Farmakoterapi - Leni Nurhaeni
Farmakoterapi - Leni Nurhaeni
NIM : 1948201006
Obat antidiabetik oral digunakan untuk pengobatan diabetes melitus tipe 2 (non-insulin
dependent diabetes melitus, NIDDM). Obat–obat ini hanya digunakan jika pasien gagal
memberikan respon terhadap setidaknya 3 bulan diet rendah karbohidrat dan energi disertai
aktivitas fisik yang dianjurkan. Obat tersebut sebaiknya digunakan untuk meningkatkan efek
diet dan aktivitas fisik yang cukup, bukan menggantikannya.
Untuk pasien yang tidak cukup terkontrol dengan diet dan obat hipoglikemik oral, insulin dapat
ditambahkan pada dosis pengobatan atau sebagai pengganti terapi oral. Jika insulin
ditambahkan pada terapi oral, insulin biasanya diberikan pada waktu akan tidur sebagai insulin
isophane; tetapi jika insulin menggantikan obat oral, biasanya diberikan sebagai injeksi insulin
bifasik dua kali sehari (atau insulin isophane dicampur dengan insulin soluble). Peningkatan
berat badan dan dapat menjadi komplikasi terapi insulin, tetapi peningkatan berat badan
mungkin dapat dikurangi jika insulin diberikan dalam kombinasi dengan metformin.
Tipe insulin bervariasi bergantung pada seberapa cepat insulin bekerja, waktu kerja maksimal,
dan durasi kerja insulin dalam tubuh. Karena terapi insulin selalu membutuhkan peningkatan
dosis dan tidak nyaman, banyak dokter merekomendasikan penggunaan insulin basal dengan
insulin yang diberikan pada waktu makan saat dibutuhkan. insulin basal ditujukan untuk
menjaga kadar glukosa darah tetap terkendali selama periode puasa atau tidur.
Terdapat dua jenis insulin basal, yaitu insulin intermediate-acting (kerja sedang) dan insulin
long-acting (kerja-panjang). Untuk menyerupai mekanisme tubuh pasien sehat dalam
melepaskan insulin, insulin bolus (insulin short-acting (kerja singkat) atau rapid-acting (kerja-
cepat) harus diberikan untuk mencegah peningkatan kadar glukosa darah setelah makan
Jenis-Jenis Insulin :
Pemeriksaan HbA1c (hemoglobin A1c) merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis dan mengontrol kondisi diabetes. Pemeriksaan ini penting dilakukan, seiring
dengan prediksi Kementerian Kesehatan bahwa angka penderita diabetes di Indonesia akan
terus meningkat. Sepanjang tahun 2018, tercatat ada sekitar 16 juta kasus diabetes.
Pemeriksaan HbA1c berfungsi untuk mengukur rata-rata jumlah hemoglobin A1c yang
berikatan dengan gula darah (glukosa) selama tiga bulan terakhir. Durasi ini sesuai dengan
siklus hidup sel darah merah, termasuk hemoglobin, yaitu tiga bulan.
Memahami Prosedur dan Hasil Pemeriksaan HbA1c. Apabila Anda berisiko mengalami diabetes
atau kerap mengalami peningkatan kadar gula darah namun belum terdiagnosis diabetes
(prediabetes), Anda dapat memanfaatkan pemeriksaan HbA1c atau estimasi glukosa rata-rata
(eAG) untuk memastikannya. Anda dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan HbA1c setiap 1
sampai 2 tahun sekali, atau sesuai dengan anjuran dokter. Hasil pemeriksaan akan tertulis
dalam persentase, dengan interpretasi sebagai berikut :
Semakin tinggi jumlah HbA1c berarti semakin banyak hemoglobin yang berikatan dengan
glukosa, dan ini menandakan bahwa gula darah tinggi. Jika jumlah HbA1c melebihi 8%
kemungkinan Anda mengalami diabetes yang tidak terkontrol dan berisiko mengalami
komplikasi.