1241
t242 Kadar plasma serotonin meningkat pada pasien dengan HPP, dan tetap
meningkat setelah transplantasi jantung. Obat penekan nafsu makan:
fenfluramine dan dexfenfluramine yang menghambat reuptake seretonin,
Mediator vasoaktif sirkulasi lainjuga berperan pada HPP. dapat mencetuskan HPP pada individu yang peka melalui peningkatan
kosentrasi platelet-derived serotonin (suatu vasokonstriktor
KARDIOLOGI
pulmonal, yang merangsang pertumbuhan va”skuIar).
Kerusakan saluran ion pada sel otot polos arteri
pulmonal juga dapat menambah vasokonstriksi. Kalsium hipertensi pulmonal primer.
intra seluler berperan penting dalam regulator kontraksi Vasokonstriksi diikuti oleh proliferasi dan fibrosis intima,
dan dan proliferasi otot polos vaskular, dan kanal trombosis insitu, dan perubahan plexogenik . Peningkatan
kalium yang menentukan konsentrasi kalsium bebas di ekspresi vascular endothelial growth /octor (VEGF), suatu
dalam sitoplasma mungkin terganggu pada pasien mitogen sel endothelial spesifik yang dihasilkan oleh
dengan makrofag dan otot polos vaskular, suatu mitogen
spesifik sel endotelial yang dihasilkan oleh makrofag
dan set otot polos, berperan dalam remodeling vaskular.
PATOLOGI
(LtiTR. ET•f§
SOCQPCRRTK
apoptosis {
MAPK
Remodeling vaskular paru
ändotel
Peningkatan Ca dalam otot polos arteri pulmonalis (PASMC) oleh karena aktivitas saluran K dan depolarisasi membran, dengan
pembukaan saluran kalsium (VDCC): yang akan meningkatkan saluran TRCP yang berperan dalam pembentukan reseptor Ca dan
peningkatan regulasi membran reseptor (seperti serotonin, endotelin atau leukotrien dan menurunkan kaskade sinyal) yang memicu
vasikonstriksi pulmonal. Merangsang proliferasi PASMC, dan hambatan BMP signal pathway yang menyebabkan antiproliperasi dan efek
apoptosis pada PASMC
S-HT indicates 5-hydroxytryptamine,' 5-HTT, 5-HT transporter; S-HTR, 5-hydroxytryptophani Ang- I, ongiopoietin,'AVD, apoptotic volume decrease;
BLIP, bone morphogenetic protein; Bt4P-RI, BNiP type I receptor; BNiP-RII, BLIP type II receptor; BNiPR-IA, BNiP receptor IA; Ca2 calcium ion;
Co-Smod, common smodi cyt, cytosine; DAG, diacylglycerol Em, membrane potentio!; ET- I, endothelin-1, ET- R, enciothelin receptor; GPCP, G
protein-coupled receptor, IP3, inositol 1,4,5-trisphosphate; K, potassium; Kv, voltagegoted potassium channel; NiAPK, mitogen-activated protein
kinase, NO/PGI2, nitric oxide/prostacyclin,' PAEC, pulmonary arterial endothelial cell PAH, pulmonary arterial hypertension; PASNiC, pulmonary
artery smooth muscle,' PDGF, platelet-derived growth {actor; PIP2, phosphatidylinositol biphosphate; PLC, phospholipase C¡ PLC_, PLC-
beta; PLC_, PLC gamma,’ PKC, protein kinase C,’ POC, receptor-operated calcium channe( P-Smad, receptor-activated smad signaling pathway,
RTK, receptor tyrosine kinase,' SOC, , TRPC, transient receptor potential channel,' and VDCC, voltage-dependent calcium channel.
HIPERTENSI PULMONAR PRIh4ER low pressure dan high [low. Gambaran patologi
vaskular pada HPP tidak patognomonis untuk
kelainan ini, karena menyerupai gambaran
fungsi “pulmonary vascular bed” sebagai sirkuit yang
arteriopathy pada hipertensi pulmonal dari berbagai
1243
macam sebab, kelainan vaskular disini termasuk
hyperplasia otot polos vaskular, hiperplasia íntima, dan
trombosis insitu. Kelainan yang terjadi pada HPP ini Tromboembolik arteriopati (45-50% dari HPP)
mengenai ateri-arteri pulmonalis kecil dengan
Secara patologik subtipe ini ditandai dengan fibrosis
diameter antara. 40 sampai 100 mm dan arteriole. Evolusi
eksentrik tunika íntima dan gambaran rekanalisissi
vaskular pada PPH ini tergantung progresivitas penipisan
trombosis insitu (jaringan dan septum dalam lumen
arteri pulmonalis, yang secara gradual meningkatkan
arterial). Subtipe tromboemboli hipertensi pulmonal
resistensi pulmonal yang pada akhirnya menyebabkan
terdapat 2 bentuk: bentuk makro-tromboemboli, yang
strain dan gagal ventrikel kanan.
biasanya didapatkan pada tipe hipertensi pulmonal
Pada stadium awal HPP, peningkatan tekanan arieri
sekunder dan berisi gumpalan besar ditengah lumen,
pulmonalis menyebabkan peningkatan kerja ventrikel
dan bentuk mikro-tromboemboli dengan trombus di
kanan, dan terjadi trombotik arteriopati pulmonal
distal yang menyumbat pembuluh -pembuluh darah
Karal‹teristik dari trombotik arteriopati pulmonal ini
kecil. Bentuk makro biasa biasanya respon terhadap
adala h thrombus insitu pada muscularis arteri dar
tromboendarterektomi. Sementara bentuk mikro
i vaskulatur pulmonal. Pada stadium lanjut, dimana
berhubungan dengan trombosis insitu dan secara klinis
tekanan pulmonal meninglcat secara terus naenerus dan
tumpang tindih dengan arteriopati pleksognik primer .
progresif, lesi berkembang menjadi bentuk arteriopati
flexogenik pulmonal yang ditandai dengan hipertrofi
Oklusif Vena Pulmonal
media, fibrosis IamiiJaris íntima konsentrik, yang
Bentuk yang jarang didapat, disebabkan oleh
menggantikan struktur endotelial pulmonal normal
penipisan tunika intima vena pulmonal
(Gambar 2). Secara patologik HPP dapat di
HPP secara patologi s dapat dibedakan dalam 6
kelompokkan secara 3 sub-tipe:
tingkatan berdasarkan derajat beratnya penyakit: dimulai
dari hipertrofi medial 9rade 1) sampai grade 6 berupa
nekrosis arteritis, namun tidak ada korelasi antara
gradasi
patologis dengan tekanan pulmonalis. Rasio
ketebalan tunika media dan intima terhadap total
“cross-5ectione/ area” dihubungkan dengan respon
terhadap vasodilator, sementara artropati flexogenik
dihubungkan dengan “survival time” yang pendek
(Gambar 3).
Pemeriksaan Angiografi
Kateterisasi jantu n9 •£!rUpil kan baku emas untu k KLASIFI KASI KLINIK DAN FU NG
diagnosis hipertensi ateri pulmonal. Kateterisasi membantu
SIONAL HIPERTENSI PULMONAL
diagnosis dengan menyingkirkan etiologi lain,
S el a m a b e be ra pa ta hu n hi perte n si pul m o
seperti penyakit jantung kiri, dan memberikan informasi
n al dikelasifikasikan sebagai hipertensi pulmonal
penting untuk dugaan prognostik pada pasien dengan
hipertensi primer (idiopatik) dan hipertensi pulmonal sekunder. Pada
tahun 2003, pada World Symposium III menpenai
hipertensi pulmonal di Venesia, dilakukan revisi
kelasifikasi klinik, dimana hipertensi pulmonal di
kelompokkan dalm S kelompok, dan hipertensi
pulmonal primer atau hipertensi pulmonal idiopatik
dimasukkan dalam kelompok hipertensi arteri pulmonal
(Tabel 3).
1246
Tabel 3. Klasifikasi Klinik Hipertensi Pulmonal yang
KARDIOLOGI
Direvisi (Venice 2003)
• Hipertensi arteri pulmonal
4 Idiopatik atau primer
k Familial Tabel 4. Klasifikasi Status Fungsional WHO Pasien
Hipertensi Pulmonal.
Kelas I Pasien dengan hipertensi pulmonal tanpa
keterbatasan dalam melakukan aktivitas
seharì- hari
4 Hipertensi yang berhubungan dengan: Kelas II Pasien dengan hipertensi pulmonal, dengan
Penyakit kolagen pada pembuluh darah sedikit keterbatasan dalam melakukan aktivitas
Shunt kongenital sistemik ke pulmonal sehari-hari.
Hipertensi portal Kelas III Pasien dengan hipertensi pulmonal, yang
Infeksi HIV bila melakukan aktivitas ringan akan merasakan
Toksin dan obat-obatan sesak dan rasa lelah yang hilan bila istirahat
Penyakit lawn(kelainantiroid, kelainan penyimpanan Kelas IV Pasien dengan hipertensi pulmonal, yang tidak
gIikogen, penyakit Gau cher, hemorag mampu melakukan aktifitas apapun (aktivitas
ik telangiektasis herediter, ringan akan merasakan sesak), dengan tanda dan
hemoglobinopati, kelainan mieloproliferatif, gejala gagal jantung kanan.
splenektomi
6 Yang berhubun9čIF\ dengan kerterlibatan vena atau
kapiler
6 Penyakit oklusi vena pulmonal masih kontroversial, karena belum ada data terhadap
6 Hemangiomatosis kapiler pulmonal keuntungan atau kerugian penggunaan digoksin pada
• Hipertensi pulmonal dengan penyakit jantung kiri hipertensi pulmonal. Pengunaan diretik untuk mengurangi
6 Penyakit atrium atau ventrikel kiri jantung sesak dan edema pada pereifer, dapat bermanfaat untuk
6 Penyakit katup jantung kiri mengurangi kelebihan cairan terutama bila ada regurgitasi
• Hipertensi pulmonal yang dihubungkan dengan tricuspid. Saat ini banyak penelitian untuk
penyakit paru adan atau hipoksia pengobatan hipertensi pulmonal telah dilakukan;
4 Penyakit paru obstruksi kronik
golongan vasodilator, prostanoid, nirric oxide,
6 Penyakit jaringan paru
penghambat fosfodiesterase, antagonis reseptor
6 Gangguan napas saat tidus
6 Kelalnan hlpoventilasi alveolar endothelin dan antikoagulan.
4 Tinggal lama di tempat yang tinggi
> Perkembangan abnormal a. Terapi Vasodilator
• Hipertensi pulmonal oleh karena penyakit emboli Penggunaan penghambat kalsium telah banyak dltelìti
dan trombotik kronik dan digunakan sebagai terapi pada hipertensi
4 Obstru ks i trom boembol i k arte ri puImo nali pulmonal, perbaikan terjadi pada kira-kira 25-30%
s kasus terutama pada pasien yang tes vasodilator
proksimal
akut positif, pada kelompok ini dapat
4 Obstruksi tromboembolik arteri pulmonalis distal
4 Emboli pulmonal non trombotik (tumor, parasit, dipertimbangkan penggunaannya dalam jangka
benda asing) lama, dan penggunaan golongan obat ini pada
• Miscellaneous pasein hipertensi pulmonal sebaiknya dibatasi terutama
6 Sarcoidosis, histiositosis-X, limfangiomatosis, pada pasien dengan gagal jantung kanan.
penekan an pembuluh darah paru (adenopati, Nifedipin 120-240 mg/hari atau diltiazem 540-900 mg/
tumor, fibrosis mediastinitis) hari merupakan agen yang sering digunakan, sementara
verapamil memperlihatkan efek inotropik negatif. Namun
obat-obat tersebut menyebabkan efek samping yang
WHO juga mengusul kan kelasifikasi fungsional
bermakna, seperti hipotensi yang mengancam hidup
hipertensi pulmonal dengan memodifikasi
pasien dengan fungsi ventrikel kanan yang
kelasifikasi fungsional dari New York Heart Association
terganggu berat, untuk ini diperlukan monitoring
(NYHA) system tTabel 4).
ketat terhadap hemodinamik pasien.
Vasodilator Iain yang telah dievaluasi adalah peranan
angiotensin converting enzime pa da patofisiolog i
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PULMONAL
hipertensi pulmonal, namun enzim ini tidak bermanfaat
PRIMER secara signifikan, disamping belum ada studi yang luas
yang telah dilakukan.
Medikamentosa
Resistensi vaskular pulmonal secara dramatis meningkat
b. Prostanoid
pada saat latihan atau aktivitas pada pasien hìpertensì, dan
pasien sebaiknya harus memperhatikan dan Epoprostenol
membatasi aktifitas yang berlebihan. Penggunaan Epoprostenol intravena pertama kali disetujui oleh FDA
digoksin saat ini untuk terapi hipertensi pulmonal pada tahun 1995.
Gambar 7. Alogaritme pemeril‹saan pada pasien dengan hipertensi pulmonal yang tidak diketahui
penyebabnya.
1248
pulmonal dengan tromboemboli kronik (33%) dan
KARDIOLOGI
hipertensi pulmonal dengan penyakit jaringan ikat (13%)
dengan NHYA II (59%) dan NYHA IV (41%) , didapatkan
perbaikan kapasitas latihan (waktu berjalan 6 menit
type 5 inhibitor, termasuk dipyridamole, zaprinast,
meningkat 36 m pada kelompok iloprost), perbaikan kelas
dan lainnya, menyebabkan vasodilatasi pulmonal kuat
fvYHA, perbaikan kliriis dan kualitas fnidup yang bermakna
pada paru hewan percobaan yang menderita
nada kelompok ilopr-st dibariding kelompok plaseL›o.
hipertensi pulmonal akut dan kronik.
Secara umum p-•ngobatan dengan iloprost ditoleransi
dengan baik kecuali pada beberapa pasien
Dipiridamol
mengalami batul‹ ringan, (lushing, sakit kepala dan nyeri
Dipiridamol dapat menurunkan resistensi vaskular paru,
rahang yail9 beriangsung singkat dan ringan.
‘asokontriksi pulmonal hipoksik, menurunkan hipertensi
pulmonal dan meningkatkan atau memperpanjang efek
. ffiltrlc Oxtde (Aifi)
irhalasi NO pada anak dengan hipertensi pulmonal.
ívierupa'‹an suatu vasodilator pulmonal selektif, õiíJei ikan
Beberapa pasien yang gagal merespon NO inhala si
sú ar inha!asi dengan waktu paruh singkat, hal ini
rnembaik dengan terapi kombinasi NO inhalasi +
bcrmanf at Er bagai ”se:. •c ning vasoüiiatot “ pa da
dipyridamole. Ini menunjukkan bahwa phosphodiesterase
ç›erigobatan h.'pe-te .-' * lmonal.
type S inhibitor merupakan strategi klinis yang efektif
Efek inha!üsi NO pada pasien hipertensi
dalam mengobati hipertensi arteri pulmonal, tetapi masih
pulmonal r›t’in•.•. r men perlihat perba ikan dal am
terbatas karena potensi dan selektivitasnya masih
para me ter h‹•.rnodinamik. Efek iangka panjang helum
kurang dan efek samping sistemiknya besar.
diteiiti namun beberapa {Pasien tampak menunjukkan
man faat dengan terapi tersebut untuk jangka lama.
Sild+nafil
Sildenafil merupakan phosphodiesterase type S inhibitor
d. Pengi'iarnbat Fesfodiesterase
yang poten,sial dan sangat spesifik. Studi klinis yang
IvIei‹anisme yang memodulasi cyclic guanosine 3’-5’
meneliti efek hemodinamik akut sildenafil dan perannya
monopho.•phate (cGIVlP) didalam otot polos berperan clalam
pada pengobatan jangka panjang pada pasien hipertensi
meregulasi tonus, pertumbuhan dan struktur vaskular.
arteri pulmonal oleh Michelakis dkk, pada 13 pasien
Efek vasodilator NO tergantung pada kemampuannya
didapatkan penurunan rerata tekanan arteri pulmonal dan
meningkatkan isi cGMP didalam otot polos vaskular. Sekali
resistensi vaskular pulmonal, dengan peningkatan
diproduksi NO langsung mengaktifkan soluble guanylate
indeks kardiak. Dibandingkan dengan NO inhalasi,
cyclase yang meningkatkan produksi cGMP, kemudian
sildenafil mem iliki efek yang sama dalam menurunk
cGMP mengaktifkan cGMP kinase, rnembuka kanal
potasium dan menyebabkan vasorelaksasi. Efek cGMP an rerata tekanan arteri pulmonalis, berbeda dengan
intraseluler bertahan singkat, menyebabkan NO, sildenafil juga memiliki efek hemodinamik.
degradasi cepat cGMP oleh fosfodiesterase. B i la dikombi na s i kan de ngan N0, s i Ide na
fil meningkatkan dan memperpanjang efek NO
Fosfodiesterase merupakan kelompok enzim yang
inhalasi. Sildenafil dengan NO inhalasi menurunkan
meng hidro lisis cyclic nucleotide, cyclic adenosine
tekanan artery pulmonal dan meningkatkan indeks
monophosphate (cAMP) dan cGMP, dan membatasi
kardiak, dan menurunkan resistensi vaskular
sifat siynal intraseluler mereka dengan menghasilkan
pulmonal lebih besar daripada masing-masing obat.
produk inaktif (5’-adenosine monophosphote dan S'-
Sildenafil mencegah vasoconstriksi pulmonal yang
guanosine monophosphate). Sedangkan penghambatan
berulang setelah gagal dengan inhalasi NO.
cAMP spesific phosphodiesterase (tipe 3) berperan
Pa da pe n elitian VAS 0 R EAC TIVI T Y, s il dena
dalam pengobatan asma Amis : teofilin) dan disfungsi
fil dikombinasikan dengan inhalasi NO, Iloprost
miokardial (mis : milrinone dan aRMinone), obat-obat
aerosol menyebabkan penurunan mencolok pada rerata
yang secara spesifik menghambat cANP-spesific
tekanan arteri pulmonal dan resistensi vaskular paru
phosphodi'esterase memiliki efek yang lemah terhadap
daripada sildenafil, tetapi terapi kombinasi menyebabkan
sirkulasi pulmonal. Sebaliknya obat-obat yang
penurunan lebih besar dan lebih lama dari pada
menghambat secara selektif cGi'•‘iP-spesific
preparat tunggal.
phosphodiesterase phosphodiesterase type 5
Bharani dkk mengobati 10 pasien dengan sildenafil
inhibitor) meningkatkan respon vaskular terhadap NO
dan 10 pasien dengan placebo selama 2 minggu.
inhalasi dan endogen pada hipertensi pulmonal.
Setelah 2 minggu pengobątan, pasien mengalami
Fosfodiesterase tipe 5 mempengaruhi paru dengan kuat
perbaikan bermakna pada tes berjalan 6 menit dan
dan phosphodiesterase (ype 5 gene expression dan
dyspnea index, dengan penurunan tekanan arteri
aktifitasnya meningkat pada hipertensi pulmonal kronik.
pulmoanal sistolik secara ekokardiographi. Pada
Beberapa phosphodiesterase
penelitian lain, 29 pasien diterapi dengan sildenafil (25-
100 mg) selama 5-20 bulan, didapatlkan perbaikan kelas
fungsional NYHA, tes berjalan 6 menit dan dyspnea
index serta menurunnya tekanan