1775-1908) adalah
salah satu kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Tanah Kusan atau
daerah aliran sungai Kusan, sekarang wilayah ini termasuk dalam
wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Wilayah
Tanah Kusan bertetangga dengan wilayah kerajaan Tanah Bumbu
(yang terdiri atas negeri-negeri: Batu Licin, Cantung, Buntar Laut,
Bangkalaan, Tjingal, Manunggul, Sampanahan).

4. Kesultanan Pontianak

16
Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah Kalimantan Barat
antara lain Tanjungpura dan Lawe. Kedua kerajaan tersebut pernah
diberitakan Tome Pires (1512-1551). Tanjungpura dan Lawe menurut
berita musafir Portugis sudah mempunyai kegiatan dalam perdagangan
baik dengan Malaka dan Jawa, bahkan kedua daerah yang diperintah
oleh Pate atau mungkin adipati kesemuanya tunduk kepada kerajaan di
Jawa yang diperintah Pati Unus. Tanjungpura dan Lawe (daerah
Sukadana) menghasilkan komoditi seperti emas, berlian, padi, dan
banyak bahan makanan. Banyak barang dagangan dari Malaka yang
dimasukkan ke daerah itu, demikian pula jenis pakaian dari Bengal dan
Keling yang berwarna merah dan hitam dengan harga yang mahal dan
yang murah. Pada abad ke-17 kedua kerajaan itu telah berada di bawah
pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram terutama dalam upaya
perluasan politik dalam menghadapi ekspansi politik VOC.
Demikian pula Kotawaringin yang kini sudah termasuk wilayah
Kalimantan Barat pada masa Kerajaan Banjar juga sudah masuk dalam
pengaruh Mataram, sekurang-kurangnya sejak abad ke-16. Meskipun
kita tidak mengetahui dengan pasti kehadiran Islam di Pontianak,
konon ada pemberitaan bahwa sekitar abad ke-18 atau 1720 ada
rombongan pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang di antaranya
dating ke daerah Kalimantan Barat untuk mengajarkan membaca al-
Qur’an, ilmu fikih, dan ilmu hadis.
Mereka di antaranya Syarif Idrus bersama anak buahnya pergi ke
Mampawah, tetapi kemudian menelusuri sungai ke arah laut memasuki
Kapuas Kecil sampailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal kota
Pontianak. Syarif Idrus kemudian diangkat menjadi pimpinan utama
masyarakat di tempat itu dengan gelar Syarif Idrus ibn Abdurrahman
al-Aydrus yang kemudian memindahkan kota dengan pembuatan
benteng atau kubu dari kayu-kayuan untuk pertahanan. Sejak itu Syarif
Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus dikenal sebagai Raja Kubu. Daerah

17
itu mengalami kemajuan di bidang perdagangan dan keagamaan,
sehingga banyak para pedagang yang berdatangan dari berbagai negeri.

5. Kesultanan Sambas
Kesultanan Sambas adalah kesultanan yang terletak di wilayah
pesisir utara Propinsi Kalimantan Barat atau wilayah barat laut Pulau
Borneo (Kalimantan)dengan pusat pemerintahannya adalah di Kota
Sambas sekarang. Kesultanan Sambas adalah penerus dari kerajaan-
kerajaan Sambas sebelumnya. Kerajaan yang bernama Sambas di
Pulau Borneo atau Kalimantan ini telah ada paling tidak sebelum abad
ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Negara Kertagama
karya Prapanca.
Pada masa itu Rajanya mempunyai gelaran "Nek" yaitu salah
satunya bernama Nek Riuh. Setelah masa Nek Riuh, pada sekitar abad
ke-15 M muncul pemerintahan Raja yang bernama Tan Unggal yang
terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal
kemudian dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun
rakyat di wilayah Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat Raja lagi.
Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah
kemudian pada awal abad ke-16 M (1530 M) datang serombongan
besar Bangsawan Jawa (sekitar lebih dari 500 orang) yang
diperkirakan adalah Bangsawan Majapahit yang masih hindu
melarikan diri dari Pulau Jawa (Jawa bagian timur) karena ditumpas
oleh pasukan Kesultanan Demak dibawah Sultan Demak ke-3 yaitu
Sultan Trenggono.

6. Kesultanan Kartanegara
Kesultanan Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan Kutai
Kartanegara ing Martadipura (Martapura) merupakan kesultanan
bercorak Islam yang berdiri pada tahun 1300 oleh Aji Batara Agung
Dewa Sakti di Kutai Lama dan berakhir pada 1960. Kemudian pada

18
tahun 2001 kembali eksis di Kalimantan Timur setelah dihidupkan lagi
oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai upaya untuk
melestarikan budaya dan adat Kutai Keraton. Dihidupkannya kembali
Kesultanan Kutai ditandai dengan dinobatkannya sang pewaris tahta
yakni putera mahkota Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat
menjadi Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dengan gelar H.
Adji Mohamad Salehoeddin II pada tanggal 22 September 2001.

7. Kesultanan Berau
Kesultanan Berau adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di
wilayah Kabupaten Berau sekarang ini. Kerajaan ini berdiri pada abad
ke-14 dengan raja pertama yang memerintah bernama Baddit
Dipattung dengan gelar Aji Raden Suryanata Kesuma dan istrinya
bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri. Pusat
pemerintahannya berada di Sungai Lati, Kecamatan Gunung Tabur.[3]
Sejarahnya kemudian pada keturunan ke-13, Kesultanan Berau
terpisah menjadi dua yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan
Sambaliung.Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849,
wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit
van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-
Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8.

8. Kesultanan Sambaliung
Kesultanan Sambaliung adalah kesultanan hasil dari pemecahan
Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu
Sambaliung dan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an. Sultan
Sambaliung pertama adalah Sultan Alimuddin yang lebih dikenal
dengan nama Raja Alam. Raja Alam adalah keturunan dari Baddit
Dipattung atau yang lebih dikenal dengan Aji Suryanata Kesuma raja
Berau pertama. Sampai dengan generasi ke-9, yakni Aji Dilayas. Aji
Dilayas mempunyai dua anak yang berlainan ibu. Yang satu bernama

19
Pangeran Tua dan satunya lagi bernama Pangeran Dipati. Kemudian,
kerajaan Berau diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran
Tua dan Pangeran Dipati (hal inilah yang membuat terjadinya
perbedaan pendapat yang bahkan kadang-kadang menimbulkan
insiden). Raja Alam adalah cucu dari Sultan Hasanuddin dan cicit dari
Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma. Raja
Alam adalah sultan pertama di Tanjung Batu Putih, yang mendirikan
ibukota kerajaannya di Tanjung pada tahun 1810. (Tanjung Batu Putih
kemudian menjadi kerajaan Sambaliung).

9. Kerajaan Tidung
Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan
Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku
Tidung di utara Kalimantan Timur, yang berkedudukan di Pulau
Tarakan dan berakhir di Salimbatu.

10. Kesultanan Bulungan


Kesultanan Bulungan atau Bulongan adalah kesultanan yang
pernah menguasai wilayah pesisir Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan sekarang. Kesultanan
ini berdiri pada tahun 1731, dengan raja pertama bernama Wira Amir
gelar Amiril Mukminin (1731–1777), dan Raja Kesultanan Bulungan
yang terakhir atau ke-13 adalah Datuk Tiras gelar Sultan Maulana
Muhammad Djalalluddin (1931-1958).

20
F. Peta Penyebaran Kerajaan Islam di Kalimantan
Penyebaran Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan dapat dilihat pada
gambar peta di bawah ini.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama Islam yang kini menjadi agama mayoritas masyarakat
Indonesia, merupakan hasil dari proses panjang pengalaman inkulturasi
budaya mulai dari kepercayaan animisme masyarakat indonesia terhadap
benda-benda lalu berkembang pesatnya ajaran Hindu-Budha sampai
menyebarnya Islam di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini tentu saja
mengilustrasikan adanya sebuah dialek intensif antara ajaran-ajaran inti
islam dengan teradisi dan tata nilai masyarakat Indonesia. Sejak Islam
tampak sebagaimana tradisi asli yang sulit untuk dihilangkan begitu saja.
Maka, wajah Islam yang mengalami inkulturasi dengan sebuah tradisi
tertentu akan mengandaikan dua alat yang menujukkan intensitas islam
sebagai agama yang universal. Pertama intrepretasi terhadap ajaran islam
akan dipahami sesuai dengan konteks zaman dan tempat dimana ia
berkembang. Kedua, ajaran Islam akan tampak lebih dinamis dan
progressif dalam merespon tantangan yang dihadapi oleh masyarakatnya.
Dan, dengan demikian, Islam dapat menjadi inspirator dalam setiap
perubahan sosial sebuh masyarakat.

B. Saran
Setelah beberapa paparan dan kesimpulan yang dijabarkan, saran yang
dapat penulis sampaikan yaitu semoga dengan mengetahui sejarah
perkembangan Islam di Nusantara & di Kalimantan, juga dapat
menghormati dan menghargai hasil jerih payah mereka dalam menegakkan
Islam di daerah Kalimantan walaupun harus berkorban nyawa dalam
memerangi kerajaan Hindu-Budha yang pernah menguasai daerah-daerah
di Kalimantan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Thohir,Ajid. 2011. Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno Linguistik


dan Geo-Politik. Jakarta: Rajawali Press.
Ibrahim,Ahmad. 1989. Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES.
Wildian, Anggita. 2014. Sejarah Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan.
Azmi, Madya Wan Hussein. dalam A. Hassjimy, Sejarah Masuk dan
Berkembangnya Islam di Indonesia, Bandung: Alma’arif, 1989.
Hall, D.G.E. a History of South East Asia, London Macmillan & Co Ltd.
1960.
Hitti, Philip K. History of The Arabs, terj. Cecep Lukman Yasin, Jakarta:
Serambi, 2010.
Jalil, Abdul. “Kerajaan Pra Islam Nusantara ”, dalam dalam A. Hassjimy,
Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Bandung:
Alma’arif, 1989.
Jurnal Kajian Lemhannas RI Edisi 14 Desember 2019.
Karim, M. Abdul. Islam Nusantara, cet I, Yogtakarta: Pustaka Book
Publisher, 2018.
Madjid, Nurcholish. Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan
Visi Baru Islam Indonesia, cet. iv, Jakarta: Dian Rakyat, 2018.
Ma’arif, Ahmad Syafi’i. “Sublimitas Islam di Indonesia”, dalam Pengantar
buku M. Abdul Karim, Islam Nusantara, Yogtakarta: Pustaka Book
Publisher, 2019.

23

Anda mungkin juga menyukai