Factors Affecting Quality of Health Service and Patient Satisfaction in Community Health Centers in North Lampung, Sumatera Widayati, Mulia Yuli dkk. 1. Pendahuluan Sustainable Development Goals (SDGs) adalah seperangkat tujuan, target, dan indikator pembangunan berkelanjutan yang bersifat universal. Salah satu tujuan SDGs adalah tujuan di bidang kesehatan, dimana tujuan ketiga disebutkan untuk menjamin kehidupan yang sehat dan kesejahteraan bagi setiap orang. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014). Kualitas pelayanan kesehatan memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Batbaatar dkk. (2016) bahwa indikator mutu pelayanan kesehatan memiliki pengaruh yang kuat dan positif terhadap kepuasan pasien. Pendapat yang sama diungkapkan oleh Lankarani et al. (2016) yang menyatakan bahwa kepuasan pasien merupakan indikator kualitas pelayanan dan efisiensi pelayanan kesehatan. Provinsi Lampung tahun 2015, termasuk 10 besar provinsi yang memiliki tingkat pertumbuhan Puskesmas yang rendah, walaupun rasio tersebut belum sepenuhnya menggambarkan kondisi aktual akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan dan kepuasan pasien di Puskesmas Lampung Utara Sumatera. 2. Subjek dan Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di 25 Puskesmas, Lampung Utara, Sumatera, pada bulan Januari 2017. Populasi sasaran adalah semua pasien yang berkunjung ke Puskesmas. Sedangkan populasi sumber adalah seluruh pasien yang berkunjung ke Puskesmas di Kabupaten Lampung Utara untuk mendapatkan pelayanan Puskesmas yang terdiri dari 27 Puskesmas. Jumlah sampel sebanyak 200 subjek penelitian dikumpulkan dengan Jumlah sampel yang dipilih sebanyak 200 secara simple random sampling. Sebanyak 25 Puskesmas dipilih secara stratified random sampling. Variabel terikat adalah kualitas pelayanan dan kepuasan pasien. Variabel bebas adalah pendidikan, pendapatan, frekuensi kunjungan, dan status akreditasi puskesmas. pendidikan didefinisikan sebagai tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan pada 30 pasien yang berkunjung ke Puskesmas di Kabupaten Lampung Utara. Karakteristik subjek penelitian ditunjukkan dengan frekuensi dan persentase. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Pearson. Izin etik penelitian diperoleh dari Panitia Penelitian RS Dr. Moewardi. Etika penelitian termasuk informed consent, anonimitas, dan kerahasiaan. 3. Hasil Berdasarkan hasil analisis multilevel, variabel pada kelompok fixed effect yang berperan dalam meningkatkan dan menurunkan nilai kepuasan pasien secara signifikan adalah pendapatan. Hasil faktor ICC yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah 13,79%. Hal ini menunjukkan bahwa status akreditasi puskesmas memiliki pengaruh kontekstual terhadap kepuasan pasien variasi 13,79%. Angka ini lebih besar dari standar peran ibu jari 8- 10% maka pengaruh kontekstual Puskesmas ditampilkan dari analisis bertingkat sangat penting untuk diperhatikan. Puskesmas dengan status akreditasi utama meningkatkan kemungkinan memberikan kepuasan pasien yang lebih tinggi daripada posyandu dengan tingkat menengah dan dasar bahkan dengan yang tidak terakreditasi. 4. Diskusi Pendapatan keluarga berpengaruh negatif terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Semakin tinggi pendapatan pasien maka semakin besar pula harapan pasien untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dari tenaga Kesehatan. Temuan ini konsisten dengan Mapatano dkk., (2017) bahwa persepsi kualitas pelayanan kesehatan tergantung pada sosial ekonomi pasien. Findikdkk., (2010) menyatakan bahwa keberhasilan pengobatan berhubungan dengan status sosial ekonomi. Pasien dengan pendapatan rendah cenderung memberikan penilaian kualitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Pendidikan berpengaruh terhadap persepsi kualitas pelayanan kesehatan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Semakin tinggi pendidikan pasien, semakin rendah penilaian mutu pelayanan kesehatan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Temuan ini sesuai dengan Péfoyo dan Wodchis (2013) bahwa pasien dengan pendidikan tinggi memiliki harapan yang lebih tinggi terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. rekuensi kunjungan berhubungan positif dengan kualitas pelayanan kesehatan. Semakin sering pasien berkunjung ke Puskesmas, maka semakin tinggi pula nilai mutu pelayanan kesehatan. Temuan ini konsisten dengan Birhanu et al. (2010) bahwa frekuensi kunjungan memiliki hubungan dengan persepsi kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas karena rata-rata pasien yang berkunjung akan memberikan penilaian yang lebih tinggi terhadap kualitas pelayanan. 5. Kesimpulan Kualitas pelayanan dipengaruhi oleh pendapatan, pendidikan, dan frekuensi kunjungan ke puskesmas. Kepuasan pasien dipengaruhi oleh pendapatan, pendidikan, frekuensi kunjungan, dan kualitas pelayanan. Status akreditasi Puskesmas memiliki pengaruh kontekstual yang cukup besar terhadap kepuasan pasien.