Anda di halaman 1dari 15

TAKHRĪJ HADIS TENTANG MENJAUHI SIFAT HASAD

Muhammad Ferdiansyah

Program Studi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Langsa

kkql648@gmail.com

Abstract

This paper discusses the message and examines the hadith about the command to pray who

have not reached adulthood or puberty. Early childhood prayer education is a child's need

that must be considered by parents. So that when a child grows up, he will get used to

praying and not feel lazy. Therefore the importance of religious education for children from

an early age, the Prophet. through the hadith ordered parents and whoever it was to order

children to pray from an early age. And the textual hadith that is being discussed here at first

glance seems to be out of sync with the concepts of mukalaf and balig in Islam and seems to

highlight "physical violence" which is considered irrelevant to the spirit of modern or

contemporary education politeness. After testing the validity of the hadith by using test tools

in Hadith Science, such as the Science of Takhrij Hadith and the Science of Jarh wa ta'dil,

and analyzing the main message of the hadith by using a relevant psychological approach,

this paper proves that the child's prayer order does not conflict with the concept of mukallaf.

and come back. And so relevant to the spirit of modern education. And in this paper we will

find out what the quality of the hadith "Command prayer to children" is and see if this hadith

does not conflict with the Qur'an, authentic Hadith, history, and logic.

Key Words: Takhrij Hadith, command to pray to children, prayer.

Abstrak
Tulisan ini membahas pesan dan meneliti hadis tentang perintah shalat yang belum
mencapai usia dewasa atau balig. Pendidikan shalat anak sejak dini merupakan sebuah
kebutuhan seorang anak yang harus diperhatikan oleh para orang tua. Supaya seorang anak
itu nanti ketika sudah dewasa nanti sudah terbiasa untuk melaksanakan shalat dan tidak
merasa malas. Oleh karena itu pentingnya pendidikan ibadah anak sejak dini ini, Nabi Saw.
lewat hadisnya memerintahkan kepada orang tua dan siapapun itu untuk menyuruh anak-

1
anaknya melaksanakan shalat sejak usia yang notabene masih terbilang dini. Dan hadis
secara tekstual yang sedang jadi pembahasan di sini ini sepintas lalu masih terkesan kurang
sinkron dengan konsep mukalaf dan balig dalam Islam dan seperti terkesan menonjolkan
“Kekerasan fisik” yang dianggap tidak relevan dengan semangat kesantunan pendidikan
modern atau masa kini. Setelah melakukan uji validitas hadis dengan memanfaatkan
perangkat uji dalam Ilmu Hadis, seperti Ilmu Takhrij Hadis dan Ilmu Jarh wa ta’dil, dan
melakukan analisis pesan pokok hadis dengan memanfaatkan pendekatan psikologis yang
relevan, tulisan ini membuktikan bahwa perintah shalat anak tidak bertentangan dengan
konsep mukallaf dan balig. Serta begitu relevan dengan semangat pendidikan modern. Serta
di tulisan ini kita akan mengetahui apa kualitas dari hadis “Perintah shalat pada anak”
serta melihat apakah hadis ini tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, Hadis shahih, sejarah,
dan juga logika.

Kata Kunci: Takhrij Hadis, Menjauhi sifat hasad, Hasad.

A. Pendahuluan
Seorang muslim dan muslimah yang telah menyandang status sebagai “mukallaf’,
yakni maksudnya adalah orang yang telah terbebani hukum syariat, bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap segala perbuatannya. Status mukallaf yang di dapat sebab seseorang
tersebut telah mencapai baligh itu juga menjadikannya wajib menjalankan shalat, puasa,
zakat dan haji jika ia mampu. Dan juga lain-lain. Yang dapat disebut ibadah wajib batas
maksimal usia status mukallaf adalah 15 tahun, ada juga pandangan lain yang tidak perlu
dipaparkan disini. Adapun permulaan seseorang itu baligh itu ditandai dengan keluarnya air
mani bagi laki-laki baik itu secara sengaja atau tidak disengaja dan keluarnya darah haid bagi
perempuan.
Permulaan usia baligh seorang laki-laki dan perempuan dapat berbeda-beda dan tidak
dapat dilakukan generalisasi sepenuhnya dan disini penulis tidak akan membahas atau
memanjang lebarkan persoalan ini. Namun yang pastinya, umur 7 tahun bukanlah usia baligh,
baik bagi laki-laki maupun perempuan. Usia 7 tahun yang notabene belum mencapai usia
yang dikatakan baligh inilah inti permasalahan di sini. Dalam hadis Nabi Saw. secara
terkstual para orang tua diperintahkan untuk menyuruh anak-anak mereka untuk mengerjakan
shalat pada saat mereka memasuki usia 7 tahun. Bahkan diperintahkan kepada para orang tua
untuk memukul anak-anak mereka yang meninggalkan shalat pada usia mereka beranjak 10
tahun. Dan sepintas lalu konsep hadis ini tidak sinkron dengan konsep “mukallaf dan baligh”.
Ditambah lagi dengan perintah memukul anak-anak yang tidak mengerjakan shalat yang

2
tidak relevan dengan dengan prinsip-prinsip pendidikan modern untuk tidak menggunakan
“kekerasan fisik” pernyataan paling pokok disini, dengan demikian, adalah apa pesan pokok
yang hendak disampaikan Nabi Saw. lewat hadis tersebut? Dan apakah pesan pokok tersebut
tidak bertentangan atau relevan dengan pendidikan atau cara mendidik anak di masa
sekarang? Dan apakah hadis mengenai perintah shalat pada anak ini juga tidak bertentangan
dengan Al-Qur’an, hadis shahih, sejarah, serta tidak bertentangan dengan logika? Dan apakah
kualitas dari hadis ini mencakup sanad dan matan shahih? Maka dari itu disini penulis
bertujuan akan melakukan proses takhrij pada hadis “Perintah Shalat Pada Anak Usia
Dini” yang penggalan matan hadisnya penulis dapati dibuku yang berjudul “70 hadis pilihan
untuk anak” yaitu buku yang disusun oleh Lia Fitriani, S.Pd. Adapun penggalan matan
hadisnya berbunyi:
ْ ‫ض ِر بُ ْو ُه ْم َعلَ ْيها َ َو ُه ْم أَ ْنبا َ ُء َع‬
“‫ش ٍر‬ ْ ‫سنِيْنَ َوا‬ َ ‫صالَ ِة َو ُه ْم أَ ْبنا َ ُء‬
ِ ‫س ْب ِع‬ َّ ‫” ُم ُرؤا أَ ْوالَ َد ُك ْم با ِ ل‬
Dan juga tujuan penelitian pennulis disini untuk mengetahui apa kualitas dari hadis
tersebut baik dari segi sanad maupun dari segi matan dan disini penulis menggunakan metode
pendekatan takhrij berdasarkan “Awal Matan” dengan menggunakan kitab “Jami’ As-
shagir” yaitu kitab yang dikarang oleh Imam Jalaluddin As-Suyuti.
B. Metodologi dan pendekatan penelitian
1. takhrijul hadis dan jarh wa ta’dil
2. psikologi…..
C. Sekilas tentang Buku Nashaihul ibad
1. penulisan buku
2. hadis-hadis dalam buku
 Urain Sekilas Mengenai Buku Yang Dipakai Untuk Takhrij
Sebelum masuk ke dalam pembahasan mengenai proses takhrij hadis “Perintah Shalat
Kepada Anak Usia Dini” yang penggalan matan hadisnya yang akan ditakhrij berbunyi:

َّ ِ‫”مُرؤا أ َْوالَ َد ُك ْم با‬


ْ ‫لصالَِة َو ُه ْم أَ بْناَءُ َسْب ِع ِسنِنْي َ َوا‬
“‫ض ِر بُ ْو ُه ْم َعلَْيهاَ َو ُه ْم أَنْباَءُ َع ْش ٍر‬
1
ُ

Penulis akan sedikit membahas atau mengurai mengenai buku yang mencantumkan
penggalan hadis di atas. Jadi buku yang berjudul “70 hadis pilihan untuk anak” yang disusun
oleh Lia Fitriani S. Pd. Dan disunting oleh Andri Agus Fabianto yang terbitkan oleh PT.
Wahyu Media. Bahwasannya ia menjelaskan di dalam buku yang ia susun tersebut Al-Qur’an
dan Hadis merupakan pedoman hidup umat Islam yang harus dipelajari dan diamalkan untuk
1
Footnote buku

3
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Karenanya, mempelajari Hadis hendaknya
dimulai sejak dini. Tujuannya agar nilai-nilai luhur agama Islam dapat tertanam kuat sejak
dini pada diri anak-anak.

Dan adapun keutamaan materi di dalam buku ini antara lain:

 Memuat 70 hadis pilihan untuk anak yang berhubungan dengan akidah, ibadah,
dan akhlak.
 Diterjemahkan ke dalam dua bahasa Indonesia dan Inggris.
 Disertai dengan ilustrasi menarik yang berkenaan dengan kandungan hadits.
 Dilengkapi dengan panduan hadis untuk orang tua/guru yang berisi tentang
penjelasan lebih lengkap tentang maksud setiap hadis yang terdapat di dalam
bukunya.
 Buku ini dapat digunakan oleh orang tua atau guru untuk menunjang pelajaran
agama Islam di TPA/TK dan SD.
Jadi kesimpulan dari buku ini adalah sangat cocok untuk metode pengajaran dengan
objek anak-anak yang sedang duduk di bangku TPA/TK dan juga SD. Dikarenakan buku ini
menjelaskan metode atau penjelasan yang mudah dicerna atau ditangkap oleh anak-anak yang
masih berada ditingkat TPA/TK dan SD. Serta buku ini juga menyajikan ilustrasi serta
warna-warni ceria yang membuat anak-anak merasa senang dalam mempelajari atau
menghafal hadis singkat yang dicantumkan di dalam buku ini. Dan disini penulis memakai
referensi hadis di dalam buku ini pada halaman 13 hadis ke 7 dengan judul hadis “Perintah
Shalat Pada Anak” yang diriwayatkan oleh Abu Daud.
Selanjutnya kita masuk pada proses takhrij hadis tentang “Perintah Shalat Kepada
Anak Usia Dini” adapun langkah-langkah dalam takhrij hadisnya sebagai berikut:
D. takhrij hadis perintah salat kepada anak usia dini
1. Sumber dan kualitas hadis
2. Kandungan hadis
Dalam langkah ini penulis menggunakan metode takhrij berdasarkan awal matan
hadis. Dan adapun lafal Hadis yang penulis takhrij ialah:

َّ ‫ُم ُرؤا أ َْوالَ َد ُك ْم ِبا‬


ْ ‫لصالَ ِة َو ُه ْم أَ بْناَءُ َس ْب ِع ِسنِْي َن َوا‬
‫ض ِر ُب ْو ُه ْم َعلَْيهاَ َو ُه ْم أَنْباَءُ َع ْش ٍر‬

4
Artinya: “perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh
tahun dan pukulah mereka jika mereka telah berumur sepuluh tahun” (H.R. Abu Dawud)2
Kitab yang digunakan oleh penulis adalah kitab Jami’ As-saghir. Sebagaimana yang
diketahui bahwa kitab ini adalah kitab yang dikarang oleh Imam Jalaluddin abu bakar As-
Sayyuti berdasarkan kitab tersebut yang digunakan oleh penulis, maka penulis mendapatkan
tiga hadis atau tiga jalur yaitu dari kitab sunan abu daud juz 1 nomor hadis 495 halaman
91 ,kitab musnad ahmad nomor hadis 6756 juz 6 halaman 295 dan pada kitab mustadrak Al-
Hakim. Dengan menggunkan kata awal matan “‫ ” ُم ُرؤا‬yaitu:3

َّ ‫ُم ُرؤا أ َْوالَ َد ُك ْم ِبا‬


ْ ‫لصالَ ِة َو ُه ْم أَ بْناَءُ َس ْب ِع ِسنِْي َن َوا‬
‫ض ِر ُب ْو ُه ْم َعلَْيهاَ َو ُه ْم أَنْباَءُ َع ْش ٍر‬
3. Menentukan I’tibar Sanad
Langkah selanjutnya ialah membuat skema sanad, kritik hadis dan hal-hal yang
terkait dengannya yaitu:
a) Jalur abu dawud (hadis nomor 495 halaman 91)

َ َ‫يل َع ْن َس َّوا ٍر أَبِي َح ْم َز َة ق‬


‫ال أَبُو َد ُاود َو ُه َو‬ ِ ِ
ُ ‫ي َح َّد َثنَا إ ْس َمع‬ َّ ‫َح َّد َثنَا ُم َؤ َّم ُل بْ ُن ِه َش ٍام َي ْعنِي الْيَ ْش ُك ِر‬
ِ ‫ب َعن أَبِ ِيه َعن جد‬ ِ َّ ‫س َّوار بن َداو َد أَبو حمزةَ الْمزنِ ُّي‬
‫ال‬
َ َ‫ِّه ق‬ َ ْ ْ ٍ ‫الص ْي َرف ُّي َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُش َع ْي‬ َُ َ ْ َ ُ ُ ُ ْ ُ َ
‫ين‬ ِِ ِ َّ ِ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه َعلَي ِه وسلَّم مروا أَواَل َد ُكم ب‬
َ ‫الصاَل ة َو ُه ْم أ َْبنَاءُ َس ْب ِع سن‬ ْ ْ ُُ َ َ َ ْ ُ َ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ق‬
ِ‫ض‬
‫اج ِع‬ َ ‫وه ْم َعلَْي َها َو ُه ْم أ َْبنَاءُ َع ْش ٍر َو َف ِّرقُوا َب ْيَن ُه ْم فِي ال َْم‬
ُ ُ‫ض ِرب‬ ْ ‫ َوا‬4
b) Jalur ahmad (nomor hadis 6756 halaman 295)
ِ ‫السه ِم ُّي الْمعنى و‬ َّ ‫َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن َع ْب ِد‬
‫اح ٌد قَااَل‬ َ َْ َ ْ َّ ‫ي َو َع ْب ُد اللَّ ِه بْ ُن بَ ْك ٍر‬ ُّ ‫الر ْح َم ِن الطَُّفا ِو‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ‫ب َعن أَبِ ِيه َعن جد‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ِّه ق‬ َ ْ ْ ٍ ‫َح َّد َثنَا َس َّو ٌار أَبُو َح ْم َزةَ َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُش َع ْي‬
‫ين َو َف ِّرقُوا َب ْيَن ُه ْم فِي‬ ِِ ِ ِِ ِ ِ َّ ِ‫وسلَّم مروا أَبنَاء ُكم ب‬
َ ‫وه ْم َعلَْي َها ل َع ْش ِر سن‬
ُ ُ‫ض ِرب‬ْ ‫ين َوا‬ َ ‫الصاَل ة ل َس ْب ِع سن‬ ْ َ ْ ُُ َ َ َ
‫َس َف َل ِم ْن‬ ِِ ٍِ ِ ‫اج ِع وإِذَا أَنْ َكح أَح ُد ُكم َع ْب َدهُ أَو أ‬ ِ َ ‫الْم‬
ْ ‫َج َيرهُ فَاَل َي ْنظَُر َّن إِلَى َش ْيء م ْن َع ْو َرته فَِإ َّن َما أ‬ ْ ْ َ َ َ ‫ض‬ َ
‫ ُس َّرتِِه إِلَى ُر ْكبََت ْي ِه ِم ْن َع ْو َرتِِه‬5
c) Jalur kitab Mustadrak Al-Hakim

2
Lia fitriani, “70 hadist pilihan untuk anak”, (Jakarta: wahyu media, 2008), hal.13.
3
imam jalaluddin Abu bakar As suyuti, Jami’ As-shaahir, hal.500.
4
Abu daud sulaiman bin Al-‘asy’ats As-Sijistani, Sunan abu daud juz, hal.91
5
ahmad bin muhammad bin hambal, Musnad Ahmad juz 6, hal.295.

5
Untuk lebih jelas berikut adalah gambar skema sanadnya:

Rasulullah saw

‫قل‬

Abdullah bin amru


(kakeknya)

‫عن‬

Syu’aib (ayahnya)

‫عن‬

Amru bin syu’aib W. 18888

‫عن‬

‫عن‬
Sawari abi hamzah W. -

‫ثنا‬ ‫عن‬

abdurrahman at- Abdullah


ibnu bakri Ismail W.93
thafawi W.187
as-syahmi
W.63
‫ثنا‬

‫ثنا‬

Mu’ammal bin hisyam W.253


Ahmad W.241

‫ثنا‬

6
‫‪Abu daud W.275‬‬

‫‪4. Melakukan kritik sanad‬‬


‫‪a. Kritik sanad‬‬
‫‪Adapun kritik sanad hadis yang penulis teliti yaitu:‬‬
‫‪Jalur abu dawud:‬‬

‫يل َع ْن َس َّوا ٍر أَبِي َح ْم َز َة قَ َ‬


‫ال أَبُو َد ُاود َو ُه َو‬ ‫ِ ِ‬
‫ي َح َّد َثنَا إ ْس َمع ُ‬ ‫َح َّد َثنَا ُم َؤ َّم ُل بْ ُن ِه َش ٍام َي ْعنِي الْيَ ْش ُك ِر َّ‬
‫ب َعن أَبِ ِيه َعن جد ِ‬ ‫س َّوار بن َداو َد أَبو حمزةَ الْمزنِ ُّي َّ ِ‬
‫ال‬
‫ِّه قَ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫الص ْي َرف ُّي َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُش َع ْي ٍ ْ‬ ‫َ ُ ْ ُ ُ ُ َ ْ َ َُ‬
‫ين‬ ‫ِِ‬ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه َعلَي ِه وسلَّم مروا أَواَل َد ُكم بِ َّ ِ‬
‫الصاَل ة َو ُه ْم أ َْبنَاءُ َس ْب ِع سن َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ ْ َ َ َ ُُ ْ‬ ‫َ‬ ‫ال َر ُس ُ‬ ‫قَ َ‬
‫ضِ‬ ‫وه ْم َعلَْي َها َو ُه ْم أ َْبنَاءُ َع ْش ٍر َو َف ِّرقُوا َب ْيَن ُه ْم فِي ال َْم َ‬
‫ض ِربُ ُ‬
‫‪6‬‬
‫اج ِع‬ ‫َوا ْ‬
‫‪Jalur ahmad:‬‬

‫السه ِم ُّي الْمعنى و ِ‬ ‫َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن َع ْب ِد َّ‬


‫اح ٌد قَااَل َح َّد َثنَا‬ ‫َ َْ َ‬ ‫ي َو َع ْب ُد اللَّ ِه بْ ُن بَ ْك ٍر َّ ْ‬
‫الر ْح َم ِن الطَُّفا ِو ُّ‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ‫ال رس ُ ِ‬ ‫ب َعن أَبِ ِيه َعن جد ِ‬
‫ول اللَّه َ‬ ‫ال قَ َ َ ُ‬ ‫ِّه قَ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫َس َّو ٌار أَبُو َح ْم َز َة َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُش َع ْي ٍ ْ‬
‫ضِ‬ ‫ين َو َف ِّرقُوا َب ْيَن ُه ْم فِي ال َْم َ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫مروا أَبنَاء ُكم بِ َّ ِ ِ‬
‫اج ِع‬ ‫وه ْم َعلَْي َها ل َع ْش ِر سن َ‬ ‫ض ِربُ ُ‬ ‫ين َوا ْ‬ ‫الصاَل ة ل َس ْب ِع سن َ‬ ‫ُُ ْ َ ْ‬
‫ِ‬
‫َس َف َل ِم ْن ُس َّرت ِه إِلَى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍِ‬ ‫وإِذَا أَنْ َكح أَح ُد ُكم َع ْب َدهُ أَو أ ِ‬
‫َج َيرهُ فَاَل َي ْنظَُر َّن إِلَى َش ْيء م ْن َع ْو َرته فَِإ َّن َما أ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫َ‬
‫ِ ‪7‬‬
‫ُر ْكبََت ْي ِه ِم ْن َع ْو َرته ِ‬

‫‪Jalur kitab Al-Mustadrak Al-Hakim:‬‬

‫‪‬‬ ‫‪Biodata sanad jalur abu daud‬‬

‫‪Amru bin syu’aib‬‬

‫‪Nama lengkapnya‬‬ ‫‪: Amru bin syu’aib bin Muhammad bin Abdullah bin amru‬‬
‫‪Kuniyah‬‬ ‫‪: Abu ibrahim‬‬
‫‪Negeri hidup: marur rawdz‬‬
‫‪Tahun wafat: 188 H‬‬

‫‪6‬‬

‫‪7‬‬

‫‪7‬‬
Guru periwayat: ayahnya, dan dari ibunya, zainab binti abi salamah, dan Nabi Muhammad
Saw.
Murid periwayat: Ata’ dan Umar bin Dinnar, yahya bin said, dan hisyam bin urwah.
Pandangan kritikus hadis: al’ajli mengatakan tsiqah
An-nasa’i mengatakan tsiqah
Abu daud mengatakan laisa bi hujjah
Ibnu hajar Asqalani mengatakan shaduq8
Kesimpulan: penulis melihat bahwa amru mendapatkan penilaian terpuji dari para ulama
kritikus hadis tanpa ada yang mencela. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa amru bin
syu’aib dapat dipercaya dan diterima riwayatnya.

Sawari abi hamzah

Nama lengkapnya: sawari bin daud Al-majani abu hamzah


Kuniyah: abu hamzah
Negeri hidup: bashrah
Tahun wafat: -
Guru periwayat: at-thawis, dan ata’ dan abdul aziz bin abu bakar dan amru bin syu’aib dan
lain-lain.
Murid periwayat: ismail bin aliyat dan nadhar bin syail dan abu ibnu al-mubarak dan
muhammad bin bakri
Pandangan kritikus hadis: abu thalib mengatakan la ba’sa bihu
Ishaq bin mansyur mengatakan tsiqah
Ibnu hibban mengatakan tsiqah9
Kesimpulan: dari penilaian yang diberikan oleh para kritikus hadis dapat penulis simpulkan
seorang perawi yang tsiqah karena para kritikus hadis banyak memberikan penilain ta’dil
kepadanya.

Ismail

Nama lengkapnya: ismail bin aliyat bin misqam


Kuniyah: abu bisyir
Negeri hidup: bashrah

8
Shahab Ad-Din Abi Al-Fadhal Ahmad Ibn ‘Aliy bin Hajar ‘Asqalani, tahzibut tahzib, juz 10, hal.383-
384.
9
Shahab Ad-Din Abi Al-Fadhal Ahmad Ibn ‘Aliy bin Hajar ‘Asqalani, tahzibut tahzib, juz 4, hal.267-
268.

8
Tahun wafat: 93 H
Guru periwayat: abdul aziz bin syu’aib dan sulaiman al-tami, dan jami’al-tawil.
Murid periwayat: syu’bah dan ibnu jariz, dan baqiyah hamid bin zaid.
Pandangan kritikus hadis: Syu’bah mengatakan sayyidinul muhaditsin
Yahya bin ma’in: tsiqah ma’mun
Muhammad bin sa’d: tsiqah tsabat hujjah
Abdurrahman bin mahdi: dia lebih kuat dari husyaim
Abu daud mengatakan: tidak ada seorang muhaddits kecuali melakukan kesalahan, kecuali
ibnu ‘ulaiyah dan bisyr bin al mufadlal
Yahya bin said berkata: lebih kuat daripada wuhaib
As saji: perlu dikoreksi ulang
An-nasa’i berkata: tsiqah tsabat
Ibnu hajar Al-asqalani berkata: tsiqah-hafiz
Adz dzahabi berkata: dhaif10
Kesimpulan: penulis melihat bahwa dalam penilaian para ulama terdapat ungkapan tsiqah
tsabat, dia lebih kuat dari husyaim, tsiqah tsabat hujjah. Oleh karena itu penulis dapat
menyimpulkan bahwa ungkapan tersebut masih bisa diterima dan terpenuhilah aspek
kedhabitannya serta ketsiqahannya pada rawi.

Mu’ammal ibnu hisyam

Nama lengkapnya: mu’ammal bin hisyam


Kuniyah: abu hisyam
Negeri hidup: bashrah
Tahun wafat: 253 H
Guru periwayat: ismail bin alliyat, dan abi mawiyah al-dharir, dan yahya bin abid al-dhab’i
Murid periwayat: Al-Bukhari, dan abu daud, an-nasa’i, abu hatim, dan ibnu abi daud.
Pandangan kritikus hadis: Abu hatim mengatakan shaduq
Abu daud mengatakan tsiqah
An-nasa’i mengatakan tsiqah
Ibnu hibban mengatakan tsiqah11

10
Shahab Ad-Din Abi Al-Fadhal Ahmad Ibn ‘Aliy bin Hajar ‘Asqalani, tahzibut tahzib, juz 1, hal.275-
279.
11
Shahab Ad-Din Abi Al-Fadhal Ahmad Ibn ‘Aliy bin Hajar ‘Asqalani, tahzibut tahzib, juz 4, hal.383-
384.

9
Kesimpulan: dari penilaian para kritikus hadis penulis dapat menyimpulkan bahwa
mu’ammal adalah seorang yang shaduq dan tsiqah.

Abu daud

Nama lengkapnya: Abu daud sulaiman bin Al-‘asy’ats As-Sijistani, abu daud, al-hafiz
Kuniyah: -
Negeri hidup: bashrah
Tahun wafat: 275 H
Guru periwayat: ibrahim bin musa bin yazid zadzan, yahya bin isma’il alwashiti, yahya bin
ayyub al muqobari.
Murid periwayat: At-tirmidzi, ibrhamim bin hamdan bin yunus Al-qaulin, abu thayyib ahmad
bin ibrahim.
Pandangan kritikus hadis: Ibnu hajar Al-asqalani: Tsiqah hafidz
Adz Dzahabi: Hafizh12
Kesimpulan: penulis dapat menyimpulkan bahwa Abu Daud mendapatkan penilaian terpuji
dari para kritikus hadis tanpa ada yang mencelanya, maka dari itu Abu Daud dapat dipercaya
dan diterima riwayatnya.
 Biodata sanad jalur Ahmad

Abdullah ibnu bakri as-syahmi

Nama lengkapnya/aslinya: Abdullah bin ‘amru bin al ‘ash bin wa’il


Kuniyah: abu muhammad
Negeri hidup: maru
Tahun wafat: 63 H
Guru periwayat: -
Murid periwayat: -
Pandangan kritikus hadis: Ibnu hajar Al-asqalani berkata: shahabat
Adz dzahabi berkata: shahabat
Kesimpulan: penulis menyimpulkan bahwa abdullah ibnu bakri belum bisa dipastikan dia
seorang yang tsiqah ataupun adil. Karena yang menilainya hanya 2 orang.

Abdurrahman at-thafawi

12
Shahab Ad-Din Abi Al-Fadhal Ahmad Ibn ‘Aliy bin Hajar ‘Asqalani, tahzibut tahzib, juz 4, hal.169-
173

10
Nama lengkapnya: Muhammad bin ‘abdurrahman
Kuniyah: abu al mundzir
Negeri hidup: bashrah
Tahun wafat: 187 H
Guru periwayat: hasyim ibnu urwah, al ‘amsyi, aufa al arabi, daud ibnu abi hindun,husain bin
abdirrahman dan lain-lain.
Murid periwayat: ahmad bin hambal, ali ibnu almadani, abu musa, umar ibnu ali, abu
khusaimah, ya’qub ad-dauri, muhammad bin abdul ali, muhammad bin bakri dan lain-lain.
Pandangan kritikus hadis: Ahmad bin hambal berkata: suka memalsukan
Yahya bin ma’in: shalih
Ibnu madini: tsiqah
Abu daud: laisa bihi ba’as
Abu zuhrah: mungkarul hadits
Abu hatim: laisa bihi ba’as
Ibnu hibban: disebutkan dalam ‘ats tsiqat
Ibnu hajar Al-asqalani: shaduq13
Kesimpulan: dari kritikan para kritikus hadis dapat penulis simpulkan bahwa abdurrahman at-
thawafi adalah orang yang tsiqah dan shaduq walaupun ada salah satu kritikus yang menilai
dia memalsukan hadis, tetapi akan adanya penilain yang bagus lebih banyak maka dia
seorang yang tsiqah dan shaduq.

Sawari abi hamzah

Nama lengkapnya: sawari bin daud Al-majani abu hamzah


Kuniyah: abu hamzah
Negeri hidup: bashrah
Tahun wafat: -
Guru periwayat: at-thawis, dan ata’ dan abdul aziz bin abu bakar dan amru bin syu’aib dan
lain-lain.
Murid periwayat: ismail bin aliyat dan nadhar bin syail dan abu ibnu al-mubarak dan
muhammad bin bakri
Pandangan kritikus hadis: abu thalib mengatakan la ba’sa bihu
Ishaq bin mansyur mengatakan tsiqah

13
Shahab Ad-Din Abi Al-Fadhal Ahmad Ibn ‘Aliy bin Hajar ‘Asqalani, tahzibut tahzib, juz 9, hal.309-
310.

11
Ibnu hibban mengatakan tsiqah14
Kesimpulan: dari penilaian yang diberikan oleh para kritikus hadis dapat penulis simpulkan
seorang perawi yang tsiqah karena para kritikus hadis banyak memberikan penilain ta’dil
kepadanya.

Amru bin syu’aib

Nama lengkapnya: Amru bin syu’aib bin Muhammad bin Abdullah bin amru
Kuniyah: Abu ibrahim
Negeri hidup: marur rawdz
Tahun wafat: 188 H
Guru periwayat: ayahnya, dan dari ibunya, zainab binti abi salamah, dan Nabi Muhammad
Saw.
Murid periwayat: Ata’ dan Umar bin Dinnar, yahya bin said, dan hisyam bin urwah.
Pandangan kritikus hadis: al’ajli mengatakan tsiqah
An-nasa’i mengatakan tsiqah
Abu daud mengatakan laisa bi hujjah
Ibnu hajar Asqalani mengatakan shaduq15
Kesimpulan: penulis melihat bahwa amru mendapatkan penilaian terpuji dari para ulama
kritikus hadis tanpa ada yang mencela. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa amru bin
syu’aib dapat dipercaya dan diterima riwayatnya.

Ahmad

Nama lengkapnya: ahmad bin muhammad bin hambal bin hilal bin asad ibn idris ibn abdillah
al-syaibani al-marwazi
Kuniyah: abu abdillah
Negeri hidup: baghdad
Tahun wafat: 241 H
Guru periwayat: Al-syafi’i

14
Shahab Ad-Din Abi Al-Fadhal Ahmad Ibn ‘Aliy bin Hajar ‘Asqalani, tahzibut tahzib, juz 4, hal.267-
268.
15
Shahab Ad-Din Abi Al-Fadhal Ahmad Ibn ‘Aliy bin Hajar ‘Asqalani, tahzibut tahzib, juz 10,
hal.383-384.

12
Murid periwayat: Al-bukhari, muslim, dan abu daud.
Pandangan kritikus hadis: Abbas mengatakan dapat dijadikan hujjah
Al-ijli mengatakan tsiqah
Ibnu hibban mengatakan tsiqah16
Kesimpulan: penulis menyimpulkan bahwa para kritikus hadis menilainya tsiqah maka
ungkapan tersebut itu menunjukkan telah terpenuhinya aspek kedhabitan rawi serta
ketsiqahannya pada perawi tersebut.

b. Kritik matan
1. Kritik redaksi hadis
 Adanya maqlub, yaitu tidak terjadinya penukaran lafal hadis pada kata pada hadis jalur
abu daud dan ahmad. Hanya saja terjadinya periwayatan bil ma’na
 Tashif, yaitu kesalahan penulisan huruf dalam matan hadis, akan tetapi hal ini juga tidak
ditemukan dalam hadis ini.
 Idraj, yaitu adanya sisipan perkataan dalam matan hadis, hal ini juga tidak ditemukan
dalam hadis.
 Adanya ziyadah
2. Kritik subtansi substansi hadis
 Tidak bertentangan dengan Al-Qur’an
Hadis ini juga tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, karena banyak sekali ayat-ayat
yang membahas perintah untuk mengerjakan shalat. Seperti contohnya yaitu Q.S
lukman ayat 17.

‫ك ِم ْن َع ْزِم‬ ِ
َ ِ‫صابَ ۗكَ ا َّن ٰذل‬
َ َ‫اصبِ ْر َع ٰلى َمٓا ا‬
ِ َّ ‫ٰي ُبنَ َّي اَقِ ِم‬
ْ ‫الص ٰلوةَ َوأْ ُم ْر بِال َْم ْع ُر ْوف َوانْهَ َع ِن ال ُْم ْن َك ِر َو‬

ِ‫ااْل ُ ُم ْور‬

17.Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan
cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu,
sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
Adapun penjelasan dari ayat diatas adalah.....

16
Syihab Ad-Din Abi Al-Fadhal Ahmad Ibn ‘Aliy bin Hajar ‘Asqalani, tahzibut at tahzib. juz 1,
(tempat terbit: nama penerbit. tahun terbit). hlm. 73-74.

13
 Tidak bertentangan dengan hadis shahih

 Tidak bertentangan dengan sejarah


Salat lima waktu adalah perintah wajib yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW saat
peristiwa Isra Mi'raj. Pada awalnya, Allah SWT memberi perintah shalat dalam sehari
sebanyak 50 kali.Setelah bernegosiasi dan rekomendasi dari beberapa Nabi, Nabi Muhammad
SAW berhasil mendapatkan perintah sholat lima kali dalam sehari. Seperti yang kita ketahui,
salat lima waktu hukumnya wajib bagi umat muslim.
Sya’ban M Ismail mengatakan, Rasulullah SAW dan sahabatnya melakukan ibadah
shalat sebelum ibadah shalat diwajibkan pada malam Isra’ dan Mi’raj 10 Hijriyah. Al-Qur’an
telah menyebutkan ibadah shalat di awal-awal masa kerasulan seperti pada surat pertama,
Surat Al-Alaq ayat 9-10 dan Surat Al-Qiyamah ayat 31-32 yang diturunkan sebelum
peristiwa Isra’ dan Mir’aj. (Sya’ban M Ismail, Tarikhut Tasyri Al-Islami Marahiluhu wa
Mashadiruhu, [Kairo, Darus Salam: 2015 M/1436 H], halaman 57-58). Menurut Ismail, kata
“shalat” sering disebutkan dalam Al-Qur’an sebelum peristiwa Isra’ dan Mir’aj. Kalau diteliti
dari perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, banyak sekali riwayat yang menyebutkan
aktivitas shalat Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Sedangkan waktu dan tata cara shalat
sebelum peristiwa Isra’ dan Mir’aj 10 Hijriyah tidak tercatat dalam sejarah. Bisa jadi melacak
jejaknya menjadi upaya sia-sia. Yang mungkin kita bayangkan bahwa shalat adalah sarana
bertawajuh kepada Allah. Kata “shalat” dalam pengertian bangsa Arab adalah doa. Yang
jelas, kata Ismail, shalat umat Islam sebelum Isra’ dan Mir’aj dilakukan dengan cara-cara
tertentu dengan argumentasi bahwa orang-orang musyrik Makkah mengejek shalat Nabi
Muhammad SAW dan sahabatnya. Sedangkan shalat yang dikenal sekarang ini diwajibkan
oleh Allah tanpa perantara malaikat pada peristiwa Isra’ dan Mir’aj. Jibril kemudian
menerangkan ketentuan waktu shalat tersebut dengan melakukan shalat bersama Nabi
Muhammad dan sahabatnya yang menjadi ketentuan awal dan akhir waktu shalat hingga saat
ini. Adapun pelajaran yang dapat diambil, kata Ismail, adalah bahwa anak-anak yang mulai
belajar membiasakan shalat, lalu berbicara, dan main-main, tidak perlu ditegur. Kita, lanjut
Ismail, perlu menyikapinya dengan lemah lembut. Sikap yang sama terhadap anak-anak
ditujukan kepada orang yang baru memeluk agama Islam dan menganjurkan mereka untuk
membiasakan shalat dengan lemah lembut. (Sya’ban M Ismail, 2015 M/1436 H: 59).
 Tidak bertentangan dengan logika

14
Jika sudah dilatih atau diajarkan untuk shalat dari kecil maka seorang anak tersebut
akan terbiasa pada saat dewasa nanti dan tidak merasa malas ketika ingin mengerjakan shalat.
Baik itu yang wajib maupun sunah.

E. Simpulan
Saran: isi yang belum di bahas dalam penelitian

15

Anda mungkin juga menyukai