Anda di halaman 1dari 22

Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia ISSN 2656-4041 (Media Online)

PENYELESAIAN SENGKETA MEDIS DI INDONESIA


Oleh :
Niru Anita Sinaga
Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma Jakarta
Dekan Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma
Jl. Angkasa No. 1, Komplek Angkasa, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur
Email : anita_s1naga@yahoo.com
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Abstrak :
Pembangunan kesehatan sangat penting sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang didasarkan pada: Nilai ilmiah, manfaat, keadilan,
kemanusiaan, keseimbangan, perlindungan dan keselamatan pasien. Bertujuan memberikan
perlindungan kepada pasien; mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis;
dan memberikan kepastian hukum. Kesehatan sebagai hak asasi manusia diwujudkan
dalam berbagai upaya, al: Penyelenggaraan praktik kedokteran. Dalam
penyelenggaraannya peranan dokter sangat penting, dilandasi: Ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, terus
dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam menjalankan praktik kedokteran diperlukan pembentukan Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI), peran dari berbagai organisasi profesi, asosiasi institusi pendidikan.
tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku dan ketentuan Kode Etik Dokter Indonesia
(KODEKI). Hal-hal penting dalam penyelenggaraan praktik kedokteran antara lain:
Informed consent, Perikatan/hubungan hukum dengan adanya kontrak terapeutik, Hak dan
kewajiban dokter beserta pasien, Rekam medis serta Rahasia medis. Dalam
penyelenggaraannya kadang timbul permasalahan yang berujung sengketa. Biasanya yang
dipersengketakan berupa: Pelanggaran etika kedokteran; pelanggaran disiplin kedokteran;
pelanggaran hak orang lain/pasien atau pelanggaran kepentingan masyarakat sehingga
dokter dan dokter gigi dimintai pertanggungjawaban secara etika kedokteran, disiplin
kedokteran dan pertanggungjawaban hukum baik secara perdata, pidana maupun
administrasi negara. Penelitian ini membahas: Bagaimana pengaturan dan proses
penyelesaian sengketa medis di Indonesia? Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif (yuridis normatif), dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
sumber bahan hukum primer, sekunder, dan tertier.
Kata kunci : Penyelesaian, Sengketa, Medis.

Abstract :
Health development is very important according to the Preamble to the 1945 Constitution
of the Republic of Indonesia which is based on: Scientific values, benefits, justice,
humanity, balance, protection and patient safety. Aims to provide protection to patients;
maintain and improve the quality of medical services; and provide legal certainty. Health
as a human right is manifested in various efforts, eg: Implementation of medical practice.
In its implementation, the role of doctors is very important, based on: Science, technology,
and competencies obtained through education and training, continue to be maintained and
improved in accordance with advances in science and technology. In carrying out medical
practice, it is necessary to establish the Indonesian Medical Council (KKI), the role of

1
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

various professional organizations, associations of educational institutions. comply with


the applicable legal provisions and the provisions of the Indonesian Doctor's Code of
Ethics (KODEKI). Important things in the implementation of medical practice include:
Informed consent, legal engagement/relationship with the existence of a therapeutic
contract, rights and obligations of doctors and patients, medical records and medical
secrets. In its implementation sometimes problems arise which lead to disputes. Usually
the disputed forms are: Violation of medical ethics; violation of medical discipline;
violation of the rights of other people/patients or violations of the public interest so that
doctors and dentists are held accountable in terms of medical ethics, medical discipline
and legal liability in civil, criminal and state administration. This study discusses: How
are the arrangements and processes for resolving medical disputes in Indonesia? This type
of research is normative legal research (juridical normative), using secondary data
obtained from primary, secondary, and tertiary legal sources.
Keywords: Resolution, Dispute, Medical.

I. PENDAHULUAN berbagai kegiatan dalam


Pembangunan kesehatan penyelenggaraan upaya kesehatan
ditujukan untuk meningkatkan harus dilakukan oleh dokter dan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan dokter gigi yang memiliki etik dan
hidup sehat bagi setiap orang dalam moral yang tinggi, keahlian dan
rangka mewujudkan derajat kesehatan kewenangan yang secara terus-
yang optimal sebagai salah satu unsur menerus harus ditingkatkan mutunya
kesejahteraan umum sebagaimana melalui pendidikan dan pelatihan
dimaksud dalam Pembukaan Undang- berkelanjutan, sertifikasi, registrasi,
Undang Dasar Negara Republik lisensi, serta pembinaan, pengawasan,
Indonesia Tahun 1945. Kesehatan dan pemantauan agar
sebagai hak asasi manusia harus penyelenggaraan praktik kedokteran
diwujudkan dalam bentuk pemberian sesuai dengan perkembangan ilmu
berbagai upaya kesehatan kepada pengetahuan dan teknologi.3 Dokter
seluruh masyarakat melalui dan dokter gigi dengan perangkat
penyelenggaraan pembangunan keilmuan yang dimilikinya
kesehatan yang berkualitas dan mempunyai karakteristik yang khas.
terjangkau oleh masyarakat.1 Dokter Kekhasannya ini terlihat dari
dan dokter gigi sebagai salah satu pembenaran yang diberikan oleh
komponen utama pemberi pelayanan hukum yaitu diperkenankannya
kesehatan kepada masyarakat melakukan tindakan medis terhadap
mempunyai peranan yang sangat tubuh manusia dalam upaya
penting karena terkait langsung memelihara dan meningkatkan derajat
dengan pemberian pelayanan kesehatan. Tindakan medis terhadap
kesehatan dan mutu pelayanan yang tubuh manusia yang dilakukan bukan
diberikan.2 oleh dokter atau dokter gigi dapat
Penyelenggaraan praktik digolongkan sebagai tindak pidana.
kedokteran yang merupakan inti dari Untuk menjembatani kepentingan
kedua belah pihak serta untuk
1
Bagian Menimbang Undang-Undang Republik melakukan penilaian terhadap
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik kemampuan obyektif seorang dokter
Kedokteran (UU Praktik Kedokteran).
2
Bagian Penjelasan Umum UU Praktik
3
Kedokteran. Bagian Menimbang UU Praktik Kedokteran.

2
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

dan dokter gigi dalam memberikan kepentingan masyarakat sehingga


pelayanan kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi dimintai
diperlukan pembentukan Konsil pertanggungjawaban secara etika
Kedokteran Indonesia yang terdiri kedokteran, disiplin kedokteran dan
atas Konsil Kedokteran dan Konsil pertanggungjawaban hukum baik
Kedokteran Gigi. Konsil Kedokteran secara perdata, pidana maupun
Indonesia merupakan suatu badan administrasi negara. Kepercayaan
yang independen yang akan masyarakat terhadap dokter dan
menjalankan fungsi regulator, yang dokter gigi semakin berkurang,
terkait dengan peningkatan bahkan tuntutan hukum yang diajukan
kemampuan dokter dan dokter gigi masyarakat dewasa ini marak terjadi.
dalam pelaksanaan praktik Hal ini sering terjadi karena
kedokteran. Disamping itu, peran dari diidentikkan dengan kegagalan upaya
berbagai organisasi profesi, asosiasi penyembuhan yang dilakukan dokter
institusi pendidikan yang ada saat ini dan dokter gigi. Sebaliknya apabila
juga perlu diberdayakan dalam rangka tindakan medis yang dilakukan dapat
peningkatan mutu pelayanan berhasil, dianggap berlebihan,
kesehatan yang diberikan oleh dokter padahal dokter dan dokter gigi
atau dokter gigi. Dengan demikian, dengan perangkat ilmu pengetahuan
dokter dan dokter gigi dalam dan teknologi yang dimilikinya hanya
menjalankan praktik kedokteran berupaya untuk menyembuhkan, dan
selain tunduk pada ketentuan hukum kegagalan penerapan ilmu kedokteran
yang berlaku, juga harus menaati dan kedokteran gigi tidak selalu
ketentuan kode etik yang disusun oleh identik dengan kegagalan dalam
organisasi profesi dan didasarkan tindakan. Untuk mengatasi
pada disiplin ilmu kedokteran atau permasalahan tersebut dilakukan
kedokteran gigi.4 Dalam menjalankan berbagai upaya hukum yang
fungsinya Konsil Kedokteran dilakukan dalam memberikan
Indonesia bertugas melakukan perlindungan menyeluruh kepada
registrasi terhadap semua dokter dan masyarakat sebagai penerima
dokter gigi yang akan menjalankan pelayanan, dokter dan dokter gigi
praktik kedokteran, mengesahkan sebagai pemberi pelayanan. Karena
standar pendidikan profesi dokter dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
dokter gigi, dan melakukan teknologi kedokteran yang
pembinaan bersama lembaga terkait berkembang sangat cepat tidak
lainnya terhadap penyelenggaraan seimbang dengan perkembangan
praktik kedokteran. hukum. Perangkat hukum yang
Namun dalam mengatur penyelenggaraan praktik
penyelenggaraannya kadang kedokteran dan kedokteran gigi
menimbulkan permasalahan yang termasuk penyelesaian apabila terjadi
berujung terjadinya sengketa medis. sengketa medis harus diatur dengan
Biasanya yang dipersengketakan jelas. Hal ini dilakukan dalam rangka
berupa: Pelanggaran etika memberikan kepastian hukum kepada
kedokteran; pelanggaran disiplin penerima pelayanan kesehatan,
kedokteran; pelanggaran hak orang dokter, dan dokter gigi. Dari uraian di
lain/pasien atau pelan ggaran atas, rumusan masalah yang menjadi
pokok pembahasan dalam penelitian
4
Bagian Penjelasan Umum UU Praktik ini adalah: Bagaimana pengaturan dan
Kedokteran.

3
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

proses penyelesaian sengketa medis penyelesaian sengketa medis di


di Indonesia? Indonesia. Data yang digunakan
adalah data sekunder yang diperoleh
II. METODE PENELITIAN dari sumber bahan hukum primer,
Penelitian ini merupakan sekunder dan tertier.
penelitian hukum normatif (yuridis
normatif) dengan menggunakan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan perundang-undangan dan A. Praktik Kedokteran di Indonesia
pendekatan konsep. Pendekatan 1. Pengertian
perundang – undangan dilakukan Praktik kedokteran adalah
dengan mengkaji peraturan rangkaian kegiatan yang dilakukan
perundang-undangan dan regulasi dan oleh dokter dan dokter gigi terhadap
implementasi kebijakan penyelesaian pasien dalam melaksanakan upaya
sengketa medis di Indonesia dan Kesehatan.5 Dokter dan dokter gigi
Peraturan Pelaksanaan lainnya. antara adalah dokter, dokter spesialis, dokter
lain: Undang-Undang Dasar Negara gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan
Republik Indonesia Tahun 1945, pendidikan kedokteran atau
KUHPerdata, KUHPidana, UU No. kedokteran gigi baik di dalam
14 Tahun 1985 tentang Mahkamah maupun di luar negeri yang diakui
Agung sebagaimana diubah dengan oleh Pemerintah Republik Indonesia
UU No. 5 Tahun 2004, terakhir sesuai dengan peraturan perundang-
diubah dengan UU No. 3 Tahun 2009, undangan.6 Pasien adalah setiap orang
UU No. 2 Tahun 1986 tentang yang melakukan konsultasi masalah
Peradilan Umum sebagaimana diubah kesehatannya untuk memperoleh
dengan UU No. 8 Tahun 2004, pelayanan kesehatan yang diperlukan
terakhir diubah dengan UU No. 49 baik secara langsung maupun tidak
Tahun 2009, UU No. 8 Tahun 1999 langsung kepada dokter atau dokter
tentang Perlindungan Konsumen, UU gigi.7
No, 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase 2. Asas dan Tujuan
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Pasal 2 UU No. 29 Tahun 2004
UU No. 29 Tahun 2004 tentang Tentang Praktik Kedokteran
Praktik Kedokteran, UU No, 36Tahun menyatakan praktik Praktik
2009 tentang Kesehatan, UU No. 48 kedokteran dilaksanakan berasaskan
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Pancasila dan didasarkan pada nilai
Kehakiman, UU No. 44 Tahun 2009 ilmiah, manfaat, keadilan,
tentang Rumah Sakit, UU No. 36 kemanusiaan, keseimbangan, serta
Tahun 2014 tentang Tenaga perlindungan dan keselamatan
Kesehatan, Permenkes No. 8
pasien. Nilai ilmiah adalah bahwa
269/Menkes/Per/III/2008 tentang praktik kedokteran harus didasarkan
Rekam Medis, Permenkes No. pada ilmu pengetahuan dan teknologi
290/Menkes/Per/III/2008 tentang yang diperoleh baik dalam pendidikan
Persetujuan Tindakan Kedokteran, termasuk pendidikan berkelanjutan
Permenkes No. 36 Tahun 2012 maupun pengalaman serta etika
tentang Rahasia Kedokteran, Perma profesi; manfaat adalah bahwa
No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan, Peraturan 5
Pasal 1 Angka 1 UU Praktik Kedokteran.
KKI, Peraturan IDI. Pendekatan 6
Pasal 1 Angka 2 UU Praktik Kedokteran.
konseptual dengan mengkaji asas- 7
Pasal 1 Angka 10 UU Praktik Kedokteran.
asas hukum dan sistem hukum 8
Pasal 2 UU Praktik Kedokteran.

4
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

penyelenggaraan praktik kedokteran pasien dan keluarganya atas dasar


harus memberikan manfaat yang informasi dan penjelasan mengenai
sebesar-besarnya bagi kemanusiaan tindakan medis yang akan dilakukan
dalam rangka mempertahankan dan terhadap pasien tersebut. Diatur, al:
meningkatkan derajat kesehatan Pasal 45 UU No. UU No. 29 Tahun
masyarakat; keadilan adalah bahwa 2004 tentang Praktik Kedokteran,
penyelenggaraan praktik kedokteran Pasal 68 UU No. 36 Tahun 2014
harus mampu memberikan pelayanan tentang Tenaga Kesehatan,
yang adil dan merata kepada setiap Permenkes No. 290/
orang dengan biaya yang terjangkau Menkes/PER/III/2008 tentang
oleh masyarakat serta pelayanan yang Persetujuan Tindakan Kedokteran,
bermutu; kemanusiaan adalah bahwa Pasal 45 UU No. UU No. 29 Tahun
dalam penyelenggaraan praktik 2004 tentang Praktik Kedokteran,
kedokteran memberikan perlakuan Persetujuan Tindakan Kedokteran
yang sama dengan tidak membedakan atau Kedokteran Gigi: Setiap tindakan
suku, bangsa, agama, status sosial, kedokteran atau kedokteran gigi yang
dan ras; keseimbangan adalah bahwa akan dilakukanoleh dokter atau dokter
dalam penyelenggaraan praktik gigi terhadap pasien harus mendapat
kedokteran tetap menjaga keserasian persetujuan; Persetujuan diberikan
serta keselarasan antara kepentingan setelah pasien mendapat penjelasan
individu dan masyarakat; secara lengkap; Penjelasan sekurang-
perlindungan dan keselamatan pasien kurangnya mencakup : a. diagnosis
adalah bahwa penyelenggaraan dan tata cara tindakan medis; b. tujuan
praktik kedokteran tidak hanya tindakan medis yang dilakukan; c.
memberikan pelayanan kesehatan alternatif tindakan lain dan risikonya;
semata, tetapi harus mampu d. risiko dan komplikasi yang
memberikan peningkatan derajat mungkin terjadi; dan e. prognosis
kesehatan dengan tetap terhadap tindakan yang dilakukan;
memperhatikan perlindungan dan Persetujuan dapat diberikan baik
keselamatan pasien.9 secara tertulis maupun lisan; Setiap
Pasal 3, Pengaturan praktik tindakan kedokteran atau kedokteran
kedokteran bertujuan untuk: gigi yang mengandung risiko tinggi
memberikan perlindungan kepada harus diberikan dengan persetujuan
pasien; mempertahankan dan tertulis yangditandatangani oleh yang
meningkatkan mutu pelayanan medis berhak memberikan persetujuan.11
yangdiberikan oleh dokter dan dokter Dalam keadaan gawat darurat tidak
gigi; dan memberikan kepastian diperlukan, dicatat di dalam rekam
hukum kepada masyarakat, dokter medis dan penjelasan diberikan
dandokter gigi.10 sesegera mungkin kepada pasien
setelah pasien sadar atau kepada
3. Hal - Hal Penting Dalam keluarga terdekat. Karena kalau tidak
Penyelenggaraan Praktik segera dilakukan bisa menimbulkan
Kedokteran masalah, dimana hal ini dijadikan alas
a. Informed consent an. Walaupun sebenarnya ada motif
Informed Consent: Suatu lain. Dalam Informed Consent
persetujuan yang diberikan oleh

9
Penjelasan Pasal 2 UU Praktik Kedokteran.
10 11
Pasal 3 UU Praktik Kedokteran. Pasal 45 UU Praktik Kedokteran.

5
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

termasuk tentang resiko juga ada upaya yg dilakukan tdk menjamin,


dijelaskan dalam Informed Consent. tdk menggaransi hasil akhir
c. Hak dan kewajiban dokter beserta
Tentang Informed Consent
pasien
digambarkan sebagai berikut:12
UU No. 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran mengatur tentang
Hak dokter (Pasal 50), antara lain:
Dokter atau dokter gigi dalam
melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai hak: memperoleh
perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur
operasional; memberikan pelayanan
medis menurut standar profesi dan
b. Perikatan/hubungan hukum pasien standar prosedur operasional;
dengan dokter memperoleh informasi yang lengkap
Perikatan/Hubungan Hukum dan jujur dari pasien atau
Pasien Dengan Dokter terjadi karena : keluarganya; dan menerima imbalan
1) Hubungan karena kontrak jasa.13 Pasal 51, Dokter atau dokter
terapeutik. Kontrak antara dokter gigi dalam melaksanakan praktik
dengan pasien yang memberikan kedokteran mempunyai kewajiban:
kewenangan kepada dokter untuk memberikan pelayanan medis sesuai
memberikan pelayanan kesehatan dengan standar profesi dan standar
kepada pasien. Kontrak melahirkan prosedur operasional serta kebutuhan
perikatan/hubungan hk/syarat medis pasien; merujuk pasien ke
sahnya 1320, asas2: legalitas, dokter atau dokter gigi lain yang
keseimbangan asas tepat waktu, mempunyai keahlian atau kemampuan
asas kejujuran, dll. yang lebih baik, apabila tidak mampu
2) Hubungan karena undang-undang. melakukan suatu pemeriksaan atau
Didasari adanya kewajiban yang pengobatan; merahasiakan segala
dibebankan kepada profesi dokter sesuatu yang diketahuinya tentang
tanpa perlu dimintakan persetujuan pasien, bahkan juga setelah pasien itu
pasien. Kedua hubungan tersebut meninggal dunia; melakukan
melahirkan tanggung jawab pertolongan darurat atas dasar
hukum, tanggung jawab profesi perikemanusiaan, kecuali bila ia
dan tanggung jawab etika dari yakin ada orang lain yang bertugas
seorang dokter. dan mampu melakukannya; dan
Bentuk perikatan/hubungan menambah ilmu pengetahuan dan
antara pasien dan dokter adalah mengikuti perkembangan ilmu
perikatan usaha (inspanning kedokteran atau kedokteran gigi.14
verbintenis), dimana hanya Karena pengetahuan berkembang
bertanggung jawab atas proses atau terus maka tidak boleh malas dan
terlalu percaya diri dgn pengetahuan
yang dimiliki, hal ini berlaku utk
12
Sri Siswati, Etika Dan Hukum Kesehatan semua bidang. Hak Pasien
Dalam Perspektif Undang-Undang Kesehatan,
13
Ed.1- Cet.3 - Depok: PT. Rajawali, 2017, hlm. Pasal 50 UU Praktik Kedokteran.
14
107. Pasal 51 UU Praktik Kedokteran.

6
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

d i a t u r p a d a P asal 52, antara dengan data informasi/bahan


lain: mendapatkan penjelasan secara pengajaran / referensi, dokumentasi
lengkap tentang tindakan medis; atau sebagai bahan
meminta pendapat dokter atau dokter pertanggungjawaban dan laporan
gigi lain; mendapatkan pelayanan sarana pelayanan. Pasal 46 UU
sesuai dengan kebutuhan medis; Praktik Kedokteran: Setiap dokter
menolak tindakan medis; dan atau dokter gigi dalam menjalankan
mendapatkan isi rekam medis.15 praktik kedokteran wajib membuat
Sedangkan kewajiban pasien diatur rekam medis; Rekam medis harus
pada Pasal 53, antara lain: segera dilengkapi setelah pasien
memberikan informasi yang lengkap selesai menerima pelayanan
dan jujur tentang masalah Kesehatan; Setiap catatan rekam
kesehatannya; mematuhi nasihat dan medis harus dibubuhi nama, waktu,
petunjuk dokter atau dokter gigi; dan tanda tangan petugas yang
mematuhi ketentuan yang berlaku di memberikan pelayanan atau
sarana pelayanan kesehatan; dan tindakan.17 Pasal 47: Dokumen
memberikan imbalan jasa atas rekam medis merupakan milik dokter,
pelayanan yang diterima.16 dokter gigi, atau sarana pelayanan
d. Rekam Medis di Indonesia. kesehatan, sedangkan isi rekam medis
Rekam medis adalah berkas yang merupakan milik pasien; Rekam
berisikan catatan dan dokumen medis harus disimpan dan dijaga
tentang identitas pasien, pemeriksaan, kerahasiaannya oleh dokter atau
pengobatan, tindakan dan pelayanan dokter gigi dan pimpinan sarana
lain yang telah diberikan kepada pelayanan Kesehatan.18 Rekam medis
pasien ( Pasal 1 Angka 1 Permenkes harus dibuat secara tertulis, lengkap
No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang dan jelas atau secara elektronik.
Rekam Medis). Rekam medis diatur Rekam medis yang baik adalah rekam
al: Pasal 46-47 UU No. 29 tahun medis yang memuat semua informasi
2004 tentang Praktik Kedokteran, yang dibutuhkan, baik yang diperoleh
Pasal 70-72 UU No. 36 tahun 2014 dari pasien, pemikiran dokter,
tentang Tenaga Kesehatan, pemeriksaan dan tindakan dokter,
Permenkes Nomor komunikasi antar tenaga medis/
269/Menkes/Per/III/2008 tentang kesehatan, informed consent, dll
Rekam Medis. Kegunaan dilihat dari disusun secara berurutan kronologis.
beberapa aspek: Administrasi, isinya e. Rahasia Medis
menyangkut tindakan berdasrkan Rahasia kedokteran adalah data
wewenang dan tanggungjawab tenaga dan informasi tentang kesehatan
medis; Medis, dasar untuk seseorang yang diperoleh tenaga
merencanakan pengobatan; Hukum, kesehatan pada waktu menjalankan
jaminan kepastian hukum dan pekerjaan atau profesinya, hal ini
keadilan dalam menegakkan hukum; sesuai dengan Pasal 1 angka 1
Bahan bukti keuangan, sebagai dasar Permenkes No. 36 Tahun 2012
menghitung biaya; Penelitian, yaitu tentang Rahasia Kedokteran. Pasal 48
untuk penelitian dan pengembangan Rahasia Kedokteran: Setiap dokter
ilmu pengetahuan. Dalam pendidikan atau dokter gigi dalam melaksanakan

15 17
Pasal 52 UU Praktik Kedokteran. Pasal 46 UU Praktik Kedokteran.
16 18
Pasal 53 UU Praktik Kedokteran. Pasal 47 UU Praktik Kedokteran.

7
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

praktik kedokteran wajib menyimpan dipersengketakan: Hasil akhir (Tidak


rahasia kedokteran; Rahasia memperhatikan atau mengabaikan
kedokteran dapat dibuka hanya untuk prosesnya). Sengketa Medis Dapat
kepentingan kesehatan pasien, Berupa: Pelanggaran etika
memenuhi permintaan aparatur kedokteran; pelanggaran disiplin
penegak hukum dalam rangka kedokteran; pelanggaran hak orang
penegakan hukum, permintaan pasien lain / pasien atau pelanggaran
sendiri, atau berdasarkan ketentuan kepentingan masyarakat. Ciri-ciri
perundang-undangan.19 Bertujuan Sengketa Medis adalah: Adanya
untuk memberikan kepastian hukum hubungan dokter dengan pasien;
dalam perlindungan, penjagaan, dan adanya kelalaian / kesalahan; objek,
penyimpanan rahasia kedokteran. yaitu berupa upaya penyembuhan;
Semua pihak yang terlibat dalam pasien pihak yang dirugikan.
pelayanan kedokteran dan/atau 1. Faktor-faktor Terjadinya Sengketa
menggunakan data dan informasi Medis adalah karena:
tentang pasien wajib menyimpan a. Melakukan apa yang menurut
rahasia kedokteran. Kewajiban kesepakatan tidak seharusnya
menyimpan rahasia kedokteran dilakukan;
berlaku selamanya, walaupun pasien b. Melakukan apa yang menurut
telah meninggal dunia. Pembukaan kesepakatan wajib dilakukan
Rahasia Kedokteran diperbolehkan tetapi terlambat tidak tepat
untuk kepentingan kesehatan pasien, waktu;
memenuhi permintaan aparatur c. Melakukan apa yang menurut
penegak hukum dalam rangka kesepakatan wajib dilakukan
penegakan hukum, permintaan pasien tetapi tidak sempurna; Kurangnya
sendiri, atau berdasarkan ketentuan informasi;
peraturan perundang – undangan. d. Komunikasi: Cara dan kualitas,
Rahasia Medis diatur, antara lain: komunikasi yg tdk baik bisa
Pasal 48 dan 51 c UU No. 29 Tahun menimbulkan masalah,
2004 tentang Praktik Kedokteran, sebaliknya komunikasi yg baik
Pasal 57 UU No, 36 Tahun 2009 bisa meredam masalah;
tentang Kesehatan, Pasal 73 UU No. Perbedaan persepsi contoh makna
36 Tahun 2014 tentang Tenaga malpraktik;
Kesehatan, Permenkes No. 36 Tahun e. Perbedaan kepentingan
2012 tentang Rahasia Kedokteran.llbh f. Kesenjangan harapan dan hasil.
detail. Intinya Rahasia Medis harus Hal ini bisa terjadi karena
dijaga. kepercayaan yg berlebih bisa
B. Sengketa Medis di Indonesia pemicu, lupa bahwa dokter juga
Sengketa Medis adalah sengketa manusia;
yang terjadi antara pasien atau g. Pihak yang merasa dirugikan
keluarga pasien dengan tenaga telah menyatakan rasa tidak
kesehatan atau antara pasien dengan puasnya baik secara langsung
rumah sakit / fasilitas kesehatan. kepada pihak yang dianggap
Dalam tulisan ini yang dibahas adalah sebagai penyebab kerugian atau
khusus sengketa antara dokter dengan kepada pihak lain. Ketidakpuasan
pasien. Biasanya yang tersebut tidak bisa diselesaikan
dengan baik atau slow respon.
19 makanya jika ada masalah atau
Pasal 48 UU Praktik Kedokteran.

8
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

begitu ada bibit masalah segera 2. Sipil, hal ini berkaitan dgn
cari penyelesaiannya jangan keperdataan yaitu dengan adanya
hanya menunggu. Kadang jika kontrak terapeutik
slow respon si pasien kesal lalu 3. Etik, menekankan pada kode etik
menceritakan hal tersebut kepada yg bersumber pada nilai etika
org lain, dan orang tersebut 4. Medis, kelalaian yg terjadi karena
memanas-manasi si pasien atau tindakan tertentu tidak dilakukan
keuarganya maka masalah Tindakan Dokter Digolongkan
tersebut bisa tambah rumit; Malpraktik Harus Memenuhi : 21
h. Perkembangan dalam masyarakat, 1. Tidak ada kelalaian jika ada
bisa terjadi karena pengaruh info yg kewajiban untuk mengobati,
tdk valid dr medsos; harus ada hubungan hukum
i. Memudar/terabaikannya nilai tersebut maka sikap dokter harus
etika, hal ini terjadi karena sesuai standar profesi (duty to use
berbagai halantara lain bisa due care).
karena money oriented, 2. Apabila sudah ada kesepakatan
konsumtif, lupa dgn sumpa dan sudah ada kewajiban, dokter
kode etik. harus bertindak sesuai standar
j. Persaingan antar rekan sejawat, profesi, jika terjadi
hal ini sangat mungkin terjadi; penyimpangan dokter dapat
k. Lemah kepercayaan; dipersalahkan secara hukum.
l. Dll. (Dereliction/breach of duty).
2. Malpraktik 3. Apabila ada akibat kelalaian
Terminologi malpraktik sampai dokter pasien mengalami luka,
saat ini pembatasan belum jelas/masih cidera, kerugian atau gangguan
kabur. Banyak pendapat ahli, teori- mental yang berat maka dokter
teori tentang malpraktik. Malapraktik dapat dipersalahkan secara
(KBBI): Praktik kedokteran yang hukum (Damage)
salah, tidak tepat, menyalahi undang- 4. Untuk mempersalahkan secara
undang atau kode etik. yuridis harus ada hubungan
Jenis-Jenis Malpraktik terdiri kausalitas yang wajar. (Direct
dari: 1) Malpraktik medis murni, hal Causation/Proximate Causes)
ini jarang terjadi, misal cth Teori – Teori Malpraktik22
melakukan pembedahan dengan 1. Teori pelanggaran kontrak, teori
tujuan membunuh atau demi uang. 2) yang mendasarkan pada kotrak
Malpraktik etik, melakukan tindakan setelah ada informed consent,
yang bertentangan dengan etik kecuali: pasien tidak sadar,
kedokteran, cth bertindak tanpa dibawah umur, pertimbangan
adanya informed consent medis (psikologis), pasien kena
Moh. Hatta mengemukakan ada power sindrom. Kontrak
beberapa kategori malpraktik. 20 melahirkan perikatan atau
1. Malpraktik criminal, kesalahan hubungan hukum yang
yg terjadi dalam menjalankan melahirkan hak dan kewajiban.
praktik berkaitan dengan KUHP Kalau dilanggar menimbulkan
akibat berupa sanksi.
20
H. Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum
21
Kesehatan di Indonesia, Ed-1. Cet.2 - Depok; Ibid, hlm. 118.
22
Rajawali Pers, 2018, hlm. 117-118. Ibid, hlm. 119-125.

9
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

2. Teori Perbuatan yang disengaja. dapat menimbulkan efek


Hal ini jarang terjadi dengan samping.
kesengajaan, karena 3. Adanya perjanjian untuk
dikategorikan pembunuhan atau membebaskan diri dari
tindak pidana. kesalahan, misal di kontrak
3. Teori Kelalaian, terjadi operasi ditulis tidak akan
disebabkan kelalaian. menuntut atau melakukan
Elemen-Elemen Yuridis Tindakan tindakan hukum jika operasi
Malpraktik yaitu: gagal.
1. Adanya tindakan dalam arti 4. Adanya aturan Good Samaritan.
berbuat atau tidak berbuat, Pertolongan gawat darurat demi
tergantung prestasinya yang kemanusiaan dengan tujuan
dikategorikan sebagai murni, jika tidak segera diambil
wanprestasi. tindakan bisa berakibat fatal.
2. Tindakan tersebut dilakukan oleh 5. Pembebasan atas tuntutan. Jika
dokter atau orang di bawah timbul masalah akan diseesaikan
pengawasannya tidak sesuai dengan perdamaian.
prosedur. Tanggung Jawab Hukum Dalam
3. Tindakan tersebut berupa Malpraktik24
tindakan medis, diagnosis, 1. Tanggung jawab keperdataan
terapeutik, atau manajemen a. Melakukan wanprestasi, objek
kesehatan tidak sesuai ketentuan: atau prestasi sama sekali tidak
Melanggar hukum, kepatutan, dilakukan, terlambat
kesusilaan, prinsip-prinsip melakukan, melakukan tidak
professional. sebagaimana diperjanjikan,
4. Dilakukan dengan kesengajaan melakukan yang tidak boleh
atau ketidak hati-hatian / lalai / dilakukan atau dilarang.
ceroboh. Yang sering terjadi b. Melakukan perbuatan
adalah karena kelalaian. melawan hukum maksudnya
5. Tindakan dokter tersebut melanggar hak org lain atau
mengakibatkan kerugian kepada tidak melakukan kewajiban
pasien. hukum. Ada unsur kesalahan,
Teori Pembelaan Malpraktik23 ada kerugian, ada hubungan
1. Teori kesediaan pasien untuk sebab akibat. Dapat digugat
menerima risiko. Setelah dengan wanprestasi, perbuatan
dijelaskan semu seluk beluk melawan hukum atau
penyakitnya, pasien menerima pembiaran. =>127 Zainal
dan memahami lalu 2. Tanggung jawab kepidanaan.
menandatangani dan mau Tindakan setelah, informed
menerima segala risiko. consent. Jika tidak bisa dituduh
2. Si pasien ikut serta dalam melakukan kekerasan pasal 89
melakukan kelalaian. Si pasien KUHP, tindakan tanpa dasar
tidak mengikuti saran dari tim medis missal operasi plastik.
medis, misal habis operasi 3. Tanggung jawab admistrasi,
dilarang melakukan gerakan yang missal praktik tanpa izin, tidak
menjaga kerahasian medis.

23 24
Ibid, hlm. 131-132. Ibid, hlm. 125-130.

10
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

Unsur Kesalahan Dalam bahwa kerugian yang diderita ada


Malpraktik hubungannya dengan Tindakan.
1. Kesengajaan (dolus). Kesalahan Dengan kata lain ada hubungan
yang dibuat sengaja (intentional timbal balik / sebab akibat atau sebab
tort), yang mengakibatkan yang sesuai hukum. Seseorang
seseorang secara fisik mengalami disebut lalai apabila memenuhi
cedera (assault and battery). Hal kriteria: Sikap kekurang hati-
ini jarang terjadi dan dapat hatian/sembrono/teledor; Dokter
digolongkan sebagai tindakan melakukan tindakan medis dibawah
kriminal atas dasar unsur standar profesi; Dokter melakukan
kesengajaan. sesuatu yang tidak boleh dilakukan;
2. Kelalaian (Culva). Kategori Tidak melakukan apa yang
Kelalaian Medis berupa : seharusnya dilakukan dengan sikap
Malfeasance: Dokter melakukan hati-hati dan wajar; Mengakibatkan
suatu Tindakan yang kerugian atau cedera bagi orang lain.
bertentangan dengan hukum; Sedangkan tolak ukur untuk
Misfeasance: Tindakan yang menentukan culva lata (kelalaian
tidak benar; Nonfeasance: Tidak berat) adalah: Tindakan itu
melakukan Tindakan yang bertentangan dengan hukum;
sebenarnya ada kewajiban untuk Akibatnya dapat dibayangkan;
melakukan itu; Maltreatment: Akibatnya dapat dihindarkan;
Cara penangan yang tidak Perbuatannya dapat dipersalahkan.25
professional dan tidak sesuai C. Penyelesaian Sengketa Medis di
dengan standar profesi medis Indonesia
karena ketidaktahuan, kelalaian Penyelesaian sengketa medis dapat
atau tidak ada kehendak untuk melalui lembaga profesi dan non
bekerja lebih baik; Criminal profesi.
Negligence: Sifat tak acuh atau Non profesi bisa diselesaikan di luar
tidak peduli terhadap pengadilan (non litigasi) dan dalam
keselamatan orang lain walaupun pengadilan (litigasi).
ia mengetahui bahwa 1. Penyelesaian Melalui Lembaga
tindakannya itu akan Profesi Kedokteran
mengakibatkan kerugian pada a. Majelis Kehormatan Etika
orang lain. Kedokteran (MKEK) 26
Sedangkan kriteria kelalaian Majelis Kehormatan Etika
secara umum adalah: (1) Adanya Kedokteran (MKEK) adalah
kewajiban yang didasarkan adanya majelis khusus tenaga medis,
kontrak yang melahirkan hak dan sehingga ini berlaku pada
kewajiban, tergantung jenis kalangan kedokteran. Dasar
prestasinya, misal melakukan hukum Majelis Kehormatan
tindakan medis sesuai norma-norma Etika Kedokteran (MKEK)
dan standar profesi. (2) Melalaikan dibentuk pada tahun 1979
kewajiban yang menimbulkan berdasarkan Pasal 16 ayat (1)
kerugian baik materiil misal karena Anggaran Rumah Tangga Ikatan
cacat tidak bisa cari nafkah lagi, dan Dokter Indonesia (IDI). MKEK
kerugian immmateriil, misal
penderitaan emosional/emosi tidak 25
stabil. (3) Adanya causa atau sebab, Ibid, hlm. 116.
26
Sri Siswati, Op. Cit., hlm. 139-143.

11
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

merupakan badan otonom dalam kemudian dituangkan dalam surat


organisasi IDI yang terdiri dari penetapan ketua MKEK dan
MKEK Pusat, MKEK Wilayah dibuat surat pemberitahuan
(pada tingkat provinsi) dan kepada pengadu bahwa
MKEKCabang (pada tingkat pengaduannya sudah diterima
Kabupaten/Kotamadya). Susunan oleh MKEK. Tembusan surat
anggota MKEK terdiri dari dikirimkan kepada pengurus IDI
Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, wilayah, PB IDI, Ketua MKEK
Anggota tetap sebanyak- Pusat, dan Ketua MP2A (Majelis
banyaknya 7 orang dan Anggota Pembinaan dan Pembelaan
tidak tetap. MKEK berfungsi Anggota) Wilayah. Bila belum
melakukan pembinaan, memenuhi syarat maka ketua
pengawasan dan penilaian MKEK mengirimkan kembali ke
pelaksanaan etika kedokteran pengadu dengan permintaan
oleh dokter. Tugas khusus melengkapi persyaratan. MKEK
MKEK adalah melakukan menunjuk dua orang anggota
penanganan pelanggaran tidak tetap dengan cara; langsung
(pengaduan) etika kedokteran. menunjuk seseorang (person)
Proses penanganan pengaduan oleh MKEK dan melalui
Tahapan proses penanganan organisasi profesi (perhimpunan
pengaduan adalah sebagai spesialis) yang sama dengan
berikut: MKEK menerima surat dokter yang diadukan. MKEK
aduan yang berasal dari: memanggil dokter yang diadukan
Langsung oleh pengadu ke dan diminta untuk: mempelajari
MKEK wilayah; Pelimpahan dari surat aduan; mempelajari
MKEK pusat atau PB IDI; pedoman pelaksanaan KODEKI
Pengurus IDI wilayah; atau 1993; menyerahkan rekam medik
Departemen Kesehatan. Apabila serta membuat kronologis
pengaduan diberikan secara lisan, tentang kasus tersebut sebagai
pengadu diharuskan mengubah pembelaan. MKEK memanggil
pengaduan secara tertulis. Ketua pengadu dan/atau keluarganya
MKEK mengundang anggota apabila dipandang perlu.
tetap MKEK untuk mengadakan Kehadiran pengacara pengadu
rapat persidangan internal. Surat (bila ada) akan dipertimbangkan
pengaduan dianalisis pada sidang secara tersendiri.
MKEK apakah memenuhi syarat Sidang MKEK membahas
antara lain; surat pengaduan surat pengaduan dan pembelaan
dengan nama jelas disertai tanda dengan memanggil saksi bila
tangan; alamat pengadu jelas; ada perlu. Untuk kasus-kasus yang
dokter yang diadukan dengan melibatkan lembaga-lembaga di
nama dan alamat yang jelas serta luar IDI, dibuat sidang secara
jelas tertulis bahwa pengaduan bertahap untuk mendengarkan
ditujukan ke IDI baik melalui keterangan dari semua pihak
pengurus besar, pengurus yang terlibat. Majelis
wilayah maupun langsung ke Kehormatan Etik Kedokteran
MKEK. Bila memenuhi syarat, harus dapat memutuskan salah
ketua MKEK memutuskan atau tidaknya yang bersangkutan
bahwa pengaduan itu sah dalam setiap tuduhan

12
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

pelanggaran etik yang diarahkan kerahasiaan, arsip disimpan


kepadanya secara mufakat atau selama 5 tahun) oleh sekretariat
berdasarkan suara terbanyak. untuk disampaikan kepada Ketua
Dengan memperhatikan lima hal IDI wilayah dengan tembusan
sebagai berikut: akibat tindakan kepada: Ketua MKEK Pusat;
tersebut terhadap kehormatan Ketua PB IDI dan Ketua MP2A
profesi, akibat bagi kebaikan Wilayah. Jika terdapat ketidak
pasien, akibat bagi kepentingan puasan, baik pengadu maupun
umum dan faktor luar termasuk dokter yang diadukan, keduanya
faktor pasien yang ikut dapat mengajukan banding
mendorong terjadinya kepada Majelis Kehormatan Etik
pelanggaran serta tujuan yang Kedokteran setingkat lebih
ingin dicapai oleh pelaku, tinggi.
digolongkan kasus menurut b. Majelis Kehormatan Disiplin
pelanggaran, yaitu: ringan, Kedokteran Indonesia
sedang, atau berat. Keputusan (MKDKI) 27
Majelis Kehormatan Etik Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran bersifat final dan Kedokteran Indonesia ini juga
mengikat. Sidang MKEK tahap hanya berlaku di lingkungan
akhir membuat keputusan tenaga medis saja. Majelis
tentang: ada tidaknya Kehormatan Disiplin Kedokteran
pelanggaran etik; identifikasi Indonesia (MKDKI) dibentuk
pasal KODEKI yang dilanggar; berdasarka amanah Pasal 55 ayat
perumusan kualitas pelanggaran (1) UU Nomor 29 Tahun 2004
ringan, sedang, atau berat. Sesuai yang menyebutkan: Untuk
jenis pelanggaran, MKEK menegakkan disiplin dokter dan
membuat saran tertulis kepada dokter gigi dalam
Pejabat Pemerintah yang penyelenggaraan praktik
berwenang untuk mencabutizin kedokteran, dibentuk Majelis
praktik selama 3 bulan Kehormatan Disiplin Kedokteran
(pelanggaran ringan), 6 bulan Indonesia." Dalam pelaksanaan
(pelanggaran sedang), atau 12 UU Nomor 29 Tahun 2004 ini
bulan (pelanggaran berat). Ketua dikeluarkan terakhir Permenkes
MKEK membuat laporan kepada Nomor 150 Tahun 2011 tentang
ketua IDI wilayah berisi jenis Keanggotaan Majelis
kasus, inisial dokter yang Kehormatan Disiplin Kedokteran
diadukan, tanggal awal Indonesia. Majelis Kehormatan
penyidangan dan pembuatan Disiplin Kedokteran Indonesia,
keputusan dan singkatan yang selanjutnya disingkat
pelanggaran KODEKI (bila ada). MKDKI sebagai lembaga yang
Bila kasus telah selesai, masalah berwenang untuk menentukan
dinyatakan selesai (dianggap ada tidaknya kesalahan yang
bukan masalah etik) kecuali bila dilakukan dokter dan dokter gigi
ada proses banding. Keputusan dalam penerapan disiplin ilmu
MKEK atas pengaduan tersebut kedokteran dan kedokteran gigi,
diproses (diberi nomor, dan menetapkan sanksi. Tujuan
diagendakan, berkas di lak
tertutup untuk menjamin
27
Ibid, hlm. 146-150.

13
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

penegakan disiplin antara lain MKDKI dapat diuraikan sebagai


memberikan perlin¬dungan berikut:
kepada pasien, menjaga mutu 1) Pengaduan dilakukan oleh
pelayanan dokter/dokter gigi setiap orang yang
serta kehormatan profesi dokter mengetahui atau
dan dokter gigi. Tugas MKDKI kepentingannya dirugikan
adalah lembaga yang berwenang atas tindakan dokter atau
untuk menentukan ada tidaknya dokter gigi dalam
kesalahan dokter dan dokter gigi, menjalankan praktik
dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran secara tertulis.
kedokteran dan kedokteran gigi, 2) Apabila pengaduan
serta menetapkan sanksi disiplin. dilakukan secara lisan,
MKDKI bertanggung jawab Sekre-tariat MKDKI atau
terhadap Konsil Kedokteran MKDKP (MKDK Provinsi)
Indonesia. dapat membantu pembuatan
MKDKI terdiri atas 3 (tiga) permohonan pengaduan
orang dokter dan 3 (tiga) orang tertulis dan ditandatangani
dokter gigi dari organisasi profesi oleh pengadu atau kuasanya.
masing-masing, seorang dokter 3) Pengaduan hanya dapat
dan seorang dokter gigi mewakili diajukan dalam tenggang
asosiasi rumah sakit, dan 3 (tiga) waktu paling lama 3 (tiga)
orang sarjana hukum. tahun terhitung sejak
Keanggotaan MKDKI diangkat tindakan dokter/ dokter gigi
untuk 1 (satu) kali masa jabatan yang diadukan.
selama 5 (lima) tahun. Dalam 4) Selambat-lambatnya dalam
masa jabatan 2006-2011 waktu 14 (empat belas) hari
berakhir, belum dilakukan kerja sesudah pengaduan
pengangkatan dan pelantikan diterima dan lengkap dicatat
anggota MKDKI periode 2011- dan benar sesuai hasil
2016, sehingga masa jabatan verifikasi MKDKI atau
anggota MKDKI periode 2006- MKDKP segera dibentuk
2011 tersebut diperpanjang Majelis Pemeriksa.
sampai dengan diangkatnya 5) Majelis Pemeriksa berjumlah
anggota MKDKI periode 2011- 3 (tiga) orang atau sebanyak-
2016 berdasarkan Peraturan banyaknya 5 (lima) orang
Menteri Kesehatan Nomor 150 yang terdiri dari dokter,
Tahun 2011 tentang Keanggotaan dokter gigi dan sarjana
MKDKI. hukum non medis.
Proses Penanganan Pasien 6) Majelis Pemeriksa
Penanganan pasien diatur dalam menetapkan hari
bentuk Peraturan Konsil pemeriksaan selambat-
Kedokteran Indonesia tentang lambatnya 14 hari sejak
Tata Cara Penanganan Kasus penetapan Majelis Pemeriksa
Pelanggaran Disiplin Dokter dan atau selambat-lambatnya 28
Dokter Gigi oleh Majelis (dua puluh delapan) hari bila
Kehormatan Disiplin Kedokteran tempat tinggal dokter atau
Indonesia (MKDKI). Cara-cara dokter gigi jauh.
melakukan pengaduan kepada

14
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

7) Majelis Pemeriksa bersifat dengan suara terbanyak.


independen yang dalam Keputusan Majelis
menjalankan tugasnya tidak Pemeriksa harus diucapkan/
terpengaruh oleh siapa pun dibacakan dalam sidang
atau lembaga lainnya. Majelis Pemeriksa yang
8) Majelis Pemeriksa hanya dinyatakan terbuka untuk
memeriksa dokter atau umum.
dokter gigi yang diadukan, 15) Keputusan sidang majelis
sedangkan penanganan atas harus memuat:
setiap tuntutan ganti rugi a. Kepala Putusan berbunyi:
pasien tidak menjadi "Demi keadilan
pemeriksaan dan kompetensi berdasarkan Ketuhanan
MKDKI atau MKDKP Yang Maha Esa."
9) Bilamana dipandang perlu, b. Nama, jabatan,
Majelis Pemeriksa dapat kewarganegaraan, tempat
meminta pasien untuk hadir domisili atau tempat
dalam sidang. kedudukan dokter atau
10) Dalam memeriksa, Majelis dokter gigi yang
Pemeriksa tidak melakukan disidangkan dan pengadu.
mediasi, rekonsiliasi dan c. Ringkasan pengaduan dan
negosiasi antara dokter dan jawaban dokter atau
pasien atau kuasanya. dokter gigi yang
11) Sidang Majelis Pemeriksa diadukan.
dilakukan secara tertutup. d. Pertimbangan dan
12) Keputusan sidang dapat penilaian setiap alat bukti
berupa: tidak bersalah, atau yang diajukan dan hal-hal
bebas dari pelanggaran yang terjadi selama dalam
disiplin kedokteran; bersalah proses
dan pemberian saksi disiplin; pemeriksaan/persidangan.
atau ditemukan pelanggaran e. Alasan-alasan baik dari
etika. teknis
13) Sanksi disiplin dapat berupa: kesehatanAedokteran
pemberian peringatan maupun disiplin yang
tertulis, rekomendasi menjadi dasar keputusan.
pencabutan Surat Tanda f. Amar Keputusan dan
Registrasi (STR) atau Surat pembiayaan.
Izin Praktik (SIP), dan/atau g. Hari, tanggal keputusan,
kewajiban mengikuti nama ketua majelis dan
pendidikan atau pelatihan di anggota majelis,
institusi pendidikan keterangan hadir atau
kedokteran atau kedokteran tidaknya dokter atau
gigi. dokter gigi yang diadukan
14) Keputusan Majelis (Pasal 34).
Pemeriksa dilakukan dengan
Dalam pelaksanaannya, sejak
cara musyawarah, apabila
diundangkannya Undang-Undang
tidak tercapai kesepakatan
Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Ketua Majelis Pemeriksa
Praktik Kedokteran dan
dapat mengambil keputusan
dibentuknya Konsil Kedokteran

15
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

Indonesia serta MKDKI ini, b) Alternatif Penyelesaian


hanya beberapa kasus yang Sengketa
ditangani atau dilaporkan oleh Alternatif Penyelesaian
masyarakat. Ini diduga dapat Sengketa adalah lembaga
disebabkan sosialisasi penyelesaian sengketa atau
keberadaan organisasi ini belum beda pendapat melalui
maksimal dan masyarakat tidak prosedur yang disepakati para
begitu mengenai lembaga ini pihak, yakni penyelesaian di
luar pengadilan dengan cara
2. Penyelesaian Lembaga Non-Profesi konsultasi, negosiasi,
berupa: mediasi, konsiliasi, atau
a. Penyelesaian sengketa medis penilaian ahli29 diselesaikan
secara perdata melalui:
1) Non-litigasi
a) Arbitrase (1) Konsultasi
UU No. 30 Tahun 1999 Konsultasi: Suatu
tentang Arbitrase Dan tindakan yang bersifat
Alternatif Penyelesaian personal antara satu
Sengketa Pasa 1 angka 1, pihak tertentu yang
Arbitrase adalah cara disebut klien dengan
penyelesaian suatu sengketa pihak lain yang disebut
perdata di luar peradilan konsultan, yang
umum yang didasarkan pada memberikan
perjanjian arbitrase yang pendapatnya kepada
dibuat secara tertulis oleh klien tersebut untuk
para pihak yang memenuhi keperluannya.
bersengketa.28 Kelebihan (2) Mediasi
lembaga arbitrase: Dijamin Mediasi adalah cara
kerahasiaan sengketa; dapat penyelesaian sengketa
dihindari kelambatan karena melalui proses
hal prosedural dan perundingan untuk
administratif; para pihak memperoleh
dapat memilih arbiter yang kesepakatan Para Pihak
tepat; para pihak dapat dengan dibantu oleh
menentukan pilihan hukum, Mediator. (Pasal 1 angka
serta proses dan tempat 1 PerMA No. 1 Tahun
penyelenggaraan; putusan 2016 tentang Prosedur
arbiter merupakan putusan Mediasi di Pengadilan).
yang mengikat para pihak Mediasi yg paling sering
dan dengan melalui tata cara dipilih. Semua sengketa
(prosedur) sederhana saja perdata yang diajukan ke
ataupun langsung dapat Pengadilan wajib
dilaksanakan. terlebih dahulu
diupayakan penyelesaian
melalui Mediasi, kecuali
28
Pasal 1 Angka 1 Undang - Undang Republik ditentukan lain
IndonesiaNomor 30 Tahun 1999 Tentang
Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
29
(UU Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Pasal 1 Angka 10 UU Arbitrase Dan Alternatif
Sengketa). Penyelesaian Sengketa.

16
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

berdasarkan Peraturan menjelaskan dasar


Mahkamah Agung ini. hukumnya biar sama-
(Pasal 4 (1) Perma No. 1 sama menyadari;
Tahun 2016 tentang Menuangkan pekerjaan
Prosedur Mediasi di kesepakatan-mutlak
Pengadilan). Dalam dengan ringkas dan
Pasal 29 UU Nomor 36 sederhana. Penyelesaian
Tahun 2009 tentang sengketa lewat mediasi
Kesehatan, penyelesaian mempunyai kelebihan,
kasus diusahakan karena itu sangat
dengan mediasi. Dalam direkomendasikan knp
penyelesaian lewat atau diutamakan:
mediasi menggunakan Penyelesaian sengketa
Mediator. Tujuannya secara damai yang tepat,
adalah untuk mencari efektif, dan dapat
win-win solution agar membuka akses yang
sama - sama menerima lebih luas kepada para
solusi yang ditawarkan. pihak untuk memperoleh
Mediator adalah yang penyelesaian yang
memiliki keahlian medis memuaskan serta
dan hukum. Karena berkeadilan; Sebagai
yang mau diselesaikan instrumen untuk
terkait dengan meningkatkan akses
medicolegal. Yang masyarakat terhadap
berarti memadukan keadilan sekaligus
aspek ilmu hukum implementasi asas
maupun medis / penyelenggaraan
kedokteran. Untuk peradilan yang
menjadi mediator yang sederhana, cepat, dan
baik adalah: Menguasai berbiaya ringan; Bersifat
semua tahapan dengan rahasia sehingga baik
baik; Mempunyai untuk karir dokter
kemampuan untuk maupun untuk pasien.
mempertemukan (3) Konsiliasi
keinginan, kepentingan Konsiliasi adalah
para pihak. Sebagai penyelesaian sengketa
penengah harus bisa dengan intervensi pihak
memadukan keinginan ketiga (konsiliator),
para pihak; Mencari titik dimana konsiliator
temu / tengahnya; bersifat lebih aktif,
Mampu dengan mengambil
memformulasikan inisiatif menyusun dan
dengan kalimat yang merumuskan langkah-
ringkas, sederhana agar langkah penyelesaian,
mudah dipahami; yang selanjutnya
Mampu penerapan ditawarkan dan diajukan
prinsip tegas hukum kepada para pihak yang
yang berlaku dengan bersengketa. Konsiliator

17
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

tidak berwenang Nomor 8 Tahun 1989 ini


membuat putusan, tetapi adalah: Kenyamanan,
hanya berwenang keamanan, dan keselamatan;
membuat rekomendasi, Memperoleh informasi yang
pelaksanaan tergantung benar, jelas, dan jujur;
itikad baik para pihak. Didengar pendapat dan
(4) Penilaian Ahli keluhannya; Mendapatkan
Penilaian ahli, advokasi, pendidikan dan
merupakan bentuk perlindungan konsumen.
pendapat ahli yang dapat Dilayani secara benar, jujur,
dipahami dan diterima tidak diskriminatif
oleh para pihak yang Memperoleh kompensasi,
bersengketa. Pendapat ganti rugi dan / atau
para ahli untuk suatu hal penggantian.
yang bersifat teknis BPSK mempunyai
sesuai dengan bidang serangkaian tugas, namun
keahliannya. tugas pokok BPSK adalah
menangani dan
c) Badan Penyelesaian menyelesaikan sengketa
Sengketa Konsumen antara pelaku usaha dan
(BPSK)30 konsumen. Anggota BPSK
Badan Penyelesaian terdiri atas unsur pemerintah,
Sengketa Konsumen (BPSK) unsur konsumen, dan unsur
adalah lembaga khusus yang pelaku usaha, masing –
dibentuk berdasarkan Pasal masing unsur berjumlah
31 Undang-Undang Nomor 8 sedikit-dikitnya 3 (tiga)
Tahun 1999 tentang orang, dan sebanyak -
Perlindungan Konsumen. banyaknya 5 (lima) orang.
BPSK dibentuk di Daerah
Tingkat II untuk Proses penanganan kasus
penyelesaian sengketa di luar a. Konsumen mengajukan
pengadilan. UU No. 8/1999 permohonan penyelesaian
tentang Perlindungan sengketa ke Sekretariat
Konsumen juga dapat BPSK dengan disertai bukti-
diberlakukan pada bidang bukti. Permohonan
kesehatan. Berlakunya diteruskan kepada Ketua
undang-undang ini BPSK dan dibahas dalam
diharapkan posisi konsumen rapat anggota BPSK.
sejajar dengan pelaku usaha, b. Apabila permohonan ditolak,
dengan demikian anggapan BPSK menyampaikan
bahwa konsumen merupakan penolakan karena tidak
raja tidak berlaku lagi memenuhi ketentuan atau
mengingat antara konsumen bukan kewenangan BPSK.
dan pelaku usaha tidak hanya Apabila permohonan
mempunyai hak namun juga diterima, dibuat surat
kewajiban. Hak konsumen panggilan untuk para pihak.
kesehatan berdasarkan UU c. Ketua / anggota / sekretariat
BPSK mengadakan
30
Sri Siswati, Op. Cit., hlm. 150-152. prasidang untuk menjelaskan

18
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

adanya pilihan penyelesaian menyelesaikan sengketa antara


sengketa, yaitu mediasi, pelaku usaha dan konsumen.
arbitrase, negosiasi dan Keputusan bersifat mengikat
konsiliasi. Apabila yang dan penyelesaian akhir.
dipilih adalah mediasi atau Menerapkan Alternatif
konsiliasi, Ketua akan Penyelesaian Sengketa (APS)
membentuk Majelis dan dimana penyelesaiannya
menetapkan hari pertama mengutamakan mediasi juga.
sidang. Apabila yang dipilih 2) Litigasi
adalah arbitrase, para pihak a) Melalui Jalur Peradilan
memilih masing-masing Perdata di Peradilan
arbitrer dari unsur pelaku Umum.
usaha dan konsumen. Dua Dasar hukum melalui
arbitrer terpilih memilih peradilan perdata, al: Pasal
arbitrer ke-3 dari unsur 32 huruf q UU No. 44 Tahun
pemerintah sebagai Ketua 2009 tentang Rumah Sakit;
Majelis dan ditentukan Pasal 66 UU No. 29 Tahun
waktu sidang pertama. 2004 tentang Praktik
Dalam hal ini mediasi karena Kedokteran; Pasal 1238-
diamanatkan oleh Undang- 1239 Pasal 1365, Pasal 1366
Undang Nomor 36 Tahun KUHPerdata. Gugatan
2009, akan dijelaskan wanprestasi atau perbuatan
tersendiri. melawan hukum. Penggugat
d. BPSK wajib mengeluarkan dibebani kewajiban untuk
putusan paling lambat 21 membuktikan kebenaran
(dua puluh satu) hari kerja dalil-dalil gugatannya.
setelah gugatan diterima. Sedangkan Tergugat berhak
Terlepas dari polemik apakah untuk mematahkan dalil-dalil
hubungan dokter dapat yang dikemukakan
disamakan dengan hubungan penggugat. Masing – masing
pelaku usaha dengan konsumen, pihak secara aktif
penyelesaian sengketa dapat mengupayakan bukti-bukti
melalui Badan Penyelesaian yang diperlukan. Dalam hal
Sengketa Konsumen (BPSK). ini informed consent, rekam
Bersifat khusus berdasarkan UU medis, kerahasiaan, dll
No. 8 Tahun 1999 tentang sangat diperlukan. Kemudian
Perlindungan Konsumen. tentang malpraktik, kriteria,
BPSK adalah salah satu kelalaian, tanggungjawab, dll
Lembaga peradilan konsumen juga sangat penting.
berkedudukan pada tiap Daerah Prosedur penyelesaian
Tingkat II kabupaten dan kota sengketa melalui jalur
di seluruh Indonesia. BPSK peradilan perdata di
beranggotakan: Unsur peradilan umum
perwakilan aparatur pemerintah, digambarkan sebagai
konsumen dan pelaku usaha berikut:
atau produsen. Mempunyai
serangkaian tugas, namun tugas
pokok: Menangani dan

19
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

tentang Penipuan dan


Pemalsuan Surat Tanda
Registrasi dan Surat Izin
Praktik; Pasal 79 UU No. 29
Tahun 2004 tentang tidak
memasang papan nama,
tidak membuat rekam medis
dan tidak memenuhi
kewajibannya sesuai dengan
UU; Pasal 80 UU No. 29
b) Penyelesaian Sengketa Tahun 2004 tentang
Medis Secara Pidana mempekerjakan dokter atau
Melalui Peradilan Umum dokter gigi yang tidak
Pasien membuat Laporan memiliki surat izin praktik.
Polisi telah terjadi tindak Tahap – tahap dalam
pidana atas dirinya. penyelesaian kasus pidana
Berkaitan dengan tindak adalah: Membuat laporan
pidana bidang kesehatan baik atau pengaduan tentang
yang diatur dalam KUHP adanya suatu tindak pidana;
maupun di luar KUHP. Klarifikasi; Proses
Tanggung jawab hukum penyelidikan; Pemanggilan
timbul setelah dapat pihak-pihak; Pembuatan
membuktikan terjadinya berita acara klarifikasi;
malpraktik Pasal-pasal dalam Panggil saksi-saksi; Jika
KUHP yang relevan dengan disimpulkan ada dugaan
masalah tanggung jawab tindakan pidana masuk ke
pidana, al: Pasal 322 KUHP penyidikan (di Kepolisian);
tentang Pelanggaran Wajib Penuntutan (di Kejaksaan);
Simpan Rahasia; Pasal 344 Persidangan (di Pengadilan).
KUHP tentang Euthanasia; Sedangkan tahap – tahap
Pasal 346 - 349 KUHP persidangan adalah:
tentang Abortus Provokatus; Pembacaan Surat Dakwaan;
Pasal 351 KUHP tentang Eksepsi (jika ada);
penganiayaan; Pasal-pasal Tanggapan Jaksa Penuntut
359-361 KUHP tentang Umum; Putusan Sela oleh
kelalaian yang Hakim Ketua Majelis;
mengakibatkan mati atau Pembuktian (Pemeriksaan
luka- luka berat. saksi / Keterangan ahli);
Dalam Undang - Undang Pembacaan Tuntutan
Praktik Kedokteran, al: Pasal (Requisitor); Pembacaan
75 UU No. 29 Tahun 2004 Pembelaan (Pledoi);
tentang Surat Tanda Pembacaan Replik
Registrasi; Pasal 76 UU No. (Tanggapan JPU atas Pledoi
29 Tahun 2004 tentang Penasihat Hukum);
melakukan praktik Pembacaan Duplik
kedokteran tanpa memiliki (Tanggapan Penasihat
surat izin praktik; Pasal 77, Hukum atas Replik dari
78 UU No. 29 Tahun 2004

20
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

Jaksa Penuntut Umum); perundang-undangan yang


Pengucapan Putusan. berlaku, yang bersifat
c) Penyelesaian Sengketa konkret, individual, dan
Medis Secara Administrasi final, yang menimbulkan
/ Tata Usaha Negara akibat hukum bagi seseorang
Melalui Peradilan atau badan hukum perdata,
Administrasi / Tata Usaha contoh: Pemberhentian atau
Negara pencabutan izin praktek
Pada prinsipnya sama IV. KESIMPULAN
dengan jalur pengadilan 1. Pengaturan penyelesaian sengketa
perdata, tetapi ada tambahan medis di Indonesia, antara lain:
"Proses Dismissel”. Sengketa Undang-Undang Dasar Negara
kedua pihak akan dinilai oleh Republik Indonesia Tahun 1945,
hakim pada proses ini KUHPerdata, KUHPidana, UU
apakah sengketa ini layak No. 14 Tahun 1985 tentang
diteruskan ke Pengadilan Mahkamah Agung sebagaimana
Tata Usaha Negara. Hakim diubah dengan UU No. 5 Tahun
lebih aktif untuk menggali 2004, terakhir diubah dengan UU
kasus. Berdasarkan UU No. No. 3 Tahun 2009, UU No. 2
5 Tahun 1986 tentang Tahun 1986 tentang Peradilan
Peradilan Tata Usaha Negara Umum sebagaimana diubah
Sebagaimana diubah dengan dengan UU No. 8 Tahun 2004,
UU No. 9 Tahun 2004 dan terakhir diubah dengan UU No. 49
terakhir diubah dengan UU Tahun 2009, UU No. 8 Tahun 1999
No. 51 Tahun 2009, tentang Perlindungan Konsumen,
Sengketa Tata Usaha Negara: UU No, 30 Tahun 1999 tentang
Sengketa yang timbul dalam Arbitrase dan Alternatif
bidang tata usaha negara Penyelesaian Sengketa, UU No. 29
antara orang atau badan Tahun 2004 tentang Praktik
hukum perdata dengan badan Kedokteran, UU No, 36Tahun
atau pejabat tata usaha 2009 tentang Kesehatan, UU No.
negara, baik di pusat maupun 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
di daerah, sebagai akibat Kehakiman, UU No. 44 Tahun
dikeluarkannya keputusan 2009 tentang Rumah Sakit, UU
tata usaha negara, termasuk No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
sengketa kepegawaian Kesehatan, Permenkes No.
berdasarkan peraturan 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
perundang - undangan yang Rekam Medis, Permenkes No.
berlaku. Dari hasil proses 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
sengketa tata usaha negara Persetujuan Tindakan Kedokteran,
dikeluarkan Keputusan Tata Permenkes No. 36 Tahun 2012
Usaha Negara, yaitu suatu tentang Rahasia Kedokteran,
penetapan tertulis yang Perma No. 1 tahun 2016 tentang
dikeluarkan oleh badan atau Prosedur Mediasi di Pengadilan,
pejabat tata usaha negara Peraturan KKI, Peraturan IDI.
yang berisi tindakan hukum 2. Proses penyelesaian sengketa
tata usaha negara yang medis di Indonesia dapat melalui
berdasarkan peraturan lembaga profesi dan non profesi.

21
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021
Penyelesaian Sengketa Medis Di Indonesia

Non profesi dapat diselesaikan di Secara Administrasi/Tata Usaha


luar pengadilan (non litigasi) dan Negara Melalui Peradilan
dalam pengadilan (litigasi). Administrasi/Tata Usaha Negara.
Penyelesaian Melalui Lembaga
Profesi Kedokteran: a. Majelis
Kehormatan Etika Kedokteran REFERENSI
(MKEK). Berfungsi melakukan Buku
pembinaan, pengawasan dan
penilaian pelaksanaan etika 1. Sri Siswati, Etika Dan Hukum
kedokteran oleh dokter. Tugas Kesehatan Dalam Perspektif
khusus adalah melakukan Undang-Undang Kesehatan, Ed.1-
penanganan pelanggaran Cet.3 - Depok: PT. Rajawali, 2017.
(pengaduan) etika kedokteran. b. 2. H. Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek
Majelis Kehormatan Disiplin Hukum Kesehatan di Indonesia, Ed-
Kedokteran Indonesia (MKDKI) 1. Cet.2 - Depok; Rajawali Pers,
sebagai lembaga yang berwenang 2018.
untuk menentukan ada tidaknya
kesalahan yang dilakukan dokter Peraturan Perundang-undangan
dan dokter gigi dalam penerapan
1. Undang-Undang Republik Indonesia
disiplin ilmu kedokteran dan
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
kedokteran gigi, dan menetapkan
Praktik Kedokteran.
sanksi. Tujuan penegakan disiplin
2. Undng - Undang Republik
antara lain memberikan
Indonesia Nomor 30 Tahun 1999
perlindungan kepada pasien,
Tentang Arbitrase Dan Alternatif
menjaga mutu pelayanan
Penyelesaian Sengketa.
dokter/dokter gigi serta
kehormatan profesi dokter dan
dokter gigi. Tugas adalah lembaga
yang berwenang untuk
menentukan ada tidaknya
kesalahan dokter dan dokter gigi,
dalam penerapan disiplin ilmu
kedokteran dan kedokteran gigi,
serta menetapkan sanksi disiplin.
Penyelesaian Lembaga Non-
Profesi berupa: a. Penyelesaian
sengketa medis secara perdata: 1)
Non-litigasi: a) Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa:
Konsultasi, Mediasi, Konsiliasi,
Penilaian Ahli. b) Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK) 2) Litigasi: a) Melalui
Jalur Peradilan Perdata di
Peradilan Umum, b) Penyelesaian
Sengketa Medis Secara Pidana
Melalui Peradilan Umum. c)
Penyelesaian Sengketa Medis

22
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 11 No. 2, Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai