Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SBDPK

KONSEP PERSALINAN DAN ASPEK BUDAYA SELAMA PROSES


PERSALINAN

DISUSUN OLEH: KELOMPOK


II

1. ADINDA RISCA SALSABILA PUTRI


(2115401096)

2. CHYNTIA CHAIRUNNISA
(2115401052)
3. HESTI ASRI CIPTANINGTYAS
(2115401062)

4. RIASTI AGUSTIN
(2115401079)

5. RIZKIKA TSALSA MULYA


(2115401080)

6. SELVI EFRIYANI
(2115401081)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


DIII KEBIDANAN REGULER II

2021
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barokatuh
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan
kami rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang syafaatnya kita nantikan di hari kiamat kelak.
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Aspek Budaya
Dalam Proses Persalinan ”.Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kami sebagai penuntut
ilmu di poltekkes Tanjung Karang dalam mata kuliah konsep kebidanan .Dengan harapan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca serta dapat diamalkan dalam
proses pemberian asuhan kebidanan pada klien.
Ucapan terimakasih kepada Dosen pembimbing yang telah memberikan tugas dengan
tujuan kami dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik di masyarakat kelak.Serta
terimakasih kepada teman teman yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kami mohon
kritik dan saran dari Dosen Pembimbing untuk memperbaiki jika terjadi kesalahan dan
insyaallah pada pertemuan selanjutnya kami lebih baik lagi.Akhir kata kami ucapkan
terimakasih.

Lampung,19 September 2021

KELOMPOK II

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4


A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... ......4
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................... 4
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 5
A. KONSEP DASAR PERSALINAN................................................................................. ........5
B. SOSIAL BUDAYA DALAM PERSALINAN............................................................................5
C. TAHAPAN DALAM ASPEK BUDAYA PERSALINAN .......................................................... 7
D. SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN .......................................................................12
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai tenaga kesehatan yang dilindungi negara,bidan memiliki hak dan wewenang
terhadap klien yang ditanganinya dengan memberikan pelayanan yang
berkualitas,seperti pemberian pendidikan kepada masyarakat mengenai konsep
persalinan serta aspek budaya dalam persalinan.Mengingat masih kurangnya
pengetahuan masyarakat terutama ibu hamil mengenai konsep persalinan dan aspek
budaya persalinan tersebut,untuk itu tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
sarana kepada kita semua agar ketika kita terjun ke lapangan dapat memberika edukasi
kepada masyarakat mengenai inti dari proses persalinan dan aspek budaya persalinan
yang meliputi kala I II III dan IV agar ibu hamil dapat mengetahui bagaimana tahapan
proses persalinan dan dapat mempersiapkan diri dengan baik ketika hari persalinan
tiba.Meskipun pada praktiknya,bidanlah yang harus lebih memahami bagaimana terkait
proses persalinan kala I II III dan IV, tetapi ibu yang hendak melahirkan juga memerlukan
edukasi tentang hal ini agar ketika bersalin, telah mengetahui bagaimana tahapan
tahapannya dan tidak mengalami shock akibat ketidaktahuan mengenai proses
persalinan.

B. RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana Konsep persalinan serta Aspek budaya pada proses persalinan ?


2) Bagaimana proses berlangsungnya kala I ?
3) Bagaimana proses berlangsungnya kala II ?
4) Bagaimana proses berlangsungnya kala III?
5) Bagaimana proses berlangsungnya kala IV ?

C. TUJUAN

1) Agar dapat memberikan edukasi tentang konsep persalinan dan aspek budaya pada
proses persalinan
2) Agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan pola asuhan kebidanan
3) Agar dapat mengetahui bagaimana proses berlangsungnya kala I II III dan IV
4) Agar dapat menambah wawasan para pembaca khususnya sebagai tenaga kesehatan
5) Agar dapat memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen pembimbing Sosial Budaya

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PERSALINAN


Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang
sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu
sendiri).

Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut :

1. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang
besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir (Moore, 2001).
2. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali dengan
kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran
plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam
(Mayles, 1996).
3. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).
4. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002). Macam
macam persalinan :
1. Persalinan Spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.

2. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi
3. Persalinan Anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan
ketuban,pemberian pitocin atau prostaglandin.

B. ASPEK SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN Kala I, II, III, & IV

Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga
pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (antenatal care)
adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.

Di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan
kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.
Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan
tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru
diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa
akibat fatal yaitu kematian.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain
dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan

5
pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih
banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis
kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang
berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi
pada saat melahirkan.

Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini
disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa
makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil.
Tentunya hal ini akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin.

Ada beberapa kepercayaan yang berhubungan dengan persalinan, antara lain:

1. Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang
banyak. Dampak dari hal ini yaitu ibu hamil kekurangan gizi yang sangat penting.

2. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan
sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
Faktanya pertumbuhan itu bersifat irrevesible (tidak dapat kembali ke ukuran semula) jadi bila bayi
sudah besar tidak dapat mengecil kembali. Dampaknya jika mengurangi makanan saat hamil ibu
akan kekurangan gizi, dan dapat mengalami anemia.

3. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena
dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Sebenarnya makan makanan yang asin tidak akan
menyebabkan ASI menjadi asin.

4. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang
besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. jika makan dengan
piring kecil maka makanannya pun porsi kecil sehingga menyebabkan ibunya kurang gizi serta berat
badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan
kesehatan si bayi.

5. Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan, akan membantu
melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar. Keluarnya cairan keputihan pada usia
hamil tua justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera
konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa
mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat persalinan
lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban.

6. Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa, memang konotasinya


membuat lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali
dalam melancarkan keluarnya sang janin. Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan
minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya.

7. Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Madu tidak boleh
sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa
mengakibatkan overweight. Bukankah madu termasuk karbohidrat yang paling tinggi kalorinya. Jadi,
madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya
segera dihentikan. Tetapi telur tidak masalah, karena mengandung protein yang juga menambah
kalori.

6
8. Ada suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput Fatimah akan
merangsang mulas. Rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil karena menyebabkan
kontraksi. Penggunaan rumput fatimah ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian
pada ibu. Meminum rumput fatimah akan membuat kontraksi menjadi abnormal.

9. Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan. Yang membuat
lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami dua kali kuret atau
punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus
diangkat. Ibu yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar, sehingga
bila terjadi sesuatu dapat segera ditangani.

Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong
persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan
mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat
membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang
membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk
memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk
rmengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan
kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan
pembengkakan).

Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa
alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara
adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping
itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah
banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rmasih dilakukan.
lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat
menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.

C. TAHAPAN DALAM ASPEK BUDAYA PERSALINAN


1.Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua
fase yaitu fase laten dan fase aktif. a.Fase laten persalinan
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servix secara bertahap
Pembukaan servix kurang dari 4 cm

Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam b. Fase aktif persalinan Fase ini terbagi menjadi 3 fase
yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan deselerasi

Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai
jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebihperjam hingga
permbukaan lengkap (10 cm)
Terjadi penurunan bagian terendah janin

7
Fisiologi Kala I

1.Uterus:

Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke bawah abdomen. Kontraksi
berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Selagi uterus kontraksi

2.Serviks

Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi lembut:Effacement (penipisan) serviks


berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir
kehamilan normal berubah – ubah (beberapa mm sampai 3 cm). Dengan mulainya persalinan
panjangnya serviks berkurang secara teratur sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm). Serviks
yang sangat tipis ini disebut sebagai menipis penuh .Dilatasi berhubungan dengan pembukaan
progresif dari serviks. Untuk mengukur dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran centimeter
dengan menggunakan jari tangan saat peeriksaan dalam. Serviks dianggap membuka lengkap setelah
mencapai diameter 10 cm .Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan darah
sedikit atau sedang dari serviks

2. Kala II

a. Pengertian Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
b. Tanda dan gejala kala II Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:
1. Ibu ingin meneran
2. Perineum menonjol
3. Vulva vagina dan sphincter anus membuka
4. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat 5. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
6. Pembukaan lengkap (10 cm )
7. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5 jam
8. Pemantauan
a) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
b) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali normalnya detak jantung bayi setelah kontraksi

Fisiologi Kala II
1. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik, datangnya tiap 2-3 menit
2. Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan kekuningkuningan
sekonyong-konyong dan banyak
3. Pasien mulai mengejan
4. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul, perineum menonjol,
vulva menganga dan rectum terbuka
5. Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi waktu his berhenti, begitu
terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini disebut “Kepala membuka pintu”
6. Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak bisa mundur lagi,
tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah symphisis disebut “Kepala
keluar pintu”

8
7. Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi dan mulut pada
commissura posterior. Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek pada pinggir
depannya karena tidak dapat menahan regangan yang kuat tersebut
8. Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga kepala melintang, vulva
menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir
dan cairan
9. Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul seluruh badan anak dengan
fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir
10. Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu ketuban pecah,
kadangkadnag bercampur darah
11. Lama kala II pada primi 50 menit pada multi 20 menit

3. Kala III
A. Pengertian

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban, Berlangsung tidak lebih dari 30 menit .Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran
plasenta, Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi
uterus dan mengurangi perdarahan. Tanda-tanda pelepasan plasenta :

• Perubahan ukuran dan bentuk uterus


• Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah terlepas dari Segmen
Bawah Rahim
• Tali pusat memanjang
• Semburan darah tiba tiba

Fisiologi Kala III


Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus, kontraksi akan terus
berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan
menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat
melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut
dan memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan
robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus
seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan menekan
semua pembuluhpembuluh darah ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya
plasenta tersebut. Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360
cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi
hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera
setelah ia melepaskan dari dinding uterus merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala III
yang kompeten.

Tanda-tanda Klinik dari Pelepasan Plasenta

1. Semburan darah
2. Pemanjatan tali pusat
3. Perubahan dalam posisi uterus:uterus naik di dalam abdomen

4. Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya,Paling kritis karena proses
perdarahan yang berlangsung,kemudian Masa 1 jam setelah plasenta lahir, Pemantauan 15 menit
pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika

9
kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering ,Observasi intensif karena perdarahan yang
terjadi pada masa ini.

Observasi yang dilakukan :

1. Tingkat kesadaran penderita.


2. Pemeriksaan tanda vital.
3. Kontraksi uterus.
4. Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400- 500cc.

Fisiologi Kala IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Otot-otot uterus
berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

Tujuh (7) Langkah Pemantauan Yang Dilakukan Kala IV :


1. Kontraksi rahim Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah plasenta lahir dilakukan
pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan
adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang normal adalah pada
perabaan fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah
dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia uteri. 2. Perdarahan Perdarahan: ada/tidak,
banyak/biasa

3. Kandung kencing Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu diminta untuk kencing dan kalau
tidak bisa lakukan kateterisasi. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus keatas dan
menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.
4. Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada
perineum dan vagina.
5. Uri dan selaput ketuban harus lengkap
6. Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit
a. Keadaan Umun Ibu,Periksa Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan dan setiap 30
menit pada jam kedua setelah persalinan jika kondisi itu tidak stabil pantau lebih sering,Apakah ibu
membutuhkan minum atau Apakah ibu akan memegang bayinya b. Pemeriksaan tanda vital.

c. Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri: Rasakan apakah fundus uteri berkontraksi kuat dan
berada dibawah umbilicus. Periksa fundus : 2-3 kali dalam 10 menit pertama ,Setiap 15 menit pada
jam pertama setelah persalinan.Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan,Masage fundus
(jika perlu) untuk menimbulkan kontraksi

7. Bayi dalam keadaan baik

Mekanisme Persalinan Normal

1. Masuknya kepala janin dalam PAP


a. Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada bulan terakhir
kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi pada permulaan persalinan.
b. Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang menyesuaikan
dengan letak punggung (Contoh: apabila dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis

10
akan teraba melintang kekiri/ posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura
sagitalis melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan.
c. Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka masuknya kepala akan
menjadi sulit karena menempati ukuran yang terkecil dari PAP
d. Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di antara symphysis
dan promontorium, maka dikatakan dalam posisi ”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale
depan dan belakang sama tingginya.
e. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke belakang mendekati
promontorium, maka yang kita hadapi adalah posisi ”asynclitismus”
f. Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati symphisis dan os parietale
belakang lebih rendah dari os parietale depan.
g. Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os
parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang
h. Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus posterior ringan. Pada saat
kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut dengan engagement.

2. Majunya Kepala janin


a. Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan
biasanya baru mulai pada kala II
b. Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
c. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu: fleksi, putaran paksi dalam,
dan ekstensi
d. Majunya kepala disebabkan karena:
1) Tekanan cairan intrauterin
2) Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong
3) Kekuatan mengejan
4) Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim

3. Fleksi
a. Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil yaitu dengan
diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan suboccipito frontalis (11 cm)
b. Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir
PAP, cervix, dinding panggul atau dasar panggul
c. Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena momement yang
menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang menimbulkan defleksi
d. Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi maksimal. Kepala turun
menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan
e. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin yang disebabkanoleh
his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran paksi dalam
4. Putaran paksi dalam

a. Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis
b. Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan bagian
ini akan memutar ke depan ke bawah symphisis
c. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya
bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul
d. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum
kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul e.
Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:

11
1) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari kepala
2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas
dimana terdapat hiatus genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior

D.SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN


Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Agaknya banyak faktor yang memegang
peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan.

Beberapa teori yang dikemukakan adalah:

penurunan kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori
prostaglandin.

Beberapa teori yang menyebabkan mulainya persalinan adalah sebagai berikut :

1. Penurunan Kadar Progesteron Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya


estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara
kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron
menurun sehingga timbul his. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap
oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone
tertentu.

2. Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton
Hicks. Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxitocin bertambah dan
meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-
tanda persalinan.

3. Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas
tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti halnya dengan Bladder dan
Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya.

Demikian pula dengan rahim, maka dengan Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada
kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses
persalinan.

4. Pengaruh Janin Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan
karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk
hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi janin, dan induksi (mulainya
) persalinan.

5. Teori Prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu

12
sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2
yang diberikan secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada
setiap umur kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu
terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik
dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama
persalinan.

BAB III
KESIMPULAN

Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).Di dalam proses persalinan terdapat aspek budaya yang
disebut juga dengan kala I II III dan IV yang mana proses ini sangat penting untuk diketahui oleh
bidan maupun ibu yang hendak bersalin,tujuannya agar dapat mengetahui bagaimana tahapan
tahapan maupun tanda tanda persalinan dengan tepat dan sesuai dengan pola asuhan kebidanan
demi kenyamanan dan keamanan klien selama proses bersalin. Berlangsungnya proses persalinan
yang baik terjadi dengan adanya kerjasama yang baik antara bidan dan ibu,kerjasama merupakan
modal dalam proses persalinan.Tujuannya adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan kebidanan persalinan yang adekuat sesuai dengan
tahapan persalinan sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang optimal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI. (2007). Asuhan Persalinan Normal.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1 Edisi 2.
Jakarta:

EGC

Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP

Saifudin dkk (2001), buku acuan Nasional pelayanan kesehatan

Janet M (2002), Kebidanan Oxford dari bidan untuk bidan, Jakarta EGC

Reeder, (2002), Keperawatan Maternitas Vol 1, Jakarta, EGC

Reeder, (2002), Keperawatan Maternitas Vol 2, Jakarta, EGC

14

Anda mungkin juga menyukai