Anda di halaman 1dari 49

TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS

Sandra Gita Kiswara


201910200311001
s.gitakiswara@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
(University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Pembuatan kompos dengan menggunakan limbah organik sayur dan daun kering dengan metode
aerob dan anaerob untuk mengurangi jumlah limbah sayur dan memanfaatkan daun kering agar dapat
dijadikan pupuk kompos organik. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan
kompos dan sekaligus mengetahui ciri-ciri kompos yang sudah jadi atau matang. Metode kerja dari
praktikum ini yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, memotong limbah sayuran menjadi
sekecil mungkin, menimbang setiap bahan yaitu limbah sayuraan seberat 2,5 kg, limbah jamur dan kotoran
ayam dengan perbandingan 2:1:1, mencampurkan semua bahan dalm satu wadah dan diaduk secara merata,
melarutkan EM4 dan molase masing- masing 2 ml kedalam 1 liter air, menambahkan semua larutan kedalam
bahan dan diaduk secara merata, memasukkan campuran pupuk kedalam plastik dan mengikatnya sebagai
perlakuan anaerob, meletakkan separuh sisa pupuk pada wadah box untuk perlakuan aerob, menimbang berat
kompos dari masing-masing perlakuan, melakukan pengamatan PH, suhu, warna dan bau pada kompos
setiap minggu selama 6 kali pengamatan, mencatat setiap hasil pengamatan dan mendokumentasikan
kegiatan. Teknik pengomposan yang lebih baik adalah metode aerobik, terlihat dari peningkatan suhu yang
cepat selama 3-5 hari berangsur-angsur menurun pada minggu kedua hingga minggu keenam, hal ini
menunjukkan bahwa terjadi proses dekomposisi bahan-bahan organic dan pupuk mulai matang. Nilai pH
pada kompos aerob juga menunjukkan peningkatan pH dan mencapai pH netral yang menunjukkan
kematangan kompos. Meskipun kompos aerob mengeluarkan bau, pembuatan kompos ini tergolong normal
karena baunya tidak sampai dikatergori sangat menyengat. Warna yang dihasilkan pada kompos aerob juga
menunjukkan bahwa kompos telah matang, hal ini dibuktikan dengan warna yang gelap pada saat
pengamatan
Kata kunci : dekomposisi, limbah, molase

PENDAHULUAN mempercepat proses pengomposan ini telah


banyak dikembangkan teknologi-teknologi
Sampah merupakan material sisa yang pengomposan. Baik pengomposan dengan
sudah tidak digunakan dan sesuatu yang harus teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi
dibuang atau harus didaur ulang yang berasal tinggi. Pada prinsipnya pengembangan
dari hasil kegiatan manusia. Sampah yang teknologi pengomposan didasarkan pada proses
dihasilkan oleh manusia adalah sampah organik penguraian bahan organik yang terjadi secara
dan sampah anorganik. Menurut definisi World alami. Proses penguraian dioptimalkan
Health Organization (WHO) sampah adalah sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, berjalan dengan lebih cepat dan efisien.
tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi penting artinya terutama untuk mengatasi
dengan sendirinya (Ariyanto, 2019). permasalahan sampah organik, seperti untuk
Pengolahan sampah organik untuk keperluan mengatasi masalah sampah di kota-kota besar,
pembuatan kompos dapat dilakukan secara limbah organik industri, serta limbah pertanian
sederhana, yaitu dengan menggunakan dan perkebunan (Indrawan, 2016).
teknologi komposter yang terbuat dari tong atau Kompos merupakan bentuk akhir dari
ember. Komposter itu sendiri dapat bersifat bahan Organik setelah mengalami proses
aerob, anaerob dan semi anaerob. Secara alami pembusukan oleh Mikroorganisme dan yang
bahan-bahan organik akan mengalami didukung oleh suhu dan udara yang memenuhi
penguraian di alam dengan bantuan mikroba syarat proses pembusukan.Dialam terbuka
maupun biota tanah lainnya. Namun proses pembentukan kompos seperti pembentukan
pengomposan yang terjadi secara alami humus, yaitu melalui proses pelapukan dengan
berlangsung lama dan lambat. Untuk pertolongan bakteri dan cuaca. Akan tetapi

1
proses pelapukan alami membutuhkan waktu Praktikum teknik pembuatan kompos
yang lama. Oleh karena itu orang berupaya dilakukan pada hari Senin, 11 Oktober 2021
untuk mempercepat proses pelapukan. Upaya pada pukul 07.00-08.40 WIB di Lahan
mendaur ulang sampah Organik sehingga
Tamnesia Universitas Muhammadiyah Malang.
bermanfaat untuk menyuburkan tanah sangat
diperlukan khususnya dikota-kota besar. Tetapi Bahan dan Alat
komposisi unsur hara yang dikandung kompos
Bahan yang digunakan dalam praktikum
tidak tetap, karena sangat bergantung pada
bahan yang dikomposkan. Meskipun demikian, ini adalah limbah pasar (limbah sayuran),
ciri khas dari kompos adalah mengandung zat limbah jamur, kotoran ayam, EM4, plastik, tali,
organik dengan kadar yang cukup tinggi air dan molase
(Rukmini, 2016). Alat yang digunakan dalam Praktikum ini
Pengomposan adalah proses dekomposisi adalah timbangan analitik, pisau, PH meter,
bahan organik dengan memanfaatkan aktivitas wadah atau box, gelas ukur, alat tulis kantor
mikroorganisme sebagai decomposer. Melalui
(ATK) dan alat dokumentasi.
proses pengomposan, bahan-bahan organik
akan diubah menjadi pupuk kompos dengan Pelaksanaan Praktikum
unsur hara yang tinggi dan menghasilkan
mikroorganisme yang dibutuhkan tanah dalam Metode kerja dari praktikum ini yaitu
pertumbuhan tanaman. Salah satu aspek yang menyiapkan alat dan bahan yang akan
penting dalam proses pengomposan adalah digunakan, memotong limbah sayuran menjadi
rasio karbon dengan nitrogen (C/N). Rasio C/N sekecil mungkin, menimbang setiap bahan
bahan organik adalah pebandingan dari yaitu limbah sayuraan seberat 2,5 kg, limbah
banyaknya unsur organik karbon (C) terhadap jamur dan kotoran ayam dengan perbandingan
banyaknya unsur nitrogen (N) yang ada
2:1:1, mencampurkan semua bahan dalm satu
didalam bahan organik. Jika rasio C/N tinggi
maka aktivitas mikroorganisme akan menurun wadah dan diaduk secara merata, melarutkan
sehingga memerlukan beberapa siklus untuk EM4 dan molase masing- masing 10 ml
mendegradasi bahan organik sehingga akan kedalam 1 liter air, menambahkan semua
memperlambat dalam proses dekomposisi dan larutan kedalam bahan dan diaduk secara
menghasilkan mutu kompos yang rendah, jika merata, memasukkan campuran pupuk kedalam
rasio C/N terlalu rendah maka, mikroorganisme plastik dan mengikatnya sebagai perlakuan
tidak dapat diasimilasi dan akan hilang melalui
anaerob, meletakkan separuh sisa pupuk pada
volatisasi sebagai amoniak (Mulyani, 2014)
Praktikum ini bertujuan untuk wadah box untuk perlakuan aerob, menimbang
mengetahui bagaimana cara pembuatan berat kompos dari masing-masing perlakuan,
kompos dan sekaligus mengetahui ciri-ciri melakukan pengamatan PH, suhu, warna dan
kompos yang sudah jadi atau matang. bau pada kompos setiap minggu selama 6 kali
pengamatan, mencatat setiap hasil pengamatan
BAHAN DAN METODE
dan mendokumentasikan kegiatan
Tempat dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Berat Awal dan Berat Akhir Kompos Aerob dan Anaerob

Kompos Berat Awal Berat Akhir

Aerob 4,9 Kg 2,14 Kg

Anaerob 3,5 Kg 2,96 Kg

2
Berdasarkan hasil pengamatan pada dalam menguraikan bahan organic menjadi uap
tanggal 14 Oktober 2021, didapatkan data berat air. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
awal kompos aerob sebesar 4,5kg dan kompos Indrayani (2019), mikroba dalam kompos
anaerob sebesar 3,5kg. Kedua kompos tersebut dengan menggunakan O2 akan menguraikan
kemudian ditimbang kembali pada tanggal 18 bahan organic menjadi Co2, uap air dan panas,
November 2021 sebagai data berat akhir, pada saat seperti ini terjadi pematangan tingkat
kompos aerob memiliki nilai berat akhir sebesar lanjut yang menyebabkan terjadinya
2,96kg. Berdasarkan data tersebut dapat penyusutan volume maupun biomassa bahan.
disimpulkan bahwa terjadi penyusutan volume Sipayung (2019) menambahkan, proses
atau bobot awal dari kedua jenis pupuk yang penguraian dapat mencapai 30-40% dari
disebabkan oleh adanya aktivitas mikroba volume atau bobot awal bahan.

Pengamatan Suhu Kompos Aerob dan Anaerob


35

30

25

20
Suhu

15

10

5
Minggu ke-1 Minggu ke-2
Minggu ke-3 Minggu ke-4
0 Minggu ke-5 Minggu ke-6

Grafik 1. Hasil Pengamatan Suhu Kompos Aerob dan Anaerob

Berdasarkan hasil pengamtan suhu pernyataan Amalia (2016), setelah mencapai


kompos aerob pada minggu pertama mengalami temperature puncak, pengomposan mulai
kenaikan sampai dengan 28oC kemudian memasuki tahap pematangan dan pendinginan.
mengalami penurunan pada minggu kedua Pada tahap ini, jumlah mikroorganisme
sampai minggu kelima, pada minggu keenam termofolik berkurang karena bahan juga
didapatkan data suhu kompos aerob sampai berkurang. Pengomposan aerobic akan terjadi
dengan 25 oC. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan suhu yang cepat selama 3-5 hari, suhu
terjadi peningkatan suhu pada minggu pertama tinggi ini berfungsi membuuh bibit penyakit,
kemudia berangsur-angsur turun sampai miggu menetralisir bibit hama, dan mematikan bibit
keenam. Peningkatan suhu pada kompos rumput yang resisten (Darmawati, 2015).
tersebut disebabkan oleh akumulasi panas yang Suhu pada kompos anaerob juga tinggi
dikeluarkan oleh mikroba yang sedang pada minggu pertama mencapai 29 oC dan
mendegradasi bahan organik. Hal ini sesuai mengalami penurunan hingga minggu keenam
dengan pernyataan Pramaswari (2011), hingga 24 oC. Menurut Mulyono (2014), suhu
peningkatan suhu terjadi karena aktivitas optimum pengomposan berkisar antara 35-55
o
mikroba dalam mendekomposisikan bahan C, akan tetapi setiap kelompok
organic yang menghasilkan energi yang mikroorganisme mempunyai suhu optimum
dibebaskan ke lingkungan berupa panas. Pada yang berbeda sehingga suhu pengomposan
minggu kedua hingga minggu keenam suhu merupakan integrasi dari berbagai jenis
pada kompos anaerob mengalami penurunan mikroorganisme. Pengaruh pemberian EM4
yang disebabkan oleh berkurangnya mikroba menurunkan kenaikan suhu kompos anaerob
dan bahan organic. Hal ini sesuai dengan karena larutan ini terdiri dari bakteri pengurai

3
yang tidak menimbulkan panas tinggi. Menurut mikroorganisme anaerob bekerja dengan
Syaifuddin (2018), EM4 merupukan campuran kekuatan enzim. Bakteri pada larutan EM4
bakteri Lactobacillus dan bakteri penghasil mampu beradaptasi dengan kandungan organic
asam laktat lainnya. Lactobacillus yang sehingga memudahkan bakteri tersebut bekerja
berfungsi menguraikan bahan organic tanpa dan mendegradasi kandungan organic yang ada
menimbulkan panas tinggi karena di dalam limbah tersebut (Nur, 2016).

Pengamatan Nilai pH Kompos Aerob dan Anaerob Grafik 2. Hasil


8
Pengamatan Nilai Ph
Kompos Aerob dan
7
Anaerob
6
5
ini sesuai dengan
Nilai pH

pernyataan
4
Rahmawati (2018),
3
kondisi kompos
2
yang terkontaminasi
1
air hujan juga dapat
0 menimbulkan
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 masalah pH tinggi.
Minggu ke-4 Minggu ke-5 Minggu ke-6 Data
Data pengamatan pH pada kompos pengamatan pH
aerob mengalami peningkatan dari minggu pada kompos anaerob juga mengalami
pertama hingga minggu terakhir pengamatan, peningkatan setiap minggunya tetapi pada
tetapi ada juga data konstan yang terjadi, pH minggu terakhir hampir mendekati pH netral.
yang mendekati netral ini menunjukkan bahwa Pada minggu ketiga didapatkan nilai pH
proses pengomposan berjalan baik karena tertinggi yaitu 7,5, hal tersebut terjadi karena
bakteri menyukai kondisi dengan pH netral. Hal pada minggu-minggu pertama bakteri bekerja
ini sesuai dengan penelitian Utomo (2018), pH sangat aktif memakan asam-asam organic di
optimum untuk pengomposan berkisar antara dalam kompos. Hal ini sesuai dengan
6,8-7,4. Proses pengomposan sendiri akan pernyataan Fakhruddin (2011), pH akan
menyebabkan perubahan pada bahan organic meningkat secara bertahap pada masa
dan pH bahan itu sendiri, pH kompos yang kematangan, karena beberapa jenis
sudah matang biasanya mendekati pH netral. mikroorganisme memakan asam-asam organic
Tingginya pH pada kompos aerob juga yang terbentuk. Pada saat proses dekomposisi,
kemungkinan disebabkan oleh percikan air akan terbentuk asam-asam organic sehingga pH
hujan, seperti yang kita ketahui bahwa daerah menurun. Tahap selanjutnya adalah perubahan
lahan Tamesia Edupark UMM sering diguyur asam organic akan dimanfaatkan kembali oleh
hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. Hal mikroba lain sehingga pH akan kembali netral
dan kompos menjadi matang (Humastuti, 2012)

Tabel 2. Hasil Pengamatan Bau Kompos Aerob dan Anaerob

Pengamatan Tidak Menyengat Menyengat Sangat Menyengat


(Minggu ke -)
Aerob Anaerob Aerob Anaerob Aerob Anaerob

1 √ √

4
2 √ √

3 √ √

4 √ √

5 √ √

6 √ √

Aroma atau bau yang ditimbulkan oleh diindikator menyengat dan sangar menyengat.
kompos aeron pada minggu pertama berada Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar air
diindikator menyengat, hal ini disebabkan oleh yang tidak menguap sehingga menghambat
tingginya aktivitas mikroorganisme tertentu sirkulasi oksigen. Hal ini sesuai dengan
yang membentuk asam-asam organic pada saat pernyataan Widarti (2015), kadar air yang
tahap dekomposisi. Penelitian ini sesuai dengan terlalu tinggi dapat menghambat sirkulasi
pernyataan Mulyani (2014), bau pada oksigen sehingga mencegah pertambahan
pengomposan disebabkan karena pada awal populasi dan metabolisme mikroba aerob yang
pengomposan sejumlah mikroorganisme dapat memicu fermentasi anaerob yang
tertentu akan mengubah limbah menjadi asam menimbulkan bau. Apabila pada saat
organic. Jika pembuatan kompos organic pengamatan muncul bau busuk, sudah dapat
berjalan dengan normal, maka tidak akan dipastikan kompos tersebut mengandung kadar
menghasilkan bau yang menyengat (bau air berlebih. Kelebihan uap air ini telah mengisi
busuk). Walaupun demikian dalam pembuatan ruang pori-pori, sehingga menghalangi difusi
kompos organic tidak akan terbebas sama sekali oksigen melalui bahan organic tersebut
dari adanya bau (Widyaningrum, 2015). (Rantidaista, 2016).
Aroma yang dihasilkan oleh kompos
anaerob setiap minggunya selalu berada

Tabel 2. Hasil Pengamatan Bau Kompos Aerob dan Anaerob

Pengamatan (Minggu Terang Gelap


ke -)
Aerob Anaerob Aerob Anaerob

1 √ √

2 √ √

3 √ √

4 √ √

5 √ √

6 √ √

Pengamatan warna pada kompos aerob yang signifikan, dari tabel pengamatan dapat
dan anaerob tidak menunjukkan perbedaan disimpulkan bahwa kedua kompos berwarna

5
terang pada minggu pertama, kemudian Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu
berwarna gelap pada minggu kedua sampai Pengetahuan Alam. Universitas Negeri
minggu kelima, kemudian pada minggu keenam Semarang
Ariyanto, E. 2021. Pengaruh Jumlah Kotoran
kompos aerob kembali berwarna terang.
Sapi Dan Sampah Organik Terhadap
Sedangkan pada kompos anaerob tetap Pembiakan Em4 Pada Proses Anaerob.
berwarna gelap. Dari data tersebut dapat Distilasi. 6(1): 1-6
dinyatakan bahwa kompos anaerob berada di Ariyanto, E., Katerina, L., & Dwiyani, D. S.
kategori matang. Hal ini sesuai dengan 2019. Pengaruh pH dan Rasio Reaktan
pernyataan Ariyanto (2021), kompos yang POA : Mg Terhadap Penurunan
dikatakan matang jika memiliki perubahan Kandungan PO+ dalam Urine Melalui
Proses Pembentukan Strutive Kristal.
warna menjadi semakin gelap. Sedangkan
Seminar nasional Sains dan Teknologi.
kompos aerob dapat dikatakan belum matang 1(1) 1-5.
karena warnanya masih cerah seperti saat Bahrin, D., Anggraini, D., & Pertiwi, M. B.
pengamatan minggu pertama. Hal ini sejalan (2011). Pengaruh Jenis Sampah,
dengan pernyataan Rahayu (3013), warna Komposisi Masukan dan Waktu
kompos yang sudah jadi adalah cokelat Tinggal Terhadap Komposisi Biogas
kehitaman (gelap) menyerupai tanah, apabila dari Sampah Organik Pasar di Kota
Palembang. Skripsi. Program Studi
warna kompos masih seperti aslinya maka
Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu
kompos tersebut belum jadi. Kematangan Pengetahuan Alam. Universitas
kompos menjadi faktor yang menentukan Sriwijaya. Palembang
kelayakan mutu kompos dan mempengaruhi Darmawati. 2015. Efektifitas Berbagai
apakah kompos dapat diaplikasikan ke dalam Bioaktivator Terhadap Pembentukan
tanah (Bahrin, 2011). Kompos Dari Limbah Sayur Dan Daun.
Jurnal Dinamika Pertanian. 30(2): 93-
KESIMPULAN 100.
Fakhruddin. 2011. Pendayagunaan Sampah
Teknik pengomposan yang lebih baik Daun di Kampus UNHAS sebagai
adalah metode aerobik, terlihat dari Bahan Pembuatan Kompos. Jurnal
peningkatan suhu yang cepat selama 3-5 hari Alam dan Lingkungan. 1(1): 46-61
berangsur-angsur menurun pada minggu kedua Himastuti, H. 2012. Peran Mikroorganisme
hingga minggu keenam, hal ini menunjukkan Azobacter chroococcum, Pseudomonas
flourescens, dan, Aspergillus niger
bahwa terjadi proses dekomposisi bahan-bahan
pada Pembuatan Kompos Limbah
organic dan pupuk mulai matang. Nilai pH pada Sludge Industri Pengolahan Susu.
kompos aerob juga menunjukkan peningkatan Jurnal Teknik Pomits. 1(1): 76-88
pH dan mencapai pH netral yang menunjukkan Indrawan, I. O., Widana, G. A. & Oviatari, M.
kematangan kompos. Meskipun kompos aerob V. 2016. Analisis Kadar N, P, K Dalam
mengeluarkan bau, pembuatan kompos ini Pupuk Kompos Produksi TPA
tergolong normal karena baunya tidak sampai JAGARAGA, BULELENG. Jurnal
Wahana Matematika dan Sains. 3(2):
dikatergori sangat menyengat. Warna yang
25-31.
dihasilkan pada kompos aerob juga Indriyani, L. 2019. Pemanfaatan Limbah Zat
menunjukkan bahwa kompos telah matang, hal Warna Alam Batik Pasta Indigo
ini dibuktikan dengan warna yang gelap pada (Stobilanthes cusia) Untuk Pembuatan
saat pengamatan. Pupuk Organik Cair Dengan
Bioaktivator EM-4 (Effective
DAFTAR PUSTAKA Microorganism- 4). Jurnal Pertanian
Agros. 7(2): 198-207
Amalia, W. Deasy. Priyantini W. 2016. Mulyani, H. 2014. Buku Ajar Kajian Teori dan
Penggunaan Em4 dan Mol Limbah Aplikasi: Optimasi Perancangan
Tomat Sebagai Bioaktivator Pada Model Pengomposan. Jakarta: CV.
Pembuatan Kompos. Skripsi. Prodi Trans Info Media.

6
Mulyani, Happy. 2014. Pengembangan Model Utomo, P. 2018. Evaluasi Pembuatan Kompos
Pengomposan Aerob Di Desa Paten Organik Dengan Menggunakan Metode
Gunung, Kota Magelang, Provinsi Jawa Hot Composying. Jurnal Teknologi
Tengah. Jurnal Dinamika Pertanian. Lingkungan. 2(1): 28-32
3(2): 37-44 Widarti Budi Ning. dkk. 2015. Pengaruh C/N
Mulyono. 2014. Membuat MOL dan Kompos rasio Bahan Baku Pada Pembuatan
dari Sampah Rumah Tangga. Jakarta: Kompos Dari Kubis dan Kulit Pisang.
PT. Agromedia Pustaka. Jurnal Integrasi Proses. 5(2): 76-89
Nur, T., Noor, A. R., & Elma, M. (2016).
Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari
Sampah Organik Rumah Tangga
Dengan Bioaktivator EM4 (Effective
Microorganisms). Konversi, 4(2): 44-
51
Pramaswari, I. A. A., I. W. B. Suyasa dan A. A.
B. Putra. 2011. Kombinasi Bahan
Organik (Rasio C: N) pada Pengolahan
Lumpur (Sludge) Limbah Pencelupan.
J Kim. 5 (1): 64 - 71.
Rahayu, D. E., & Sukmono, Y. (2013). Kajian
Potensi Pemanfaatan Sampah Organik
Pasar berdasarkan Karakteristiknya
(Studi Kasus Pasar Segiri Kota
Samarinda). Jurnal Sains dan
Teknologi Lingkungan, 1(1): 77-90.
Rahmawati. Ramadania and Sri Gunawan.
2018. Do Brand Credibility and
Altruistic Attribution Affect Corporate
Philanthropy Performance? The
Moderating Effect of Geny's Hedonic
Behaviour. International Journal of
Business and Society. 19(2): 27-40
Rantidaista Ayunin. dkk. 2016. Pengaruh
Penambahan Pupuk Urea Dalam
Pengomposan Sampah Organik Secara
Aerobik Menjadi Kompos Matang dan
Stabil Diperkaya. Jurnal Teknik
Lingkungan. 5(2): 102-114
Rukmini, P. 2016. Produksi Biogas Dari
Sampah Buah Dan Sayur: Pengaruh
Volatile Solid Dan Limonen. Konversi.
1(1): 66-72.
Sipayung, H. 2019. Pembuatan Kompos
Menggunakan Sampah Taman Dan
Kotoran Kambing Dengan Mol Limbah
Sayur. Skripsi. Program Studi Teknik
Lingkungan. Fakultas Teknik.
Universitas Sumatera Utara. Medan
Syaifuddin, H. 2018. Pembuatan Pupuk
Organik Dari Limbah Pertanian
Dengan Metode Aerob Dan Anaerob.
Skripsi. Departemen Teknik Kimia.
Fakultas Teknologi Industri. Institut
Teknologi 10 November. Surabaya

7
METODE PENGAPURAN PADA TANAH MASAM

Sandra Gita Kiswara


201910200311001
s.gitakiswara@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang

(University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Upaya untuk memperbaiki keasaman tanah dapat di lakukan dengan pengapuran. Tujuan dari
praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara penentuan pH tanah dan penentuan dosis kapur. Metode pada
praktikum ini adalah menyiapkan alat dan bahan lalu memberi keterangan perlakuan pada polybag dengan
tanda (K0, K1, dan K2). Selanjutnya memasukkan tanah pada polybag seberat 2,5 kg dan menatanya di atas
bedengan, lalu memberi ZA pada setiap polybag sebanyak 10 gram. Selanjutnya mengukur pH awal tanah
pada 3 titik tanah uji. Langkah selanjutnya melakukan transplanting tanaman kedelai (Glycine max) pada
polybag dan menghitung dosis untuk CaCo3 untuk perlakuan K1 dan kapur dolomit untuk perlakuan K2.
Mengamati nilai pH, tinggi tanaman, dan jumlah daun tanaman dan melakukan pemeliharaan, terakhir
mencatat dan mendokumentasikan seluruh kegiatan praktikum. Hasil dari praktikum ini pada minggu
pertama memiliki nilai pH yang relatif sama untuk ketiga perlakuan yaitu 6,0 dan 6,5. Pengamatan tinggi
pada K1 mencapai 9cm pada minggu ketiga dan 22cm pada minggu terakhir, K2 terlihat pertumbuhan tinggi
yang hampir mendekati K1 yaitu 18,9cm pada minggu terakhir, namun K0 yang sedikit lebih lambat dari
kedua ulangan. Hasil K1 yang telah mencapai jumlah daun sebanyak 23 lembar pada minggu keempat dan
memperoleh jumlah daun tertinggi pada minggu keenam, yaitu 40 lembar daun. Pada K2 juga menunjukkan
jumlah daun sebanyak 23 lembar pada minggu keempat dan pada minggu keenam memperoleh hasil yang
lebih sedikit daripada K1, yaitu 38 lembar. Sementara untuk hasil P0 menunjukkan jumlah daun yang paling
sedikit di setiap minggunya, pada minggu terakhir hanya terdapat 29-32 lembar daun.
Kata kunci: dolomit, kalsit, pH tanah

PENDAHULUAN
Kedelai (Glycine max (L.) Merill) dipandang penting oleh pemerintah dan telah
dimasukkan dalam program pangan nasional sejak pemerintahan orde baru. Alasannya karena
kedelai merupakan bahan baku makanan favorit penduduk Indonesia. Hal ini karena kandungan
protein nabati yang tinggi, kaya akan vitamin dan mineral, serta harganya mudah dijangkau oleh
masyarakat. dalam negeri, maka akan mendukung tercapainya perbaikan gizi masyarakat (Taufiq,
2012). Konsumsi nasional kedelai saat ini mencapai 2,2 juta ton per tahun. Namun demikian baru
20 - 30 % dari kebutuhan tersebut yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sementara 70 -
80 % bergantung pada impor. Indonesia butuh penambahan lahan seluas 375.000 hektar setiap
tahunnya untuk mencapai target kebutuhan kedelai dalam negeri dengan kemampuan hasil 2,4 ton
per hektar (Alibasyah, 2016).
Faktor-faktor yang sering menyebabkan rendahnya hasil kedelai di Indonesia antara lain
kekeringan, banjir, hujan terlalu besar pada saat panen, serangan hama dan persaingan dengan
rerumputan (gulma). Pandangan petani yang masih menganggap kedelai sebagai tanaman
sampingan juga mengakibatkan rendahnya tingkat teknologi budidaya untuk tanaman kedelai
(Daryadi, 2017). Kedelai merupakan tanaman tanah kering, sehingga banyak mendapat gangguan
gulma. Pada tanah-tanah dengan pH rendah, untuk dapat ditanami kedelai perlu pengapuran yang
cukup banyak. Hal inilah jadi penghambat peningkatan produksi kedelai di Indonesia. Salah satu
faktor penghambat meningkatnya produksi tanaman adalah masalah keasaman tanah. Tanah asam
memberikan pengaruh yang buruk pada pertumbuhan tanaman hingga hasil yang dicapai rendah.
Untuk mengatasi keasaman tanah perlu dilakukan usaha pemberian kapur kedalam tanah.
Pengapuran dapat merangsang terjadinya struktur tanah yang remah, merangsang kehidupan jasad
tanah, mempercepat pelapukan bahan organik menjadi humus, merangsang perkembangan akar,
hingga akar lebih mudah menyerap zat makanan dan dalam tanah yang membuat tanaman tumbuh

8
lebih sehat dan mampu memberikan hasil yang tinggi, pada tanaman kedelai pengapuran
mendorong pembentukan bintil akar untuk mengikat nitrogen. Dalam hal ini yang harus
diperhatikan adalah kondisi awal pH tanah, dosis pengapuran juga diatur dalam kegiatan ini
sehingga didapatkan pH tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kedelai. Menurut Triharto (2013)
upaya untuk memperbaiki keasaman tanah dapat di lakukan dengan pengapuran. Tujuan dari
pengapuran adalah untuk meningkatkan PH tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara tanaman,
mengurangi kelarutan unsur beracun seperti Fe, Al dan Mn, memperbaiki struktur tanah ,serta
mempercepat perkembangan akar dan jasad renik (mikroba) terutama bakteri pengikat Nitrogen
dan nitrifikasi.
Rendahnya pH tanah berpengaruh pada produktivitas tanaman, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain adanya unsur- unsur Al, Fe, dan Mn yang bersifat toksis, dan defisiensi
unsur hara seperti N, P, Ca, dan Mg (Aryanto, dkk., 2015). Pemberian kapur dapat meningkatkan
pH tanah, kadar Ca dan kejenuhan basa serta mampu menurunkan kadar Al. Dosis kapur
disesuaikan dengan pH tanah, umumnya sekitar 3 ton/ha. Mutu kapur pertanian disarankan harus
mengandung kalsit (CaCO3) total besar atau sama dengan 85% atau CaO total sama besar atau
sama dengan 48% (Anitasari, dkk., 2015). Untuk meningkatkan pH tanah dari 3,3 menjadi 4,8
diperlukan kapur sebanyak 4,4 ton/ha (Koesrini, 2015).
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara penentuan pH tanah dan penentuan
dosis kapur.
BAHAN DAN  METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di lahan tamensia edupark Universitas Muhammadiyah
Malang, pada hari Senin 18 oktober 2021 pukul 08.00-selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air, tanah, benih kedelai (Glycine max),
kapur dolomit, ZA, CaCo3.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cembor, timbangan analitik, pH meter,
penggaris, cangkul, alat tulis dan alat dokumenatasi.
Metode Pelaksanaan
HASIL
Nilai pH Tanaman Kedelai (Glycine max L.) DAN
8
7
6
5
4
3
2
1
0

I (19 Oktober 2021) II (26 Oktober 2021) III (1 November 2021)


IV (8 November 2021) V (18 November 2021) VI (7 Desember 2021

PEMBAHASAN
Grafik 1. Hasil Pengamatan Nilai pH Tanaman Kedelai (Glycine max)

Berdasarkan hasil pengamatan max), pengamatan minggu pertama,


nilai pH pada tanaman kedelai (Glycine menunjukkan nilai pH pada perlakuan

9
K0 hingga K2 yang relatif sama yaitu (2019), kemasaman juga dapat dikarenakan
6,0 dan 6,5, menunjukkan bahwa tanah bahan induk dari tanah itu sendiri. Tanah
tersebut bersifat agak masam. Menurut berkembang dari bahan induk yang berupa
Krisnawati (2019), untuk kemasaman batuan dan bahan organik. Selanjutnya,
tanah (pH) dikelompokkan dalam berkembang dan dikelompokkan menjadi
beberapa kategori, dan agak Masam batuan beku dan sedimen yang mepunyai
untuk pH tanah berkisar antara 5,6 s/d tingkat kemasaman yang berbeda. Kenaikan
6,5. Faktor yang pengaruhi kemasaman nilai pH perlakuan K1 pada minggu kedua
tanah tersebut adalah pengaruh tersebut disebabkan oleh reaksi masam yang
pemberian ZA yang bersifat asam dan terjadi karena pemberian dolomit. Menurut
lebih dulu memberikan respon pada pH Syahputra (2015), pemberian kapur dolomit ke
tanah karena ZA memiliki kemampuan dalam tanah dapat meningkatkan pH tanah pada
menyerap molekul air dengan baik dari tanah yang mempunyai reaksi masam.
pada dolomit dan CaCo3. Hal ini sesuai Peningkatan ini terjadi disebabkan oleh adanya
dengan pernyataan Basuki (2019), gugus ion-ion hidroksil yang mengikat kation-
diantara pupuk anorganik dan kapur kation asam (H dan Al) pada koloid tanah menjadi
inaktif, sehingga pH meningkat, hal ini
pertanian/dolomit yang memberikan
ditunjukkan dengan nilai pH tanah perlakuan K1
respons terlebih dahulu terhadap pH
sebesar 6,5. Perlakuan K2 pada minggu kedua
tanah   adalah aplikasi pupuk anorganik
juga mengalami peningkatan, CaCo3 berperan
(ZA) dibandingkan dengan Kapur
dalam meningkatkan pH tanah karena kelebihan
Pertanian/Dolomit. Haryadi et al.,
ion OH-. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(2015) menambahkan, pupuk anorganik
Nduwumuremyi (2013), pemberian CaCo3 dapat
bersifat fast release (cepat tersedia) dan
menekan racun Al3+ dan H+ melalui reaksi
agak higroskopis-higroskopis,
dengan OH-, pelebihan OH- dari kapur akan
sedangkan kaptan/dolomit bersifat agak meningkatkan pH tanah. Selain itu Tampubolon
lambat tersedia. Oleh karena itu nilai (2018) dalam penelitiannya menggunakan kapur
pH pada ketiga perlakuan relatif sama. CaCO3, karena struktur kristalnya lebih halus
Ketiga perlakuan pada minggu pertama dibanding dolomit sehingga CaCo3 menjadi lebih
juga mengindikasikan bahwa tanah cepat terurai, oleh karena itu perlakuan K2
yang digunakan dalam praktikum ini memiliki nilai pH tanah yang cukup tinggi, yaitu
dikategorikan sebagai tanah yang 6,3
kurang sehat karena nilai pH < 6,6. Hal Data nilai pH tanah pada minggu ketiga
ini sesuai dengan pernyataan Lantoi mengalami penurunan karena kontaminasi air
(2016) menerangkan bahwa tanah dengan hujan, diketahui pada pengamatan minggu ketiga
nilai pH 4,5–6,5 merupakan tanah dengan yaitu pada tanggal 1 November 2021 hujan turun
tingkat kesehatan kurang sehat. Arahan sangat lebat sehingga mempengaruhi nilai pH
peningkatan pH ialah dengan pada ketiga perlakuan, curah hujan Jawa Timur
menambahkan bahan organik melalui yang tergolong tinggi dengan rata-rata 1000-
pemupukan. Sedangkan tanah yang 2500 mm/tahun, sehingga menyebabkan
memiliki pH seimbang atau netral dengan eluviasi dan run off kation basa (Wirasembada
kisaran nilai pH 6,6-7,5 merupakan tanah et al., 2017). Selain itu, didukung oleh
dengan kriteria sehat. Reaksi tanah (pH pernyataan Basuki (2019), pengaruh kehilangan
tanah) tidak hanya menunjukkan sifat kation basa berkolerasi terhadap peningkatan Al
kemasaman atau kebasaan suatu tanah, dapat ditukar di dalam tanah yang berakibat pada
melainkan juga berkaitan dengan sifat penurunan pH  tanah. Oleh karena itu terjadi
kimia tanah lainnya, misalnya
penurunan nilai pH tanah pada perlakuan K0
ketersediaan unsur hara fosfor, kation- sebesar 6, perlakuan K1 sebesar 5,5, dan
kation basa dan lain-lain.
perlakuan K2 sebesar 6.
Kenaikan nilai pH pada perlakuan K0
Nilai pH tanah ketiga perlakuan pada
cukup signifikan, mencapai 7 pada minggu kedua.
minggu keempat hingga minggu keenam
Hal ini diduga disebabkan oleh tanah itu sendiri.
menunjukkan kenaikan secara terus-menerus
Menurut Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura

10
sampai mencapai kategori dengan pH netral gembur dan tanah yang sifat mudah mengikat
yaitu 6-7, pada perlakuan P0 pH tanah naik air dan banyak mengandung humus, subur,
hingga 6,5, perlakuan K1 naik hingga 6, dan serta pembuangan air baik, derajat keasaman
perlakuan K1 naik hingga 6,5, keadaan ini (pH Tanah) yang optimal untuk pertumbuhan
menyebabkan tanaman kedelai tetap tumbuh. tanaman kedelai berkisar 5,8 – 6,9.
Munawar (2011) berpendapat, pH menentukan Data pengamatan pada perlakuan K2S1
mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh di minggu keempat hingga minggu keenam
tanaman. Pada umumnya unsur hara akan menunjukkan adanya tanaman kedelai yang
mudah diserap tanaman pada pH 6-7, karena mati, penyebab kematian tanaman ini tidak
pada pH tersebut sebagian besar unsur hara dipengaruhi oleh pH tanah dikarenakan pH
akan mudah larut dalam air. Jika tanah bersifat pada tanah pengujian cocok untuk pertumbuhan
masam, maka banyak ditemukan unsur kedelai, oleh karena itu penyebab kematian
alumunium (Al) yang selain meracuni tanaman tanaman ini adalah faktor eksogrn dan endogen.
juga mengikat phosphor sehingga tidak bisa Rosmaiti (2017) mengungkapkan bahwa faktor
diserap tanaman. Dengan bertambahnya pH penyebab terjadinya perbedaan pertumbuhan
maka unsur phospor dalam tanah dapat diserap suatu tanaman dipengaruhi oleh perbedaan
tanaman. Tetapi untuk tanaman kedelai dapat genetik suatu tanaman, perbedaan lingkungan
tumbuh optimal di tanah dengan pH berkisar tempat tanaman itu tumbuh, dan interaksi antara
5,8-6,9, hal ini sesuai dengan pernyataan Asmi keduanya.
(2013), kedelai dapat tumbuh pada tanah yang

Tinggi (cm) Tanaman Kedelai (Glycine max L.)


Grafik
25 2. Hasil
20

15

10

I (19 Oktober 2021) II (26 Oktober 2021) III (1 November 2021)


IV (8 November 2021) V (18 November 2021) VI (7 Desember 2021

Pengamatan Tinggi (cm) Tanaman Kedelai (Glycine max)

Berdasarkan hasil pengamatan hanya mencapai tinggi 12 cm pada


tinggi tanaman kedelai menunjukkan minggu terakhir pengamatan.
bahwa terjadi peningkatan Perbedaan kecepatan pertumbuhan
pertumbuhan tinggi tanaman setiap tinggi tanaman ini disebabkan oleh
minggunya, terutama pada perlakuan unsur hara yang terkandung dalam
K1 yang tingginya mencapai 9cm pada tanah pengujian. pH pada perlakuan P0
minggu ketiga dan 22cm pada minggu kurang ideal untuk pertumbuhan
terakhir pengamatan. Pada perlakuan tanaman kedelai karena terdapat unsur
K2 juga terlihat pertumbuhan tinggi Ca, Mg, P, dan N yang sedikit untuk
yang hampir mendekati K1 yaitu pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan
18,9cm pada minggu terakhir pernyataan Aryanto (2015), kesesuaian
pengamatan. Berbeda dengan hasil nilai pH di dalam tanah berpengaruh
pengamatan K0 yang sedikit lebih pada produktivitas tanaman, hal ini
lambat dari kedua ulangan, diantara disebabkan oleh beberapa faktor antara
ketiga sampel terdapat tanaman yang

11
lain adanya unsur- unsur N, P, Ca, dan nitrogen dalam jumlah yang banyak untuk
Mg yang cukup terpenuhi. ditujukan ke pertumbuhan vegetatif awal.
Nilai pH pada perlakuan P1 termasuk Tinggi tanaman dipengaruhi oleh pH
yang terbaik dan juga penambahan dolomit tanah yang meningkat setelah perlakuan. Nilai
dengan kadar yang cukup sehingga pH tanah meningkat menyebabkan unsur P
pertumbuhan tanaman kedelai optimal, tersedia semakin banyak. Tinggi tanaman salah
kandungan Ca yang tinggi dari dolomit akan satunya dipengaruhi oleh fosfor yang tersedia
meningkatkan persediaan N dalam tanah. dalam tanah. Hal ini dikarenakan unsur hara
Menurut Dahlia (2020), dolomit merupakan fosfor berperan dalam proses respirasi dan
sumber kalsium dan magnesium bagi tanaman. metabolisme tanaman. Fosfor dibutuhkan
Kalsium diserap tanaman dalam bentuk Ca, tanaman dalam pembentukan asimilat, dimana
walaupun semua bentuk pupuk Ca mampu asimilat merupakan energi yang digunakan
meningkatkan kandungan nitrogen tanaman dan sebagai energi pertumbuhan baik dalam proses
meningkatkan hasil tanaman kedelai. pertambahan ukuran maupun volume tanaman
Pemberian kapur dapat meningkatkan pH tanah (Pradana, 2015).
dan menciptakan kondisi lingkungan tanah CaCo3 yang diberikan pada perlakuan
yang baik untuk kondisi mikroorganisme dalam P2 juga menunjukkan pertumbuhan tinggi
tanah sehingga mempercepat proses tanaman kedelai yang cukup baik, kalsium yang
mineralisasi N yang berasal dari tanah sehingga terkandung dalam CaCo3 memberikan energi
unsur N tersedia bagi tanaman yang untuk pertumbuhan, sesuai dengan pernyataan
berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetative Aryandhita (2021), kalsium dalam pupuk
tanaman berupa tinggi tanaman (Opala, 2018). kalsium memiliki peranan yang erat dalam
Unsur N merupakan unsur yang mempunyai pertumbuhan apikal, pembelahan sel,
peranan penting sebagai sumber enzim, protein, pengaturan permeabilitas sel, serta
nukleotid, dan beberapa penyusun senyawa perkecambahan biji. Lebih lanjut Wijaya (2011)
metabolik intermediet. Menurut Saragih, et., al menyatakan kapur sebagai bahan penyedia
(2013), tinggi tanaman akan meningkat seiring kalsium diambil dari tanah sebagai kation Ca.
dengan penambahan unsur N. Hal ini Pemberian kapur tidak saja menambah Ca itu
berhubungan dengan kecukupan hara yang sendiri, namun mengakibatkan pula unsur lain
diberikan diserap oleh tanaman. Pada awal menjadi lebih tersedia.Tersedianya Ca dan
pertumbuhan tanaman membutuhkan unsur unsur lainnya menyebabkan pertumbuhan
tinggi tanaman menjadi lebih baik.

Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Glycine max L.)


50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

I (19 Oktober 2021) II (26 Oktober 2021) III (1 November 2021)


IV (8 November 2021) V (18 November 2021) VI (7 Desember 2021

Grafik 3. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Glycine max)

Hasil pengamatan jumlah daun pada setiap minggunya, ditunjukkan oleh hasil
tanaman kedelai juga mengalami peningkatan perlakuan K1 yang telah mencapai jumlah daun

12
sebanyak 23 lembar pada minggu keempat dan pada dolomit berperan dalam pembentukan
memperoleh jumlah daun tertinggi pada minggu apikal dan juga pembelahan sel. Sehingga
keenam, yaitu 40 lembar daun. Pada perlakuan pemberian dolomite yang tepat mampu
K2 juga menunjukkan jumlah daun sebanyak meningkatkan tinggi dan jumlah daun tanaman
23 lembar pada minggu keempat dan pada kedelai. Sedangkan hara Mg pada dolomit
minggu keenam memperoleh hasil yang lebih berpengaruh terhadap peningkatan
pertumbuhan daun tanaman yang akan
sedikit daripada K1, yaitu 38 lembar.
meningkatkan proses fotosintesis tanaman
Sementara untuk hasil perlakuan P0
sehingga proses penyediaan dan transfortasi
menunjukkan jumlah daun yang paling sedikit hara keseluruh bagian tanaman berjalan dengan
di setiap minggunya, pada minggu terakhir lancar sehingga pertumbuhan menjadi optimal.
pengamatan hanya terdapat 29-32 lembar daun.
Tingginya jumlah daun tanaman kedelai pada DAFTAR PUSTAKA
perlakuan K1 dipengaruhi oleh pemberian
dolomit pada tanah. Diketahui bahwa dolomit Alibasyah, M.R. 2016. Perubahan Beberapa
mengandung unsur Mg yang dapat Sifat Fisika dan Kimia Ultisol Akibat
mempengaruhi peningkatan jumlah daun. Hal Pemberian Pupuk Kompos dan Kapur
ini sesuai dengan pernyataan Dolomit pada Lahan Berteras. Jurnal
Floratek. 11(1): 75–87.
Data jumlah daun pada perlakuan K2
Anitasari, F., R. Sarwitri dan A. Suprapto.
tidak berbeda jauh dengan perlakuan K1
2015. Pengaruh Pupuk Organik dan
dikarenakan pada perlakuan K2 juga terdapat Dolomit pada Lahan Pantai Terhadap
Ca yang cukup dari CaCo3. Unsur Ca disini Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. The
berperan menyerap unsur hara untuk proses 2nd University Research Coloquium. 2
pertumbuhan dan perkembangan daun. Hal ini (1) : 315-324.
sesuai dengan pernyataan Setyowati (2016), Aryandgita, M. 2021. Pengaruh Pupuk Kalsium
pemberian kalsit (CaCo3) sangat mempengaruhi dan Kalium terhadap Pertumbuhan dan
pertumbuhan suatu tanaman dalam menyerap Kualitas Hasil Sawi Hijau (Brassica
unsur hara untuk proses pertumbuhan dan rapa L.). Vegetalika. 10(2) :107-119
perkembangannya. Perkembangan tanaman Aryanto, A., Triadiati dan Sugiyanta. 2015.
sangat bergantung pada proses penyerapan Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah
unsur hara yang ada di dalam tanah yang dapat dan Gogo dengan Pemberian Pupuk
Hayati Berbasis Bakteri Pemacu
berfungsi bagi pertumbuhan tanaman,
Tumbuh di Tanah Masam. Ilmu
khususnya daun. Media tanpa perlakuan (K0)
Pertanian Indonesia (JIPI). 20 (3):
menunjukkan peningkatan jumlah daun yang 229-235.
cenderung cukup optimal juga karena tanaman Asmi, R. 2013. Pengaruh Dosis Dolomit dan
dapat tumbuh pada pH 5 karena menurut Pupuk Kandang terhadap
Lestari (2016) kedelai secara umum sudah Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
dapat ditanam pada tanah dengan pH 5-6. Hal Kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada
ini diduga bahwa tanaman kedelai toleran pada Lahan Gambut. Skripsi. Program Studi
kisaran pH 5-6. Agroteknologi. Fakultas Pertanian.
Universitas Teuku Umar Meulaboh.
KESIMPULAN Aceh Barat.
Basuki. 2019. Efektifitas Dolomit dalam
Metode pengapuran pada tanah masam Mempertahankan pH Tanah Inceptisol
pada perlakuan K1 memiliki nilai pH yang Perkebunan Tebu Blimbing Djatiroto. Buletin
terbaik dan berhasil menetralkan tanah masam, Tanaman Tembakau, Serat & Minyak
hal ini berhubungan dengan pemberian dolomit Industri. 11(2) :58-64.
yang mengandung unsur Ca dan Mg yang Dahlia, I. 2020. Pengaruh Pemberian
mengakibatkan gugus ion-ion hidroksil yang Kombinasi Dolomit + Sp-36 dengan
mengikat kation-kation asam (H dan Al) pada Dosis yang Berbeda terhadap
koloid tanah menjadi inaktif. Perlakuan K1 juga Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
menunjukkan hasil terbaik untuk parameter Kedelai (Glycine max L. Merrill) di
tinggi tanaman dan jumlah daun. Unsur Ca Ultisol. Jurnal Sains Agro. 5(1): 1-9.

13
Daryadi dan Ardian. 2017. Pengaruh Pemberian Pradana, G. B. S., T Islami dan N. E. Suminarti.
Kompos Ampas Tahu dan Pupuk NPK 2015. Kajian Kombinasi Pupuk Fosfor
Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao dan Kalium pada Pertumbuhan dan
(Theobroma cacao L.). Jom Faberta. Hasil Dua Varietas Tanaman Sorghum
4(2): 34-46 (Sorghum bicolor (L.) Moench).
Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura. 2019. Produksi Tanaman. 3(6): 464-471.
Ternyata ini Penyebab Kemasaman Rosmaiti. 2017. Pengaruh Kehalusan Kapur
Tanah di Indonesia. Provinsi Jawa terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Barat: Dinas Pertanian Pangan dan Kedelai (Glycine max (L) Merrill) pada
Hortikultura Tingkat Kemasaman Tanah yang
Haryadi, D., H. Yetti, dan S. Yoseva. 2015. Berbeda. Jurnal Penelitian. 4(1): 23-34
Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Saragih, D., Hamim, H. dan Nurmauli, N. 2013.
Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Pengaruh Dosis dan Waktu Aplikasi
Produksi Tanaman Kailan (Brassica Pupuk Urea dalam Meningkatkan
alboglabra L.). Jurnal Online Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea
Mahasiswa Faperta. 2 (2) : 1 – 10. mays L.) Pioneer 27 Lampung. Jurnal
Koesrini., K. Anwar dan E. Berlian. 2015. Agroteknologi Tropika. 1(1): 50-54
Penggunaan Kapur dan Varietas Adaftif Setyowati M dan Chairudin. 2016. Kajian
untuk Meningkatkan Hasil Kedelai di Limbah Cangkang Kerang sebagai
Lahan Sulfat Masam Aktual. Jurnal Alternatif Bahan Amelioran di Lahan
Berita Biologi. 14(12): 155-161. Gambut. Jurnal Agrotek Lestari. 2(1):
Krisnawati, D. 2019. Aplikasi Kapur Pertanian 59-64.
untuk Peningkatan Produksi Tanaman Syahputra E, Fauzi, Razali.2015. Karakteristik
Padi di Tanah Sawah Aluvial. Berkala Sifat Kimia Sub Grup Tanah Ultisol
Ilmiah PERTANIAN. 2(1): 13-18. dibeberapa Wilayah Sumatera Utara.
Lantoi RR, Saiful D, Yosep P, Patadungan. USU, Medan. Jurnal Agroteknologi.
2016. Identifikasi Kualitas Tanah 4(1): 535-542.
Sawah pada Beberapa Lokasi di Tampubolon, E. 2018. Efek Pupuk Kandang
Lembah Palu dengan Metode Skoring Ayam dan Kapur CaCO3 terhadap
Lowery. Agroland. 23(3): 243-250. Beberapa Sifat Kimia Tanah dan
Lestari, S. A. D. dan H. Kuntyastuti. 2016. Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea
Pengaruh Pupuk Kandang dan Pupuk mays L.) pada Tanah Inceptisol Kwala
Anorganik terhadap Berbagai Varietas Kacang Bekala. Jurnal Agroekoteknologi FP
Hijau di Tanah Masam. Buletin USU. 6(1): 158- 166
Palawija. 14(2): 55-62. Taufiq, Abdullah dan Titik Sundari. 2012.
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Respons Tanaman Kedelai Terhadap
Nutrisi Tanaman. IPB press. Bogor. Lingkungan Tumbuh. Buletin Palawija.
Nduwumuremyi, A. 2013. Soil Acidification 2(3): 13-26
and Lime Ouality: Sources of Soil Triharto, S. 2013. Survei dan Pemetaan Unsur
Acidity, Effects on Plant Nutrients, Hara N, P, K, dan pH Tanah Pada
Efficiency of Lime and Liming Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa
Requirements. RRJAAS. 2(4): 26-34. Durian Kecamatan Pantai Labu.
Nopiyanti, D. 2014. Pengaruh Penggunaan Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Dosis Dolomit dan Pemberian Sumatera Utara Medan.
Amelioran Kca pada Berbagai Jenis Wijaya, A. 2011. Pengaruh Pemupukan Dan
Media terhadap Pertumbuhan Mini Pemberian Kapur Terhadap
Cutting. Jurnal Dinamika Pertanian. Pertumbuhan Dan Daya Hasil Kacang
29(1): 9-20. Tanah (Arachis hypogea, L.). Skripsi.
Opala, P.A., M. Odendo and F. N. Muyekho. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
2018. Effects of Lime and Fertilizer on Bogor.
Soil Properties and Maize Yields in Wirasembada, Y.., Setiawan, B.., Saptomo, S..,
Acid Soils of Western Kenya. 2017. Penerapan Zero Runoff System
Agricultural Research. 13 (13): 657 - (ZROS) dan Efektifitas Penurunan
663. Limpasan Permukaan pada Lahan
Miring di DAS Cidanau, Banten.

14
Media Komun. Tek. Sipil. 23(2): 102–
112.

15
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Nilai pH Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Pengamatan (Minggu ke K0 K1 K2
-) S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3
I (19 Oktober 2021) 6,0 6,5 6,0 6, 6,0 6,0 6, 6,0 6,0
0 0
II (26 Oktober 2021) 6,7 7,0 6,6 6, 6,3 6,5 6, 6,0 6,2
3 3
III (1 November 2021) 6,3 6,3 6,0 5, 5,7 5,5 6, 6,0 6,0
5 3
IV (8 November 2021) 6,5 6,5 6,0 6, 6,0 6,0 - 6,5 6,0
0
V (18 November 2021) 6,6 6,7 6,5 6, 5,7 6,3 - 6,0 6,3
0
VI (7 Desember 2021 6,6 7,0 6,6 6, 6,5 6,5 - 6,3 6,3
5
Tabel 2. Hasil Pengamatan Tinggi (cm) Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Pengamatan (Minggu ke K0 K1 K2
-) S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3
I (19 Oktober 2021) 4,0 3,5 4,0 4,2 5,0 5,5 4,5 4,0 4,2
II (26 Oktober 2021) 4,5 4,0 4,5 5,6 6,0 6,5 5,3 5,2 5,0
III (1 November 2021) 6,5 6,0 6,0 9,4 8,2 9,0 8,0 7,8 7,5
IV (8 November 2021) 8,0 7,0 8,5 13, 12, 15,0 - 12, 12,5
0 8 5
V (18 November 2021) 9,5 10, 14,5 17, 16, 19,6 - 15, 16,0
0 0 9 5
VI (7 Desember 2021 14,5 12, 16,5 20, 19, 22,0 - 18, 18,0
0 0 0 9
Tabel 3. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Pengamatan (Minggu ke K0 K1 K2
-) S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3
I (19 Oktober 2021) 3 2 3 4 4 5 4 4 4
II (26 Oktober 2021) 4 4 4 5 6 6 5 5 5
III (1 November 2021) 9 8 8 13 16 15 11 13 14
IV (8 November 2021) 15 13 12 19 23 23 - 20 23
V (18 November 2021) 23 20 21 27 32 34 - 28 30
VI (7 Desember 2021 31 29 32 38 40 46 - 38 38

16
APLIKASI PEMUPUKAN PADA TANAMAN POT/POLYBAG

Sandra Gita Kiswara


201910200311001
s.gitakiswara@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang

(University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Produktivitas kedelai (Glycine max (L.) Merril) di Indonesia saat ini masih rendah, perlu dilakukan
peningkatan produktivitas melalui pengelolaan kesuburan tanah dengan pemupukan. Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui cara perhitungan kebutuhan pupuk pada tanah dengan berat tertentu dalam polybag.
Metode pelaksanaan praktikum ini yaitu menyiapkan alat dan bahan kemudian memberi identitas perlakuan
pada polybag menggunakan spidol putih (P0, P1, P2, P3, P4). Langkah selanjutnya memasukkan tanah pada
polybag dengan berat 2,5 Kg dan menatanya di atas bedengan dengan melihat denah lahan. Kemudian
melakukan transplanting tanaman kedelai (Glycine max) pada polybag dan menghitung dosis pupuk kandang
untuk perlakuan P1 dan P2 serta NPK untuk perlakuan P3 dan P4 lalu diaplikasikan pada masing-masing
perlakuan di sekitar tanaman kedelai. Terakhir yaitu mengamati. diameter, tinggi tanaman dari 2 daun paling
bawah, dan jumlah daun tanaman selama 6 minggu. Hasil dari praktikum ini yaitu perlakuan P3 dan P4
menunjukkan hasil terbaik di seluruh parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter
batang. Perlakuan dengan pupuk NPK menghasilkan data yang bagus dikarenakan kandungan NPK yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organ-organ vegetatif tanaman kedelai (Glycine max
(L.) Merril).
Kata kunci: pupuk kandang, pupuk anorganik, dosis pupuk

PENDAHULUAN seimbang dan kelengkapan unsur hara makro


dan mikro sangat dibutuhkan oleh tanaman baik
Kedelai merupakan salah satu sumber untuk pertumbuhan dan produksi tanaman
protein nabati dan komoditas pertanian penting tersebut (Sudarsono, 2013)
Indonesia. Kebutuhan kedelai dari tahun ke Produktivitas kedelai di Indonesia yang
tahun terus meningkat. Menurut data Badan masih rendah tidak semata-mata disebabkan
Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai nasional oleh faktor keharaan tanah tetapi oleh banyak
tahun 2014 sebanyak mencapai 892,6 ribu ton faktor seperti kondisi drainase tanah,
biji kering, naik 14,44 persen atau 112,61 ribu kedalaman lapisan olah, gulma, kelembaban
ton dibanding 2013 sebesar 779,99 ribu ton. tanah, hama dan penyakit. Namun ketersediaan
Data dari Dewan Kedelai Nasional hara tanah tetap merupakan salah satu faktor
menyebutkan kebutuhan konsumsi kedelai penentu keberhasilan produksi sebab hampir
dalam negeri tahun 2014 sebanyak 2,4 juta ton seluruh kebutuhan hara tanaman diperoleh dari
sedangkan sasaran produksi kedelai tahun 2014 tanah, kecuali C, H, O, dan sebagian N. Karena
hanya 892,6 ribu ton. Masih terdapat itu, kekhawatiran yang patut dipertimbangkan
kekurangan pasokan (defisit) sebanyak satu juta pada budi daya kedelai di lahan sawah adalah
ton lebih (Departemen Pertanian, 2014). gejala menurunnya ketersediaan hara di tanah
Kebutuhan akan kedelai semakin terutama N, P, dan K yang tampaknya terus
meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan berlanjut (Sarawa, 2014). Diperlukan optimasi
bertambahnya penduduk, meningkatnya pemupukan N, P, dan K pada tanaman kedelai
pendapatan perkapita dan meningkatkan di lahan sawah untuk menjaga agar
kesadaran masyarakat terhadap makanan yang keseimbangan hara tidak negatif, sehingga
mengandung protein nabati. Akan tetapi produktivitas tanaman yang tinggi dapat dicapai
produksi kedelai semakin menurun setiap secara berkelanjutan. Hasil penelitian
tahun. Peningkatan kualitas dan produksi pemupukan N, P, dan K di beberapa lokasi
kedelai dapat dilakukan dengan pemupukan menunjukkan bahwa walaupun pemberian N
guna mencukupi kebutuhan nutrisi tanaman dan P dapat meningkatkan hasil, namun tidak
(Dewi, 2015). Pertumbuhan suatu tanaman tinggi, secara statistik tidak nyata dan tidak
tergantung pada jumlah bahan makanan (unsur menguntungkan petani (Nugraha, 2014).
hara) yang disediakan baginya dalam jumlah
minimum sehingga pemberian unsur hara yang

17
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk analitik, penggaris, cangkul, alat tulis, alat
mengetahui cara perhitungan kebutuhan pupuk dokumentasi
pada tanah dengan berat tertentu dalam polybag
Metode Pelaksanaan
BAHAN DAN METODE
Metode pelaksanaan praktikum ini
Tempat dan Waktu
yaitu menyiapkan alat dan bahan kemudian
Praktikum aplikasi pemupukan pada memberi identitas perlakuan pada polybag
tanaman pot/polybag dilakukan pada hari menggunakan spidol putih (P0, P1, P2, P3, P4).
Senin, 18 Oktober 2021 pada pukul 07.00-08.40 Langkah selanjutnya memasukkan tanah pada
WIB di lahan Tamesia Edupark UMM. polybag dengan berat 2,5 Kg dan menatanya di
atas bedengan dengan melihat denah lahan.
Bahan dan Alat
Kemudian melakukan transplanting tanaman
Bahan yang digunakan dalam
kedelai (Glycine max) pada polybag dan
praktikum ini adalah air, benih kedelai menghitung dosis pupuk kandang untuk
(Glycine max), tanah, pupuk kandang, perlakuan P1 dan P2 serta NPK untuk
NPK, polybag perlakuan P3 dan P4 lalu diaplikasikan pada
Alat yang digunakan dalam masing-masing perlakuan di sekitar tanaman
praktikum ini adalah gembor, timbangan kedelai. Terakhir yaitu mengamati. diameter,
tinggi tanaman dari 2 daun paling bawah, dan
jumlah daun tanaman selama 6 minggu.

Tinggi (cm) Tanaman Kedelai (Glycine max L.)


35
30
25
20
15
10
5
0
I (19 Oktober II (26 Oktober III (1 November IV (8 November V (18 November VI (7 Desember
2021) 2021) 2021) 2021) 2021) 2021

P0 S1 P0 S2 P1 S1 P1 S2 P2 S1
P2 S2 P3 S1 P3 S2 P4 S1 P4 S2

HASIL DAN PEMBAHASAN


Grafik 1. Hasil Pengamatan Tinggi (cm) Tanaman Kedelai (Glycine max)

Berdasarkan hasil pengamatan nyata terhadap tinggi tanaman kedelai.


pada tinggi tanaman kedelai (Glycine Tinggi tanaman kedelai (Glycine max)
max), didapatkan data yang hampir pada perlakuan P4 merupakan data
mirip pada setisp perlakuan, pada tertinggi dari keempat perlakuan
pengamatan minggu ketiga perlakuan lainnya. Diketahui bahwa perlakuan P4
P4 memiliki tinggi 17cm dan pada memiliki dosis pupuk NPK 300kg/ha
pengamatan minggu terakhir mencapai sehingga diduga tanaman kedelai
29cm. Begitu pula dengan perlakuan P0 mendapatkan unsur hara, khususnya
dan P1 yang memiliki data hampir unsur N yang dapat meningkatkan
mirip, hal tersebut menunjukkan bahwa tinggi tanaman kedelai. Suryana (2012)
keempat perlakuan tidak berpengatuh melaporkan bahwa pertumbuhan dan

18
hasil tanaman kedelai meningkat mengatakan bahwa untuk mendapatkan
seiring dengan peningkatan dosis pupuk efisiensi pemupukan yang optimal, pupuk harus
NPK majemuk yang diberikan hingga diberikan dalam jumlah yang mencukupi
300 kg/ha berdasarkan semua variabel kebutuhan tanaman, tidak terlalu banyak atau
pengamatan. Menurut Budianta, et., al tidak terlalu sedikit. Bila pupuk diberikan
(2010), tinggi tanaman akan meningkat terlalu banyak, larutan tanah akan terlalu pekat
seiring dengan penambahan unsur N. sehinga akan mengakibatkan keracunan pada
Hal ini berhubungan dengan kecukupan tanaman, sebaliknya, jika pupuk diberikan
hara yang diberikan diserap oleh terlalu sedikit, pengaruh pemupukan pada
tanaman. Pada awal pertumbuhan tanaman mungkin tidak akan tampak.
tanaman membutuhkan unsur nitrogen Pupuk kandang ini tidak hanya
dalam jumlah yang banyak untuk mengandung unsur N, P, dan K, tetapi juga
ditujukan ke pertumbuhan vegetatif unsur Ca dan Mg. Hal ini didukung oleh
awal. Selain itu didukung oleh pernyataan Andayani (2013), Pupuk
pernyataan Yulianingsih (2014), unsur kandang tidak hanya mengandung unsur makro
N berfungsi memperbaiki pertumbuhan seperti nitrogen (N), fosfat (P) dan kalium (K),
vegetatif tanaman. Pemberian dosis namun pupuk kandang juga mengandung unsur
pupuk anorganik juga memberikan mikro seperti kalsium (Ca) dan magnesium
pengaruh terhadap tinggi tanaman (Mg) yang dibutuhkan tanaman serta berperan
dengan perlakuan yang diberi 100% dalam memelihara keseimbangan hara dalam
pupuk anorganik menghasilkan tanah. Unsur Ca dan Mg diketahui dapat
tanaman kedelai (Glycine max) mengoptimalkan pertumbuhan dan
tertinggi. perkembangan tanaman kedelai (Glycine max).
Tinggi tanaman kedelai (Glycine max) Hal ini sependapat dengan pernyataan Wijaya
pada perlakuan P0 dan P1 cukup bervariasi (2011), Tersedianya Ca dan unsur lainnya
setisp minggunya tetapi tidak menunjukkan menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi
perbedaannya yang signifikan, hal ini lebih baik. Lebih lanjut Dahlia (2020)
ditunjukkan dengan data pengamatan tinggi menyatakan magnesium merupakkan unsur
tanaman kedelai di minggu terakhir pada yang sangat diperlukan dalam sintesis klorofil,
perlakuan P0 sebesar 23cm dan pada perlakuan yang akan menentukan berlangsungnya proses
P1 sebesar 25cm. Perbedaan data ini fotosintesis. Proses fotosintesis yang optimal
dipengaruhi oleh kandungan unsur hara yang sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan
terdapat di dalam tanah. Diketahui bahwa tanaman. Oleh karena itu dapat disimpulkan
perlakuan P1 diberi perlakuan pupuk kandang bahwa perlakuan P1 lebih baik daripada P0
dengan dosis 2ton/ha, diduga pemberian pupuk tanpa perlakuan. Hal ini didukung oleh hasil
dengan dosis tersebut kurang ideal untuk penelitian Sarawa et al., (2014) perlakuan
peningkatan tinggi tanaman, maka perlu pupuk kandang akan memberikan pertumbuhan
dilakukan pembahan pupuk yang cukup untuk yang lebih baik daripada perlakuan tanpa pupuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, hal kandang.
ini sesuai dengan pendapat Kogoya (2018) yang

Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Glycine max L.)


60
50
40
30
20
10
0
I (19 Oktober II (26 Oktober III (1 November IV (8 November V (18 VI (7 Desember
2021) 2021) 2021) 2021) November 2021
2021)
P0 S1 P0 S2 P1 S1 P1 S2 P2 S1
P2 S2 P3 S1 P3 S2 P4 S1 P4 S2

19
Grafik 2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Glycine max)
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah Perbedaan jumlah daun tanaman
daun tanaman kedelai (Glycine max) dapat kedelai (Glycine max) pada perlakuan P0
diketahui bahwa laju penambahan jumlah daun menunjukkan bahwa tanah yang digunakan
terlihat pada pengamatan minggu kedua. dalam pengujian ini mengandung sedikit unsur
Perlakuan P0 memiliki jumlah daun tertinggi hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
yaitu 9 lembar, perlakuan P1 dan P2 sebanyak perkembangan tanaman kedelai, khususnya
12 lembar, serta perlakuan P3 dan P4 sebanyak daun. Pada pengamatan minggu keenam hanya
15 lembar. Laju penambahan jumlah daun terus terdapat 36 lembar daun, terlihat sangat berbeda
meningkat hingga minggu keenam, perlakuan jika dibandingkan dengan jumlah daun pada
P2 hingga P4 memiliki jumlah daun diatas 40 keempat perlakuan lainnya. Hal ini
lembar, sedangkan pada perlakuan P0 dan P1 menunjukkan bahwa kekurangan unsur hara
sedikit tertinggal dengan rata-rata jumlah daun dalam tanah dapat mempengaruhi jumlah daun
sebesar 35 lembar. Hal ini menunjukkan adanya pada tanaman kedelai (Glycine max), khususnya
pengaruh pemberian pupuk NPK, pupuk unsur P karena unsur ini sangat berpengaruh
kandang, serta perlakuan tanpa pemupukan pada hampir diseluruh proses pertumbuhan dan
terhadap laju penambahan jumlah daun pada perkembangan suatu tanaman. Kandungan
tanaman kedelai (Glycine max). Fosfor (F) pada tanaman membantu dalam
Laju penambahan jumlah daun pada pertumbuhan daun, bunga, buah, dan biji. Jika
perlakuan P3 dan P4 tidak terlalu bervariasi dan tanaman kekurangan unsur ini biasanya
cenderung sama, hal ini menunjukkan bahwa menyebabkan mengecilnya daun dan batang
unsur hara yang terkandung dalam pupuk NPK tanaman (Hadisuwito, 2012). Selain itu
dan pupuk kandang memiliki kemampuan Damanik et al. (2011) menyatakan unsur hara
untuk meningkatkan laju penambahan jumlah fosfor adalah unsur hara makro, dibutuhkan
daun pada tanaman kedelai (Glycine max). Hal tanaman dalam jumlah yang banyak, karena
ini sesuai dengan pernyataan Neltriana, et., al terlibat langsung hampir pada seluruh proses
(2015) bahwa pemberian pupuk NPK yang kehidupan tanaman.
tepat berpengaruh terhadap tanaman seperti Berdasarkan hasil pengamatan jumlah
peningkatan kegiatan respirasi, bertambahnya daun tanaman kedelai dapat disimpulkan bahwa
jumlah daun yang berpengaruh terhadap pemberian dosis pemupukan berpengaruh
kegiatan fotosintesis yang bermuara pada terhadap parameter pengamatan, dapat dilihat
produksi dan kandungan bahan kering. Menurut bahwa terdapat perbedaan yang cukup jauh
Desiana, dkk (2013), menyatakan bahwa unsur antara hasil pada perlakuan P1 dan P2, pada
hara N pada pupuk kandang berfungsi untuk minggu terakhir pengamatan terdapat 49 lembar
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, pada perlakuan P2 dan 37 lembar pada
khususnya batang, cabang dan daun, perlakuan P1. Perbedaan ini diduga disebabkan
dibutuhkan dalam jumlah besar terutama saat oleh dosis pemberian pupuk kandang, pada
pertumbuhan vegetatif. Noverita (2015) perlakuan P1 dosis yang diberikan sebanyak 2
menambahkan, N yang diberikan pada tanaman ton/ha dan perlakuan P2 sebanyak 4 ton/ha.
akan merangsang pertumbuhan vegetatif Menurut Erawan (2013), hal ini disebabkan
tanaman khususnya daun dan jumlah anakan karena dosis pupuk kandang untuk unsur
tanaman. Nitrogen ini merupakan bahan baku nitrogen bagi tanaman tercukupi atau tersedia,
penyusun klorofil pada proses fotosintesis. pemberian dosis pupuk paling banyak
Setelah terjadi proses fotosintesis, tanaman menghasilkan jumlah daun yang banyak, karena
akan mentranslokasikan sebagian besar pupuk mampu menyediakan nitrogen untuk
cadangan makanannya ke bagian organ perkembangan daun demi menjalankan
vegetatif tanaman meningkatkan pertumbuhan usahanya untuk berfotosintesis dengan baik.
daun sehingga jumlah daun akan semakin Nitrogen merupakan unsur yang paling penting
meningkat. Pemberian bahan organik dalam pertumbuhan tanaman kedelai karena
berpengaruh positif terhadap produksi tanaman nitrogen merupakan salah satu unsur hara
kedelai (Glycine max), salah satu ketersediaan esensial. Hal ini bahwa dalam jaringan
unsur hara dalam tanah dapat dilakukan dengan tanaman, nitrogen merupakan unsur hara
cara pemberian pupuk kandang (Asmi, 2013). esensial dan unsur penyusun asam-asam amino,
protein dan enzim (Triadiati, 2012). Sementara

20
untuk dosis pupuk NPK memberikan data yang unsur hara yang paling berpengaruh terhadap
tidak terlalu jauh, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan daun adalah
kandungan unsur N dalam dosis perlakuan P3 N. Dosis kandungan N yang terdapat dalam
sebanyak 150kg/ha dan perlakuan P4 sebanyak tanah akan dimanfaatkan oleh tanaman dalam
300kg/ha telah cukup baik dalam meningkatkan pembelahan sel. Pembelahan oleh pembesaran
pertumbuhan jumlah daun. Hal ini sejalan sel-sel yang muda akan membentuk daun.
dengan pernyataan Marajahan dkk. (2012)

Diameter (cm) Tanaman Kedelai (Glycine max L.)


2.5

1.5

0.5

0
I (19 Oktober II (26 Oktober III (1 November IV (8 November V (18 November VI (7 Desember
2021) 2021) 2021) 2021) 2021) 2021)

P0 S1 P0 S2 P1 S1 P1 S2 P2 S1
P2 S2 P3 S1 P3 S2 P4 S1 P4 S2
Grafik 3. Hasil Pengamatan Diameter (cm) Batang Tanaman Kedelai (Glycine max)

Hasil pengamatan diameter batang unsur hara makro yang esensial bagi
tanaman kedelai menunjukkan bahwa pada pertumbuhan dan hasil tanaman, yang berperan
pengamatan minggu pertama hingga minggu penting dalam memacu terbentuknya
ketiga mengalami penambahan ukuran diameter karbohidrat dimana karbohidrat yang tercukupi
batang tanaman kedelai yang cukup pesat, hal akan mempengaruhi pembesaran sel yang akan
ini ditunjukkan dengan data perlakuan P3 dan berakibat pada meningkatnya ukuran diameter
P4 yang mencapai ukuran diameter batang batang. Dosis pemupukan P4 sebanyak
sebesar 1,3cm, sedangkan pada perlakuan P0 300kg/ha menunjukkan hasil yang lebih tinggi
hingga P2 menunjukkan data yang cenderung dengan dosis P3 sebanyak 150kg/ha, hal ini
sama dengan ukuran diameter batang tertinggi menyebabkan perlakuan P4 memiliki
yaitu 0,9 pada perlakuan P2. Perbedaan ukuran kandungan unsur N yang lebih banyak sehingga
diameter batang tanaman kedelai ini selain meningkatkat pelebaran dinding sel, terlebih
disebabkan oleh faktor tanaman itu sendiri, juga lagi turunnya hujan yang hampir tiap hari
disebabkan oleh unsur-unsur hara yang membantu meningkatkan pertumbuhan
terkandung di dalam tanah pengujian. vegetatif tanaman kedelai. Menurut Pamungkas
Unsur hara yang terkandung di dalam (2017), air yang diserap tanaman selain sebagai
pupuk NPK pada perlakuan P3 dan P4 komponen sel-selnya, juga berfungsi sebagai
memperlihatkan data ukuran diameter batang media reaksi pada hampir seluruh proses
tanaman kedelai yang terbaik, yaitu mencapai metabolismenya. Metabolisme nitrogen dalam
1,3cm pada pengamatan minggu terakhir, tanaman merupakan faktor utama untuk
unsur-unsur dalam pupuk NPK tersebut adalah pertumbuhan vegetatif, batang, dan daun
unsur N, P, dan K. Nazirah (2019) tanaman sehingga terdapat pengaruhnya pada
menambahkan bahwa nitrogen adalah unsur pertambahan diameter batang tanaman tersebut.
yang sangat penting bagi perkembangan Diameter batang tanaman kedelai pada
diameter batang. Nitrogen merupakan bagian perlakuan P0 dan perlakuan dosis pupuk
dari protein, bagian penting dari protoplasma, kandang 2 ton/ha dan 4 ton/ha tidak
enzim, agen katalis biologis yang mempercepat menunjukkan perbedaan yang signifikan, hal ini
proses kehidupan. Fosfor merupakan salah satu menunjukkan bahwa dosis yang digunakan

21
dalam praktikum ini kurang cukup untuk dapat disebabkan oleh faktor endogen
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (kemampuan beradaptasi dan kandungan
kedelai, khususnya diameter batang. Hasil karbohidrat) maupun eksogen (kelembaban
pengamatan ini sejalan dengan penelitian media tanam dan intensitas cahaya) (Irianto,
Sriyanto (2015) yang menunjukaan bahwa 2012). Sari (2017) menambahkan bahwa
pemberian dosis pupuk kandang menghasilkan banyak faktor yang menyebabkan hal ini dapat
tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan terjadi. Benih yang ditanam kemungkinan tidak
tanpa pupuk kandang. Keadaan ini di sebabkan benar-benar dalam kondisi yang baik. Benih
dengan bertambah nya umur tanaman, maka tersebut kemungkinan telah mengalami
kebutuhan terhadap unsur hara terutama gangguan dan kerusakan baik secara fisik
nitrogen (N) tidak dapat di penuhi seluruhnya ataupun fisiologis, yang menyebabkan
oleh tanah tempat tumbuhnya, sehingga menurunnya kemampuan hidupnya dan mati
pemberian pupuk kandang dengan
meningkatkan ketersediaan dan serapan unsur KESIMPULAN
N yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan
Aplikasi pemupukan pada tanaman
vegetatif tanaman. Namun perbedaan dari
pot/polybag didapatkan data tinggi tanaman
ketiga perlakuan ini diduga tetap disebabkan
yang hampir mirip pada setiap perlakuan, pada
oleh pemberian pupuk kandang walaupun tidak
pengamatan minggu ketiga perlakuan P4
memberikan pengaruh yang besar bagi diameter
memiliki tinggi 17cm dan pada pengamatan
batang, tetapi pupuk ini dapat memperbaiki
minggu terakhir mencapai 29cm. Laju
tanah. Roidah (2013) menyatakan bahwa unsur
penambahan jumlah daun terlihat pada
hara dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi,
pengamatan minggu kedua, dan pada
tetapi jenis pupuk ini mempunyai fungsi lain
pengamatan minggu keenam perlakuan P2
yaitu dapat memperbaiki sifat–sifat fisik tanah
hingga P4 memiliki jumlah daun diatas 40
seperti permeabilitas tanah, porositas tanah,
lembar. Pengamatan minggu pertama hingga
struktur tanah, daya menahan air. Namun
minggu ketiga mengalami penambahan ukuran
unsur-unsur yang terkandung di dalam pupuk
diameter batang tanaman kedelai yang cukup
kandang ini tetap memberikan pengaruh
pesat, hal ini ditunjukkan dengan data
terhadap diameter batang. Ramadhani (2016)
perlakuan P4 yang mencapai 2,3cm pada
menjelaskan bahwa pupuk kandang sapi
minggu keenam. Pengaruh pemberian pupuk
mengandung unsur hara NPK yang sangat
NPK dengan dosis 300kg/ha memberikan hasil
dibutuhkan untuk merangsang pembesaran
yang terbaik di setiap parameter pengujian, hal
diameter batang serta pembentukan akar yang
ini berhubungan dengan kandungan unsur hara
akan menunjang berdirinya tanaman disertai
yang terkandung dalam pupuk NPK, terutama
pembentukan tinggi tanaman pada masa
unsur N yang berfungsi untuk merangsang
penuaian atau masa panen. Disamping itu,
pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya
faktor cahaya matahari yang tidak merata
batang, cabang dan daun, dibutuhkan dalam
karena ternaungi menyebabkan pertumbuhan
jumlah besar terutama saat pertumbuhan
tinggi tanaman terhambat. Bahan organik juga
vegetatif.
memiliki pori- pori makro dan mikro yang
hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang DAFTAR PUSTAKA
dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap
air yang tinggi. Penyerapan dan translokasi air Andayani. (2013). Uji Empat Jenis Pupuk
yang tinggi dalam tubuh tanaman akan memicu Kandang Terhadap Pertumbuhan dan
pembelahan sel dan pelebaran dinding sel Hasil Tanaman Cabai Keriting
sehingga sangat berpengaruh terhadap (Capsicum annum L.). Jurnal
bertambahnya diameter batang (Rahmi, 2017). AGRIFOR. 12(1): 22-29.
Berdasarkan hasil praktikum terdapat Asmi, R. 2013. Pengaruh Dosis Dolomit dan
sejumlah tanaman kedelai yang mati pada Pupuk Kandang terhadap
perlakuan P0 dan P3, kematian tanaman ini Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
terjadi pada pengamatan minggu ketiga yang Kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada
diduga disebabkan oleh tanaman itu sendiri, Lahan Gambut. Skripsi. Program Studi
seperti kemampuan menyerap unsur hara, Agroteknologi. Fakultas Pertanian.
kemampuan bermetabolisme, dan lain-lain.
Lambatnya pertumbuhan kedelai lalu mati

22
Universitas Teuku Umar Meulaboh. Universitas Jambi, Jambil. 1(4): 247-
Aceh Barat. 255.
Budianta, D., Napoleon, A., Paripurna, A., dan Kogoya, T. 2018. Pengaruh Pemberian Dosis
Ermatita, E. 2019. Growth and Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan
Production of Soybean (Glycine max Tanaman Bayam Cabut Putih
(L.) Merill) with Different Fertilizer (Amaranthus tricolor L.). E-Jurnal
Strategies in a Tidal Soil from South Agroekoteknologi Tropika. 7(4): 576-
Sumatra, Indonesia. Spanish Journal of 584
Soil Science. 9(1): 54–62 Marajahan, Y, Islan, dan MA Khoiri. 2012.
Dahlia, I. 2020. Pengaruh Pemberian Aplikasi Pupuk NPK terhadap
Kombinasi Dolomit + Sp-36 dengan Pertumbuhan Kakao (Theobroma
Dosis yang Berbeda terhadap cacao L.) yang Ditanam diantara
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kelapa Sawit. Jurnal Penelitan
Kedelai (Glycine max L. Merrill) di Agronomi. (1): 56-74.
Ultisol. Jurnal Sains Agro. 5(1): 1-9. Nazirah, L. 2019. Pengaruh Pupuk Kompos
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Sarifuddin dan H. Hanum, 2011. Beberapa Varietas Kedelai (Glycine
Kesuburan Tanah dan Pemupukan. max(L.) Merrill). Agrosamudra. 6(2):
USU Press. Medan. 8-15.
Departemen Pertanian. 2014. Kedelai. Badan Neltriana, N. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk
Penelitian dan Pengembangan Kandang Kotoran Sapi Terhadap
Pertanian. Medan. Petrumbuhan Dan Hasil Ubi Jalar
Desiana, C., I. S. Banuwa, R. Evizal., dan S. (Ipomea batatas L.). Skripsi.
Yusnaini. 2013. Pengaruh Pupuk Universitas Andalas
Organik Cair Urin Sapi dan Limbah Noverita,S.V. 2005. Pengaruh Pemberian
Tahu terhadap Pertumbuhan Bibit Nitrogen dan Kompos terhadap
Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Komponen Pertumbuhan Tanaman
Agrotek. 1(1): 113-119. Lidah Buaya (Aloe vera). Jurnal Bidang
Dewanto FG, Londok JJMR, Tuturoong RAV, Ilmu Pertanian. 2(2): 95-105.
dan Kaunang WB. 2013. Pengaruh Nugraha, Y. S., T. Sumarni dan R. Sulistyono.
Pemupukan Anorganik dab Organik 2014. Pengaruh Interval Waktu dan
Terhadap Produksi Tanaman Jagung Tingkat Pemberian Air Terhadap
sebagai Sumber Pakan. J. Zootek. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
32(5): 1-8 Kedelai (Glycine max (L.) Merril).
Dewi R, Mbue Kata Bangun, Revandy Iskandar Jurnal Produksi Tanaman. 2(7): 552-
M. Damanik. 2015. Respons Dua 559.
Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Pamungkas, M. 2017. Pengaruh Pemupukan
Merrill.) pada Pemberian Pupuk Hayati Nitrogen Terhadap Tinggi dan
dan NPK Majemuk. Jurnal Online Percabangan Tanaman Teh (Camelia
Agroekoteknologi. 3(1): 276-282. Sinensis (L.) O. Kuntze) untuk
Erawan, D. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Pembentukan Bidang Petik. Bul.
Tanaman Sawi pada Berbagai Dosis Agronomi. 5 (2) : 234-241
Pupuk Urea. Jurnal Agroteknos. 3 (1) : Rahmi., Z. Fuady dan Agusni. 2017. Pengaruh
19 - 25. Waktu Aplikasi dan Pemberian Pupuk
Hadirah, F., 2011. Pengaruh Pengapuran dan Organik terhadap Pertumbuhan dan
Pemupukan Fosfat Terhadap Hasil Kedelai (Glycine max L.). Jurnal
Pertumbuhan dan Produksi Biji Agrotopika Hayati. 4(4): 245-255.
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Ramadhani, M., F. Silvina dan Armaini. 2016.
Skripsi. Program Studi Agroteknologi. Pemberian Pupuk Kandang dan
Fakultas Pertanian. Universitas Gajah Volume Air terhadap Pertumbuhan dan
Putih. Takengon. Hasil Kedelai Edamame (Glycine max
Irianto, 2012, Fenofisiologi Perkecambahan dan (L.) Merril). Jom Faperta. 3(1): 1-10.
Pertumbuhan Bibit Duku (Lansium Roidah, I. S. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk
domesticum Corr.). Artikel Ilmiah. Organik Untuk Kesuburan Tanah.

23
Jurnal Universitas Tulungagung Pertumbuhan dan Hasil Kedelai
Bonorowo. 1(1): 14-25. Varietas Grobogan. Skripsi. Program
Sarawa., M. J. Arma dan M. Mattola. 2014. Studi Agroteknologi. Fakultas
Pertumbuhan Tanaman Kedelai pada Pertanian. Universitas Lampung.
Berbagai Interval Penyiraman dan Triadiati, A. 2012. Pertumbuhan dan Efesiensi
Takaran Pupuk Kandang. Jurnal Penggunaan Nitrogen pada Padi (Oryza
Agroteknus. 4(2): 78-86. Sativa L.) dengan Pemberian Pupuk
Sari, W. 2017. Pengaruh Media Penyimpanan Urea Berbeda. Buletin Anatomi dan
Benih Terhadap Viabilitas dan Vigor Fisiologi. 20(2): 1-14.
Benih Padi Pandanwangi. Agroscience. Wijaya, 2011. Pengaruh Pemupukan dan
7(2): 300-310. Pemberian Kapur Terhadap
Sriyanto, D. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Pertumbuhan dan Daya Hasil Kacang
Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan Tanah (Arachis hypogaea, L.). Skripsi.
dan Hasil Tanaman Terung Ungu dan Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Terung Hijau (Solanum melongena L .). Bogor.
Jurnal Agrifor. 14(1): 39-44 Yulianingsih, A. 2014. Efisiensi Penggunaan
Sudarsono, W.A., M. Melati, S.A. Aziz. 2013. Pupuk Anorganik dengan Aplikasi
Pertumbuhan, Serapan Hara dan Hasil Effective Microorganism 10 (EM10)
Kedelai Organik Melalui Aplikasi pada Tanaman Kedelai (Glycine max
Pupuk Kandang Sapi. J. Agron. (L) merill). Skripsi. Jurusan Biologi.
Indonesia. 41(2): 202-208. Fakultas Sains dan Teknologi.
Suryana Asep. 2012. Pengaruh Waktu Aplikasi Universitas Islam Negeri Syarif
dan Dosis Pupuk Majemuk NPK Pada Hidayatullah. Jakarta

24
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Kedelai (Glycine max L.)
Pengamatan (Minggu ke P0 P1 P2 P3 P4
-) S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2
I (19 Oktober 2021) 4,0 3,0 3,5 3,5 4,0 4,0 5,0 4,0 5,5 4,0
II (26 Oktober 2021) 8,0 9,0 10,0 10, 10,5 7,0 10,4 11, 11,0 13,0
6 5
III (1 November 2021) 12,0 14, 12,2 13, 16,0 11, 13,0 15, 17,0 15,4
5 5 8 8
IV (8 November 2021) 15,0 17, - 19, 17,0 14, - 19, 20,0 19,6
0 3 5 0
V (18 November 2021) 19,4 19, - 21, 20,0 18, - 23, 24,0 23,4
0 0 0 6
VI (7 Desember 2021 22,9 23, - 25, 23,3 22, - 27, 28,0 29,0
0 0 0 5
Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Pengamatan (Minggu ke P0 P1 P2 P3 P4
-) S1 S S S2 S S S1 S S S2
2 1 1 2 2 1
I (19 Oktober 2021) 3 3 4 3 4 4 4 5 4 4
II (26 Oktober 2021) 8 9 7 8 7 7 10 11 11 12
III (1 November 2021) 10 11 11 12 12 10 14 15 16 15
IV (8 November 2021) 17 19 - 22 24 21 - 25 23 25
V (18 November 2021) 27 27 - 30 35 32 - 34 35 36
VI (7 Desember 2021 33 36 - 37 45 49 - 48 48 49
Tabel 3. Hasil Pengamatan Diameter (cm) Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Pengamatan (Minggu ke P0 P1 P2 P3 P4
-) S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2
I (19 Oktober 2021) 0,2 0, 0,5 0,4 0, 0,5 0,6 0, 0,6 0,5
2 5 6
II (26 Oktober 2021) 0,3 0, 0,6 0,7 0, 0,6 0,9 0, 0,9 0,8
3 7 7
III (1 November 2021) 0,7 0, 0,7 0,8 0, 0,8 1,3 1, 1,2 1,3
6 9 0
IV (8 November 2021) 0,8 0, - 0,9 0, 0,8 - 1, 1,4 1,3
6 9 0
V (18 November 2021) 1,0 0, - 1,2 1, 1,0 - 1, 1,9 1,7
7 0 4
VI (7 Desember 2021 1,1 0, - 1,3 1, 1,0 - 1, 2,0 2,3
7 1 4

25
MENGENAL DEFISIENSI UNSUR HARA DENGAN METODE SENYAWA
CAMPURAN  (MISSING ELEMENT) DENGAN SISTEM HIDROPONIK
Sandra Gita Kiswara
201910200311001
s.gitakiswara@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
(University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Perkembangan teknologi dalam bidang pertanian semakin tahun semakin pesat. Salah satu teknologi
yang layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik. Tujuan dari praktikum ini ysitu untuk mengetahui
gejala defisiensi unsur hara dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Metode pada praktikum ini
adalah menyiapkan alat dan bahan, menata 60 rockwool kedalam seedbox lalu membasahinya dengan air
secukupnya, menyemai 2 benih sawi (Brassica chinensis L.) ke dalam masing-masing rockwool yang sudah
ada di seedbox, memilih netpot yang akan digunakan lalu membersihkannya dengan air mengalir,
membersihkan paralon yang akan digunakan untuk masing masing perlakuan, memasang netpot kedalam
lubang yang telah tersedia, membuat larutan perlakuan A (control), B (AB-Mix), C (-N), D (-P), dan E (-K),
mentransplanting tanaman sawi (Brassica chinensis L.) pada netpot yang sudah tersedia sesuai kelompok,
mengaliri air pada masing masing paralon dan nutrisi sesuai perlakuannya, melakukan perawatan rutin pada
tanaman selama pengamatan, dan yang terakhir mencatat data hasil pengamatan dan mendokumentasikan
setiap kegiatan. Laju pertumbuhan jumlah daun yang paling cepat dan banyak serta tidak menimbulkan
gejala defisiensi ditunjukkan oleh perlakuan B, hal ini dikarenakan unsur yang terkandung dalam nutrisi
tersebut sesuai dengan tanaman pakcoy. Perlakuan C dan E menunjukkan data parameter yang hampir sama,
menunjukkan bahwa hilangnya satu unsur hara pada kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun, namun hilangnya satu unsur tersebut berpengaruh terhadap gejala defisiensi seperti daun
menguning dan ukurannya yang kecil. Perlakuan A dan E juga menunjukkan hasil yang kurang memuaskan
untuk setiap parameter pengamatan, hal ini dikarenakan kurangnya zat hara tersedia dan juga hilangnya satu
unsur hara penting bagi tanaman, hal ini menimbulkan bercak kuning pada daun dan juga kesan seperti
terbakar. Nilai pH pada kelima perlakuan selalu naik turun setiap minggunya tetapi tetap berada di kondisi
netral, hal ini dapat membantu meningkatkan unsur hara seperti N, P, K, dan lainnya walaupun tidak
berpengaruh nyata terhadap tanaman pakcoy.
Kata kunci : jumlah daun, nutrisi, zat hara

PENDAHULUAN tersebut sedang kekurangan nutrisi. Secara


umum gejala kekurangan nutrisi pada tanaman
Pakcoy (Brassica chinensis L.) adalah yaitu klorosis, nekrosis, akumulasi antosianin,
tanaman jenis sayuran yang termasuk keluarga dan stunting (Suarsana, 2019).
Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy masih Hidroponik merupakan metode
memiliki kerabat dekat dengan sawi. Jadi bercocok tanam dengan memanfaatkan air
pakcoy dan sawi merupakan satu genus, hanya tanpa menggunakan tanah dengan menekankan
varietasnya saja yang berbeda. Penampilannya pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi
sangat mirip dengan sawi, akan tetapi lebih tanaman. Sistem hidroponik dapat memberikan
pendek dan kompak, tangkai daunnya lebar dan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih
terkontrol. Dengan pengembangan teknologi
kokoh, tulang daunnya mirip dengan sawi hijau,
sistem hidroponik mampu mendaya gunakan
dan daunnya lebih tebal dari sawi hijau (Elisa, air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien
2019). Kualitas tumbuh dan kembang tanaman (minimalis system) dibandingkan dengan kultur
sangat ditentukan oleh asupan nutrisi yang tanah, terutama untuk tanaman berumur pendek
dibutuhkan. Bila tanaman kekurangan unsur seperti sayuran dan buah-buahan. Penggunaan
hara, maka tanaman akan mudah layu lalu mati. sistem hidroponik tidak mengenal musim dan
gejala kekurangan nutrisi yang paling awal bisa tidak memerlukan lahan yang luas
dibandingkan dengan kultur tanah untuk
dideteksi dengan melihat kondisi daun. Cara ini
menghasilkan satuan produktivitas yang sama
secara langsung bisa diketahui bila tanaman (Kristi, 2018).

26
Salah satu sistem hidroponik saat ini L.),rockwool, pupuk MKP, santamicro, kalinitra,
adalah Nutrient Film Technique (NFT). Sistem AB mix, ultradap, kertas label, dan air
NFT pertama kali diperkenalkan oleh peneliti secukupnya.
bernama Dr. AJ Cooper. Sistem ini adalah Alat yang digunakan dalam praktikum ini
teknik pemberian larutan nutrisi melalui aliran adalah tusuk gigi atau lidi, timbangan analitik,
air yang sangat dangkal. Air tersebut gelas ukur, penggaris, paralon, wadah semai atau
mengandung semua nutrisi terlarut yang seedbox, peralatan hidroponik, alat tulis dan alat
dialirkan secara terus- menerus selama 24 jam. dokumentasi.
Hal ini memastikan perakaran selalu
Metode Pelaksanaan
mendapatkan suplai air dan nutrisi serta
limpahan oksigen yang diserap oleh akar Metode pada praktikum ini adalah
tanaman. Kelebihan dari sistem NFT adalah pertama menyiapkan alat dan bahan, kedua
tanaman mendapat suplai air, oksigen dan menata 60 rockwool kedalam seedbox lalu
nutrisi secara terus menerus dengan membasahinya dengan air secukupnya,
penggunaan air serta nutrisi yang lebih hemat. ketiga menyemai 2 benih sawi (Brassica
Tetapi kekurangan dari sistem NFT yaitu sistem chinensis L.) ke dalam masing-masing rockwool
ini bergantung pada listrik. Jika tidak ada aliran yang sudah ada di seedbox, keempat memilih
listrik sistem ini tidak dapat bekerja dengan netpot yang akan digunakan lalu
baik. Kekurangan yang lain dari sistem NFT membersihkannya dengan air mengalir, kelima
yaitu apabila salah satu tanaman terserang membersihkan paralon yang akan digunakan
penyakit, satu talang tanaman dapat terserang untuk masing masing perlakuan, keenam
penyakit juga. Bahkan, semua tanaman yang memasang netpot kedalam lubang yang telah
dalam satu alat bisa tertular (Putra, 2018). tersedia, ketujuh membuat larutan perlakuan A
Berdasarkan tabel BPTP Riau (2019), (control), B (AB-Mix perbandingan 200 liter air
rekomendasi nilai pH yang sesuai untuk menggunakan larutan A dan 1 liter larutan B tanpa
tanaman pakcoy adalah 7,0, sedangkan untuk penambahan santa mikro), C (-N dengan
nilai EC adalah 1,5-2,0. Tujuan dari praktikum perbandingan 200 liter air menggunakan 1kg
ini ysitu untuk mengetahui gejala defisiensi MKP dengan penambahan pupuk santamicro
unsur hara dan pengaruhnya terhadap sebanyak 25 gr), D (-P dengan perbandingan 200
pertumbuhan tanaman. liter air menggunakan 1 kg kalinitra dengan
penambahan pupuk santamikro sebanyak 25 gr),
BAHAN DAN METODE dan E (-K dengan perbandingan 200 liter air
Tempat dan Waktu menggunakan 1 kg ultradap dengan penamabahan
pupuk santamikro sebanyak 200 gr). Kedelapan
Praktikum teknik pembuatan kompos mentransplanting tanaman sawi (Brassica
dilakukan pada hari Senin, 11 Oktober 2021 chinensis L.) pada netpot yang sudah tersedia
pada pukul 07.00-08.40 WIB di Lahan sesuai kelompok, kesembilan mengaliri air pada
masing masing paralon dan nutrisi sesuai
Tamnesia Universitas Muhammadiyah Malang.
perlakuannya, ke sepuluh melakukan perawatan
Bahan dan Alat rutin pada tanaman selama pengamatan, dan yang
terakhir mencatat data hasil pengamatan dan
Bahan yang digunakan dalam praktikum mendokumentasikan setiap kegiatan praktikum
ini adalah benih sawi (Brassica chinensis yang dilakukan

27
HASIL DAN PEMBAHASAN

Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pakcoy (Brassica chinensis L.)


8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
A (Air) B (AB Mix) C (-N) D (-P) E (-K)

Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3


Grafik 1. Hasil Pengamatan Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pakcoy (Brassica chinensis L.)
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah meningkatnya jumlah daun yang relatif lebih
daun tanaman pakcoy pada perlakuan A terus banyak dari pada keempat perlakuan. Unsur
meningkat dan cenderung stabil setiap hara yang terkandung dalam AB Mix
minggunya tetapi laju pertumbuhannya paling berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
lambat dari pada keempat perlakuan lainnya. tanaman. Menurut Nugraha (2014), faktor
Lambatnya laju pertumbuhan daun ini diduga penting yang menentukan keberhasilan
disebabkan oleh tidak adanya unsur hara yang budidaya hidroponik adalah larutan nutrisi.
tersedia di dalam media tumbuh. Kekurangan Kebutuhan nutrisi yang terpenuhi bagi tanaman
hara pada media tanam Roidi (2016), dapat membuat pertumbuhan menjadi lebih
menyatakan bahwa apabila kekurangan unsur optimal. Secara umum hidroponik memerlukan
akan nampak pada pertumbuhan tanaman yang unsur hara yang lengkap dan mengandung
menjadi lambat bahkan cendrung kerdil dan unsur hara esensial yang terdiri dari makro dan
pertumbuhan akar terhenti sehingga mikro. Banyak pupuk komplek yang tersedia
menghambat pertambahan jumlah daun saat ini, salah satunya adalah AB Mix yang
tanaman sawi pakcoy. Hal tersebut sangat sudah diformulasikan khusus untuk hidroponik.
terlihat pada perlakuan kontrol yang sama Larutan stok A yang berisi unsur hara makro
sekali tidak diberikan kebutuhan unsur haranya. yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K),
Namun meskipun demikian, tanaman pakcoy Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S)
tersebut tetap tumbuh dan berkembang, hal ini serta stok B yang berisi hara mikro yaitu Besi
disebabkan oleh pemberian pupuk santa mikro. (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Tembaga (Cu),
Pada kemasan pupuk tersebut tertera kandungan Zeng (Zn) dan Molibdenum (Mo).
unsur hara micro dari Santa mikro adalah Mn Pemberian AB Mix juga menunjang
4.0%, Fe 4.0%, Cu 1.5%, Zn 1.5%, B 0.5%, Mo proses pertumbuhan dan perkembangan sawi
0.1%, MgO 9.0%, S 3.0%, kandungan tersebut pakcoy, terutama dalam pembentukan daun, AB
diduga kurang mencukupi kebutuhan tanaman. Mix mengandung gara-garam mineral yang
Menurut Rizal (2017), Walaupun pupuk santa cocok untuk perumbuhan dan perkembangan
mikro mengandung unsur hara yang cukup tanaman pakcoy. Sundari (2016) mengatakan,
lengkap, akan tetapi unsur yang terkandung di pupuk/nutrisi hidroponik AB Mix  adalah 
dalamnya sangat rendah sehingga penyerapapan pupuk  yang  telah  diformulasikan  khusus 
unsur haranya menjadi lambat. dari  garam-garam  mineral  yang  larut  dalam
Laju pertumbuhan daun pada perlakuan air, mengandung unsur-unsur hara penting yang
B merupakan yang terbaik dari keempat diperlukan tanaman untuk tumbuh dan
perlakuan lainnya, hal ini ditunjukkan dengan perkembangan tanaman.

28
Laju pertumbuhan daun pada perlakuan satunya dipengaruhi oleh fosfor yang tersedia.
C merupakan yang terbaik setelah perlakuan B, Hal ini dikarenakan unsur hara fosfor berperan
walapun perlakuan C tidak mengandung unsur dalam proses respirasi dan metabolisme
N, jumlah daun yang dihasilkan tergolong tanaman. Fosfor dibutuhkan tanaman dalam
normal dikarenakan tercukupinya unsur hara P pembentukan asimilat, dimana asimilat
dan K yang berguna untuk pertumbuhan daun. merupakan energi yang digunakan sebagai
Pada kemasan pupuk HX MPK tertera unsur energi pertumbuhan baik dalam proses
hara Phosphate 50% dan Kalium 35%, pertambahan ukuran maupun pertumbuhan
kandungan kedua unsur ini menunjukkan hasil daun (Pradana, 2015).
yang baik dalam laju pertumbuhan daun. Pertumbuhan dan perkembangan
Kandungan Fosfor (F) pada tanaman membantu tanaman sawi pakcoy khususnya pada daun
dalam pertumbuhan daun, bunga, buah, dan tidak hanya dipengaruhi oleh unsur hara yang
biji. Jika tanaman kekurangan unsur ini tersedia pada media tanam, faktor lingkungan
biasanya menyebabkan mengecilnya daun dan seperti intensitas cahaya, kelembaban, suhu,
batang tanaman (Dahlia, 2020). Hal ini juga dan lainnya juga mempengaruhi tumbuh
sejalan dengan pernyataan Wijaya (2011), kembang tanaman. Menurut Buntoro (2014),
tersedianya K dan unsur lainnya menyebabkan faktor eksternal merupakan faktor yang
pertumbuhan generatif menjadi lebih baik. disebabkan dari luar tanaman dapat berupa
Jumlah daun pada perlakuan D sedikit faktor lingkungan. Faktor internal atau faktor
lebih baik daripada perlakuan A, tetapi masih yang berasal dari dalam tanaman dapat berupa
tergolong lambat dan jumlah daun yang faktor fisiologis dan genetika tanaman. Semua
dihasilkan hanya sedikit. Hal ini diduga hara yang terkandung pada nutrisi hidroponik
disebabkan oleh tidak adanya unsur P, ditambah adalah unsur esensial yang diperlukan tanaman
lagi kandungan unsur N dan K yang kurang dalam pertumbuhan dan perkembangannya
menjadi penyebab lambatnya proses
pembentukan daun tanaman. Pada kemasan
Meroke Kalinitra tertera 13% NO3 (Nitrate
Nitrogen) dan 45% K20 (Kalium Oksida),
kandungan kedua unsur hara ini diduga kurang
mencukupi kebutuhan zat hara bagi tanaman,
ditambah lagi peran unsur P yang sangat
penting di hampir seluruh proses tumbuh
kembang tanaman. Menurut Desiana, dkk
(2013), unsur hara N berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan,
khususnya batang, cabang dan daun,
dibutuhkan dalam jumlah besar terutama saat
pertumbuhan vegetatif. Noverita (2015)
menambahkan, N yang diberikan pada tanaman
akan merangsang pertumbuhan vegetatif
tanaman khususnya daun dan jumlah anakan
tanaman. 
Laju pertumbuhan jumlah daun pada
perlakuan E merupakan yang terbaik setelah
perlakuan D, hal ini diduga disebabkan oleh
hilangnya unsur K pada media tanam, tetapi
tetap dapat tumbuh cukup baik karena
kandungan P yang tinggi. Diketahui pada
kemasan Ultradap memiliki unsur hara
Nitrogen(N) 12% dan Phosphate (P205) 60%.
Damanik et al. (2011) menyatakan unsur hara
fosfor adalah unsur hara makro, dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang banyak, karena
terlibat langsung hampir pada seluruh proses
kehidupan tanaman. Daun tanaman salah

29
Grafik 1. Hasil
Rata-rata Nilai pH Tanaman Pakcoy (Brassica chinensis L.) Pengamatan Rata-
rata Nilai pH
6.8 Tanaman Pakcoy
(Brassica chinensis
6.6 L.)
6.4 perkembangan
6.2 akar, sehingga
6.0 lebih mampu
5.8
menyerap hara
A (Air) B (AB Mix) C (-N) D (-P) E (-K) dalam jumlah
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 yang lebih banyak
serta memperbaiki
Berdasarkan hasil pengamatan, nilai pH
kualitas tanaman itu sendiri. Selain unsur N,
pada kelima perlakuan masih tergolong netral,
unsur P juga meningkat seiring dengan
yaitu berkisar antara 6-7, hal ini menyebabkan
tingginya nilai pH. Menurut Krisnawati (2019),
bahwa pH pada media tanam ideal dalam
meningkatnya nilai pH mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
meningkatnya P Tersedia, meningkatnya kadar
dibuktikan dengan tidak adanya sampel
Ca2+, serta menurunkan kandungan Al-dd.
tanaman yang mati. Keasaman air sangat
Unsur K juga tersedia dikarenakan nilai
berpengaruh terhadap ketersediaan hara
pH yang baik. Poerba (2020) meningkatnya pH
tanaman, dimana keasaman air dibawah 5,6 mempercepat proses mineralisasi sehingga
menandakan adanya kekurangan kation basa unsur N tersedia bagi tanaman yang
yang dapat dipertukarkan. Unsur hara esensial berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetative
tersedia dalam kisaran pH 5,8- 6,5 hingga pH tanaman. Selain itu unsur Mg juga bertambah
netral yaitu 7,0 (Gultom dan Mardaleni, 2014). seiring dengan tingginya nilai pH. Menurut
Rata-rata nilai pH pada setiap perlakuan selalu Nopiyanto (2014), hara Mg yang dipengaruhi
oleh nilai pH berpengaruh terhadap peningkatan
naik turun setiap minggunya tetapi tidak terlalu
pertumbuhan daun tanaman yang akan
signifikan dan selalu berada pada kondisi pH meningkatkan proses fotosintesis tanaman
netral. Menurut Lakshitowati (2021) perubahan sehingga proses penyediaan dan transfortasi
nilai pH yang signifikan pada hara keseluruh bagian tanaman berjalan dengan
larutan nutrisi jarang terjadi, nilai pH yang tida lancar sehingga pertumbuhan menjadi optimal.
k ideal hanya terjadi bila Kondisi pH yang netral berpengaruh
air baku berasal dari daerah yang memiliki pH a terhadap ketersediaan unsur hara penunjang
tumbuh kembang tanaman, hal ini terlihat
ir tanah yang tidak ideal seperti perbukitan,
keberadaan setiap unsur di setiap perlakuan
kapur, rawa, pasang surut atau tanah gambut. yang menunjukkan hasil yang cukup baik, yang
Peningkatan nilai pH berhubungan membedakan hanyalah dosis dan kandungan
dengan tersedianya unsur N pada media tanam, dari unsur itu sendiri. Selain pengaruh unsur
nilai pH berbanding lurus dengan unsur N, hara, perbedaan dalam tumbuh kembang
artinya semakin tinggi nilai pH maka jumlah tanaman juga dipengaruhi oleh lingkungan
unsur N juga meningkat. Menurut Azman ataupun interaksi antara keduanya. Rosmaiti
(2017) mengatakan bahwa faktor penyebab
(2014), meningkatnya pH tanah, berpengaruh terjadinya perbedaan pertumbuhan suatu
terhadap unsur fosfor. Tanaman membutuhkan tanaman dipengaruhi oleh perbedaan genetik
unsur fosfor dalam pertumbuhannya. Fosfor suatu tanaman, perbedaan lingkungan tempat
penting pada saat pembentukan anakan, tanaman itu tumbuh, dan interaksi antara
keduanya.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Gejala Defisiensi Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis L)

30
Ming Tan 1 Tan 2 Tan 3 Tan 4 Tan 5 Tan 6 Tan 7
gu ke
-

Sehat Daun
(Perlakua mengunin
n B) g dan
kerdil
(Perlakua
n A)
2

Mengunin Daun
g terbakar
(Perlakua (perlakua
n C) n E)
3

Daun Tanaman Sehat Daun


mengunin kerdil (Perlakua kuning
g (perlakua n B) dan bercak
(Perlakua n A) kuning
n E) (Perlakuan
D)

Berdasarkan hasil pengamatan, tersebut mengalami gejala defisiensi akibat


perlakuan B tanaman 1 pada minggu pertama kekurangan unsur N dan P. Menurut Ramadiani
dan tanaman 6 pada minggu ketiga (2014), tanaman pakcoy yang kekurangan
menunjukkan bahwa tanaman sehat tanpa gejala nitrogen dapat dilihat pada bagian bawah daun,
apapun, hal ini menunjukkan bahwa tanaman daun akan menguning karena kekurangan
sawi tidak kekurangan unsur N, P, maupun K, klorofil, mengering dan rontok, pertumbuhan
terlihat dari bentuk daun yangbagus dan tanaman lambat, dan kerdil. Sukasana (2019)
berwarna hijau segar. Menurut Nugraha (2015), menambahkan, ciri-ciri tanaman yang
tanaman pakcoy yang sehat memiliki ciri daun kekurangan Fosfor adalah daun tua tanaman
yang tumbuh subur dan berwarna hijau segar, menjadi keunguan kearah kelabu. tepi daun
pangkal daun tampak sehat. berwarna cokelat, tulang daun yang muda
Tanaman 5 perlakuan A minggu berwarna hijau gelap, pertumbuhan daun kecil,
pertama, tanaman 3 perlakuan C minggu kedua, kerdil, dan akhirnya rontok. Fase pertumbuhan
tanaman 1 perlakuan E minggu ketiga, dan lambat dan tanaman kerdil
tanaman 2 perlakuan A minggu kedua terlihat Tanaman 4 perlakuan E minggu ketiga
menguning pada daun dan berukuran kecil, hal menunjukkan bahwa daun terlihat seperti
ini menunjukkan bahwa tanaman-tanaman terbakar, gejala defisiensi seperti ini termasuk

31
ke dalam indikator kekurangan unsur K. DAFTAR PUSTAKA
Menurut Wahyuni (2017), Kalium berperan Azman, E. A., S. Jusop, C. F. Ishak, dan R.
sebagai pengatur proses fisiologi tanaman Ismail. 2014. Increasing Rice
seperti fotosintetis, akumulasi, translokasi, Production Using Different Lime
transportasi karbohidrat, membuka menutupnya Sources on An Acid Sulphate Soil in
stomata, atau mengatur distribusi air dalam Merbok, Malaysia. Pertanika. 37 (2):
jaringan dan sel. Kekurangan unsur ini 223- 247.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
menyebabkan daun seperti terbakar dan
2019. Petunjuk Teknis Budidaya
akhirnya gugur. Sayuran Hidroponik. Riau.
Tanaman 7 perlakuan D minggu ketiga Buntoro, B.H. dkk. 2014. PengaruhTakaran
terlihat kuning dan terdapat bercak coklat, Pupuk Kandang dan Intensitas Cahaya
gejala defisiensi ini menjukkan bahwa tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Temu
kekurangan unsur Mg. Menurut Istiqamah Putih (Curcuma zedoaria L.).
(2019), kekurangan magnesium menyebabkan Vegetalika. 3(4): 1-15
Dahlia, I. 2020. Pengaruh Pemberian
sejumlah unsur tidak terangkut karena energi Kombinasi Dolomit + Sp-36 dengan
yang tersedia sedikit. Yang terbawa hanyalah Dosis yang Berbeda terhadap
unsur berbobot ‘ringan’ seperti nitrogen. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Akibatnya, terbentuk sel-sel berukuran besar Kedelai (Glycine max L. Merrill) di
tetapi encer. Jaringan menjadi lemah dan jarak Ultisol. Jurnal Sains Agro. 5(1): 1-9.
antar ruas panjang. Ciri-ciri tanaman yang Desiana, C., I. S. Banuwa, R. Evizal., dan S.
Yusnaini. 2013. Pengaruh Pupuk
kekurangan unsur Mg yaitu muncul bercak-
Organik Cair Urin Sapi dan Limbah
bercak kuning di permukaan daun tua. Tahu terhadap Pertumbuhan Bibit
Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal
KESIMPULAN Agrotek. 1(1): 113-119.
Elisa. 2018. Budidaya Hidroponik Yang Paling
Laju pertumbuhan jumlah daun yang Meguntungkan. Jakarta: Garuda
paling cepat dan banyak serta tidak Pustaka
menimbulkan gejala defisiensi ditunjukkan oleh Gultom, H dan Mardaleni. 2014. Uji Adaptasi
perlakuan B, hal ini dikarenakan unsur yang Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza
terkandung dalam nutrisi tersebut sesuai dengan sativa L) dan Kapur Dolomit pada Tanah
tanaman pakcoy. Perlakuan C dan E Gambut. Dinamika Pertanian. 29(2) :
menunjukkan data parameter yang hampir 145-152.
sama, menunjukkan bahwa hilangnya satu Istiqamah, A. Abdul, R. Aiyen. 2016. Respon
unsur hara pada kedua perlakuan tidak Varietas Tanaman Sawi (Brassica Juncea
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, L.) Terhadap Larutan Hara (Ab Mix)
namun hilangnya satu unsur tersebut Pada Sistem Hidroponik. Agrotekbis. 4
berpengaruh terhadap gejala defisiensi seperti (4): 374–383
daun menguning dan ukurannya yang kecil. Krisnawati, D. 2019. Aplikasi Kapur Pertanian
Perlakuan A dan E juga menunjukkan hasil Untuk Peningkatan Produksi Tanaman
yang kurang memuaskan untuk setiap Padi Di Tanah Sawah Aluvial. Berkala
parameter pengamatan, hal ini dikarenakan Ilmiah PERTANIAN. 2(1): 13-18
kurangnya zat hara tersedia dan juga hilangnya Kristi, A. A. 2018. Hidroponik rumahan.
satu unsur hara penting bagi tanaman, hal ini Yogyakarta: ANDI
menimbulkan bercak kuning pada daun dan Lakshitowati, C. 2021. Pengaruh Pemberian
juga kesan seperti terbakar. Nilai pH pada Pupuk Organik Cair Komersial Biofarm
jelima perlakuan selalu naik turun setiap dengan Pembanding Ab-Mix pada
minggunya tetapi tetap berada di kondisi netral, Budidaya Sawi Pakcoy (Brassica rapa
hal ini dapat membantu meningkatkan unsur subsp chinensis) secara Hidroponik
hara seperti N, P, K, dan lainnya walaupun Teknik Rakit Apung. Jurnal Triton.
tidak berpengaruh nyata terhadap tanaman 12(1): 10-19
pakcoy Nopiyanti, D. 2014. Pengaruh Penggunaan
Dosis Dolomit dan Pemberian

32
Amelioran Kca pada Berbagai Jenis Secara Hidroponik. Sainmatika. 14(1):
Media terhadap Pertumbuhan Mini 38-44
Cutting. Jurnal Dinamika Pertanian. Rosmaiti. 2017. Pengaruh Kehalusan Kapur
29(1): 9-20. terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Noverita,S.V. 2005. Pengaruh Pemberian Kedelai (Glycine max (L) Merrill) pada
Nitrogen dan Kompos terhadap Tingkat Kemasaman Tanah yang
Komponen Pertumbuhan Tanaman Berbeda. Jurnal Penelitian. 4(1): 23-34
Lidah Buaya (Aloe vera). Jurnal Roidi, A. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk Cair
Bidang Ilmu Pertanian. 2(2): 95-105. Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Nugraha, R.U. 2014. Sumber Hara sebagai Terhadap Pertumbuhan Dan
Pengganti AB MIX pada Budidaya Produktivitas Tanaman Sawi Pakcoy
Sayuran Daun Secara Hidroponik. (Brasicca chinensis L.). Skripsi. Program
Skripsi. Fakultas Pertanian. Departemen Studi Pendidikan Biologi. Jurusan
Agronomi dan Hortikultura. Institut Pendidikan Matematika Dan Ilmu
Pertanian Bogor. Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan
Nugraha, Rizqi Utami. 2015. Sumber Sebagai Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata
Hara Pengganti AB mix pada Budidaya Dharma
Sayuran Daun Secara Hidroponik. J. Suarsana, M. 2019. Pengaruh Konsentrasi Nutrisi
Hort Indonesia. 6 (1): 11- 19 Ab Mix Terhadap Pertumbuhan Dan
Poerba, A. 2020. Pengaruh Pemberian Dosis Hasil Sawi Pakcoy (Brassica Rapa L.)
Dolomit Dan Dosis Pupuk Kalium Dengan Hidroponik Sistem Sumbu (Wick
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi System). Agro Bali (Agricultural
Tanaman Jagung (Zea mays L) Hibrida Journal). 2(2): 98-105
Bisi-2. Jurnal Ilmiah Rhizobia. 2(2): 89- Sundari. 2016. POC and AB Mix influence on
100 Growth and Yield Pakchoy plants
Pradana, G. B. S., T Islami dan N. E. Suminarti. (Brassica chinensis L.) With
2015. Kajian Kombinasi Pupuk Fosfor Hydroponics. Magrobis Journal. 16(2):
dan Kalium pada Pertumbuhan dan 9-19
Hasil Dua Varietas Tanaman Sorghum Sukasana, I., W. N. Karnata dan B. Irawan. 2019.
(Sorghum bicolor (L.) Moench). Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil
Pakcoy (Brassica juncearapal) dengan
Produksi Tanaman. 3(6): 464-471.
Mengatur Konsentrasi Nutrisi AB Mix
Putra, Y. 2018. Sistem Pemantauan Dan
Agrifarm dan Umur Bibit Secara
Pengendalian Nutrisi, Suhu, Dan Tinggi
Hidroponik Sistem FT. Jurnal
Air Pada Pertanian Hidroponik Agroteknologi Fakultas Pertanian
Berbasis Website. Jurnal Coding, Universitas Tabanan. 13(2): 212-220.
Sistem Komputer Untan. 6(3): 128-138 Wahyuni, E. S. 2017.Pengaruh Konsentrasi
Ramadiani, F.T., A.D. Susila. 2014. Sumber Nutrisi Hidroponik DFT Terhadap
Dan Frekuensi Aplikasi Larutan Hara Pertumbuhan Sawi. Jurnal Bioshell. 6
Sebagai Pengganti AB Mix pada (1): 333-339
Budidaya Sayuran Daun Secara Wijaya, 2011. Pengaruh Pemupukan dan
Hidroponik. J. Hort Indonesia. 5(1): Pemberian Kapur Terhadap
36-46. Pertumbuhan dan Daya Hasil Kacang
Rizal, S. 2017. Pengaruh Nutriasi Yang Diberikan Tanah (Arachis hypogaea, L.). Skripsi.
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Fakultas Pertanian. Departemen
Pakcoy (Brassica rapa L.) Yang Ditanam Agronomi dan Hortikultura. Institut
Pertanian Bogor.

33
LAMPIRAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis
L.) Minggu Pertama
Rat
Ta Ta a-
Perlakuan Tan 1 Tan 2 Tan 3 Tan 4 Tan 5 Tan 6 Tan 7
n 8 n 9 Rat
a
A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1,00
B 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2,78
C 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2,33
D 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1,44
E 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2,00

Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis
L.) Minggu Kedua
Rat
Ta Ta a-
Perlakuan Tan 1 Tan 2 Tan 3 Tan 4 Tan 5 Tan 6 Tan 7
n 8 n 9 Rat
a
A 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2,00
B 6 5 5 6 6 5 6 5 6 5,56
C 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4,44
D 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2,56
E 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3,11

Tabel 3. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis L.)
Minggu Ketiga
Ra
T T T T T T T T
Tan ta-
Perlakuan an an an an an an an an
1 Ra
2 3 4 5 6 7 8 9
ta
3,5
A 4 4 4 3 3 3 4 4 3
6
6,6
B 7 7 6 7 7 6 7 6 7
7
5,5
C 6 6 6 5 5 5 6 5 6
6
4,4
D 5 4 4 4 5 5 4 5 4
4
4,5
E 4 4 5 5 5 5 4 5 4
6

Tabel 4. Hasil Pengamatan Nila pH Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis L.)
Minggu Pertama
T T T T T T T T T Rata
Perlakuan an an an an an an an an an -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata

34
6, 6, 6, 7, 6, 7, 6, 6, 6,
A 6,4
5 5 5 0 0 0 0 0 5
7, 7, 6, 7, 6, 6, 6, 6, 6,
B 6,5
0 0 5 0 5 0 0 5 0
6, 6, 6, 7, 6, 6, 6, 6, 7,
C 6,3
0 0 0 0 5 0 0 0 0
7, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6,
D 6,2
0 0 0 5 0 0 0 5 0
6, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6,
E 6,1
0 0 0 0 5 0 5 0 0

Tabel 5. Hasil Pengamatan Nila pH Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis L.)
Minggu Kedua
T T T T T T T T T Rata
Perlakuan an an an an an an an an an -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata
7, 7, 7, 6, 6, 6, 6, 6, 6,
A 6,5
0 0 0 7 0 0 0 5 6
7, 7, 7, 7, 7, 6, 6, 6, 6,
B 6,7
0 0 0 0 0 5 5 5 0
7, 7, 6, 7, 6, 6, 6, 6, 6,
C 6,4
0 0 5 0 5 0 0 0 0
6, 6, 6, 7, 6, 6, 6, 6, 7,
D 6,3
0 0 0 0 5 0 0 0 0
7, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6,
E 6,2
0 0 0 5 0 0 0 0 0

Tabel 6. Hasil Pengamatan Nila pH Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis L.)
Minggu Ketiga
T T T T T T T T T Rata
Perlakuan an an an an an an an an an -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata
6, 6, 6, 7, 6, 7, 6, 6, 6,
A 6,4
5 5 5 0 0 0 0 0 5
7, 7, 6, 7, 6, 6, 6, 6, 6,
B 6,5
0 0 5 0 5 0 0 5 0
7, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6,
C 6,2
0 0 0 5 0 0 0 5 0
6, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6,
D 6,1
0 0 0 0 5 0 5 0 0
6, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6, 6,
E 6,2
0 0 0 5 5 0 5 0 0

35
REKLAMASI TANAH GARAMAN
Sandra Gita Kiswara
201910200311001
s.gitakiswara@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
(University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Kendala dalam pemanfaatan tanah salin untuk budidaya tanaman adalah tingginya kadar garam
terlarut terutama NaCl. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas metode pelindian (leaching)
secara continue dan terputus-putus pada reklamasi tanah garaman.Metode kerja yang digunakan pada
praktikum ini yaitu menyiapkan alat dan bahan, memotong botol bekas menjadi dua bagian, melubangi pipa
paralon menggunakan paku. Menutup bagian bawah pipa dengan kain cassa, mengisi pipa dengan tanah
garaman setinggi 25 cm, memberi penutup plastik pada bagian bawah pipa pada metode terus menerus,
memberi tali pada lubang, mengisi air setinggi 10 cm pada pipa sebagai metode terus menerus, memberikan
air setinggi 10 cm pada tutup botol yang yang sudah diberi lubang lalu diletakkan diatas pipa sebagai metode
terputus-putus, memberikan botol plastik dipotong untuk wadah tampungan air garaman, membuka plastik
ketika air sudah dimasukkan untuk metode terus menerus, mengukur air tampungan air garaman dengan EC
meter selama 1 minggu dan mencatat hasil pengukuran. Metode terputus-putus dan terus menerus
menunjukkan hasil yang tidak memuaskan dikarenakan kurang baik dalam menurunkan kadar garam pada
sampel tanah, namun meskipun demikian tetap terdapat pola menurun pada kedua metode. Menurunnya nilai
EC ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lainair yang diberikan dapat membantu proses hidrolisis
sehingga nilai EC menurun, air yang digunakan dalam praktikum ini diduga mengandung garam atau terjadi
penguapan yang tinggi.
Kata kunci : Electrical conductivity, konsentrasi garam, salinitas tanah

PENDAHULUAN
Lahan pertanian yang kerap mengalami pertumbuhan tanaman. Adanya penimbunan
masalah salinitas adalah lahan dengan bahan garam di daerah perakaran menyebabkan
induk yang mengandung deposit garam, berkurangnya kemampuan tanaman dalam
wilayah dengan masalah yang umum dijumpai menyerap air. Selain itu, penyerapan unsur
di wilayah pesisir yang pengaruh pasang surut penyusun garam dalam jumlah yang berlebih
air laut dan daerah dengan curah hujan rendah. akan menyebabkan keracunan bagi tanaman.
Jika dikombinasikan dengan irigasi dan kondisi Salinitas yang dikombinasikan dengan kondisi
drainase yang buruk, dapat mengakibatkan tata air yang buruk, dapat menghilangkan
hilangnya kesuburan tanah secara permanen. kesuburan tanah secara permanen.
(Rusd, 2011). Gejala yang terlihat pada tanah Sebelum tanah salin dapat dimanfaatkan
salin adalah munculnya kerak putih di untuk lahan pertanian maka perlu dilakukan
permukaan tanah akibat evaporasi dan terlebih dahulu beberapa usaha untuk
pertumbuhan yang tidak normal, seperti daun mengurangi kendala-kendala yang dapat
yang mengering di bagian ujung dan gejala menghambat pertumbuhan tanaman. Usaha-
khlorosis. Hal ini sesuai dengan Simbolon dkk usaha tersebut antara lain adalah: Eradikasi
(2013) yang menyatakan kadar garam akan (pencucian garam) dan rehabilitasi. Untuk
mempunyai dampak bagi pertumbuhan membuat tanah salin dapat ditanami, pencucian
tanaman. garam yang berlebih dengan irigasi dapat
Masalah salinitas terjadi ketika tanah dilakukan pada kondisi jenuh air dengan
mengandung garam terlarut dalam jumlah yang menggunakan curah hujan atau dengan air segar
cukup tinggi sehingga mengganggu dari sungai, untuk mempercepat pencucian

36
garam, salah satu cara adalah membangun
sistem drainase. Saluran drainase ini akan
Pelaksanaan Praktikum
mempercepat aliran air dari lahan untuk
dibuang keluar melalui saluran kuarter dan Metode kerja yang digunakan pada
tersier (Muharram, 2016). praktikum ini yaitu menyiapkan alat dan bahan
Praktikum ini bertujuan untuk yang akan digunakan. Memotong botol bekas
mengetahui efektifitas metode pelindian menjadi dua bagian secara horizontal,
(leaching) secara continue dan terputus-putus melubangi dua pipa paralon menggunakan paku
pada reklamasi tanah garaman. yang telah dipanaskan ujungnya. Menutup
bagian bawah pipa dengan kain cassa, mengisi
BAHAN DAN METODE
pipa dengan tanah garaman setinggi 25 cm,
Tempat dan Waktu memberi penutup plastik pada bagian bawah
paralon pada metode terus menerus, memberi
Praktikum reklamasi tanah garaman
tali pada lubang pipa untuk menggantung pipa,
dilaksanakan pada hari Senin, 25 Oktober 2021
mengisi air setinggi 10 cm pada paralon sebagai
pada pukul 07.00-08.40 WIB dilahan Tamnesia
metode terus menerus dan memberikan air
atau Edupark Universitas Muhammadiyah
setinggi 10 cm pada tutup botol yang tersisa
Malang.
yang dimana pada tutupnya sudah diberi lubang
Bahan dan Alat kecil-kecil lalu diletakkan diatas paralon
Bahan yang digunakan pada praktikum sebagai metode terputus-putus, memberikan
ini adalah tanah garaman, air, kain cassa, botol plastik yang sudah dipotong untuk wadah
solatip, botol plastik bekas, karet gelang dan tampungan air garaman, membuka plastik
plastik. ketika air sudah dimasukkan untuk metode
Alat yang digunakan pada praktikum ini terus menerus, mengukur air tampungan air
adalah pisau, electrical conductivity meter (EC garaman dengan EC meter selama 1 minggu
meter), korek api, pipa paralon, paku, alat tulis dan mencatat lalu mendokumentasikan kegiatan
dan alat dokumentasi. praktikum.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil pengukuran EC awal dan EC akhir tanah garaman dengan metode terus menerus

EC Tanah Awal Tanah Akhir


1359 1168
Terus-menerus
1359 1371
Terputus-putus

Berdasarkan hasil pengamatan, nilai EC awal terlalu jenuh maka pengukuran EC tanah lebih
pada metode terus menerus sebesar 1359 dan didominasi oleh nilai daya hantar listrik yang
menurun hingga 1499 EC pada pengamatan diakibatkan kandungan air jenuh daripada nilai
nilai EC akhir, hal ini menunjukkan bahwa daya hantar listrik akibat kandungan ion hara
konsentrasi garam berangsur-angsur menurun yang telah terhidrolisis sehingga nilai EC
karena pemberian air pada saat praktikum yang menurun
membantu proses hidrolisis sehingga nilai EC Hasil praktikum pada metode terputus-
menurun. Menurut Rogero (2013), Kadar air putus memiliki nilai EC awal yaitu sebesar
dalam tanah akan membantu kadar hara 1359 dan EC akhir sebesar 1371. Kenaikan
potensial untuk larut dan terhidrolisis sehingga nilai EC ini disebabkan oleh padatan terlarut
dapat membentuk ion dan kation dalam tanah. yang terkandung pada larutan. Hal ini sesuai
Namun saat kandungan air dalam tanah sudah dengan pernyataan penyebab kenaikan nilai EC

37
adalah padatan terlarut yang terkandung pada meningkat (Arlinda, 2015).Namun nilai EC
larutan, sementara nilai konduktivitas listrik awal dan akhir tidak menunjukkan perbedaan
pada perairan dipengaruhi oleh jumlah ion yang yang mencolok, hal ini dikarenakan air yang
terkandung pada perairan tersebut. Semakin digunakan dalam praktikum ini diduga
banyak jumlah padatan terlarut maka semakin mengandung garam atau terjadi penguapan
banyak jumlah ion pada suatu larutan, karena yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
jumlah padatan terlarut mengandung ion-ion Djukri (2011), besarnya kadar garam tanah
yang tersusun menjadi senyawa pada padatan terjadi karena dua hal, yaitu karena tingginya
terlarut tersebut. Sehingga nilai EC dan air yang mengandung garam atau mengalami
konduktivitas listrik kemungkinan akan tingkat evaporasi yang melebihi presipitasi

Tabel 2. Hasil pengukuran nilai EC awal dan EC akhir tanah garaman dengan metode terus menerus dan
terputus-putus

Tanggal Pengamatan Nilai EC

Terus-menerus Terputus-putus

27-Oktober-2021 0,770 0,592

28-Oktober-2021 0,890 0,602

29-Oktober-2021 1228 1350

30-Oktober-2021 1871 1652

31-Oktober-2021 1589 1948

1-November-2021 1256 1341

2-November-2021 1168 1371

Pengamatan nilai EC yang dilakukan Faktor kedua yaitu pemanasan global


selama 7 hari menunjukkan data yang yang membuat evaporasi meningkat. Hal ini
fluktuatif. Pada pengamatan hari keempat sesuai dengan pernyataan Hayatulima (2017),
menunjukkan nilai EC tertinggi sebesar 1871 pemanasan global membuat laju evaporasi
untuk metode terus-menerus, sedangkan pada meningkat, membuat akumulasi garam
pengamatan hari kelima menunjukkan nilai menumpuk di dalam tanah, serta
EC tertinggi sebesar 1948 untuk metode ketidakmampuan hujan untuk melakukan
terputus-putus. Nilai EC yang tidak stabil leaching. Intensifikasi pemberian pupuk kimia
setiap harinya disebabkan oleh beberapa faktor, terhadap tanaman budidaya, pestisida yang
yang pertama adalah endapan garam yang berlebihan, kurang efektifnya manajemen
terdorong keatas. Hal ini sesuai dengan irigasi membuat tanah mengalami salinasi
pernyataan Sukarman (2011), kenaikan EC (Hutajulu, 2013). Selain itu, faktor lainnya
dapat disebabkan oleh kandungan garam adalah lamanya tanah jarang tergenang air segar
terjadi akumulasi pada permukaan yang (Muharrom, 2011).
menunjukkan bahwa garam yang diendapkan Peningkatan konsentrasi garam terlarut
berasal dari bawah yang dibawa oleh gerakan dalam tanah akan meningkatkan tekanan
air kapiler ke lapisan atas sampai permukaan osmotik sehingga menghambat penyerapan
tanah. unsur hara dan penyerapan air sehingga jumlah

38
air yang masuk ke dalam akar berkurang dan Sawah Akibat Cekaman Salinitas. Jurnal
mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan Online Agroteknologi. 1(1): 34-42
air dalam tanaman (Samosir, 2011). Muharram, A. 2011. Pengujian Toleransi Padi
Penggunaan bahan amelioran lainnya yang terhadap Salinitas pada Fase
dapat digunakan untuk mengatasi kadar garam Perkecambahan. Skripsi. Departemen
yang tinggi adalah pupuk organik, baik berupa Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan.
pupuk kandang, pupuk hijau, maupun pupuk Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
kompos dari bahan sisa-sisa tanaman atau Bogor
gulma. Tujuan pemberian bahan-bahan ini Muharram. 2016. Pengaruh Berbagai Pembenah
adalah untuk menyeimbangkan hara terutama Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan
terhadap rasio antara, Na, Ca, dan Mg atau Populasi Tanaman Padi Sawah (Oryza
menurunkan nilai ESP dalam tanah (Wibowo, sativa, L) Varietas Dendang Di Tanah
2016 Salin Sawah Bukaan Baru. Jurnal
Agrotek Indonesia. 1 (2) : 141 – 150
KESIMPULAN
Rogero, O.M., Basa, Christian A.C., Emerito,
Metode terputus-putus dan terus R. Otadoy, dan Violanda, R. 2013.
menerus menunjukkan hasil yang tidak Investigation Of The Effect Of Water
memuaskan dikarenakan kurang baik dalam Content On The Bulk Soil Electrical
menurunkan kadar garam pada sampel tanah, Conductivity (EC) Of Loam Using
namun meskipun demikian tetap terdapat pola Wenner Array Method. APJSME. 1(1):
menurun pada kedua metode yang 12-14.
menunjukkan bahwa metode terus menerus Rusd AMI. 2011. Pengujian Toleransi Padi
memberikan hasil yang lebih baik karena (Oryza sativa L.) terhadap Salinitas
berhasil menurunkan nilai EC. Menurunnya Pada Fase Perkecambahan. Skripsi.
nilai EC ini disebabkan oleh beberapa faktor, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber
antara lain air yang diberikan dapat membantu Daya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut
proses hidrolisis sehingga nilai EC menurun, air Pertanian Bogor
yang digunakan dalam praktikum ini diduga Samosir, S. 2011. Survey dan Pemetaan
mengandung garam atau terjadi penguapan Tingkat Salinitas Lahan Sawah pad Pola
yang tinggi. IP100 dan IP200 di Desa Tanjung Raya
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA Deli Serdang. Skripsi. Program Studi
Arlindia. 2015. Analisis Pencemaran Danau Agroteknologi. Fakultas Pertanian. USU
Maninjau dari Nilai TDS dan Medan
Konduktivitas Listrik. Jurnal Fisika Simbolon, R., E.H. Kardhinata, Y. husni. 2013.
Unand. 4(4): 325-331 Evaluasi Toleransi Tanaman Kedelai
Djukri. 2011. Cekaman Salinitas terhadap (Glycine Max (L.) Merrill) Generasi M3
Pertumbuhan Tanaman. Prosiding Hasil Radiasi Sinar Gamma Terhadap
Seminar Nasional, Pendidikan, dan Salinitas. Jurnal Online
Penerapan MIPA Agroekoteknologi. 1(3): 45-57
Hayatulima, M. 2017. Analisis Kesesuaian Sukarman. 2011. Karakteristik Tanah Salin dan
Lahan Tanaman Padi Sawah Kabupaten Kualitas Air Irigasi di Dataran Mbay,
Subang bagian Tengah. Skripsi. Flores, Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Tanah dan Iklim. 1(1): 22-30
Daya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Wibowo, F. 2016. Pendugaan Pewarisan
Pertanian Bogor Genetik Karakter Morfologi Hasil
Hutajulu, H. 2013. Pengujian Respon Persilangan F2 Tanaman Kedelai pada
Pertumbuhan Beberapa Varietas Padi

39
Cekaman Salinitas. Jurnal Pertanian Tropik. 3(1): 90-100

ANALISA KESUBURAN TANAH

Sandra Gita Kiswara


201910200311001
s.gitakiswara@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
(University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan reproduksinya. Unsur hara dalam bentuk nutrisi dapat diserap
oleh tanaman melalui akar. Lahan sawah mempunyai ciri utama yaitu tanahnya selalu tergenang. Dalam
pengelolaannya, perlakuan standar yang diberikan adalah pemupukan dan pengairan. Kajian kesuburan tanah
pada lahan pertanian untuk menilai dan memantau kesuburan tanah, sangat penting dilakukan agar dapat
mengetahui unsur hara yang menjadi kendala bagi tanaman. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
dinamika kesuburan pada tanah sawah di zona rhizosfer dan di luar rhizosfer. Metode yang digunakan dalam
praktikum ini adalah dengan Systematics Literature Review. Tanah oksidasi memberikan kondisi yang baik
terhadap kondisi kesuburan tanah dikarenakan pada tanah ini memiliki pasokan oksigen yang melimpah,
cocok untuk keberadaan rhizobakteri, menunjang pertumbuhan perakaran, memperbaiki sifat biologi tanah,
dan menekan biaya produksi petani. Namun kondisi reduktif juga perlu diterapkan sesuai syarat tumbuh padi
itu sendiri karena penggenangan tanah cenderung menjadikan lingkungan pertumbuhan tanaman menjadi
lebih baik seperti peningkatan pH, KPK dan ketersediaan hara, peningkatan pH akan menyebabkan
perubahan kelarutan Fe yang aktif di larutan tanah, dan peningkatan hara tersedia khususnya disebabkan oleh
terjadinya pertukaran antara hara seperti Na, K, Ca dan Mg oleh Fe yang konsentrasinya meningkat di larutan
tanah.
Kata kunci : rhizosfer, penggenangan, unsur hara

PENDAHULUAN tanah, air, dan udara serta mikroorganisme yang


terikat dekat di sekitar akar tanaman. Secara
Padi merupakan komoditas strategis umum rizosfer dicirikan dengan aktivitas
yang mendapat prioritas penanganan dalam biologinya yang paling tinggi pada tanah
pembangunan pertanian. Berbagai usaha telah mendapat cadangan makanan yang beragam
dilakukan dalam meningkatkan produksi padi yaitu di daerah rizosfer. Menurut
sebagai bahan pangan pokok yang sejalan Prayudyaningsih (2015), rhizosfer merupakan
dengan meningkatnya jumlah penduduk, bagian tanah yang berada di sekitar perakaran
menyempitnya lahan subur akibat alih guna tanaman. Populasi mikroorganisme di rhizosfer
lahan pertanian menjadi pemukiman dan umumnya lebih banyak dan beragam
industri. Ketersediaan unsur hara memegang dibandingkan pada tanah nonrhizosfer.
peranan dalam tingkat produktivitas tanah Aktivitas mikroorganisme rhizosfer dipengaruhi
sawah, khususnya unsur hara makro primer, oleh eksudat yang dihasilkan oleh perakaran
yaitu N, P, dan K. Ketersediaan unsur hara ini tanaman. Beberapa mikroorganisme rhizosfer
ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor bawaan berperan dalam siklus hara dan proses
dan faktor dinamik. Faktor bawaan adalah pembentukan tanah, pertumbuhan tanaman,
bahan induk tanah, yang berpengaruh terhadap memengaruhi aktivitas mikroorganisme, serta
ordo tanah. Faktor dinamik merupakan faktor sebagai pengendali hayati terhadap patogen
yang berubah-ubah, antara lain pengolahan akar.
tanah, pengairan, pemupukan, dan Pengolahan tanah untuk padi
pengembalian seresah tanaman (Sakti, 2019). bergantung pada cara penanaman yang akan
Habitat mikroorganisme tanah diterapkan dan ketersediaan air. Pengolahan
berkumpul dan mendapat cadangan makanan tanah bertujuan untuk menyediakan lingkungan
yang beragam yaitu di daerah rizosfer. Salam tumbuh yang baik bagi tanaman padi, sejak fase
(2012) menyatakan rizosfer adalah volume vegetatif awal hingga menjelang panen, serta

40
memperbesar daya simpan air dalam lapisan Nilai pH juga dipengaruhi oleh tanah
olah sehingga mencegah terjadinya aliran dengan kondisi tergenang. Apabila tanah
permukaan. Pengolahan tanah pada pertanaman bersifat masam, maka penggenangan tanah
padi selama ini biasanya diikuti dengan akan menungkatkan pH, begitu pun sebaliknya.
pengolahan tanah yang intensif, yaitu Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuliana
pelumpuran dan penggenangan, namun (2012), pengaruh penggenangan secara
demikian pelumpuran serta penggenangan juga keseluruhan adalah meningkatkan pH tanah,
berakibat terhadap kondisi tanah menjadi lebih pada tanah ber-pH  rendah (asam), menurunkan
reduktif. Penggenangan lahan sawah setelah pH pada tanah basa dan pada tanah netral
proses pengolahan tanah dan pelumpuran perubahan pH yang terjadi sangat kecil.
membawa konsekuensi perubahan sifat fisiko Akar umumnya lebih banyak menyerap
kimia tanah (Al Mu’min, 2016). kation (melepas H+) daripada menyerap anion
Praktikum ini bertujuan untuk (melepas OH-) sehingga menjaga netralitas
mengetahui dinamika kesuburan pada tanah muatan di dalam sel akar dan kondisi ini
sawah di zona rhizosfer dan di luar rhizosfer. memungkinkan tanaman menimbun hara
esensial. Menurut Sutarnan (2019), kondisi pH
PELAKSANAAN PRAKTIKUM rizosfer dan aktivitas mikrobia mempengaruhi
ketersediaan hara melalui proses pelarutan dan
Metode yang digunakan pada khelasi, di mana pH lebih rendah dan adanya
praktikum ini adalah Systematics Literature asam organik meningkatkan kelarutan. Akar
Review dan mikrobia di rizosfer dapat menghasilkan
khelat, akar dan aktivitas mikrobia juga mampu
PEMBAHASAN
menurunkan redoks potensial sehingga
Tanah tergenang akan menyebabkan meningkatkan ketersediaan hara.
terjadinya perubahan kimia dan elektrokimia Tanah pada kondisi aerob dapat
yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman. memperbaiki tanah dan menunjang
Hal ini sesuai dengan pernyataan Saidi (2020), pertumbuhan akar tanaman. Kondisi aerob
tanah dengan kondisi reduktif mengakibatkan tanah sawah memperbaiki kondisi biologis
kekurangan oksigen, turunnya potensial redoks, tanah, dimana organisme tanah dapat tumbuh
reduksi Fe3+ menjadi Fe 2+, Mn4+ menjadi dan berkembang dengan baik serta perakaran
Mn2+, NO3- dan NO2- menjadi NH4+ , N2 tanaman tumbuh pesat (Turmuktini dan
dan N2O, menurunkan kadar seng dan tembaga Simarmata, 2011). Ningsih (2019)
yang larut, serta merangsang terbentuknya menambahkan bahwa keuntungan dari sistem
senyawa beracun seperti karbon, + dioksida, aerasi secara aerob akan menyediakan oksigen
metan, asam organik, dan hidrogen sulfida. lebih banyak untuk pertumbuhan perakaran
Kusumaningtyas (2015) menambahkan, apabila tanaman padi dan organisme tanah, selanjutnya
kadar ion Fe (fero) hasil reduksi dari Fe dalam kondisi tersebut akan memacu pertumbuhan
larutan tinggi, maka dapat menyebabkan perakaran tanaman.
keracunan pada tanaman padi.  pada tanah Tanah dengan kondisi oksidasi
tergenang, konsentrasi kelarutan Fe semakin memiliki keuntungan tersendiri bagi
tinggi dan mencapai puncak pada 2 sampai 5 rhizobakteri karena bakteri ini bersifat fakultatif
minggu penggenangan. aerob. Aktivitas rhizobakteri pada tanah reduksi
Tanah dengan kondisi reduktif dapat akan menurun sehingga dapat mempengaruhi
menunjang pertumbuhan tanaman apabila pertumbuhan padi. Menurut Rachmawati
sesuai dengan syarat keperluan tanaman padi. (2013), kelompok bakteri rizosfer umumnya
Menurut Susilawati (2013), penggenangan bersifat fakultatif aerob. Pada tanah tergenang,
tanah cenderung menjadikan lingkungan lapisan tanah teroksidasi hanya beberapa
pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik milimeter berada dipermukaan. Nitrifikasi
seperti peningkatan pH, KPK dan ketersediaan terjadi pada lapisan tanah tergenang. Akan
hara, peningkatan pH akan menyebabkan tetapi dengan penggenangan dan pertumbuhan
perubahan kelarutan Fe yang aktif di larutan tanaman padi, perubahan yang terjadi di tanah
tanah, dan peningkatan hara tersedia khususnya tampaknya mempengaruhi aktivitas organisme
disebabkan oleh terjadinya pertukaran antara penitrifikasi. Jumlah rhizobakteri dan kapasitas
hara seperti Na, K, Ca dan Mg oleh Fe yang nitrifikasi menurun dengan adanya
konsentrasinya meningkat di larutan tanah. penggenangan. Hal ini terjadi karena pada saat

41
penggenangan terjadi penurunan ketersediaan Ningsih. 2012. Sistem Intensifikasi Padi Aerob
oksigen. Terkendali Berbasis Organik Di
Kondisi tanah aerob juga dapat Kelurahan Tunggulwulung, Kota
menekan biaya produksi padi, tersedianya Malang. AGRIKA. 6(1): 12-21
oksigen dan pemberian sisa-sia pasca panen Ningsih. 2019. Penerapan Intensifikasi Padi
(jerami) mendukung pertumbuhan padi dan Aerob Terkendali Di Desa Patianrowo
memperbaiki sifat biologi tanah. Menurut Kab. Nganjuk. Conference on
Ningsih (2012), pengaplikasian sistem budidaya Innovation and Application of Science
padi aerob terkendali berbasis organik memakai and Technology. 1: 133-138
pupuk kompos jerami dengan kondisi aerob Prayudyaningsih. 2015. Mikroorganisme tanah
selama masa pertumbuhan vegeatif tanaman bermanfaat pada rhizosfer tanaman
mampu meningkatkan sifat biologi tanah. umbi di bawah tegakan hutan rakyat
Peningkatan sifat biologis tanah melalui Sulawesi Selatan. PROS SEM NAS
peningkatan pertumbuhan organisme tanah MASY BIODIV INDON. 1(4): 954-959
yang menguntungkan dan aktifitas organisme Rachmawati, D. 2013. Pengaruh Tinggi Dan
tanah sehingga dapat mencukupi ketersediaan Lama Penggenangan Terhadap
unsur hara selama pertumbuhan dan Pertumbuhan Padi Kultivar Sintanur
pembentukan bulir padi. Dan Dinamika Populasi Rhizobakteri
Pemfiksasi Nitrogen Non Simbiosis.
KESIMPULAN Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan
Tanah oksidasi memberikan kondisi Fisik. 15(2): 117-125
yang baik terhadap kondisi kesuburan tanah Saidi, B. 2020. Pengkajian Teknologi
dikarenakan pada tanah ini memiliki pasokan Pengelolaan Air Pada Budidaya Padi di
oksigen yang melimpah, cocok untuk Lahan Sawah Bukaan Baru. Jurnal
keberadaan rhizobakteri, menunjang Ilmiah Ilmu Terapan Universitas
pertumbuhan perakaran, memperbaiki sifat Jambi. 4(1): 74-80
biologi tanah, dan menekan biaya produksi Salam, A.K. 2012. Ilmu Tanah Fundamental.
petani. Namun kondisi reduktif juga perlu Bandar Lampung: Global Madani Press
diterapkan sesuai syarat tumbuh padi itu sendiri Sakti. 2011. Status ketersediaan makronutrisi
karena penggenangan tanah cenderung (N, P, dn K) tanah sawah dengan teknik
menjadikan lingkungan pertumbuhan tanaman dan irigasi tadah hujan di kawasan
menjadi lebih baik seperti peningkatan pH, industri Karanganyar, Jawa Tengah.
KPK dan ketersediaan hara, peningkatan pH Bonorowo Wetlands. 1 (1): 8-19
akan menyebabkan perubahan kelarutan Fe Sutarman. 2019. Kesuburan Tanah. Sidoarjo:
yang aktif di larutan tanah, dan peningkatan UMSIDA PRESS.
hara tersedia khususnya disebabkan oleh Turmuktini, T. dan T. Simarmata. (2011).
terjadinya pertukaran antara hara seperti Na, K, Peranan Kelimpahan Mikroba Tanah
Ca dan Mg oleh Fe yang konsentrasinya dalam Sistem Budidaya Intensifikasi
meningkat di larutan tanah. Padi Aerob Terkendali Berbasis
Organik (IPAT-BO) untuk Peningkatan
DAFTAR PUSTAKA Pertumbuhan dan Produktivitas Padi di
Indonesia. Hayati (Edisi Khusus). 4(3):
Al Mu’min. 2016. Dinamika Kalium Tanah dan 37-42.
Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.) Yuliana. 2012. Jenis Mineral Liat Dan
akibat Pemberian NPK Majemuk dan Perubahan Sifat Kimia Tanah Akibat
Penggenangan pada Fluvaquentic Proses Reduksi Dan Oksidasi Pada
Epiaquepts. Soilrens. 14(1): 11-15 Lingkungan Tanah Sulfat Masam.
Jurnal Bumi Lestari. 12(2): 327 – 337

42
PENGUJIAN KUALITAS TANAH SAWAH DENGAN PERANGKAT UJI TANAH
SAWAH (PUTS) DAN PERANGKAT UJI TANAH KERING (PUTK)
Sandra Gita Kiswara
201910200311001
s.gitakiswara@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang (University of Muhammadiyah
Malang), Jl. Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Uji tanah dapat dilakukan di laboratorium atau dengan menggunakan perangkat uji. Saat ini telah
tersedia Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK). Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat kesuburan dan dosis pemupukan berdasarkan pengujian
kualitas tanah pada tanah sawah di daerah Dau, haluskan jika ukuramnya terlalu besar. Langkah selanjutnya
yaitu memasukkan setengah spatula tanah ke dalam tabung reaksi kemudian diberi perlakuan PUTS dan
PUTK untuk mengetahui hara yang tersedia di tanah tersebut. Pengujian tanah sawah padi di Dau
menunjukkan bahwa kandungan P pada tanah tersebut tergolong rendah pada kedua metode dan
direkomendasikan pemberian pupuk urea maupun bahan-bahan organic, kandungan P pada tanah ini
tergolong tinggi pada kedua metode sehingga hanya diperlukan pupuk P2O5 36% DAN S 5% sebanyak 50-
100kg/ha. Kandungan K pada metode PUTS termasuk rendah, direkomendasikan pupuk KCL 100kg/ha +
jerami 50kg/ha + 5 ton jerami sedangkan pada metode PUTK tergolong sedang sehingga direkomendasikan
pemberian pupukKCL 50kg/ha. Kandungan ph pada kedua metode tergolong rendah dengan rentang ph 5-6,
arahan peningkatan ph ialah dengan menambahkan bahan organic melalui pemupukan.
Kata kunci: kesuburan tanah, pemupukan, unsur hara

PENDAHULUAN kesuburan tanah meningkat, tetapi makin tinggi


status kesuburan tanah makin sedikit kebutuhan
Lahan sawah irigasi dan lahan kering
pupuk. Kondisi ini disebut sebagai interaksi
merupakan sumberdaya lahan yang menjadi
building block balanching. Demikian juga
tumpuan dan berkontribusi besar dalam
kesuburan tanah berinteraksi positif terhadap
mendukung empat target produksi pangan
jumlah pupuk yang diperlukan dimana tanah
nasional yaitu beras, jagung, kedelai, dan
makin subur jika diberi pupuk makin banyak,
daging sapi. Sistem produksi pangan pada
tetapi jumlah pupuk yang diperlukan semakin
kedua lahan tersebut kompleks, melibatkan
sedikit jika tanah semakin subur. Laju
banyak komponen seperti: sumberdaya lahan
peningkatan produktivitas lahan berinteraksi
dengan segala sifat-sifat kimia, fisika, dan
sebagai building block reinforcing dengan
biologi; iklim yang cenderung berubah kearah
benih padi unggul dan ketersediaan air dari
kurang mendukung pertumbuhan tanaman;
jumlah curah hujan, sedangkan terhadap
sarana produksi (varietas unggul, pupuk
kesuburan tanah dan serangan hama penyakit
anorganik dan organik, pestisida); serta
berinteraksi sebagai building block balanching
keterampilan petani dalam mengelola
(Ni Made, 2012)
usahataninya. Pengelolaan lahan dengan
produksi padi sawah dapat ditingkatkan
mengintegrasikan semua komponen tersebut
dengan Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi
bertujuan untuk meningkatkan dan
(PHSL). Pengelolaan dilaksanakan kegiatan
mempertahankan produktivitas lahan untuk
pemberian pupuk organik maupun anorganik
memperoleh produksi yang optimal. Secara
yang diaplikasikan berdasarkan status dan
langsung produktivitas lahan ditentukan oleh
kebutuhan tanaman. Pengujian kualitas tanah
tingkat kesuburan tanah yang merupakan fungsi
sawah dengan metode Uji Tanah Sawah
dari kadar C-organik, kadar unsur hara makro
(PUTS) dan Perangkat Uji Tanah Kering
dan mikro (Helmi, 2011).
(PUTK) untuk mengetahui kandungan C/N, P,
Status kesuburan tanah berinteraksi
dan K dalam tanah serta kemasaman tanah guna
positif dengan jumlah kebutuhan pupuk agar
menghindari keracunan unsur hara dan efisiensi

43
pemupukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan itu, menambahkan pereaksi N4 sebanyak 6
Abdullah (2015), produksi padi pada lahan butir, homogenkan. Langkah terakhir yaitu
dengan potensi hasil yang rendah biasanya mencocokkan dengan tabel rekomendasi N
bereaksi masam. Hal ini antara lain disebabkan (PUTS). Untuk metode P mengambil sampel
oleh rendahnya efisiensi pemupukan karena tanah setengah sendok spatula dan memasukkan
tingginya kehilangan akibat pelindian dan dalam tabung reaksi. Selanjutnya,
pencucian, serta keracunan unsur hara, menambahkan pereaksi P1 sebanyak 3 ml,
contohnya zat besi (Padmanabha, 2014). homogenkan dengan spatula kaca. Setelah itu,
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menambahkan pereaksi P2 sebanyak 6 butir,
mengetahui tingkat kesuburan dan dosis homogenkan dan diamkan selama 10 menit.
pemupukan berdasarkan pengujian kualitas Langkah terakhir yaitu mencocokkan dengan
tanah pada tanah sawah. tabel rekomendasi P (PUTS). Pada metode K
langhkah awal yang dilakukan adalah
BAHAN DAN METODE
mengambil sampel tanah setengah sendok
Tempat dan Waktu spatula dan memasukkan dalam tabung reaksi.
Praktikum ini dilaksanakan di Gazebo Menambahkan pereaksi K1 sebanyak 2 ml,
Laboratorium Agroteknologi, hari Jumat homogenkan dengan spatula kaca. Kemudian,
tanggal 19 November 2021, pukul 13.00- WIB. menambahkan pereaksi K2 sebanyak 1 tetes,
homogenkan selama 1 menit. Lalu,
Alat dan Bahan menambahkan pereaksi K3 sebanyak 1 tetes,
Alat yang digunakan dalam praktikum homogenkan. Yang terakhir yaitu mencocokkan
ini adalah spatula, tabung reaksi, baker glass, dengan tabel rekomendasi K (PUTS). Untuk
perangkat uji tanah sawah (Paddy soil test kit), metode pH pertama yaitu mengambil sampel
alat tulis, alat dokumentasi, dan rak tabung tanah setengah sendok spatula dan memasukkan
reaksi. dalam tabung reaksi. Kemudian, menambahkan
pereaksi pH 1 sebanyak 4 ml, homogenkan
Bahan yang digunakan dalam
dengan spatula kaca. Setelah itu, menambahkan
praktikum ini adalah tanah sawah yang telah
pereaksi pH 2 sebanyak 2 tetes, homogenkan
dikeringkan, koran, komponen bahan kimia
dan diamkan selama 10 menit, hingga warna
PUTS (N,P,K, dan pH) dan komponen bahan
pada cairan jernih bagian atas. Selanjutnya,
kimia PUTK (C,P,K, dan pH).
mencocokkan dengan tabel rekomendasi pH
Pelaksanaan Praktikum (PUTS).
Metode yang dilakukan dalam Metode kerja PUTK
praktikum ini ada 2 yaitu metode PUTS dan Pelaksanaan praktikum pada metode
PUTK yaitu sebagai berikut: PUTK yaitu mengambil tanah 9 titik dijadikan
Metode PUTS menjadi satu. Lalu, menghaluskan apabila ada
Langkah pertama yang dilakuakan bongkahan. Untuk Metode C langkah
adalah mengambil Tanah 9 titik dijadikan pertamanya mengambil sampel tanah setengah
menjadi satu. Lalu menghaluskan apabila ada sendok spatula dan memasukkan dalam tabung
bongkahan tanah yang keras. Pada metode N reaksi. Selanjutnya menambahkan pereaksi C1
yaitu mengambil sampel tanah setengah sendok sebanyak 1 ml, homogenkan dengan spatula
spatula dan memasukkan dalam tabung reaksi. kaca. Kemudian menambahkan pereaksi C2
Kemudian menambahkan pereaksi N1 sebanyak sebanyak 3 tetes, jangan di aduk, amati setelah
2 ml, homogenkan dengan spatula kaca. 10 menit. Terakhir yaitu mencocokkan dengan
Selanjutnya menambahkan pereaksi N2 tabel rekomendasi C (PUTK). Pada Metode P
sebanyak 2 ml, homogenkan dengan spatula langkahnya yaitu mengambil sampel tanah
kaca. Menambahkan pereaksi N3 sebanyak 3 setengah sendok spatula dan memasukkan
tetes, homogenkan dengan spatula kaca. Setelah dalam tabung reaksi. Selanjutnya yaitu

44
menambahkan pereaksi P1 sebanyak 3 ml, Mengamati endapan putih antara K3 dan di
homogenkan dengan spatula kaca. Setelah itu, bawahnya. Selanjutnya mencocokkan dengan
menambahkan pereaksi P2 sebanyak 6 butir, tabel rekomendasi K (PUTK). Dan untuk
homogenkan dan diamkan selama 10 menit. Metode pH Langkah pertama yaitu mengambil
Langkah terakhir, mencocokkan dengan tabel sampel tanah setengah sendok spatula dan
rekomendasi P (PUTK). Sedangkan untuk memasukkan dalam tabung reaksi. Setelah itu,
Metode K langkah pertama yang dilakukan menambahkan pereaksi pH 1 sebanyak 4 ml,
yaitu mengambil sampel tanah setengah sendok homogenkan dengan spatula kaca. Selanjutnya
spatula dan memasukkan dalam tabung reaksi. menambahkan pereaksi pH 2 sebanyak 2 tetes,
Kemudian menambahkan pereaksi K1 sebanyak homogenkan dan diamkan selama 10 menit.
4 ml, homogenkan dan diamkan 5 menit. Lalu Setelah itu, membandingkan warna yang
menambahkan pereaksi K2 sebanyak 2 tetes, muncul pada larutan jernih di bagian atas.
homogenkan dan diamkan 5 menit. Setelah itu, Langkah terakhir yaitu mencocokkan dengan
menambahkan pereaksi K3 sebanyak 2 ml. tabel rekomendasi pH (PUTK)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil pengujian kualitas tanah sawah dengan metode PUTS
Pengujian Nilai Gambar
N Rendah (rekomendari urea
untuk lahan berpasir 300 kg/ha,
dan lahan berliat 250 kg/ha).

P Tinggi (rekomendasi pupuk


P2O5 36% DAN S 5% yaitu 50
kg P2O5 36% DAN S 5%/ha).

K Rendah (rekomendasi pupuk


KCl 100 kg/ha, KCl + jerami 50
kg/ha + 5 t jerami).

pH Agak Masam (pH 5-6).

Pengambilan sampel tanah sawah padi di Dau menentukan titik pengambilan contoh tanah
dilakukan dengan cara diagonal dan tanah yang individu dengan salah satu dari empat cara,
diambil adalah tanah yang lembab. Hal ini yaitu secara diagonal, zigzag, dan sistematik
sesuai dengan penelitian Nurmegawati (2012), atau acak, serta contoh tanah sebaiknya diambil

45
dalam keadaan lembab, tidak terlalu basah atau Umaternate (2014), unsur P yang dapat diserap
kering oleh tanaman ialah dalambentukH2PO4-,
Berdasarkan pengujian N dengan HPO43-, dan PO43- dalam larutan tanah.
metode PUTS, dapat diketahui bahwa Kandungan K dalam tanah sawah padi
kandungan N pada tanah sawah padi di Dau di Dau pada metode PUTS tergolong rendah
tergolong rendah yang ditunjukkan oleh warna dengan rekomendasi pupuk KCL 100kg/ha +
kuning pada bagan warna status hara N tanah. jerami 50kg/ha + 5 ton jerami. Rendahnya
Kurangnya kandungan N dalam tanah ini kandungan K ini dipengaruhi oleh kalium yang
disebabkan oleh air hujan, berubahnya hara N terletak terlalu dalam dari permukaan tanah.
dari atu bentuk kebentuklainnya, serta proses Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahma
dekomposisi yang terhambat. Hal ini sejalan (2014), status K sangat tinggi karena kalium
dengan dengan penelitian Ginting (2013), terletak pada permukaan tanah, bila semakin
terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan dalam statusnya akan rendah. Puja (2013)
ketersediaan N dalam tanah terbatas, antara lain menambahkan bahwa topografi datar dapat
sifat nitrogen yang sangat mudah bergerak, menyebabkan kandungan K sangat tinggi,
pencucian N oleh air hujan, tersangkut saat disebabkan oleh pengendapan kalium dalam
panen, dan terikat oleh mineral tanah. Selain tanah.
itu, Sakti (2014) juga menambahkan faktor Kandungan pH pada metode PUTS
lainnya adalah ketersediaan air yang terbatas tergolong rendah dengan rentang ph 5-6, hal ini
yang mengakibatkan proses dekomposisi oleh menunjukkan bahwa tanah sawah padi di Dau
mikroorganisme dalam tanah tidak berjalan, kurang sehat karena nilai ph yang terlalu
sehingga N-total tanah pun terbatas. rendah. Lantoi (2016) menerangkan bahwa
Hasil pengujian P pada metode PUTS tanah dengan ph berkisar4,5-6,5 merupakan
menunjukkan bahwa nilai P pada tanah sawah tanah dengan kriteria kurang sehat, sedangkan
padi di Dau tergolong tinggi, maka dari itu tanah yang memiliki ph seimbang atau netral
perlu dilakukan upaya untuk menetralkan P dengan kisaran nilai ph 6,6-7,7 merupakan
dalam tanag dengan cara pengelolaan air irigasi, tanah dengan kriteria sehat. Rendahnya nilai ph
penggunaan bahan organic, dan peningkatan Ph tanah berkaitan dengan sifat kimia tanah
tanah. Menurut Sahrawat (2012), untuk lainnya, misalnya ketersediaan unsur hara
mengurangi P maka ph dinaikkan sampai fosfor, kation-kation basa, dan lain-lain. Arahan
sekitar 5,5 dan lokasi serapan dijenuhi dengan peningkatan ph ialah dengan menambahkan
anion competitor lain, seperti anion organic bahan organic melalui pemupukan. Menurut
yang berasal dari dekomposisi bahan organic. Ch’Ng (2014), menambahkan bahan organik
Menurut Mowidu (2018), faktor yang merupakan donor electron yang dapat
mempengaruhi ketersediaan P dalam tanah menyumbang reaksi-reduksi logam-logam pada
yaitu tanah yang dipengaruhi oleh ordo tanah, ph tanah yang rendah. Kejenuhan basa
misalnya pada ordo inceptisol. Karena berhubungan erat dengan ph tanah, dimana
tingginya P dalam tanah,maka rekomendasi tanah dengan ph rendah mempunyai kejenuhan
pupuk P2O5 36% dan S 5% hanya 50kg/ha, basa rendah, sedangkan tanah dengan ph tinggi
unsur P diserap oleh tanamandalambentukion mempunyai kejenuhan basa yang tinggi pula
orto fosfat primer H2PO4- dan sekunder (Suarjana, 2015)
HPO42-. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Tabel 2. Hasil pengujian kualitas tanah sawah dengan metode PUTK

46
Pengujian Nilai Gambar
C <2 Rendah (rekomendasi
kebutuhan bahan organik
sebanyak 2 t/ha).

P Tinggi (rekomendasi
pemupukan P2O5 36% dan S
5% pada padi ialah 100 kg/ha).

K Sedang (rekomendasi pupuk


KCL pada padi ialah 50 kg/ha).

pH Agak Masam (pH 5-6).

Nilai C pada metode PUTK juga penting dalam meningkatkan produksi padi
termasuk rendah dan mendapat rekomendasi sawah sedangkan sumber pupuk C/N yang
kebutuhan bahan organic sebanyak 2 ton/ha. utama adalah urea namun tanaman hanya
Bahan organic yang dapat digunakan berupa menyerao 30% dari pupuk N yang diberikan.
jerami padi, daun, rerumputan, dan gulma. Hal Metode PUTK pada nilai K dalam
ini sesuai dengan pernyataan Pinatih (2015), tanah termasuk dalam kategori sedang, hal ini
pemanfaatan jerami sebagai bahan organic akan dikarenakan sisa-sisa pasca panen dan
meningkatkan kesuburan tanah dan unsur hara tergenangnya air irigasi dalam waktu yang
makro maupun mikro yang diperlukan oleh lama. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
tanaman. Yartiwi (2018) menambahkan bahwa Olafisoye (2016), keadaan ini dipengaruhi oleh
sumber bahan organic yang tinggi berasal dari sisa-sisa hasil panen yang tertinggal, jerami
tanaman yang melakukan proses fotosintesis, padi yang tersebar, dan tergenang air irigasi
bagian tanaman yang menjadi sumber organic dalam waktu yang lama sehingga terjadi
adalah daun, rerumputan, gulma, dan sisa-sisa pengendapan kalium dalam tanah. Menurut
limbah pascapanen. Selain bahan organic, tanah Suseno (2018), meningkatnya K ialah karena
sawah padi di Dau juga mendapat rekomendasi kemampuan tanah dalam menahan K dan
urea untuk lahan yang berpasir sebanyak menurunkan sifat pencucian tanah. Hasil
300kg/ha dan tanah liat sebanyak 250kg/ha. pengujian P pada metode PUTK menunjukkan
Pemberian pupuk urea juga sangat penting bahwa nilai P pada tanah sawah padi di Dau
dalam produksi padi sawah namun tanamn tergolong tinggi, hal ini dapat menguntungkan
hanya mampu menyerap 30% dari pupuk yang petani untuk menghemat pengeluaran untuk
diberikan. Hal ini sejalan dengan pernyataan pemupukan. Intara (2011) menyatakan bahwa
Lubis (2017), pupuk C/N memegang peranan takaran pemupukan untuk lahan sawah

47
berstatus P tinggi dan sedang dapat diturunkan DAFTAR PUSTAKA
masing- masing menjadi 50% dan 75% dari
Abdullah, S. 2015. Kajian Peningkatan
takaran anjuran. Oleh karena itu peta kerperluan
Produktivitas Padi Sawah Melalui
fosfat lahan dapat menjadi arahan alokasi
Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi
pupuk P dan dapat digunakan sebagai dasar (PHSL) Pada Lahan Berpotensi Hasil
pemupukan. Rendah. Jurnal Penelitian Pertanian
Kandungan pH pada metode PUTK Terapan. 16 (1): 30-39
tergolong rendah dengan rentang ph 5-6, hal ini Ch’Ng, HY. 2014. Improving Phosphorus
menunjukkan bahwa tanah sawah padi di Dau Availability in an Acid Soil Using
kurang sehat dan menunjukkan status tanah Organic Amendments Produced from
agak masam di range 5-6 dan Agroindustrial Wastes. The Scientific
direkomendasikan untuk pengaplikasian kapur World Journal. 1(4): 306-322
pertanian. Fi’liyah (2016) menjelaskan bahwa Fi’liyah, Nurjaya, Syekhfani. 2016. Pengaruh
pemberian rekomendasi aplikasi pengapuran Pemberian Pupuk KCl terhadap N, P, K
bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari tanah dan serapan tanaman pada
kondisi masam ke pH netral serta menurunkan Inceptisol untuk Tanaman Jagung di
kadar Al serta meningkatkan kadar Ca dan Situ Hilir, Cibungbulang, Bogor.
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan.
kejenuhan basa. Menurut Supangat (2013),
3(2): 329-337
kemasaman tanah berpengaruh terhadap
Ginting. 2013. Pemetaan Status Unsur Hara C-
pertumbuhan tanaman baik pertumbuhan
Organik Dan Nitrogen Di Perkebun
vegetatif maupun generatif hal disebabkan Nanas (Ananas comosus L. Merr)
karena teriadi kejenuhan unsur alumunium (Al) Rakyat Desa Panribuan Kecamatan
yang tinggi yang berasal dari pelapukan mineral Dolok Silau Kabupaten. Jurnal Online
yang mudah lapuk yang dapat diatasi dengan Agroteknologi. 1(4): 1308-1318
pemberian kapur yang bertujuan untuk Helmi. 2011. Perubahan Beberapa Sifat Fisika
meningkatkan pH tanah. Regosol Dan Hail Kacang Tanah
Akibat Pemberian Bahan Organik Dan
KESIMPULAN Pupuk Fosfat. Jurnal Sains Riset. 1(1):
1-9
Pengujian tanah sawah padi di Dau dengan
Intara, N. 2011. Pengaruh Pemberian Bahan
titik koordinat 7°55'21"S 112°35'09"E Organik Pada Tanah Liat Dan
menunjukkan bahwa kandungan P pada tanah Lempung Berliat Terhadap
tersebut tergolong rendah pada kedua metode Kemampuan Mengikat Air. Jurnal
dan direkomendasikan pemberian pupuk urea Ilmu Pertanian. 16 (2): 130-135.
maupun bahan-bahan organic, kandungan P Lantoi, R. 2016. Assessmentof Wetland Rice
pada tanah ini tergolong tinggi pada kedua Soil Quality at Several Locations in
metode sehingga hanya diperlukan pupuk P2O5 Palu Valley Using Lowery Scoring
36% dan S 5% sebanyak 50-100kg/ha. Method. J. Agroland. 23 (3) : 243 – 250
Kandungan K pada metode PUTS termasuk Lubis, R. 2017. Respon Pemberian Pupuk Urea
rendah, direkomendasikan pupuk KCL Dan Beberapa Varietas Terhadap
100kg/ha + jerami 50kg/ha + 5 ton jerami Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
sedangkan pada metode PUTK tergolong Padi Sawah (Oryza sativa L. ). Jurnal
sedang sehingga direkomendasikan pemberian Agrohita. 1(2): 17-27
Mowidu, I., Sunarminto, B.H., Purwanto, B.H.,
pupukKCL 50kg/ha. Kandungan ph pada
& Utami, S.N.H. 2018. Kadar Fe Total
kedua metode tergolong rendah dengan rentang
pada Tanah Sawah Rawa Lebak di
ph 5-6, arahan peningkatan ph ialah dengan
Kabupaten Poso. Jurnal Agropet. 12(1):
menambahkan bahan organic melalui 1-5.
pemupukan

48
Ni Made, A.C.L., I. K. Suamba dan I.G.A.A. Sakti, Pramuda, Purwanto, Slamet M, Sutopo.
Ambarwati. 2012. Analisis efisiensi 2011. Status Ketersediaan Makronutrisi
usahatani padi sawah. E-Journal (N, P, dan K) tanah sawah dengan
Agribisnis dan Agrowisata. 1(1): 34-44. Teknik dan Irigasi Tadah Hujan di
Nurmegawati, W. 2012. Tingkat Kesuburan Kawasan Industri Karanganyar,Jawa
Dan Rekomendasi Pemupukan N, P, Tengah. Bonorowo Wetlands. 1(1): 8-
Dan K Tanah Sawah Kabupaten 19.
Bengkulu Selatan. Jurnal Solum. 11(2): Suarjana, I Wayan, A. N. Supadma, I Dewa M.
11-18 Arthagama. 2015. Kajian Status
Olafisoye BO, Oguntibeju OO, Osibote OA. Kesuburan Tanah Sawah Untuk
2016. An Assessment Of The Menentukan Anjuran Pemupukan
Bioavailability Of Metals In Soils On Berimbang Spesifik Lokasi Tanaman
Oil Palm Plantations In Nigeria. Polish Padi Di Desa Manggis. E-Jurnal
Journal of Environmental Studies. Agroekoteknologi Tropika. 4(4): 314-
25(3): 1125-1140. 323.
Padmanabha, I.G, I.D.M. Arthagama dan I.N. Supangat A.B, Supriyo H, Sudira P,
Dibia. 2014. Pengaruh Dosis Pupuk Poedjirahajoe E. 2013. Status
Organik Dan Anorganik Terhadap Kesuburan Tanah di Bawah Tegakan
Hasil Padi (Oriza sativa L) Dan Sifat Eucalyptus Pellita F. Muell : Studi
Kimia Tanah Pada Inceptisol Kasus si HPHTI PT. Arara Abadi,
Kerambitan Tabanan. E-Journal Riau. Jurnal Manusia dan Lingkungan.
Agroekoteknologi Tropika. 3(2): 41-50 20(1): 22-34.
Pinatih, Dewa KASR, Tati BK, Ketut DS. Suseno, Andi, Dyah A, Santoso AZPB. 2018.
2015. Evaluasi Status Kesuburan Tanah Evaluasi Status Kesuburan Tanah di
Pada Lahan Pertanian Di Kecamatan Desa Nglegi, Kecamatan Patuk,
Denpasar Selatan. E- Jurnal Kabupaten Gunungkidul, Daerah
Agroekoteknologi Tropika. 4(4): 282- Istimewa Yogyakarta. Jurnal Tanah
292. dan Air. 15(1): 47-54.
Puja IN, Supadma AAN, Mega IM. 2013. Umaternate GS, Jemmy A, Audi DW. 2014. Uji
Kajian Unsur Hara Tanah Sawah Untuk Metode Olsen dan Bray dalam
Menentukan Tingkat Kesuburan. Menganalisis Kandungan Fosfat
Journal on Agriculture Science. 3(2): Tersedia pada Tanah Sawah di Desa
5156. Konarom Barat Kecamatan Dumogo
Rahma, Siti, Yusran, Husain U. 2014. Sifat Utara. MIPA Unstrat Online. 3(1): 6-
Kimia Tanah Pada Berbagai Tipe 10.
Penggunaan Lahan Di Desa Bobo Yartiwi, Atra R, Satria P. Utama. 2018. Uji
Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi. Adaptasi Varietas Unggul Baru Padi
Warta Rimba. 2(1): 88-95 Sawah Untuk Optimasi Lahan Tadah
Sahrawat, K.L. 2012. Soil Fertility In Flooded Hujan Berwawasan Lingkungan di
And Non-Flooded Irrigated Systems. Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu.
ICRISAT. 58(4): 423-436. Penelitian Pengelolaan Sumberdaya
Alam Dan Lingkungan. 7(2): 91-97.

49

Anda mungkin juga menyukai