Anda di halaman 1dari 137

HSE PLAN

NAMA KONTRAKTOR
CONTRACTOR’S NAME PT. PETROWELL ENERGI

NAMA PEKERJAAN SESUAI KONTRAK


SEWA LAYANAN IP CCTV PERTAMINA EP ASSET 3
TYPE OF SERVICE AS STIPULATED IN THE
CONTRACT SELAMA 48 (EMPAT PULUH DELAPAN ) BULAN

NOMOR KOLEKTIF
COLLECTIVE NUMBER EPM7-S17LL0041B-P27
DURASI KONTRAK
CONTRACT PERIOD
48 ( EMPAT PULUH DELAPAN ) BULAN

PT. PERTAMINA EP ASSET 3 PT. PERTAMINA EP ASSET 3

Date: Date:

CONTRACTOR REPRESENTATIVE CONTRACTOR REPRESENTATIVE

HSE Direktur
Date: Date:
DAFTAR ISI
TABLE OF CONTENT
I. INFORMASI UMUM
I.1 DISKRIPSI PROYEK

I.2 DEFINISI & ISTILAH

1. KOMITMEN MANAJEMEN
1.1 KEBIJAKAN SMK3L
1.2 KOMITMEN HSE
1.3 KEPEMIMPINAN DALAM ASPEK HSE
1.4 KUNJUNGAN DEWAN DIREKSI KE LAPANGAN
1.5 RAPAT HSE DI LAPANGAN
1.6 LAMPIRAN
2. HSE PERFORMANCE INDIKATOR
2.1 HSE STATISTIK
2.2 PENGUKURAN KINERJA DAN PEMANTAUAN

2.3 JUMLAH JAM KERJA SELAMAT

2.4 FORMAT LAPORAN KERJA HSE

3. ORGANISASI HSE
3.1 STRUKTUR ORGANISASI HSE
3.2 TANGGUNG JAWAB
3.3 TENAGA PROFESI HSE
3.4 TRAINING / PELATIHAN
3.5 PROGRAM RAPAT HSE

4. RISK ASSESSMENT
4.1 PROSEDUR HAZARD IDENTIFICATION WITH RISK ASSESSMENT & JSA METHOD
4.2 LAMPIRAN
5. PROGRAM PENGENDALIAN RESIKO
5.1 KONTROL MASUK
5.2 HSE MANUAL

5.3 ORIENTASI DAN INDUKSI HSE

5.4 SERTIFIKAT KOMPETENSI DAN HSE


5.5 SIKA DAN JSA

5.6 LOTO (Log Out Tag Out )

5.7 MSDS ( Material Safety Data Sheet )

5.8 PENGENDALIAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH

5.9 HSE MEETING ( Safety talk, safety stand down, safety meeting dll )

5.10 PENGUKURAN KUALITAS LINGKUNGAN KERJA

5.11 PEMERIKSAAN KESEHATAN RUTIN

5.12 RAMBU - RAMBU DAN PROMOSI HSE

5.13 HOUSE KEEPING

5.14 ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )

6. JOURNEY MANAGEMENT PLAN


6.1 ROUTE ASSESSMENT
6.2 JENIS ALAT TRANSPORTASI

7. EMERGENCY RESPONSE PLAN

7.1 EMERGENCY RESPONSE PROCEDURE


8. INVESTIGASI INSIDEN
9. PENGELOLAAN ASPEK HSE SUBKONTRAKTOR

9.1 CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT PROGRAM

10. INSPEKSI & AUDIT HSE

10.1 INSPEKSI KESELAMATAN KERJA, AUDIT INTERNAL, & PENGAMATAN TUGAS DAN PERILAKU
I. INFORMASI UMUM

1.1 Deskripsi Proyek


Secara umum pekerjaan ini mencakup “SEWA LAYANAN IP CCTV PERTAMINA EP ASSET 3 SELAMA 48
(EMPAT PULUH DELAPAN ) BULAN “

1.2 Definisi dan Istilah


PT Pertamina EP Pertamina EP, merupakan pemilik pekerjaan dan pemberi
perintah kerja
Kontraktor PT. Petrowell Energi yang ditunjuk sebagai pelaksana
pekerjaan
Vendor/Sub Lembaga, perorangan atau pihak ketiga yang menyediakan
bahan, jasa, produk untuk diolah atau dijual kembali atau
Kontraktor dibutuhkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan
Pihak atau suatu cabang industri yang mengaplikasikan
mesin, peralatan dan tenaga kerja untuk mengubah bahan
Manufaktur mentah menjadi barang jadi untuk dijual ke Pertamina,
dibawah pengawasan Kontraktor

Page
Page
Page
Page
1. KOMITMENT MANAJEMEN
1.1 Komitmen HSE
PT. Petrowell Energi berkomitmen untuk memastikan tempat kerja dan lingkungan yang
aman serta bertanggung jawab dan selalu akan memenuhi kewajiban hukum dan bertujuan
untuk terus meningkatkan keselamatan, kesehatan kerja dan kinerja lingkungan.
Partisipasi aktif dan keterbukaan dari pihak manajemen dalam pelaksanaan dan pencapaian
program pencegahan kerugian menyeluruh, mencakup penetapan kebijakan, sasaran &
tujuan
tugas dan tanggung jawab serta mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, memberikan
orientasi dan pelatihan program, pencegahan kerugian, mengawasi dan memastikan agar
program pemeriksaan berkala selalu dilaksanakan.

Petrowell Energi berusaha untuk :

 Menjaga keselamatan dan kesehatan kerja sehingga tercipta “ZERO ACCIDENT”


 Manajemen melakukan Audit dan memimpin Safety Meeting di lokasi pekerjaan untuk
memberikan pengarahan K3.
 Memastikan jasa dan produk pelanggan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
 Mencegah pencemaran lingkungan pada setiap aktivitas perusahaan.
 Menjaga kesehatan dan melarang personilnya menggunakan, menyimpan serta
memperdagangkan minuman keras dan obat-obatan terlarang baik ditempat kerja maupun
dirumah.
 Mengutamakan keselamatan kerja dalam semua kegiatan.
 Komitmen Direktur yang diimplementasikan dalam rencana kegiatan.
 Jajaran Manajemen Direktur / Project Manager / HSE Coordinator Kontraktor memantau
penerapan HSE melalui Management Walkthrough, minimal 3 (tiga) bulan 1 (satu) kali.
 Pelaksanaan HSE Meeting yang diikuti oleh seluruh karyawan dan dipimpin oleh Direktur /
Project Manager / HSE Coordinator Kontraktor minimal 1 (satu) bulan sekali.

1.2 Kepemimpinan Dalam Aspek HSE


Manajemen PT Petrowell Energi memberikan tauladan kepemimpinan terhadap pemenuhan
aspek HSSE dan bertanggungjawab penuh terhadap SMK3L, meliputi :
 Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa sistem manajemen K3 telah berjalan dengan
baik dengan memberikan komitmen dan menetapkan kebijakan termasuk memberikan
sumber daya yang diperlukan.
 Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kebijakan HSSE telah efektif, sasarannya
tercapai, pelaksanaannya terkontrol, mengevaluasi hasilnya dengan menugaskan General
manager untuk mengontrol divisi manager di bawahnya.
 Melakukan tinjauan manajemen secara berkala untuk melihat kinerja pelaksanaan SMK3
serta memberikan arahan dan peningkatan yang diperlukan secara berkesinambungan
Page
 Meninjau organisasi SMK3L pada jangka waktu terencana
 Memberikan penghargaan terhadap pekerja yang aktif menerapkan
SMK3L dan
memberikan sanksi bagi pekerja yang melakukan pelanggaran SMK3L (disesuaikan dengan
waktu dan jenis pelanggaran)

1.3 Kunjungan Dewan Direksi ke Lapangan


Pelaksanaan kunjungan dewan direksi ke lapangan dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 3
(tiga) bulan.

1.4 Rapat HSE di Lapangan


Pelaksanaan rapat HSE sebagai berikut :
 Monthly HSE Proyek : dihadiri oleh manajemen proyek
 Weekly HSE Meeting : dihadiri komite HSE proyek
 Safety Talk : dihadiri oleh seluruh pekerja proyek
 Toolbox HSE meeting : dihadiri oleh pekerja terkait dan safety man di masing-masing
proyek setiap pagi
Dokumen pendukung terkait dengan kegiatan rapat HSE dilapangan adalah
foto/dokumentasi, daftar hadir, dan notulen rapat.

Page
F ORMAT LAPORAN

DOKUMENTASI MANAJEMEN VISIT

Tanggal : ..............................
Lokasi Kunjungan : ..............................

Gambar 1. Gambar 2.

Gambar 3. Gambar 4.

Keterangan
: Gambar 1.
: .....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................

Gambar 2. : ...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

Gambar 3. : ...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

Gambar 4 :

...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

Page
F ORMAT LAPORAN
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN MANAJEMEN

Tanggal :
Lokasi Kunjungan :
Daftar Hadir : Terlampir

............................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................

Adapun maksud dan tujuan dari kunjungan ini adalah :


Maksudnya & Tujuan :

Kesimpulan :

Terimakasih
Disiapkan oleh, Distujui oleh,

Notulis Direktur

Page
PERNYATAAN DIREKTUR TENTANG HSE

Keselamatan Kerja adalah bagian penting dan terutama dari setiap aktifitas pekerjaan suatu proyek
dan tata cara kerja selamat menuju bebas kecelakaan. Aktifitas ini berada disuatu tempat yang
disebut penghubung unsur – unsure kerja, dimana pekerja bertemu dan berinteraksi dengan
peralatan, system/ Prosedur dan kondisi.

Semua pekerja yang terlibat dalam melakukan semua jenis pekerjaan berkeinginan / untuk
menyelesaikan pekerjaan masing – masing tepat waktu tanpa terjadi kecelakaan yang menimpa
pekerjaan itu sendiri maupun rekan – rekan kerja.

Setiap pekerja proyek PT. PETROWELL ENERGI memiliki kewajiban dalam menerapkan aspek HSE
dalam setiap kegiatan agar tidak terjadi kecelakaan, kegagalan operasional maupun complain
terhadap pekerja dan perusahaan.

Setiap pekerja dituntut untuk berpartisipasi dan patuh terhadap prinsip dasar keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lingkungan dan melaksanakan peraturan serta perundangan aspek HSE yang
berlaku, sehingga dalam mencapai tujuan didalam melakukan operasinya dengan Zero Accident dan
pencegahan Lost Time Kecelakaan maupun penyakit akibat kerja serta kerusakan lingkungan.

Pimpinan tertinggi / Manajemen senior kontraktor memantau penerapan HSE melalui MWT (
Management Walk Through )minimal 1 kali dalam 3 bulan dan pelaksanaan HSE meeting wajib
diikuti seluruh karyawan dipimpin pimpinan tertinggi setiap bulan.

Cepu, 07 Juli 2017

W ELLY TJOKRODIHARDJO

Direktur

Page
Page
3. HSE PERFORMANCE INDICATOR
HSE STATISTIK
Periode bulan JULI 2017

NO ITEM TAR ET PIC ACTUAL INDICATOR MAX SCORE


G

Jumlah Pekerja 20 Spv.


1.

Jumlah Jam Kerja 4.800jam Spv. & HSE


2.

HSE & Spv. & HSE


Fatality 0
3. Pertamina

Lost Time Injury (LTI) 0 -


4.

NOA 0 -
5.

P3K 0 HSE
6.

Near Miss 0 HSE


7.

Restricted Work Day Case


0 -
8. (RWDC)

Medical Treatment Case (MTC) 0 -


9.

Firs Aid Case (FAC) 0 -


10.

Total Recordable Incident Rate


0 -
11. (TRIR)

Oil Spill 0 -
12.

Tool Box Meeting 30 HSE


13.

HSE Observasi 15 -
14.

HSE Meeting 6 HSE & Spv.


15.

Management Visit / MWT 3 Direktur / PM


16.

Inspeksi APD 2 HSE & Spv.


17.

Inspeksi HSE 4 HSE & Spv.


18.

CSMS 100 % HSE


19.

TARGET 100 %

Dilaporkan oleh Disetujui oleh:

EVI HERLINA WELLY TJOKRODIHARDJO

Page
F ORMAT LAPORAN KINERJA HSE ( Template )

WEEKLY HSE PERFORMANCE REPORT NO. 00


SEWA LAYANAN IP CCTV PERTAMINA EP ASSET 3 SELAMA 48 ( EMPAT PULUH DELAPAN ) BULAN

WEEK NO .: 0

Period : JULI , 2017 up to JULI , 2017

PREVIOUS CUM. THIS WEEK RECORD


NO DESCRIPTION (1 th week) CUMMULATIVE REC.
RECORD
1. MAN POWER (Average No. Of Employees) 0 0
2. Total Manhours (H) 0 0
3. Lost Time Injury (LTI) 0 0 0
4. Restricted Work Day Case (RWDC) 0 0 0
5. Medical Treatment Case (MTC) 0 0 0
6. First Aid Case (FAC) 0 0 0
7. Nearmiss (NM) 0 0 0
8. Number Of Accident (NOA) 0 0 0
9. Fatality 0 0 0
10. Oil Spill 0 0 0
11. Total Recordable Incident Rate (TRIR) 0 0 0
12. Equipment Accident
Number 0 0 0
Operating Hours 0 0 0
Frequency Rate 0 0 0
13. Construction Vehicle Accident
Number 0 0 0
KM Driven 0 0 0
Frequency Rate 0 0 0
14. Support Vehicle Accident
Number 0 0 0
KM Driven 0 0 0
Frequency Rate 0 0 0
HSE PRO -ACTIVE MEASURES
15. Management Visit / management Work Tour (MWT) 0 0 0
16. Tool Box Meeting 0 0 0
17. HSE Meeting 0 0 0
18. Inspection APD 0 0 0
19. HSE Observasi 0 0 0
20. HSE Inspection 0 0 0
21. CSMS 0 0 0

Prepared by, Acknowledged by,


_

Page
Page
Page
4. ORGANISASI HSE

4.1 STRUKTUR ORGANISASI HSE

DIREKTUR
WELLY TJOKRODIHARDJO

HSE KOORDINATOR
EVI HERLINA

HSE OFFICER
TOMMY

HRD Dept Accounting Dept Engineer Dept Project Dept Marketing Dept Oil Spill Division

Page
4.2 TANGGUNG JAWAB

Tugas dan tanggung jawab Project Manager

 Bertindak sebagai Ketua HSE Komite proyek


 Meninjau dan memperbaharui HSE Plan
 Membuat kebijakan, sasaran dan target HSE serta memonitor implementasinya
 Mengkoordinasi seluruh masalah HSE serta menyesuaikannya ke dalam keseluruhan
HSE sistem proyek
 Menjalin hubungan baik dengan calon pelanggan, pelanggan, dan instansi.
 Mengelola semua subkontraktor untuk memenuhi persyaratan training dalam proyek
 Menetapkan kebijakan dan sasaran mutu, lingkungan & K3.
 Memantau dan mencapai sasaran mutu, lingkungan & K3.
 Memahami dan melaksanakan prosedur kerja.
 Memastikan komunikasi dan pemahaman diantara karyawan mengenai sistem
manajemen mutu, lingkungan dan K3.
 Menyusun prosedur, instruksi kerja serta dokumen lain yang berhubungan dengan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
 Memastikan komunikasi dan pemahaman diantara karyawan mengenai sistem
manajemen mutu, lingkungan dan K3.
Tugas dan tanggung jawab HSE Koordinator

 HSE Representative bertanggung jawab langsung kepada Direktur Tahu dan mengerti
semua syarat- syarat keselamatan yang diperlukan dan yang dapat dipakai untuk
perusahaan.
 Bersama-sama dengan staff manajemen lainnya, HSE Koordinator akan selalu
menyimpan pedoman tentang Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja yang
berlaku untuk diimplementasikan diseluruh daerah kerja.
 Menyusun laporan bulanan, triwulan dan tahunan mengenai HSE sebagai bahan
masukan bagi manajemen.
 Mengkoordinir HSE meeting bulanan dan safety meeting lainnya.
 Mengkoordinasi HSE Officer dan safety man dilapangan
 Bekerja sama dengan bagian Logistik / Purchasing dalam hal pengadaan alat untuk
keselamatan dan keamanan pekerjaan serta menanda tangani permintaan barang
sesuai dengan material requisition yang telah dibuat baik untuk kepentingan bagian
HSE maupun permintaan barang dari bagian lain yang berhubungan dengan masalah
HSE.
 Memonitor semua kegiatan HSE terimplimentasi di lapangan serta melakukan
penilaian kinerja subkontraktor melalui internal audit

Page
 Memberikan masukan kepada Project manager mengenai kondisi yang tidak aman atau
pelanggaran yang terjadi dilapangan dan mencatatnya.
 Menentukan kontrol yang sesuai untuk dampak lingkungan dan resiko K3 agar dampak
dan resiko K3 dapat dikurangi dan dicegah.
 Memberikan saran kepada bagian lain tentang hal- hal yang dianggap tidak aman (baik
tindakan maupun kondisi) serta melakukan monitoring untuk meyakinkan bahwa
setiap
karyawan mematuhi dan menggunakan alat keselamatan kerja dalam usaha
perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan untuk mencapai
“zero lost time accident dan zero property loss”.
 Menghadiri pertemuan yang dilaksanakan oleh pihak ketiga, Management
Coordination Meeting dan Safety Committee.
 Melakukan investigasi terhadap kecelakaan, membahas serta mengambil langkah –
langkah yang perlu untuk mencegah terulangnya kembali peristiwa yang serupa dan
memonitor tindak lanjutnya ( follow up ) terhadap rekomendasi yang dikeluarkan.
 Bersama- sama dengan team manajemen lainnya melakukan internal Audit masalah
HSE.
 Merencanakan program rapat - rapat keselamatan kerja, induksi keselamatan kepada
karyawan, tamu - tamu perusahaan bersama- sama dengan bagian terkait lainnya
tentang penggunaan alat keselamatan dan masalah keselamatan kerja umumnya.
Tugas dan tanggung jawab HSE Officer
 Mengidentifikasi aspek dan dampak lingkungan untuk tiap aktivitas, alat dan proses di
perusahaan.
 Mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko K3 untuk tiap aktivitas, alat dan proses di
perusahaan.
 Mengidentifikasi dan memastikan up date perundangan dan peraturan lainnya terkait
aspek lingkungan dan potensi bahaya K3 di perusahaan.
 Mengakses dan mengarsip perundangan perundangan dan peraturan lainnya terkait
aspek lingkungan dan potensi bahaya K3 di perusahaan.
 Merencanakan program lingkungan dan K3 untuk mencapai sasaran lingkungan dan K3.
 Melakukan sosialisasi ke seluruh karyawan tentang pentingnya pengendalian
lingkungan dan K3.
 Melakukan induksi pada karyawan baru, pengunjung dan subkontraktor.
 Membuat rencana lingkungan dan K3 untuk proyek yang berjalan.
 Memastikan ketersediaan rambu dan APD yang sesuai di area kantor maupun proyek.
 Memimpin rapat mingguan untuk membahas pelaksanaan program lingkungan dan K3.
 Melakukan sosialisasi
untuk mencegah pencemaran lingkungan dan mencegah
kecelakaan kerja.

Page
 Melakukan inspeksi harian, mingguan dan bulanan sesuai ketentuan.
 Membuat dan melaksanakan rencana latihan tanggap darurat.
 Menyiapkan peralatan tanggap darurat.
 Menyiapkan draft laporan HSE, Mematuhi semua kebijakan K3, prosedur dan instruksi
kerja yang aman dalam melakukan kegiatan
 Memahami dan mentaati semua peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja serta aturan-aturan kerja lainnya yang ada
 Memberikan saran kepada bagian lain tentang hal- hal yang dianggap tidak aman (baik
tindakan maupun kondisi) serta melakukan monitoring untuk meyakinkan bahwa
setiap
karyawan mematuhi dan menggunakan alat keselamatan kerja dalam usaha
perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan untuk mencapai
“zero lost time accident dan zero property loss”.
4.3 TENAGA PROFESI HSE

Semua calon karyawan PT. Petrowell Energi harus menjalani verifikasi untuk menentukan
kemampuan dan kompetensinya serta telah melakukan test kesehatan dan mendapat
rekomendasi sehat dari dokter untuk bertugas dilapangan. Personil yang mengisi Department
HSE diharuskan minimal mempunyai dasar pengetahuan dan telah mengerti peraturan-
peraturan HSE.

4.4 TRAINING / PELATIHAN

Manajemen Petrowell Energi juga menetapkan program dan pelatihan bagi seluruh pekerja
yang dirumuskan sesuai tuntutan pekerjaan sekarang dan yang akan datang serta potensi
bahaya dari pekerjaan yang dilakukannya. Pengelolaan pelatihan tersebut diatur dalam
prosedur pelatihan. Yang juga ditujukan untuk memastikan bahwa setiap karyawan pada setiap
level/fungsi sudah memahami tentang :
a. Pentingnya kesesuaian dengan kebijakan K3 dan prosedur serta persyaratan-
persyaratan Manajemen K3;
b. Konsekuensi K3 yang aktual/ potensial dari kegiatannya dan manfaat peningkatan
kinerja perorangan terhadap Manajemen K3
c. Akibat yang mungkin terjadi bila prosedur tidak dilaksanakan.
Pelatihan Pengenalan HSSE

Seluruh karyawan Petrowell , subkontraktor, tamu maupun vendor wajib mengikuti


pelatihan Pengenalan HSSE sebelum mereka ditempatkan untuk bekerja dilapangan.
Isi pelatihan pengenalan :
 Orientasi umum
Page
 Kebijakan dan target HSE Petrowell
 Pengenalan kondisi lapangan dan tempat kerja
 Pengenalan lingkup kerja dan prosedur kerja
 Peraturan di area kerja
 Kewajiban mengikuti toolbox meeting
 Peraturan lalu lintas
 Tindakan dalam keadaan darurat
 Surat Ijin Kerja Aman
 Kewajiban memakai Alat Pelindung Diri
 Antisipasi masalah pencemaran lingkungan
 Fasilitas Pertolongan Pertama
4.5 PROGRAM RAPAT HSE

Rapat koordinasi HSE Petrowell sebagai berikut :


Monthly HSSE Proyek ManajemenMeeting
Pertemuan HSE proyek manajemen meeting ini akan dilaksanakan setiap bulan yang
dihadiri oleh manajemen proyek. Hal-hal yang dibahas dalam rapat ini adalah HSSE
performance, permasalahan HSE dilapangan, kejadian-kejadian kecelakaan, pencemaran
lingkungan, status tindak lanjut permasalahan, pelatihan HSE dan tindak lanjut.
Weekly Meeting
Pertemuan ini akan dipimpin oleh Construction manager dan ajan diadakan seminggu
sekali. Hal-hal yang dibahas antara lain :
a. Sosialisasi tentang kondisi dan perilaku tidak aman
b. Sosialisasi mengenai insiden atau kecelakaan yang telah terjadi untuk proses koreksi
dan pencegahan serta pembelajaran;
c. Diskusi untuk mendapat saran atau masukkan yang positif untuk pengembangan HSE
agar semakin baik
d. Kegiatan-kegiatan promosi HSE, prosedur kerja terkait, JSA dan SIKA
Internal HSSE Koordinasi Meeting
Pertemuan internal HSE akan langsung dipimpin oleh HSSE Koordinator Petrowell yang
beranggotakan HSE officer, Security dan safety man subkontraktor.
Pertemuan ini bertujuan untuk :
 Melakukan inspeksi lapangan bersama sebelum melakukan pertemuan, dan
menyamankan persepsi tentang masalah HSE yang ditemukan dan langkah
antisipasi
 Membahas temuan-temuan atau permasalahan dan langkah perbaikannya

Page
 Laporan status dan pelaksanaan aktivitas HSE dari masing-masing subkontraktor
 Laporan dari status pelatihan HSE
Toolbox HSSE Meeting (setiap hari)
Toolbox meeting akan dilakukan sebelum pekerjaan dimulai. Pertemuan dipimpin oleh
Supervisor, HSE officer dan dihadiri oleh semua orang yang terlibat dalam pekerjaan
termasuk perwakilan dari klien, terutama untuk zona berbahaya.Pembahasan mengenai
prosedur kerja, kemajuan proyek dari pekerjaan sebelumnya dan masalah muncul selama
pekerjaan jika ada, identifikasi bahaya dan penilaian risiko, peran dan tanggung jawab.
Laporan toolbox meeting dan daftar hadir dicatat dan disimpan oleh Supervisor HSE dan
diserahkan kepada HSE Koordinator
Rapat HSSE Committee
Rapat Komite HSSE dilakukan sebanyak 1 kali dalam 3 bulan atau pada saat mendadak jika
diperlukan, dan dipimpin oleh ketua Komite HSE. Dihadiri oleh seluruh anggota HSE.
Manajemen HSSE Subkontraktor
Secara umum, calon subkontraktor sebelum mengajukan penawaran atau
dalam tahap
aanwijzing sudah di jelaskan tentang persyaratan/ketentuan Sistem K3LH
jika nantinya
terpilih sebagai sub-kontraktor.

Secara khusus, sub-kontraktor terpilih wajib meminta persetujuan dari team Petrowell
terhadap Rencana Pelaksanaan Sub-kontraktor dan dalam melaksanakan pekerjaan di
proyek wajib mengikuti peraturan yang ditentukan di Petrowell .

Page
Page 21
PERTAMINA EP

” COMPUTER EDUCATION CENTGR

NAME

EDUCATION PROGRAMME
MICROSOFT VV1N0OA5 '98

EXAMINATION SU8jECT
THEOftY
COURSE MDTEBJAL

SCORE GRADE SCOkE GRADE


SCOT GRADE EAWNG

8G -100 A

7G-85 GOOD

60-75 SATISFACTORY
M.s Excel ’97

45-59 AVERAGE
Page
Page
Page
Page
Page
Page
5. RISK ASSESSMENT
5.1 PROSEDUR HAZARD IDENTIFICATION WITH RISK ASSESSMENT & JSA METHOD

I. PENDAHULUAN

Untuk memperoleh kepastian akan keselamatan atas diri kita dan orang- orang yang berada
disekitar kita saat melakukan suatu pekerjaan, maka kita perlu untuk melakukan suatu identifikasi
bahaya (hazard identification), dimana bahaya- bahaya yang berada didalam atau disekitar kita
harus benar-
benar kita kenali (identifikasi) untuk mengambil langkah yang tepat guna mencegah atau
menghindari terjadinya suatu kecelakaan.

Dalam hal kita akan melaksanakan tugas- tugas berbahaya disuatu tempat kerja, maka yang perlu
kita lakukan terlebih dahulu adalah melakukan penilaian resiko terhadap tugas- tugas berbahaya
tersebut. Hal ini perlu kita lakukan untuk menilai seberapa besar tingkat resiko (risk level) dari
setiap urutan langkah tugas berbahaya tersebut guna menentukan cara pengendalian atau kegiatan
yang diperlukan untuk mengatasi resiko- resiko yang ada pada pekerjaan tersebut.

II. BATASAN

Bahaya (hazard) adalah sifat-sifat yang ada dan melekat pada suatu bahan (material)/ kondisi atau
proses yang dapat mengakibatkan cidera atau kerusakan terhadap manusia, peralatan dan
lingkungan.

Suatu bahaya tidak berasal dari kegagalan benda itu sendiri. Bahaya dapat muncul dari beberapa
benda yang saling mempengaruhi satu sama lain (misalnya reaksi kimia)

Beberapa contoh bahaya dapat terlihat pada :

* Manusia - Sifat ceroboh seorang karyawan

* Bahan - Mudah terbakarnya suatu jenis bahan bakar minyak tertentu

* Lingkungan - Kondisi tempat kerja yang licin.

Resiko (risk) adalah besarnya kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan terhadap manusia,
peralatan atau lingkungan sebagai akibat dari adanya bahaya dan besarnya akibat yang
dapat ditimbulkannya (Consequences).

Consequences : Tingkat keparahan dari suatu kecelakaan yang mungkin terjadi.

Page
II.1. Jenis dan contoh Bahaya (Type and example of hazard)

Untuk memudahkan kita dalam mengklasifikasikan macam bahaya yang ada ditempat kerja,
bahaya dapat dikelompokan dalam beberapa jenis.

a. Bahaya dari tindakan tidak aman (unsafe act hazard) yaitu bahaya- bahaya yang timbul
sebagai akibat dilakukannya suatu tindakan tidak aman oleh seseorang atau karyawan
disuatu lingkungan kerja.
Misalnya : Pengemudi yang selalu menjalankan kendaraan melewati batas yang telah
ditentukan baik oleh aturan perusahaan maupun pemerintah setempat

b. Bahaya dari kondisi tidak aman (unsafe condition hazard) adalah bahaya- bahaya yang
timbul sebagai akibat adanya suatu kondisi yang tidak aman ditempat kerja.
Misalnya : Lantai yang licin.

c. Bahaya dari faktor pribadi manusia (personal factor hazard) yaitu bahaya yang timbul
sebagai akibat adanya faktor pribadi seorang manusia/ karyawan yang tidak seharusnya
disuatu tempat kerja.
Misalnya : Sikap seorang yang pemarah atau faktor pelalaiannya.

d. Bahaya dari faktor pekerjaan (job factor hazard) adalah bahaya yang timbul akibat adanya
suatu tugas atau pekerjaan yang tidak aman untuk dilaksanakan oleh seorang karyawan
disuatu lingkungan kerja.
Misalnya : Sulitnya suatu tugas untuk dilaksanakan atau karena tugas / pekerjaan tersebut
jarang dilakukan.

e. Bahaya dari Manajerial (Managerial Hazard) adalah bahaya yang timbul sebagai akibat
adanya kelemahan Sistim manajemen disuatu lingkungan kerja.
Misalnya : Tidak adanya system kontrol atau rencana kerja yang tidak layak.

II.2. Mengenali Bahaya (Hazard Identification)

Apakah identifikasi bahaya ?

Yang dimaksud dengan identifikasi bahaya adalah usaha- usaha untuk mengetahui, mengenal dan
memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistim (peralatan, unit kerja, prosedur dan
sebagainya). Pekerjaan itu meliputi kegiatan menganalisa dan menemukan bahaya pada bagian -
bagian dari sistim (sub-sistim), waktu, urutan aktifitas dan juga menghitung kemungkinan-
kemungkinan yang timbul dan akibat yang akan dihasilkan oleh bahaya tersebut.

Kegunaan identifikasi bahaya.


Identifikasi bahaya mempunyai kegunaan untuk :

a. Mengetahui bahaya- bahaya yang ada


b. Mengetahui potensi bahaya tersebut, baik akibat maupun kekerapan terjadinya

Page
c. Mengetahui lokasi bahaya
d. Menunjukkan bahwa bahaya- bahaya tertentu telah dapat diberikan perlindungan
e. Menunjukkan bahwa bahaya- bahaya tertentu tidak akan menimbulkan akibat kecelakaan
sehingga tidak perlu diberikan perlindungan

II.3. Metode- Metode Mengidentifikasi Bahaya

Mengidentifikasi bahaya dilingkungan kerja merupakan suatu cara untuk melakukan salah satu
fungsi kontrol manajemen dengan tujuan untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi
resiko atau potensi yang dapat menimbulkan kecelakaan yang berakibat cidera / kerusakan, baik
terhadap karyawan maupun asset perusahaan lainnya.

Berikut adalah beberapa kegiatan yang digunakan dalam mengidentifikasi bahaya didalam atau
disekitar lingkungan kerja :
a. Observasi (Observation) yaitu suatu kegiatan peninjauan umum dan tidak mendalam atas
suatu daerah atau proses kerja. Pada saat dilakukan observasi di suatu daerah atau proses
kerja, secara langsung kita dapat memperhatikan atau mengidentifikasi bahaya- bahaya
yang ada didaerah kerja tersebut.
Misalnya : Melaksanakan observasi sewaktu- waktu (unschedule observation) yang
dilakukan oleh seorang manajer atau pengawas terhadap situasi atau kondisi yang menjadi
tanggung jawabnya.
b. Inspeksi (Inspection) adalah suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan secara umum,
secara berkala dan mendalam atas suatu objek atau daerah. Ketika dilakukan inspeksi atas
suatu daerah, secara langsung kita dapat memperhatikan atau mengidentifikasi bahaya-
bahaya yang terdapat pada objek atau daerah kerja tersebut.
Misalnya : Inspeksi bulanan dalam bentuk Joint Inspection Team yang dilaksanakan oleh
suatu team yang terdiri dari beberapa macam bagian.
c. Pengauditan (Auditing) adalah suatu kegiatan pengamatan secara komprehensif (umum,
menyeluruh, mendalam, berkala) yang merupakan suatu alat untuk mengukur kinerja K3
pada sistim operasi suatu perusahaan termasuk sistim administrasi yang mencakup PEME
disetiap elemen kegiatan perusahaan dengan menggunakan standar tertentu guna dapat
menilai dan memberikan rekomendasi- rekomendasi perbaikan.
Misalnya : Audit sistim pada suatu perusahaan dengan jangka waktu tertentu (1 tahun).

II.4. Metode Penetapan Tingkat Resiko

Setelah suatu bahaya teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisa
terhadap bahaya- bahaya yang telah teridentifikasi tersebut sehingga dapat diketahui “ tingkat
resiko “ (risk level) nya. Bilamana tingkat resiko tersebut sudah diketahui, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan evaluasi bahaya / resiko yang telah ada untuk menetapkan

Page
metode pengendalian yang akan digunakan beserta skala prioritasnya. Kedua langkah tersebut
(Analisa Bahaya dan Evaluasi Resiko) disebut sebagai “ Penilaian Resiko “ (Risk Assessment).

II.5. Analisa Resiko (risk analysis)

Analisa resiko adalah suatu proses analisa untuk menilai resiko serta mengidentifikasi tindakan-
tindakan yang diperlukan guna menghilangkan atau mengurangi resiko sehinggga kondisi diatas
dapat dikategorikan sebagai “ Acceptable Risk ”.

Analisa resiko merupakan suatu alat (tool) yang sangat berguna sekali untuk melakukan
perbaikan- perbaikan dalam usaha keselamatan. Analisa resiko sangat tepat sekali apabila
digunakan sebelum melakukan suatu pekerjaan yang sifatnya baru, misalnya dalam rangka
pengenalan untuk suatu mesin yang baru.

Analisa resiko dapat dilakukan melalui perorangan, namun akan lebih berhasil bila dilakukan oleh
suatu team (kelompok), dimana semua yang terlibat akan menyumbangkan pikiran dan
pengalamannya.

Pengontrolan bahaya tidak hanya dilakukan sebagai suatu reaksi terhadap suatu kecelakaan
yang terjadi atau akibat dari suatu inspeksi- inspeksi yang telah dilakukan ditempat kerja.
Manajemen dan para pekerja dapat lebih pro-aktif. Hal ini perlu untuk meyakinkan bahwa suatu
hal yang sangat penting harus dilakukan terlebih dahulu.

III. PENILAIAN RESIKO (RISK ASSESSMENT)

Risk Assessment adalah suatu proses analisa untuk menilai resiko, serta mengidentifikasi tindakan-
tindakan kontrol yang diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko yang ada sehinggga
kondisi diatas dapat dikategorikan sebagai “ acceptable risk ” (resiko yang masih dapat diterima
dalam batas-batas toleransi).

Didalam suatu aktifitas yang bersifat umum dimana mencakup beraneka ragam keg atan, biasanya
ditemukan kesulitan-kesulitan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya (hazards) dan resiko (risk)
yang
mungkin timbul, sehinggga pada akhirnya kita juga mendapat kesulitan untuk melakukan atau
memprioritaskan tindakan-tindakan pencegahan dan peralatan-peralatan yang diperlukan.

Penilayan resiko harus dilakukan oleh personil kunci bagian operasional di semua tempat kerja
sebelum dimulainya pekerjaan. Penilaian resiko merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
suatu tim untuk menilai potensi bahaya dan dinyatakan melalui Tingkat Resiko (Risk Level) dari
setiap
langkah- langkah tugas yang ada pada suatu jenis pekerjaan serta dilengkapi dengan suatu
rekomendasi teknik pengendalian atau kegiatan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya suatu

Page
kecelakaan yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan atau tugas- tugas berbahaya tersebut.

Page
Pada bagian awal dari modul pelatihan ini kita telah membicarakan tentang bahaya ditempat kerja
dan setelah bahaya- bahaya tersebut teridentifikasi ditempat kerja, langkah selanjutnya adalah
melakukan penilaian resiko (risk assessment / RA). Kegiatan ini perlu dilakukan untuk menilai
seberapa besar “ tingkat resiko “ (risk level) yang ada dari setiap urutan langkah kerja serta untuk
menentukan cara pengendalian yang diperlukan guna mengatasi bahaya- bahaya yang terdapat
pada pekerjaan tersebut. Hal ini sangat berkaitan dengan kegiatan pengidentifikasian bahaya dan
penilaian resiko.

Tujuan dari Teknik Penilaian Resiko adalah memberikan tanggung jawab jajaran pengawas untuk
menerapkan teknik yang sesuai yang dapat diterima untuk Pengelolaan Resiko.
Mengorganisir Team Penilaian Resiko

Team penilaian resiko harus terdiri dari karyawan yang sesuai dengan pengalamannya. Ketua team
harus memiliki pengalaman dan pelatihan yang diperlukan dalam pelaksanaan Penilaian Resiko.

Mereka yang bergabung dalam team tersebut adalah Manager, Supervisor yang memiliki tanggung
jawab untuk melaksanakannya. Mereka bertanggung jawab terhadap tugas yang terkait dengan
produksi, kualitas, biaya, keselamatan kerja dan faktor- faktor lainnya, dan mereka yang lebih tahu
dibanding dengan karyawan luar tentang cara melaksanakan tugas tersebut.

Setiap anggota team harus diberi kesempatan menyiapkan diri lebih awal, dan selanjutnya akan
dilengkapi dengan prosedur, gambar- gambar, desain dan tata letak yang sesuai. Sebelum
melakukan penilaian resiko, bagian keselamatan supaya diberitahu dan dijelaskan mengenai ruang
lingkup penilaian resiko tersebut. Jika dianggap perlu, bagian keselamatan dapat mengikuti
penilaian resiko tersebut.

III.1. Langkah- Langkah Risk Assessment

Langkah pertama dalam risk assessment melibatkan identifikasi yang sistimatik dari berbagai
fungsi/ disiplin kerja yang ada di perusahaan. Secara tipikal akan melibatkan pengidentifikasian
jabatan dari masing-masing nama jabatan.

Langkah selanjutnya membutuhkan disiplin normal yang berkaitan dengan aktivitas kerja
teridentifikasi jelas dan dicatat dalam nama jabatan. Identifikasi aktivitasi kerja dan penilaian
resiko harus dilakukan sebagai praktek-prakek kerja bersama antara Supervisor dari disiplin kerja
yang ada dengan satu atau lebih banyak karyawan yang dipekerjakan oleh perusahaan dibawah
fungsi / disiplin yang selalu di evaluasi
Seluruh fungsi kerja yang relevan pada perusahaan dievaluasi dengan menggunakan Sistim
penilaian resiko (risk assessment), formulir-formulir yang sudah dilengkapi sesuai dengan disiplin

Page
kerja agar disediakan di tempat kerja dengan tembusan diberikan kepada bagian keselamatan
sebagai catatan.
Merupakan tanggung jawab jajaran Manager, Supervisor untuk memastikan bahwa keberadaan
penilaian resiko (risk assessment) untuk semua fungsi kerja secara langsung berada di bawah
pengaruhnya. Dalam hal ini mereka akan membantu bila diperlukan oleh Supervisor dan bagian
keselamatan
Pelaksanaan risk assessment selalu diawali dengan mengidentifikasi semua bahaya-bahaya
(hazards) yang ada ditempat yang akan dianalisa. Identifikasi bahaya merupakan hal yang sangat
penting didalam penilaian resiko (risk assessment) karena semua analisa akan berawal dari sini.

III.2. Penentuan Resiko


Setelah mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada, selanjutnya ditentukan besarnya
kemungkinan timbulnya suatu kecelakaan yang diakibatkan oleh suatu bahaya (Likelihood /
Probability) dan besarnya tingkat keparahan (Consequences) yang dapat diakibatkan oleh
bahaya diatas.

Probability dalam pengertian penaksiran resiko (Risk Assessment) adalah keseringan munculnya
situasi tidak aman, yang mengakibatkan efek yang telah teridentifikasi. Penentuan ‘Probability’
dan ‘Consequences’ dibagi atas tiga (3) tingkatan :

HIGH = Tinggi (H) , MEDIUM = Sedang (M) LOW = Rendah (L),


dimana masing- masing tingkatan tersebut memiliki nilai :
HIGH = 3, MEDIUM = 2, LOW =1

Untuk menentukan bagaimana memberikan nilai pada setiap bahaya, dapat dilihat pada table
#.1. dan table #.2. dibawah ini.

LIKELIH O
OD / PROBABILITY = KEMUNGKINAN

Suatu kejadian yang terjadi berulang-ulang (sering) atau terjadi sekali atau
3 HIGH lebih dalam setahun dan diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat
menimbulkan masalah.
Suatu kejadian yang sering terjadi tetapi dengan kekerapan yang lebih jarang
2 MEDIUM (Kadang- kadang) atau terjadi sekali atau lebih dalam lima tahun dan
diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan masalah.
Suatu kejadian yang sulit/ sangat jarang terjadi (mungkin terjadi dalam
1 LOW kehidupan fasilitas tersebut) tetapi tetap diidentifikasikan sebagai sesuatu
yang dapat menimbulkan masalah.
Tabel #.1.

Page
KLASIFIKASI BAHAYA – BERDASARKAN KONSEKUENSI
(CONSEQUENCES = HAZARD EFFECT (TINGKAT KEPARAHAN)
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan
berakibat cacat tetap, kematian, kerusakan parah pada struktur bangunan
/ instalasi, bahan atau peralatan, dan kerusakan lingkungan yang
berkepanjangan. Misalnya :
Tidak adanya pelindung pada mesin berputar.
HIGH Pekerja pemeliharaan ditemukan masuk kedalam ruang terbatas tanpa
3
( KLAS A ) menggunakan ijin kerja
Terjadinya kebocoran minyak yang cukup berarti dan terserap ke
permukaan tanah atau terbawa air hujan.
Personnel - kecelakaan lost time (> 21 hari)
Equipment - Kerusakan peralatan > US.$ 5.000
Production - Kehilangan produsi > US.$ 5.000
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan
berakibat cidera serius atau sakit, (mengakibatkan tidak mampu
sementara), kerusakan lingkungan yang serius (dalam waktu singkat) atau
tidak mengikuti peraturan atau asset perusahaan terganggu, tetapi tidak
separah Klas A. Misalnya :
MEDIUM
2 Kondisi jalan yang licin ditemukan didaerah koridor kantor.
( KLAS B )
Anak tangga bagian bawah untuk masuk kekantor rusak.
Sisa bahan berbahaya ditemukan ditempat pembuangan sampah umum.
Personnel - kecelakaan lost time (antara 1 – 21 hari)
Equipment - Kerusakan peralatan > US$ 500 – US $ 4,999.
Production - Kehilangan produsi > US$ 500 – US $ 4,999.
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan
berakibat ringan (tidak cidera) atau sakit. Tidak mengganggu asset
perusahaan, atau kerusakan lingkungannya kecil. Misalnya :
Tukang kayu ditemukan ketika menangani kayu tidak menggunakan
LOW sarung tangan.
1
( KLAS C ) Lapisan- lapisan berminyak ditemukan dipermukaan air yang tergenang,
menunjukkan terjadinya tumpahan minyak yang kecil.
Personnel - kecelakaan lost time (0 hari)
Equipment - Kerusakan peralatan < US.$ 500.
Production - Kehilangan produsi < US.$ 500.
Tabel #.2.
III.3. Tingkat resiko (Risk Level)
Adalah tingkatan resiko yang diakibatkan oleh adanya suatu hazard (bahaya). Setelah
menentukan besarnya ” Probability dan Consequences “ langkah selanjutnya adalah
mengalikan nilai-nilai dari “ Probability ” dengan “ Consequences ” sehinggga didapat suatu
nilai. Nilai inilah yang akan menentukan tingkatan dari suatu ‘ Risk ’ ( Resiko ) dengan
menggunakan alat bantu matrik.

Page
Untuk lebih jelasnya perhatikan table #.3. berikut.

TINGKAT RESIKO (RISK LEVEL)

H H H
H
KEMUNGKINAN

M M H H
PROBABILITY

L L M H

L M H

AKIBAT BAHAYA = CONSEQUENCES / HAZARD EFFECT


Tabel #.3

Apabila hasil perkalian dari “Probability” dengan “Consequences” menghasilkan nilai 1 (satu), maka
tingkatan ini dikategorikan sebagai LOW. Selanjutnya apabila hasil perkalian dari “Probability”
dengan “Consequences” menghasilkan nilai 2 (dua), maka tingkatan ini dikategorikan sebagai
MEDIUM. Dan apabila hasil dari “Probability” dengan “Consequences” menghasilkan nilai 3 (tiga)
atau lebih, resiko tersebut dikategorikan HIGH.

IV. MELAKUKAN PENAKSIRAN

Untuk menaksir (assesses), apakah suatu aktivitas aman untuk dikerjakan, kita perlu untuk
mengidentifikasi bahaya yang ada, akibat bahaya dan probability (kemungkinan tingkat
terjadinya). Untuk melakukan penaksiran, maka pertanyaan berikut ini harus dijawab :
* Apa yang salah ?
* Apa yang bisa terjadi ?
* Seberapa parah akibat yang ditimbulkan ?
* Bagaimana tingkat kemungkinan terjadinya ?

Dari jawaban pertanyaan tersebut di atas anda bisa mendapatkan :

* Resiko apa yang terkandung di dalam aktivitas tersebut


* Apakah pekerjaan tersebut aman untuk dikerjakan
* Apakah resiko yang ada bisa diterima

Tidak ada definisi yang pasti tentang resiko yang bisa diterima. Pada dasarnya resiko yang bisa
diterima adalah suatu kondisi yg telah diukur keberadaannya, akibatnya, keparahannya,
kemungkinan terjadinya, pengendaliaannya dan mampu menanggulangi atau mengatasinya.

Page
IV.1. Petunjuk Mengidentifikasi Bahaya

Pada saat melakukan pengujian aktivitas untuk mengidentifikasi bahaya, tanyakan pada diri anda
pertanyaan berikut :

¢ Apakah anda telah tahu pasti tentang apa yang akan dikerjakan ?
¢ Material apa yang terlibat ?
¢ Peralatan atau perkakas apa yang digunakan ?
¢ Kapan aktivitas ini dilakukan ? (siang, malam, hari libur dll)
¢ Dimana aktivitas ini dilakukan (diketinggian, ruang terbatas, dll)
¢ Apakah aktivitas ini membahayakan orang, peralatan atau aktivitas lain.
¢ Apakah aktivitas ini dipengaruhi / diakibatkan oleh orang, peralatan atau aktivitas lain.

Pelajari pengalaman kecelakaan yang pernah terjadi. berdasarkan analisa kecelakaan. Berikut adalah
jenis kejadian kontak yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan :

1. Menabrak (membentur) benda diam / bergerak


2. Ditabrak (terpukul/ tertubruk oleh benda diam atau bergerak
3. Jatuh ke level yang lebih rendah
4. Jatuh pada elevasi yang sama/ datar
5. Tertusuk (terkena benda runcing)
6. Tertangkap, terjerat atau terjebak pada (benda bergerak)
7. Terjebak diantara, didalam atau dibawah reruntuhan,
8. Kontak dengan (listrik, panas, kebisingan)
9. Terlalu tegang (over stress)
10. Kegagalan mesin / peralatan
11. Masalah pencemaran

Contoh penerapan mengukur efek bahaya pada :

“ Pengoperasian KOMPUTER/ DVR CCTV “

BAHAYA AKIBAT BAHAYA EFEK


Layar eror Fatality, Kesemutan, tangan tidak berfungsi L
dengan baik M
Hubungan singkat Tersengat listrik H
Kabel power terputus Tersengat listrik H

Satu bahaya bisa menimbulkan beberapa efek bahaya yang tingkat Keparahanya berbeda-beda.
Logika penilaiannya adalah sebagai berikut :

• Efek paling serius adalah tersengat listrik, yaitu bisa mengakibatkan kematian

Page
• Efek serius berikutnya lagi adalah Tangan tidak berfungsi dengan baik
• Efek paling ringan adalah kesemutan
• Kemudian, apa yang dimaksud dengan probability ?

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa probability adalah keseringan munculnya situasi
tidak aman, yang mengakibatkan efek yang telah teridentifikasi, maka kunci untuk menilai
probability adalah dengan menjawab pertanyaan berikut :
• Mungkinkah bahaya akan muncul setiap pekerjaan dilakukan, atau sekali dalam 5 atau 50
pekerjaan, atau sekali seumur hidup ?
• Jika situasi tidak aman muncul, apakah selalu menimbulkan akibat ?
• Pada saat mengerjakan suatu jenis pekerjaan, orang yang mengerjakan atau peralatan yang
digunakan yang memiliki efek pada probability ?

Minimalkan Resiko Sisa Resiko


APAKAH RESIKO ITU ?
* Pastikan peralatan elektrik siap pakai NIL
RESIKO DIDEFINISIKAN SEBAGAI : EFEK BAHAYA X
* Pastikan kabel tidak terkelupas NIL
* Pastikan kabel tidak berserakan NIL

Penaksiran Akhir :

Aktivitas penggunaan KOMPUTER bisa terus dilaksanakan dengan menerapkan pencegahan tsb di
atas : M

V. URUTAN PENGENDALIAN RESIKO (RISK CONTROL)

Pengendalian resiko (risk control) harus dilakukan secara berurutan atau berdasarkan sesuai
dengan yang telah direkomendasikan. Pengendalian resiko tersebut harus dicoba dengan
menggunakan teknik pengendalian urutan pertama. Bila teknik pertama tersebut tidak
memungkinkan dilakukan maka harus dicoba dengan menggunakan teknik berikutnya sesuai
dengan urutan- uratan yang direkomendasikan. Demikian seterusnya sampai pada urutan terakhir.

Berikut adalah urutan- urutan cara pengendalian resiko yang telah direkomendasikan sesuai dengan
ketentuan dimana susunannya tidak boleh ditukar- tukar :

1. Identifikasi
2. Evaluasi
3. Pengendalian :

Page
a. Teknik Eliminasi / Penghapusan (Elimination Technique) - Hilangkan benda, daerah atau
proses yang berbahaya
b. Teknik Substitusi / Penggantian (Substitution Technique) - Ganti benda, daerah atau proses
yang berbahaya tersebut dengan sesuatu yang kurang berbahaya
c. Teknik Pengendalian Rekayasa (Engineering Control Technique) - Isolasi atau pisahkan
benda, daerah atau proses yang berbahaya tersebut dari diri karyawan, peralatan atau
lingkungan di daerah kerja tersebut melalui teknik rekayasa yang ada
d. Teknik Pengendalian Administratif (Administrative Control Technique) - Kurangi resiko yang
ada dengan menggunakan teknik- teknik administrative, termasuk penetapan standar
keselamatan, prosedur, penilaian resiko (risk assessment), sistem ijin kerja (work permit
system), pelatihan (training), penolakan untuk melakukan pekerjaan (refusal to work)
e. Penggunaan Alat Pelindung Diri (Wearing – Personal Protective Equipment) - Penggunaan
PPE merupakan cara terakhir yang harus dilakukan apabila cara- cara terseb t diatas sudah
tidak mungkin untuk dilakukan.

4. Monitoring - Inspeksi, uji (Competency)


Contoh kontrol adalah memperbaiki lingkungan kerja, pembuatan prosedur, penambahan
peralatan darurat, pelatihan pemadaman kebakaran, P3K dan lain lain.
Sedangkan program- program yang diperlukan untuk mengontrol bahaya antara lain adalah :
1. Perencanaan
2. Menentukan sasaran yang diperlukan
3. Pelatihan
Contoh kontrol adalah memperbaiki lingkungan kerja, pembuatan prosedur, penambahan peralatan
darurat, pelatihan pemadaman kebakaran, P3K dan lain lain.

VI. ANALISA KESELAMATAN PEKERJAAN (Job Safety Analysis)

Analisa Keselamatan Pekerjaan merupakan salah satu cara selain metode Penilaian Resiko (Risk
Assessment) yang dapat digunakan untuk meneliti bahaya- bahaya yang ada pada tiap- tiap langkah
pekerjaan kemudian mencari penyelesaian dari masing- masing bahaya tersebut sehingga bahaya-
bahaya dimaksud dapat dilenyapkan atau dikendalikan.

Untuk membuat suatu analisa keselamatan pekerjaan ada 4 (empat) aspek tentang keselamatan
kerja yang perlu dipertimbangkan didalam perencanaan kerja yaitu :

 Adakah tempat kerja tersebut aman ?


 Adakah peralatan kerja yang dipergunakan memberikan keamanan ?
 Adakah prosedur- prosedur yang tersedia memberikan keamanan ?
 Adakah orang- orang dilatih untuk bekerja dengan aman ?

Page
Analisa keselamatan pekerjaan biasanya dibuat berdasarkan pengamatan terhadap karyawan yang
berpengalaman dalam melakukan suatu jenis pekerjaan atau melalui diskusi dengan mereka.
Dengan cara ini dapat diketahui bagaimana urutan pekerjaan tersebut dan apa saja bahayanya.

Pada saat membuat suatu prosedur agar disebutkan seluruh tindakan- tindakan yang akan
dilakukan didalam suatu pekerjaan, pikirkan bahaya- bahaya yang mungkin timbul dari setiap
tindakan dan kemudian atasi bahaya- bahaya tersebut.

VI.1. Pembuatan J.S.A didasari pada pemikiran bahwa :

 Setiap kecelakaan selalu ada penyebabnya


 Setiap jenis pekerjaan atau tugas dapat diuraikan kedalam satu urutan tahapan yang
sederhana
 Setiap tahapan pekerjaan dapat diketahui bahayanya
 Setiap bahaya yang ada pada setiap tahapan pekerjaan tersebut dapat diatasi agar tidak
menyebabkan kecelakaan

 VI.2. Tanggung Jawab Pembuatan J.S.A

 Ia adalah orang yang paling menguasai dan paling mempunyai kepentingan langsung
dengan setiap jenis pekerjaan yang menjadi tugas bawahannya.
 Ia adalah orang yang paling mempunyai kepentingan langsung untuk menyelamatkan
bawahannya dari kecelakaan
 Ia adalah orang yang mempunyai catatan paling lengkap tentang kecelakaan atau
nearmiss (hampir celaka) yang terjadi pada setiap jenis pekerjaan tersebut
 Ia adalah orang yang paling menguasai prosedur dan peraturan kerja untuk jenis
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya

VI.3. Langkah–langkah yang harus dilakukan untuk melakukan Analisa Keselamat n Pekerjaan :

 Memilih suatu pekerjaan yang akan dianalisa


 Memerinci dan mendaftar semua bahaya- bahaya yang mungkin ada atau yang
potensial terjadinya kecelakaan
 Cari, teliti dan temukan serta kembangkanlah cara- cara melenyapkan bahaya- bahaya
yang telah terdaftar & terperinci tersebut.

Page
VI.4. Memilih dan menyeleksi jenis pekerjaan yang akan dianalisa

Dalam hal memilih dan menyelesaikan jenis pekerjaan yang akan dianalisa serta memilih prioritas
pekerjaan tersebut, ada beberapa cara yang dapat dipakai sebagai pedoman yaitu :
 Memilih jumlah kecelakaan terbanyak.
Bila dalam suatu pekerjaan sering terjadi kecelakaan, maka pekerjaan tersebut baik sekali
didahulukan dalam J.S.A.nya.
 Menimbulkan cidera terparah
Pekerjaan- pekerjaan yang mengalami kecelakaan sampai termasuk jenis “ cidera parah “
hendaknya dipertimbangkan untuk didahulukan J.S.A.nya.

 Memilih potensi terjadinya kecelakaan tertinggi


Bagi pekerjaan- pekerjaan yang diketahui mempunyai potensi terjadi kecelakaan dengan
luka- luka parah, dianjurkan segera diadakan J.S.A

 Pekerjaan- pekerjaan baru ataupun pekerjaan yang sedang dalam masa perobahan

VI.4.1. Mencari titik rawan / bahaya


Berikut merupakan langkah- langkah yang dapat digunakan dalam menentukan suatu
bahaya:

 Analisa tiap- tiap langkah untuk mencari, menemukan dan memerinci bahaya- bahaya
yang ada
 Catatlah yang ditemukan tersebut pada worksheet (kertas kerja).
 Bicarakan dengan orang yang akan dilibatkan dalam pembuatan job safety analysis
tersebut dan mintalah pendapatnya
 Bicarakan dan diskusikan dengan karyawan- karyawan lain yang mempunyai
pengetahuan tentang pekerjaan yang akan dianalisa tersebut.

VI.4.2. Mencari dan menemukan cara mengatasi bahaya

Bila bahaya telah ditemukan, langkah selanjutnya adalah mulai mencari dan menemukan cara
untuk mengatasi bahaya tersebut agar dapat dihilangkan atau dikendalikan.
Cara untuk mencari pengatasannya dengan menggunakan pertanyaan :

 Apakah
 Bagaimana
 Apakah dapat dikerjakan dengan cara lain ?
 Bagaimana seharusnya mengerjakan

Page
 Bagaimana kalau dengan cara ini
 Apakah mesin ini tidak dapat digeser atau dilindungi ?

Jawaban atas pertanyaan harus berupa penyelesaian yang konkrit, jelas, terarah dan sangat
khusus.

Jawaban yang berupa kata- kata : hati – hati, agar lebih waspada atau lain- lain yang serupa
merupakan jawaban yang tidak ada manfaatnya sama sekali.

VI.5. Mengenali Bahaya yang bisa timbul

Untuk mengenali bahaya apa yang bisa timbul disetiap tahapan pekerjaan, biasanya setiap
tahapan pekerjaan tersebut harus kita amati untuk mengetahui bahaya apa saja yang bisa
timbul. Untuk itu kita perlu memakai sikap bertanya sebagai berikut :

a. Dapatkah para karyawan kontak dengan :


- Arus listrik
- Gas/ asap
- Barang yang terlalu panas/ dingin
b. Dapatkah karyawan terpukul oleh :
- Benda yang bergerak/ melayang
- Benda yang jatuh
c. Dapatkah karyawan terbentur pada :
- Benda yang diam atau bergerak
- Benda yang tajam
d. Dapatkah karyawan terjepit diantara dua barang/ benda
e. Dapatkah karyawan jatuh :
- Pada tempat yang lebih rendah
- Pada tempat yang sama tingginya (tergelincir)

f. Terlalu memforsir tenaga ketika sedang :


- Mengangkat, mendorong, menarik.

VI.6. Mengatasi bahaya yang timbul

Setelah kita mengetahui dan mengenali tentang bahaya apa yang bisa timbul disetiap tahapan
pekerjaan, kemudian kita pikirkan langkah- langkah apa yang harus dilakukan agar bahaya
tersebut tidak mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan.

Page
Bahaya bisa dicegah dengan cara :

a. Melakukan pekerjaan yang mempunyai bahaya terkecil :


- Merubah atau menyediakan peralatan kerja.
Misalnya : Menyiapkan “ kereta dorong “ untuk mengangkat barang.
b. Merubah kondisi fisik : misalnya : merevisi sistem engineering
c. Merubah prosedur kerja
a. Merubah frequency pelaksanaan pekerjaan
b. Menggunakan Alat pelindung diri

Bila telah terjadi perubahan tentang metode, peralatan dan lingkungan ker a serta untuk
menjaga dan menyesuaikan apakah J.S.A tersebut masih memadai untuk waktu sekarang, maka
JSA yang telah ada agar dilakukan perbaikan (revisi) untuk menjaga agar pekerjaan yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan- ketentuan dan yang lebih penting lagi adalah untuk
mencegah kecelakaan sedini mungkin.
J.S.A. yang sudah jadi adalah merupakan bahan meeting yang siap dibawakan pada kegiatan-
kegiatan seperti tersebut dibawah ini :
- Safety meeting
- Training terhadap karyawan baru
- Safety Talks/ Toolbox meeting

Page
6. PROGRAM PENGENDALIAN RESIKO

I. Kontrol Masuk ( Access Control )


 Merupakan salah satu metode/cara untuk melakukan pendataan setiap
orang/pekerja/tamu yang akan memasuki area/lokasi proyek. Sehingga jika terjadi
Emergency pengentrolan jumlah orang yang berada dilokasi proyek tetap terpantau .
 Untuk Metode Acces Control tersebut dapat dilakukan sbb :
1. Setiap orang yang memasuki area lokasi proyek harus meninggalkan tanda pengenal
(ID Card/Bagde/Kartu Identitas) dan mengisi “BUKU TAMU”.
2. Setiap orang yang Keluar area lokasi proyek harus mengisi “BUKU TAMU” dan
tanda pengenal (ID Card/Bagde/Kartu Identitas) harus dibawa oleh orang tersebut.

BUKU TAMU
( ACCESS CONTROL )
Nama Proyek
Kontraktor
Lokasi

JAM JAM
No. TANGGAL NAMA PERUSAHAAN KEPERLUAN MASUKPARAF KELUARPARAF

Page
II. Orientasi & Induksi HSE

Induksi dan orientasi keselamatan ini diberikan kepada karyawan tersebut pada saat hari pertama
karyawan mulai bekerja di bagian mana dipekerjakan.
Dalam induksi dan orientasi ini beberapa hal yang antara lain akan disampaikan adalah:

 Penjelasan tentang Organisasi Perusahaan, Peraturan Perusahaan, Peraturan Pemerintah


yang berhubungan dengan ketenaga kerjaan, Pernyataan kebijakan tentang Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L).

 Tanggung jawab setiap karyawan terhadap keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
(K3L).

 Fungsi tentang alat pelindung diri perorangan (Personal Protective Equipment) yang harus
dipakai oleh setiap orang untuk melakukan suatu pekerjaan.

 Penjelasan tentang prosedur - prosedur antara lain seperti :

- Laporan tentang kecelakaan, hampir kecelakaan dan penyimpangan (Anomaly).


- Bagaimana menangani barang dengan aman (material handling)
- Penggunaan alat pelindung diri perorangan (PPE)
- Mengemudikan kendaraan

Page
LAMPIRAN :

Page
Page
Page
III. Sertifikat Kompetensi & HSE
Lampirkan Data / Sertifikat tenaga ahli yang terlibat di dalam project ini

Page
IV. Sertifikasi Peralatan
Untuk Sertifikat dipekerjaan ini Petrowell menyesuaikan Pekerjaan yang
dilakukan

Page
V. SIKA & JSA

Page
Page
VI. LOTO

Pengertian / Definisi LOTO (Lockout Tagout) ialah suatu prosedur untuk menjamin
mesin/alat berbahaya secara tepat telah dimatikan dan tidak akan menyala kembali selama
pekerjaan berbahaya ataupun pekerjaan perbaikan / perawatan sedang berlangsung sampai
dengan pekerjaan tersebut telah selesai.

Prosedur Umum LOTO (Lockout Tagout) antara lain


1. Mengidentifikasi Sumber Energi.
2. Mengisolasi dan mematikan Sumber Energi.
3. Mengunci dan Memberi Tanda Bahaya pada Sumber Energi.
4. Memastikan Efektivitas Isolasi Sumber Energi.

Page
Gambar Peralatan LOTO (Lockout Tagout)

Gambar Tanda /Label LOTO (Lockout Tagout)

Gambar Penerapan LOTO (Lockout Tagout) di Tempat Kerja

Pe erapan LOTO pada panel listrik


n

Penerapan LOTO pada kran


Pemipaan Penerapan LOTO pada stasiun ditempat kerja

Page
VII. MSDS ( Material Safety Data Sheet )
I. U m u m
1. Setiap bahan kimia yang digunakan harus mempunyai Lembaran Data Keselamatan
Bahan (Material Safety Data Sheet). Lembaran ini berasal dari perusahaan pemasok
bahan kimia tersebut dan harus disimpan ditempat yang diberi tanda dengan jelas atau
di kantor.
2. Ketika menangani bahan kimia yang beracun atau produk mudah menguap yang
dapat menyebabkan luka bakar, harus mengenakan pakaian pelindung. Jika produk
tersebut mengenai kulit, cucilah bagian yang terkena dengan air secepatnya. Bacalah
MSDS untuk mencari cara lain untuk pertolongan pertama. Jika perlu mintalah
pemeriksaan medis.
3. Semua kontainer bahan kimia harus selalu disegel dan diberi tanda dengan jelas.
Kontainer yang kosong harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
bahaya. Drum- Drum yang berkarat harus dibuang untuk mencegah tumpahan secara
tidak sengaja.
4. Setiap tempat dimana disimpan dalam jumlah besar dan/ atau sering digunakan
untuk menyimpan bahan kimia beracun harus dipasang tanda peringatan yang
menyebutkan nama bahan kimia tersebut dan penggunaannya.
5. Lihat MSDS untuk mengetahui prosedur pertolongan pertama untuk perawatan
darurat terhadap cidera akibat terkena bahan kimia. Perawatan selanjutnya harus
dilakukan di fasilitas medis.
6. Pekerja yang terlibat dalam penanganan bahan kimia harus mengetahui letak
tempat pancuran pembasuh, tempat pencuci mata dan cara menggunakannya.
VIII. Pengendalian & Pengelolaan Limbah
Prosedur pemusnahan sampah ini dibuat untuk keperluan agar kebersihan, kesehatan,
keamanan serta kenyamanan ditempat kerja dapat berlangsung secara terus menerus,
baik sebelum maupun setelah melakukan suatu pekerjaan.
Dalam pemusnahan atau penanganan sampah, pelaksanaannya dilakukan oleh seluruh
karyawan yang dikoordinir oleh HSE Departemen serta melibatkan pihak terkait lainnya
(pihak ketiga).
Prosedur pemusnahan sampah ini diberlakukan untuk semua karyawan perusahaan
tanpa terkecuali dan untuk semua lokasi kerja di wilayah operasi perusahaan.
T ujuan :
P rosedur pemusnahan sampah ini dibuat dengan tujuan untuk :
1. Sebagai suatu penegasan manajemen bahwa pelaksanaan program Lingkungan di
perusahaan merupakan suatu kebutuhan bagi seluruh karyawan da dilaksanakan
secara bersama- sama dengan suatu koordinasi serta terkontrol.
2. Menciptakan suatu tempat kerja yang bersih, ramah lingkungan, spesifik serta
tertata dengan baik, dengan demikian akan meningkatkan gairah kerja bagi karyawan

Page
yang pada akhirnya akan mendatangkan suatu benefit baik bagi perusahaan maupun
karyawan sebagai asset perusahaan.
3. Untuk melakukan suatu tindakan yang tepat dan cepat dalam menangani berbagai
macam sampah sehingga kerugian bisa dicegah sedini mungkin.
P ENGELOLAAN SAMPAH / LIMBAH :
Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah/ limbah disini adalah meliputi
pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau penanganan sampah/
limbah sedemikian rupa sehingga sampah/ limbah tersebut tidak menjadi gangguan
baik terhadap kesehatan para pekerja maupun lingkungan hidup.
Pengelolaan Sampah/ limbah yang dilakukan dilingkungan perusahaan adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah/ Limbah :
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab setiap orang dari bagian
masing- masing dimana bagian tersebut menghasilkan sampah. Pada bagian masing-
masing telah diadakan tempat khusus untuk pengumpulan sampah/ limbah, dimana
antara sampah organik, an- organik, limbah B3 dan Metal, tempatnya dibedakan dan
diberi tanda dengan warna tertentu.
a. Sampah Organik :
Sampah organik setiap hari dikumpulkan dimasing- masing tempat kerja pada
penampungan sampah sementara (TPS) yang berwarna Hijau dan pada hari yang telah
ditentukan bersama- sama dengan sampah organik dari tempat kerja lainnya diangkut
untuk selanjutnya dibuang pada Tempat Penampungan Akhir (TPA) yang telah
ditentukan oleh perusahaan atau pemerintah setempat.
b. Sampah an-organik :
Sampah an-organik setiap hari dikumpulkan dimasing- masing tempat kerja pada
tempat penampungan sampah sementara (TPS) yang berwarna Kuning dan pada hari
yang telah
ditentukan bersama- sama dengan sampah an-organik dari tempat kerja lainnya
diangkut untuk selanjutnya dibuang pada Tempat Penampungan Akhir (TPA) yang telah
ditentukan oleh perusahaan atau pemerintah setempat.
c. Limbah B3 (Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun)
Limbah B3 setiap hari dikumpulkan pada drum penampungan sementara (DPS) yang
berwarna Hitam dan pada hari yang telah ditentukan apabila volume limbah B3
tersebut sudah banyak (minimal 2 drum), maka limbah tersebut selanjutnya dikirim
pada perusahaan / badan yang berwenang untuk menangani limbah B3 dimaksud
untuk didaur ulang.
d. Limbah Metal :
Limbah Metal setiap hari dikumpulkan pada drum penampungan sementara (DPS) yang
berwarna Merah dan pada hari yang telah ditentukan apabila volume limbah metal

Page
tersebut sudah banyak, maka limbah tersebut selanjutnya dikirim pada perusahaan /
badan yang berwenang untuk menampung limbah metal dimaksud untuk didaur ulang.
• Tempat sampah harus dilengkapi dengan penutup untuk mencegah agar air hujan
atau binatang tidak masuk kedalam dan tidak boleh ada lubang dibagian bawahnya
• Pemakaian tong sampah yang berlebihan dan tidak dipelihara dengan baik agar
dihindari.
• Pastikan bahwa tempat sampah tidak diletakkan di daerah yang dapat menimbulkan
resiko bagi manusia dan lingkungan. Jangan meletakkan tempat sampah di depan
peralatan gawat darurat, pemadam kebakaran. Letakkan jauh dari sistem pembuangan.
• Sampah sisa makanan harus diambil setiap hari untuk menghindari binatang dan
bau yang tidak nyaman.
Pengambilan sampah dari bagian masing- masing (TPS) menuju ketempat pembuangan
akhir (TPA) dilakukan oleh bagian yang berwenang untuk menangani hal tersebut.
 Untuk setiap
pekerjaan proyek PT Petrowell membentuk suatu team untuk
House keeping area kerja yang mana dilakukan pada sore hari setelah selesai
jam kerja.

Page
LIMBAH B3.
Pengertian Limbah
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 mengenai limbah dan limbah berbahaya
dan beracun, limbah adalah semua sisa aktifitas dan / atau proses produksi. Sampah B3
berarti setiap sampah yang mengandung bahan berbahaya dan/ atau beracun yang
disebabkan oleh karakteristiknya dan/ atau konsentrasinya dan/ atau jumlahnya, baik
langsung maupun tidak, dapat mencemarkan dan/ atau merusak lingkungan dan/ atau
membahayakan makhluk hidup, kesehatan, keberadaan kehidupan manusia dan
organisme hidup lainnya.
Prinsip Umum
Jika suatu bahan telah disebut sebagai limbah, maka ia harus diberi tanda, label dan
disimpan sesuai dengan prosedur pembuangan limbah. Pastikan dokumen yang
diperlukan selesai sebelum menyimpan dan memindahkan limbah B3.
Semua limbah yang pernah berhubungan dengan limbah B3 biasanya menjadi limbah
B3. Drum bekas bahan kimia dikategorikan sebagai limbah B3 karena muatannya.
Limbah B3 (Umum)
• Potongan dan Serbuk Kayu (serbuk gergaji) yang tercemar minyak
Setiap sarung tangan
kain, kayu, lap atau penyerap dan serbuk gergaji yang telah
berhubungan dengan
minyak adalah limbah B3 dan harus diambil secara terpisah,
kemudian dikirim ke incinerator.
• Minyak dan Bekas Oli Lubrikasi
Minyak adalah B3 sesuai dengan definisinya, dan hal yang sama berlaku bagi limbah
minyak serta limbah Oli Lubrikasi. Limbah minyak serta limbah oli lubrikasi dapat
dibuang ditempat yang ditentukan (Pollution Control) bila ada. Bila tidak ada maka
dikirim ke perusahaan yang mempunyai ijin untuk mengelola minyak atau oli bekas
tersebut.
• Bahan Kimia Bekas
Bahan kimia kebanyakan merupakan bahan berbahaya sehingga bekasnyapun
dianggap sebagai sampah B3 yang harus di taruh kedalam penampungan (biasanya
drum), diberi label dan disimpan dengan baik serta jumlahnya harus dicatat.
Mencampur bahan kimia yang berbeda dalam suatu tempat penampungan “SANGAT
DILARANG“, terutama jika bahan kimia tersebut tidak sesuai antara satu dengan yang
lainnya.
TANGGUNG JAWAB
• Bagian yang bertanggung jawab untuk menangani sampah / limbah harus
memastikan bahwa semua sampah/ limbah telah ditangani dengan tepat dan benar
dan memastikan bahwa sampah benar- benar telah dibuang pada tempat pembuangan
akhir atau telah diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk menangani sampah/
limbah tersebut.

Page
• Para pengawas bertanggung jawab untuk memastikan diterapkannya rencana
pengelolaan sampah yang efektif di daerah mereka.
• Para Pengawas harus memastikan bahwa jumlah tempat pengumpul limbah yang
memadai harus disediakan, dipelihara dan dikosongkan secara berkala.
• Setiap karyawan harus membuang sampah mereka dengan rasa tanggung jawab,
memisahkan sampah sesuai dengan jenisnya dan membuangnya pada tempat sampah
yang telah ditentukan.

Page
IX. HSE Meeting ( Safety Talk, Safety Stand Down, Safety Meeting Dll )
RAPAT KESELAMATAN (SAFETY MEETING)
Rapat - rapat keselamatan kerja harus dilakukan oleh setiap seksi / departemen yang
dipimpin oleh pengawas yang bersangkutan di lingkungan kerjanya masing - masing.
Rapat seperti ini harus diadakan secara berkala, sekurang - kurangnya sekali dalam
sebulan (monthly safety meeting) dan berlangsung selama 60 menit. Departemen HSE
akan memberikan petunjuk dan saran serta informasi tentang meeting dimaksud
apabila diminta.
Adapun tujuan dari rapat - rapat keselamatan tersebut adalah :
• Sebagai suatu forum, dimana masalah keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
dapat dibicarakan diantara para pengawas dan bawahan mereka, dan al yang paling
penting adalah untuk mendapatkan saran - saran perbaikan.
• Untuk mengembangkan lingkungan kerja yang aman dan baik.
• Untuk membicarakan dan memberi saran - saran tentang kasus kecelakaan, insiden
dan memberi cara yang terbaik untuk pencegahannya.
• Untuk mengkoordinasikan suatu pelaksanaan latihan penanggulangan keadaan
darurat dan mendorong agar karyawan dapat melakukan kebiasaan bekerja dengan
baik dan aman serta teratur sesuai dengan ketentuan yang ada.
• Untuk menentukan praktek - praktek kerja dan kondisi yang tidak aman serta
mengambil tindakan atau langkah - langkah perbaikan yang diperlukan.
• Untuk mendukung pelaksanaan program K3L dilingkungan operasi Perusahaan.
Selain safety meeting yang dilaksanakan setidak- tidaknya sekali dalam tiap bulannya,
pertemuan untuk membicarakan masalah keselamatan harian (daily safety talks) juga
harus dilaksanakan setiap pagi sebelum melaksanakan pekerjaan dan waktunya selama
lebih kurang 5 - 10 menit.
Disamping monthly safety meeting dan daily safety talks, perusahaan juga
melaksanakan Management Coordination Meeting yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan
sekali dan dihadiri oleh para Manager serta Sr. Management.
Dalam hal apabila terjadi kecelakaan yang signifikan baik ditempat kerja dimana
karyawan perusahaan melakukan kegiatannya maupun ditempat kerja lain dimana ada
karyawan perusahaan lain yang mengalami kecelakaan, maka perusahaan akan
melakukan pertemuan dalam bentuk Stand Down Meeting sebagai “Learning From
Events” yang dihadiri oleh Direktur atau yang mewakilinya serta seluruh karyawan
untuk membahas tentang apa sesungguhnya yang terjadi dan bagaimana hal tersebut
agar tidak terjadi lagi dikemudian hari diperusahaan dan ini merupakan satu masukan
bagi karyawan perusahaan sebagai suatu pelajaran.

Page
Page
X. Pengukuran Kualitas Lingkungan Kerja ( kebisingan, konsentrasi gas,
pencahayaan, radiasi, temperatur dll )

1.0 TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk memberikan karyawan pemahaman yang lebih baik tentang
kerja fasilitas kebersihan yang disediakan untuk memenuhi persyaratan kebersihan diri

2.0 RUANG LINGKUP

2.0.1 Pemeriksaan Lingkungan Kerja


2.0.2 Penanganan bahan kimia berbahaya.
2.0.3 Pemeriksaan penggunaan pestisida
2.0.4 Pemeriksaan Hygine Industri
2.0.5 Pemeriksaan limbah industri di tempat kerja
2.0.6 Pemeriksaan alat pelindung diri

Page
2.1 REFERENSI

2.1.1 UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja psl 2, psl 3 ayt 1, f, g, I, j, k, l, m psl
5, psl 8, psl 9 dan psl. 14
2.1.2 UU No.3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi ILO No. 120 me genai Hygiene
dalam perniagaan dan kantor psl 7
2.1.3 Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan
kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.
2.1.4 Kepmenaker No.51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat
Kerja
2.1.5 Kepmenaker No.187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di
Tmp Kerja.
2.1.6 Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 ttg pengawasan atas peredaran
Peyimpanan dan penggunaan Pestisida
2.1.7 Permenaker No. 3 Tahun 1986 ttg syarat-syarat K3 di tempat kerja yg mengelola
pestisida
2.1.8 Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan APD
2.1.9 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1997 ttg NAB Faktor Kimia dll.
Udara Lingkungan Kerja
2.1.10 Permenaker No. 3 tahun 1985 ttg K3 pemakaian asbes

3 DEFINISI

Hygiene industry merupakan aspek perlindungan bagi kesehatan tenaga kerja dan sarana
untuk membina dan mengembangkan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang
disiplin, dedikatif, penuh tanggung jawab dan mampu bekerja secara produktif dan efisien.

4 PROSEDUR

I. Pemeriksaan Lingkungan Kerja

Tempat kerja, dalam wilayah hukum R.I :


(1) Darat, dalam tanah, di Permukaan air, dalam air, Udara
(2) Rincian tempat kerja, terdapat sumber bahaya yg berkaitan dengan
: a.Keadaan mesin/ alat/ sifat bahan
b. Cara kerja, Sifat pekerjaan, tempat kerja
c. Lingkungan kerja
d. Proses produksi
(3) Kemungkinan untuk perubahan atas rincian tempat kerja

Page
Syarat-syarat K3
(1) Arah dan sasaran yang akan dicapai melalui syarat-syarat K3  preventif
(2) Pengembangan syarat-syarat K3  IPTEK
(3) Penerapan syarat-syarat K3  sejak tahap perencanaan s/d pemeliharaan
(4) Mengatur prinsip-prinsip teknis tentang bahan dan produksi teknis

Wewenang dan kewajiban :


 Direktur
 Peg. Pengawas
 Ahli K3

Kewajiban :
- Pengurus / Direktur  diwajibkan memeriksakan kesehatan TK
- Berkala  (permen No. 02/Men/1980 dan Permen No. 03/Men/1982)
Pembinaan

(1) Pengurus wajib menunjukan dan menjelaskan  TK baru

(2) Dinyatakan mampu dan memahami  pekerja

(3) Pengurus wajib  pembinaan TK

(4) Pengurus wajib memenuhi dan mentaati syarat-syarat K3

Syarat-syarat Bangunan Perusahaan :

o Terhindar dari bahaya kebakaran dan kecelakaan


o Terhindar dari bahaya keracunan, dan penularan penyakit
o Memajukan kebersihan dan ketertiban
o Mendapat penerangan yang cukup
o Mendapat suhu dan peredaran udara yang baik
o Terhindar dari gangguan debu, gas, uap dan bau yang tidak menyenangkan
Persyaratan Khusus Gedung:

o Gedung harus kuat buatannya dan tidak boleh ada bagian yg mungkin rubuh
o Tangga harus kuat buatannya, aman dan tidak boleh licin karena untuk menghindari
terjadinya terpeleset
o Lantai, dinding, loteng dan atap harus selalu berada dalam keadaan terpelihara dan
bersih
o Dinding dan loteng serta bagian-bagian lainnya harus dikapuri minimal sekali dalam
5 tahun
o Dinding yang dicat harus dicuci minimal 1 kali setahun
Lantai harus dibersihkan sehingga selalu dalam keadaan bersih

Page
Persyaratan Ruang Udara

 Setiap tempat kerja harus dibuat & diatur shg tiap orang yang berkerja mendapat
ruang udara (cubic space) yang minimal 10 m dan ideal adalah 15 m.
 Tinggi tempat kerja diukur dari lantai sampai daerah loteng harus minimal 3 m.
 Ruang udara yang memenuhi syarat adalah ruangan yang tidak mengganggu sirkulasi
udara.
 Luas tempat kerja harus sedemikian rupa sehingga tiap pekerja/buruh dapat tempat
yang cukup untuk bergerak secara bebas yaitu minimal 2 m buat seorang
pekerja/buruh.
 Atap tempat kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
perlindungan yg baik kepada pekerja/buruh dari panas dan hujan.
 Dinding tidak boleh basah atau lembab

Persyaratan Penyediaan Air


Air yg digunakan utk makan dan minum harus memenuhi syarat-syarat sbb :
 Air tidak boleh berbau & harus segar
 Air tidak boleh berwarna & berasa
 Air tidak boleh mengandung binatang atau bakteri yg berbahaya
Persyaratan Kakus
 Jumlah kakus adalah sebagai berikut :
I. Untuk 1 – 15 orang buruh = 1 kakus
II. Untuk 16 – 30 orang buruh = 2 kakus
III. Untuk 31 – 45 orang buruh = 3 kakus
IV. Untuk 46 – 60 orang buruh = 4 kakus
V. Untuk 61 – 80 orang buruh = 5 kakus
VI. Untuk 81 – 100 orang buruh = 5 kakus
 Dan selanjutnya untuk tiap 100 orang = 6 kakus

Persyaratan Penyediaan dan Pemeliharaan Dapur :

 Lantai dapur harus dibersihkan pada waktu-waktu tertentu, sehingga selalu dalam
keadaan bersih

 Lantai tempat kerja hrs terbuat dari bahan yang keras, tahan air dan bahan kimia
yang merusak, datar & tidak licin

 Alat & bahan harus selalu disusun atau disimpan secara rapi dan tertib

 Susunan tersebut
harus sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya
tertimpa atau mungkin menyebabkan buruh terjatuh.

Page
 Buruh/tenaga kerja dalam perusahaan-perusahaan tertentu dapat diwajibkan
memakai pakaian kerja menurut syarat-syarat yang ditetapkan & disediakan oleh
majikan

 Dapur, kamar makan & alat keperluan makan harus selalu bersih & rapi

 Dapur & kamar makan serta kakus tidak boleh berhubungan langsung dengan
tempat kerja & letaknya harus dinyatakan jelas

 Alat-alat makan atau masak sesudah dipakai harus dibersihkan dengan sabun dan air
panas & dikeringkan. Alat-alat tersebut harus dibuat dari bahan-bahan yg mudah
dibersihkan

 Tempat duduk harus disesuaikan dengan postur tubuh pekerja/buruh agar nyaman
pada saat bekerja dan tidak menimbukan sakit pada tulang belakang dan sesuai
standart Ergonomi.

 Kakus-kakus harus selalu bersih terutama lantai dan dinding serta dibersihkan oleh
pegawai tertentu

 Makanan yg disediakan untuk buruh harus menurut menu yg memenuhi syarat-


syarat kesehatan

 Semua pegawai yang mengerjakan dan melayani makanan atau minuman harus
bebas dari salah satu penyakit menular dan selalu harus menjaga kebersihan
badannya

Persyaratan Penerangan Gedung

 Tempat masuknya cahaya alami seperti: jendela, kaca dan lobang berkaca harus
dapat memasukan cahaya dan seluruhnya harus 1/6 dari pada luas lantai tempat
kerja dan diatur agar cahaya dapat masuk merata.

 Jika tempat kerja yang tidak tercukupi cahaya matahari atau untuk pekerja/buruhan
yang dilakukan pada malam hari maka harus diadakan penerangan buatan yang
aman dan cukup intensitasnya dan harus selalu menyediakan alat-alat penerangan
darurat.

 Apabila alat penerangan darurat menyebabkan kenaikan suhu dalam tempat kerja
maka tidak boleh melebihi 320C.

Syarat Sumber Penerangan :

 Menghasilkan kadar penerangan yang tetap dan merata


 Tidak menimbulkan asap atau gas
 Tidak berkedap kedip
 Tidak menyilaukan atau menimbulkan bayangan kontras

Page
Syarat Tempat Kerja yang wajib mempunyai penerangan darurat :

- Tempat kerja yang digunakan pada malam hari


- Jalan-jalan keluar atau gang

Syarat Penerangan Darurat

 Mempunyai sumber tenaga terpisah dari instalasi umum


 Ditempatkan pada tempat yang tidak menimbulkan bahaya
 Mempunyai kekuatan paling sedikit 5 Lux .
 Jalan atau gang di beri tanda pengenal dengan cat luminous , bahan-bahan reflektif
atau bahan fluorescence

Kadar penerangan diukur dengan alat pengukur cahaya yang baik, setinggi perut ( 1 meter)

Kekuatan
Cahaya
NO Jenis tempat kerja / pekerja/buruhan
Minimum
(lux)
1 Halaman & Jalan Lingkungan 20

Mengerjakan/menyisihkan barang kasar : gang-gang, gudang penyimpan


2 50
barang2x besar, tangga

Mengerjakan/membedakan barang kecil scr sepintas :


3 Penggilingan padi, pemisahan/pengupasan biji, kamar mesin/uap, tempat 100
menyimpan barang sedang/kecil, kakus/KM/tempat kencing

4 Membedakan barang-barang kecil agak teliti : pemasangan alat ukuran


200
sedang, pekerjaan mesin bubut, menjahit tekstil/kulit, pengemasan daging

5 Membedakan barang kecil secara teliti : penenunan manual


bahan katun/wol dgn warna cerah, pekerjaan kantor (menulis, 300
membaca, pengarsipan)

6 Membedakan barang halus dan kontras sedang dalam waktu lama :


pemotongan gelas kaca, menjahit tekstil dengan warna tua, 500 - 1000
pekerjaan kantor (akuntan, mengetik manual)

7 Membedakan barang halus dan kontras rendah, dalam waktu lama :


1000
reparasi arloji, pengasahan intan, menjahit bahan pakaian warna tua

Page
Kepmenaker :
No.51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja

Pasal 1
Ayat. 3
Nilai Aambang Batas : Standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu

Ayat.4
Faktor Fisika adalah Iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro dan sinar ultra ungu

Ayat.10
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran

Pasal 3
Ayat 1
Nilai Ambang Batas Kebisingan : 85 dBA utk 8 jam

Pasal 4 :
Ayat.1 NAB getaran alat kerja/tidak langsung : 4 m/det 2

Pasal 7 :
Pengukuran dan penilaian faktor fisika di TK dilaksanakan oleh Pusat & atau balai Hiperkes atau
pihak-pihak yang ditunjuk

Pasal 9 :
Peninjauan NAB faktor fisika di TK dilakukan sesuai dengan perkembangan IPTEK

KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS


Perusahaan, Potensi Bahaya Besar

 Mempekerjakan Petugas K3 Kimia :


- Sistem Kerja Non Shift min. 2 orang
- Sistem Kerja Shift min. 5 orang
 Mempekerjakan Ahli K3 Kimia min. 1 orang
 Membuat Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar
 Melaporkan Setiap Perubahan (bahan, kuantitas, proses dan modifikasi instalasi)
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Faktor Kimia min. 6 bulan sekali
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi min. 2 tahun sekali
 Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja min. 1 tahun sekali

Page
KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS
Perusahaan. Potensi Bahaya Menengah
 Mempekerjakan Petugas K3 Kimia :
- Sistem Kerja Non Shift min. 1 orang
- Sistem Kerja Shift min. 3 orang
 Membuat Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Menengah
 Melaporkan Setiap Perubahan (bahan, kuantitas, proses dan modifikasi instalasi)
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Faktor Kimia min. 1 tahun sekali
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi min. 3 tahun sekali
 Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja min. 1 tahun sekali

PETUGAS K3 KIMIA
Berkewajiban :
 Melakukan Identifikasi Bahaya
 Melaksanakan Prosedur Kerja Aman
 Melaksanakan Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
 Mengembangkan K3 Bidang Kimia

PETUGAS K3 KIMIA
Persyaratan Penunjukan :
 Bekerja pada Perusahaan ybs.
 Tidak Dalam Masa Percobaan
 Hubungan Kerja Tidak Didasarkan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu)
 Telah Mengikuti Diklat Tehnis K3 Kimia
 Pengajuan Permohonan Tertulis dari Pengusaha atau Pengurus kpd Menteri
atau Pejabat yg Ditunjuk

Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan APD


Instruksi kepada kadisnaker untuk memerintahkan kpd Bina Norma KK dan Hyperkes :
1. Mengawasi pemakaian APD
2. Mengawasi pengedaran dan pemakaian APD buatan dlm/luar negeri
3. Merekomendasi produk APD luar negeri yang bersertifikat kelayakan senilai SNI

Objek pengawasan Lingkungan Kerja meliputi :


1. Pengendalian bahaya besar (pestisida, BKB, dll)
2. Hygine Perusahaan dan Sanitasi lingkungan
3. Faktor-faktor bahaya Lingkungan Kerja

Page
PENGENDALIAN BAHAYA BESAR
1. Bahaya besar ( Major Hazard ) didefinisikan
sebagai suatu aktivitas industri yang menghasilkan atau menggunakan bahan berbahaya
dalam jumlah yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan luas dan kematian atau
mencederai orang-orang, baik yang ada di dalam atau di luar pabrik.
2. Pengendalian bahaya besar
menyangkut masalah pencegahan dan pengurangan akibat kecelakaan besar yaitu
kecelakaan yang dapat membahayakan orang-orang dan harta benda, tidak saja di
tempat kerja (TK, alat), tetapi juga di lingkungan sekeliling perusahaan tersebut.

Pengendalian bahaya besar meliputi :

1. Kecelakaan besar yang terjadi karena bencana alam atau ulah manusia :
• Karena kekuatan alam ( gempa bumi, letusan gunung, banjir, taufan,dll).
• Karena ulah manusia ( kecelakaan kapal laut, tabrakan kereta api,
jebolnya bendungan air, jatuhnya pesawat terbang)
2. Kecelakaan besar akibat bahan kimia yang terdiri dari :
• Kebakaran dan peledakan, dan
• Awan beracun
Penanganan bahan kimia
berbahaya
Faktor bahaya fisik
 SUARA : - tuli
 SUHU : – heat stroke, heat cramps, frosbite dsb
 RADIASI :
Elektromagnetis : mempengaruhi lensa mata
Radioaktif : susunan darah/syaraf; kematian jarinagn
 TEKANAN UDARA :
Caisson’s disease
 PENERANGAN : kelainan pada mata dan kelelahan
 GETARAN : reynond’s disease (penyempitan pembuluh darah)
 KELEMBABAN UDARA (baik 50 –70 %)
 VENTILASI : pertukaran udara

Faktor bahaya kimia


Pencemarkan udara :
 Fumes :
o Partikel logam
 Asap :
o Zat arang

Page
 Gas :
o Menempati ruang tertutup
o Mudah menjalar/ menyebar
 Uap :
– Berbentuk padat/cairan
– Mudah menyebar
– Mudah bercampur dengan udara sekelilingnya

Bahan kimia berbahaya i


(Hazardous Chemical)
1. Oxidazing materials :
Zat dengan zat lain reaksi sangat eksothermis;
Mis. : perokside
2. Explosive materials :
Zat yg apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan
ledakan; Mis. : TNT, NH4NO3, Glycerine dsb
3. Corrosive materials :
Zat yg dapat merusak kulit
Mis. : asam sulfat, asam chloride dsb.
4. Highly flammable materials :
- Bahan yang Flash Point < 21* C
- Flammable liquid, Flash Point 21 – 55* C
Mis. : Acetone, Ethyl methyl ketone dsb

Bahan kimia berbahaya II


(hazardous chemical)
1. Toxic materials :
Zat yg dapat menyebabkan efek serius, akut maupun khronik, bahkan kematian apabila
dihirup, ditelan, atau terserap melalui kulit;
Mis. : phosgen, TEL dsb.
2. Radioactive materials :
Mis. : Cobalt dsb.
3. Irritant materials :
Mengakibatkan peradangan selaput kiulit baik terjadi segera ataupun setelah berkali-
kali terjadi kontak.
4. Harmfull materials :
Mengakibatkan efek kesehatan secara terbatas
Faktor bahaya biologis :
– Virus
– Bakteri

Page
– Jamur
– Serangga
– Cacing
– Parasit
– Binatang buas dll
ERGONOMI
– Sikap kerja yang tidak sesuai
– Peralatan yang tidak sesuai
– Kerja yang senantiasa duduk/ berdiri
– Proses, sikap dan cara kerja yang monoton
– Beban kerja yang melebihi kemampuan dll.
PSIKOLOGIS
 Kerja yang Terpaksa/ Dipaksa Tidak Sesuai Kemampuan
 Suasana Kerja Tidak Menyenangkan
 Pikiran yang Senantiasa Tertekan
 Hubungan Kerja yang Tidak Baik
 Kerja yang Tidak Sesuai dengan Keinginan dll

PENYAKIT AKIBAT KERJA

Setiap penyakit yang disebabkan oleh :


 pekerjaan atau
 lingkungan kerja

Page
FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN TENAGA KERJ

KAPASITAS KERJA : LINGKUNGAN KERJA


Keterampilan
Fisik
Kesegaran Jasmani
Kimia
Gizi
Biologi
Kelamin
Fisiologi
Usia
Psikologi
Ukuran Tubuh
Motivasi

BEBAN KERJA
Fisik
Mental
Sosial

Page
TUJUAN PENGAWASAN KESEHATAN KERJA

Upaya perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain dari potensi bahaya yang berasal dari :
• Kondisi mesin, pesawat, alat kerja, bahan, energi
• Lingkungan kerja
• Sifat pekerjaan
• Cara kerja
• Proses produksi

UPAYA PENGENDALIAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)

PROMOTIF PREVENTIF KURATIF REHABILITATIF

Pemeliharaan Pemeriksaan Pengobatan Alat bantu


kesehatan kerja Kesehatan Kerja P3K dengar Protese
Pembinaan Imunisasi Rawat jalan Mutasi
Gerakan OR Penggunaan Rawat Inap Kompensasi
Tdk merokok APD Rotasi Kerja
Gizi seimbang Pengurangan
Ergonomi waktu kerja
Pengendalian
Lingk.Kerja
Hygiene sanitasi

Pelayanan kesehatan kerja PERMENNAKERTRANS no. 03/1982


TUGAS POKOK PELAYANAN KESEHATAN KERJA :
1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2. Peneyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja
3. Pembinaan dan pengawasan lingk. Kerja
4. Pembinaan dan pengawasan sanitari
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan utk kesehatan tenaga kerja
6. Pencegahan thd penyakit umum dan PAK

Page
PELAYANAN KESEHATAN KERJA PERMENNAKERTRANS NO. 03/1982

No Jumlah Tenaga Kerja Bentuk Penanggung Jawab

1. > 500 orang Klinik Dokter (fulltime)

2. 200 s/d < 500 orang Klinik Dokter (sekali 2 hr)


(risiko rendah) Paramedis (sehari2)

3. 200 s/d < 500 orang Klinik Dokter (full time)


(risiko tinggi)

4. 100 s/d < 200 orang Klinik Dokter (sekali 3 hr)


(risiko rendah) Paramedis (sehari2)

5. 100 s/d < 200 orang Klinik Dokter (sekali 2 hr)


(risiko tinggi) Paramedis (sehari2)

6. < 100 orang bersama-sama dgn


persh. lain

XI. Pemeriksaan Kesehatan Rutin


PROSEDUR STANDAR OPERASI PEMERIKSAAN KESEHATAN
(Standard Operating Procedure Medical Check Up)
Ruang Lingkup dan Tujuan
Prosedur standar operasi ini digunakan bagi seluruh karyawan yang bekerja didalam
wilayah operasi perusahaan dan dibuat sehubungan dengan upaya perlindungan
terhadap kesehatan kerja bagi karyawan sedangkan tujuannya adalah untuk :
• Menyiapkan perusahaan agar mempunyai panduan secara konsisten dan jelas
terhadap suatu standar yang diinginkan untuk pemeriksaan kesehatan terhadap
karyawan yang bekerja diperusahaan.
• Menjamin bahwa setiap karyawan yang bekerja diperusahaan benar-benar sehat
untuk melaksanakan tugasnya, tanpa mempunyai resiko baik terhadap pribadinya
maupun terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang lain.

Page
Dasar Hukum
• Undang- Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-01/MEN/1981 tentang
Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
• Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang
Timbul Karena Hubungan Kerja.

Definisi / Batasan :
• Karyawan adalah setiap tenaga kerja yang bekerja untuk perusahaan
• Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up) adalah pemeriksaan kesehatan untuk
mengetahui dan menilai tentang tingkat kesehatan tenaga kerja yang dilakukan oleh
dokter yang ditunjuk oleh perusahaan.
• Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
dokter yang ditunjuk oleh perusahaan dan yang mempunyai wewenang untuk itu,
sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan.
• Pemeriksaan Kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu- waktu
tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter yang berwenang.
• Pemeriksaan Kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter yang berwenang secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.

Page
Page 77
XII. Kartu Observasi ( PEKA )
Lampirkan Kartu Observasi

XIII. Rambu-rambu dan Promosi HSE


P ROSEDUR
Konstruksi Manager di lokasi proyek harus menyediakan dan memelihara hambatan
(barikade, garis kuning) dan tanda-tanda keselamatan untuk digunakan di daerah
mereka

HSE Officer & Supervisor lapangan bertanggung jawab untuk memberikan saran dan
rekomendasi untuk penyediaan tanda-tanda keselamatan di tempat kerja.

Hambatan dan / atau tanda-tanda akan ditempatkan di sekitar :


daerah berbahaya Diduga, seperti: Penggalian / parit; Area Angkat Berat, daerah
Kebisingan yang berlebihan, Radiasi Kegiatan, Pengujian Tekanan, dll
• Situs Kecelakaan Major
• Daerah Dibatasi

Semua tanda-tanda peringatan harus ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

Daerah dibarikade harus disediakan dengan kaset reflektif selama operasi malam hari.

Page
Standad tanda keselamatan / safety signs standards sebagai :

A. Warna
CONTRASTING SYMBOL
MEANING OR PURPOSE SAFETY COLOR
COLOR (IF REQUIRED)

STOP/Prohibition Red White – Black

CAUTION Yellow Black – Black

MANDATORY Blue White – White

SAFE CONDITION Green White – White

B. Bentuk Geometrical dan Arti Tanda Keselamatan

Geometrical Arti / Makna

Lingkaran Tanda-tanda wajib dan larangan

Segitiga
Tanda-tanda peringatan

Empat persegi Darurat, informasi dan tanda-tanda


panjang
tambahan

Contoh Tanda / Rambu (safety sign)

A. Prohibition Signs / Tanda Larangan

Page
B. Tanda Berbahaya / Warning Signs

C. Tanda Wajib / Mandatory Signs

D. Tanda Darurat / Emergency Signs

E. Tanda Pemadam Kebakaran / Fire Fighting Signs

XIV. House Keeping


Dalam ruang lingkup kerja diartikan sebagai pembersihan atau pemeliharaan tempat
kerja, termasuk keteraturannya. Inspeksi house keeping dijadwalkan pengawasnya
ole dan dilaksanakan setiap waktu terus menerus
I. DEFINISI TERATUR
Tempat/ kantor disebut teratur apabila tempat tersebut tidak ada barang- barang yang
tidak perlu dan semua barang- barang yang diperlukan berada pada tempat yang
semestinya
II. TUJUAN
Pada dasarnya tujuan dari house keeping adalah untuk menciptakan lingkungan kerja
yang bersih, rapi, aman dan indah sehingga tercapai sasaran :
• Safety adalah untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan bahaya
kebakaran

Page
• Kwalitas adalah untuk menjaga agar kesehatan lebih terjamin, mempertinggi
moral sehingga lebih bergairah kerja
• Produktivitas agar hasil kerja lebih meningkat dari karyawan
• Biaya akan lebih efektif akibat dari ketiga faktor tersebut diatas.
III. PERSONAL YANG BERTANGGUNG JAWAB :
Semua personal / karyawan bertanggung jawab atas keamanan, kebersihan didaerah
kerja masing- masing. Supervisor mengawasi dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
pemeliharaan tempat kerja.
IV. PRINSIP MELAKSANAKAN HOUSE KEEPING
Prinsip – Prinsip Memelihara Tempat Kerja Antara Lain :
1. Pembersihan

Bahan - bahan bekas dan yang tidak terpakai agar dibuang dan ditempatkan ketempat
khusus/ keranjang sampah. Agar diingatkan bahwa bahan - bahan bekas/ sampah
jangan sekali - kali dibakar ditempat sampah tersebut melainkan dikumpulkan pada
tempat pembuangan sampah yang sudah ditentukan.
2. Menempatkan Kembali

Barang - barang yang sudah digunakan agar sisanya yang masih dipakai dikembalikan
ketempat semula dan perkakas & alat kerja yang digunakan disimpan kembali
ketempatnya.
3. Tumpahan Cairan Harus Dibersihkan

Cairan - cairan yang tumpah dilantai dapat membuat lantai menjadi licin, sehingga
merupakan suatu sumber kecelakaan, sedangkan cairan minyak dapat menimbulkan
“kebakaran” oleh sebab itu bersihkanlah segera cairan yang tumpah tersebut.
4. Merapikan Kabel - Kabel Listrik

Semua kabel - kabel listrik jangan diletakkan sembarangan dan malang melintang di
jalan - jalan atau gang - gang yang dilalui oleh karyawan atau pekerja supaya tidak
tersandung atau pun terbelit.
5. Merapikan Paku- Paku Atau Benda- Benda Yang Berserakan

Apabila ditemukan paku di balok- balok kayu, atau benda - benda


lainnya yang
berserakan maka segeralah dibengkokkan/ dicabut maupun
disingkirkan.
6. Penyusunan Alat - Alat Kerja Yang Terletak Diatas Tempat Kerja

Peralatan kerja harus diusahakan rapi dan teratur untuk mempermudah pencarian dan
tidak membahayakan orang lain.
7. Penutupan Lubang -Lubang

Semua lubang - lubang yang terdapat dilantai tempat kerja baik kecil mau pun besar
harus segera ditutup atau diberi penutup.

Page
8. Parit -Parit Harus Bersih

Parit - parit harus terpelihara dengan baik, diusahakan agar pengalirannya selalu lancar,
oleh karena itu harus bersih dari sampah - sampah
9. Tempat Ganti Pakaian

Tempat tersebut harus dijaga agar tetap bersih, buanglah barang - barang yang tidak
diperlukan kedalam tempat sampah.
10. Kamar Kecil, Tempat Cuci Tangan

Jagalah tempat - tempat tersebut agar selalau dalam kondisi bersih, rapi dan memenuhi
syarat kesehatan.
V. KESIMPULAN
House keeping adalah salah satu aspek yang harus dilaksanakan di dalam program
keselamatan kerja karena dengan terpeliharanya tempat kerja itu maka kecelakaan
dan bahaya kebakaran dapat dihilangkan, gairah kerja diharapkan meningkat dan
produktivitas juga meningkat.
Contoh : Untuk Mengetahui Apakah Tempat Tersebut Bersih Atau Tidak.
1. Mesin Dan Peralatan.

a) Harus bersih dan


bebas dari barang - barang yang mengganggu atau yang
bergantung.
b) Harus mempunyai pengaman (guard) dalam kondisi yang baik.
2. Stock dan Material

• a) Harus diletakkan dengan baik dan di atur


• b) Harus dimuat yang rapi dalam baki/ rak.
• c) Menggunakan system
3. Peralatan Kerja

a) Harus ditempatkan dengan baik.


b) Harus bekerja dalam kondisi yang baik.
4. Gang

a) Harus tersedia cukup ruang untuk dapat bergerak dengan bebas saat bekerja.
b) Harus bebas dan aman dari segala rintangan.
c) Harus diberi tanda yang jelas.
5. Lantai

a) Harus mempunyai permukaan yang aman dan cocok digunakan saat bekerja.
b) Harus kering dan bersih dari barang - barang yang tidak berguna.
c) Harus mempunyai tempat sampah.

Page
6. Gedung Dan Bangunan
a) Harus mempunyai dinding dan jendela, yang bersih dan bebas dari barang yang
tidak berguna.
b) Harus mempunyai sistem penerangan yang dipelihara dengan baik dan efisien.
c) Tangga harus selalu bersih, bebas dari bahaya dan terjaga kondisinya
d) Langit - langit ruangan harus selalu bersih dan lampu menyala dengan baik.
7. Halaman
Harus ditata dengan baik, bersih dari barang -barang yang tidak berguna.

Page
XV. A lat Pelindung Diri ( APD )

Standar Alat Pelindung Diri.

Sejak alat pelindung diri merupakan alat pelindung bagi para pekerja dimana ancaman bahaya
phisik maupun gangguan terhadap kesehatan tidak mungkin untuk dihilangkan disuatu tempat
kerja, maka alat pelindung tersebut harus disediakan. Adalah sangat penting bahwa alat pelindung
diri yang diperlukan harus digunakan sebagai suatu kesadaran bahwa alat pelindung diri yang
tersedia adalah untuk tujuan agar pekerja selalu bekerja dengan aman dan oleh karena itu maka
bagian HSE akan :

a. Menetapkan standar minimum untuk alat pelindung diri yang dipergunakan oleh
seluruh karyawan yang bekerja dilapangan atau melaksanakan kegiatan perusahaan.

b. Melakukan survey identifikasi bahaya secara menyeluruh untuk seluruh kegiatan guna
menentukan spesifikasi, tambahan persyaratan- persyaratan alat pelindung diri untuk
kegiatan yang berbeda- beda.
c. Memberitahukan petunjuk- petunjuk alat pelindung diri perorangan kepada seluruh
karyawan perusahaan.

Adalah merupakan tanggung jawab bagian pembelian dan bagian HSE perusahaan untuk
menjamin bahwa semua persyaratan- persyaratan alat pelindung diri perorangan sesuai
dengan prosedur yang ditentukan dan diperinci secara jelas dalam setiap pembelian yang
dilakukan oleh perusahaan.

II.2. Penggunaan dan Seleksi Alat Pelindung Diri (PPE Selection and Use).

Seluruh karyawan akan didorong untuk ikut serta dalam menentukan alat pelindung diri
perorangan. Hal ini secara normal dilakukan melalui pertemuan kelompok (group meeting)
atau berdiskusi dengan pengawas kerja dan bagian HSE. Selama dalam penggunaannya seluruh
karyawan secara formal diinstruksikan untuk menjaga dan memelihara seluruh alat pelindung
diri yang telah disediakan untuknya. Untuk mendapatkan penggantian alat pelindung diri yang
baru karena yang lama telah rusak, maka alat pelindung diri yang telah rusak tersebut harus
dikembalikan ke bagian HSE tanpa terkecuali untuk dimusnahkan.

Page
II.3. Catatan Penyimpanan dan Pengeluaran Alat Pelindung Diri (PPE Issue and Record
Keeping).

Semua alat pelindung diri yang dikeluarkan untuk para karyawan akan dicatat. Sebagai
tambahan, catatan pengeluaran tersebut juga akan digunakan sebagai bahan kontrol tentang
penggunaan, seleksi dan untuk stock alat pelindung diri .

II.4. Persyaratan dalam Penggunaan (Requirement for Use)

Persyaratan untuk menggunakan alat pelindung diri perorangan dalam suatu area yang
ditentukan adalah merupakan suatu keharusan. Adalah menjadi tanggung jawab baik setiap
karyawan maupun pengawas yang bersangkutan untuk menjamin bahwa ketentuan yang
dikeluarkan telah sesuai dengan persyaratan yang diinginkan.
Apabila ada karyawan yang dengan sengaja dan mengetahui tidak mengindahkan ketentuan
ini akan dikenakan sanksi serta dikenakan tindakan tidak disiplin yang pada akhirnya
karyawan tersebut dapat dikeluarkan dari perusahaan.

I. PENGAKUAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG


DIRI (RECOGNITION OF USE)

Apabila tepat, lini manajemen harus meluangkan waktunya untuk memberi penghargaan kepada
karyawan untuk kebenarannya dalam menggunakan alat pelindung diri secara teratur dan benar.
Dalam hal dimana seorang karyawan telah terlibat dalam suatu kecelakaan dimana ia karena
menggunakan alat pelindung diri mengakibatkan tingkat keparahan akibat cidera menjadi kecil
(atau telah mencegah bagi yang lain), dalam peristiwa ini lini manajemen harus
mempertimbangkan untuk memberi pengakuan dan penghargaan secara tertulis kepada karyawan
tersebut.

III.1. Evaluasi Alat Pelindung Diri (PPE Evaluation)

Bagian HSE, bekerja sama dengan manajemen lapangan akan melakukan evaluasi tahunan
secara menyeluruh tentang kecukupan dan keefektifan prosedur- prosedur serta kebijakan
tentang alat pelindung diri. Bilamana disadari ada perbedaan, langkah perbaikan sepatutnya
akan disampaikan kepada manajemen.

Page
III.2. Analisa kebutuhan Alat Pelindung Diri (PPE Need Analysis)

Alat pelindung diri merupakan suatu alat untuk mengurangi tingkat keparahan apabila terjadi
kecelakaan. Banyak kecelakaan terjadi yang antara lain disebabkan oleh kesalahan pekerja
dalam menggunakan alat pelindung diri dengan tidak benar.

Hal tersebut diatas dapat terjadi antara lain karena pekerja itu sendiri yang kurang / atau tidak
mengetahui fungsi dari alat pelindung diri yang sebenarnya dan dilain pihak karena masih ada
perusahaan yang belum mempunyai analisa kebutuhan alat pelindung diri, sehingga dengan
demikian secara tidak langsung sering terjadi anggaran yang tidak berkecukupan khusus untuk
alat pelindung diri.

Analisa kebutuhan alat pelindung diri diadakan adalah untuk membantu perusahaan dalam
rangka menentukan kebutuhan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan sehingga dengan demikian keperluan alat pelindung diri pada suatu tempat kerja telah
sesuai dengan persyaratan- persyaratan yang diharuskan untuk bekerja pada tempat kerja
dimana tempat kerja tersebut ada keharusan menggunakan alat pelindung diri yang telah
ditentukan.
Berikut adalah analisa alat pelindung diri berdasarkan jenis alat pelindung diri yang diperlukan
dan area pekerjaan :

ANALISA KEBUTUHAN ALAT PELINDUNG DIRI PERORANGAN


(PPE NEED ANALYSIS)

Pelindung Area Yang Memerlukan (Areas Jenis- Jenis Pelindung


(Protection) Needed) (Types of Protection)
Pelindung Kaki Seluruh daerah kerja per- Semua Sepatu Keselamatan
(Foot Protection) usahaan, kecuali Daerah yang yang telah diakui dan disahkan
telah ditentukan oleh pengawas sesuai standar
yang bertanggung jawab  Spesifikasi : Steel toe cap
ANSI.Z41.1.
ASTM F2413-
2005
Standard Specification for
Performance Requirements
for Foot Protection

Page
Pelindung Mata Seluruh daerah kerja per- Pelindung Muka Menyeluruh
(Eye Protection) usahaan dimana disadari (Full Face Shield)
terdapat gangguan bahaya Kacamata (goggles)
terhadap mata, termasuk : Kacamata keselamatan
- Penanganan Bahan dilengkapi pelindung samping

Page
berbahaya (Safety glasses with side
- Lain-lain yang protection)
telah ditentukan. Semua peralatan tersebut
harus diakui dan disahkan
sesuai standar
ANSI/ ISEA Z87.1-2010
American National Standard for
Occupational and Educational
Personal Eye and Face
Protection Devices
Pelindung Kepala Seluruh daerah kerja Semua Pelindung Kepala yang
(Head Protection) perusahaan, kecuali : telah diakui dan disahkan
Daerah Kamp dan Perkantoran. sesuai standar
ANSI/ISEA Z89.1-2009
American National Standard
for Industrial Head
Protection,
CA/ CSA Z94.1-2005
Head Protection
Pelampung Melakukan perjalanan diatas air Semua life jacket yang telah
(Life Jacket) dengan menggunakan alat diakui dan disahkan sesuai
transport untuk seluruh daerah standar
kerja perusahaan USCG Regulation Title 33
Chap 1.175.B
Personal Flotation Device
(PFD) type III: Flotation Aid.
Pelindung Tangan Seluruh daerah kerja per- Sarung tangan Katun
(Hand Protection) usahaan yang melakukan (Cotton gloves)
pekerjaan berikut ini : Sarung tangan Kulit
- Penanganan Material (Leather gloves)
- Menggunakan bahan- Sarung tangan Karet
bahan berbahaya (Rubber gloves)
- Menggunakan alat- alat
Sarung tangan untuk penahan
dan perlengkapan
panas (Heat resistant gloves)
Semua peralatan tersebut
harus diakui dan
disahkan sesuai
standar
EN 388 -2003 Protective
gloves against mechanical

Page
risks, EN 374-1:2003
Protective gloves against
chemicals and micro-
rganisms,
EN 659:2003
Protective gloves for
firefighters,
EN 12477-2001 Protective
gloves for welders
Pelindung Pernafasan Peralatan ini digunakan pada Semua pelindung pernafasan
(respiratory protection) tempat atau daerah kerja seperti yang telah diakui dan disahkan
: sesuai standar
-Pada tempat yang berdebu ANSI/ AIHA Z88.6: 2006
-Pekerjaan pengecatan, Respiratory Protection
penyemprotan dengan bahan Respirator Use
kimia
-Daerah berasap atau daerah
dimana kekurangan oksigen

Page
7. JOURNEY MANAGEMENT PLAN

 PT. Petrowell, mewajibkan agar semua pekerja / karyawan selalu membuat Route
Assessment jika akan melakukan perjalanan darat / mobilisasi dari lokasi awal ke lokasi
tujuan.
 Untuk perjalanan udara menggunakan pesawat PT. Petrowell mengikuti Sistem
Manajemen Keselamatan yang berlaku di tiap maskapai penerbangan di Indonesia
sesuai dengan ketentuan ICAO yang diatur dalam Annex 17 dan Annex 18.
 Terlampir Ilustrasi
7.1 ROUTE ASSESSMENT
7.2 JENIS ALAT TRANSPORTASI
7.3 Kompetensi Pengendara
7.4 Inspeksi Alat Transportasi ( Format Terlampir )
7.5 Pemeriksaan Kesehatan Pengendara

Page
8. EMERGENCY RESPONSE PLAN
8.1 EMERGENCY RESPONSE PROCEDURE

I. PENDAHULUAN
Perusahaan yang melaksanakan kegiatannya dengan suatu resiko yang berakibat suatu kecelakaan,
menerima dan bertanggung jawab untuk mencegah dan mengontrol situasi-situasi k adaan darurat
(emergency situations) yang dapat terjadi baik didaerah kerja perusahaan sendiri, maupun di
daerah operasi perusahaan yang menjadi mitra usaha. Hal ini juga termasuk pelaksanaannya, baik
secara operasional maupun persoalan-persoalan yang bertalian dengan hubungan luar.

Dalam hal mengurangi kerusakan - kerusakan yang cukup besar disebabkan oleh suatu peristiwa
atau kejadian, perusahaan membuat prosedur tanggap darurat (Emergency Response Procedure)
untuk membantu karyawan-karyawan dalam menangani keadaan darurat.
II. TUJUAN
Tujuan dari rencana ini adalah untuk membuat suatu organisasi tanggung jawab dan prosedur-
prosedur darurat dalam situasi emergency yang sangat berpengaruh terhadap perusahaan.
Perusahaan akan selalu bertanggung jawab untuk melindungi karyawan, harta milik perusahaan
serta lingkungan.
Prosedur tanggap darurat ini digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan situasi keadaan
darurat serta pelatihan keadaan darurat bagi karyawan perusahaan guna mengembangkan
kesiagaan terhadap keadaan darurat.
Seluruh karyawan harus peduli dengan rencana tanggap darurat ini, bagaimana beker anya serta
apa yang harus mereka lakukan untuk menjalankannya.
Semua anggota team pengendali tanggap darurat harus dilatih secara teratur dan
berkesinambungan sesuai dengan rencana.
Tujuan/ sasaran-sasaran dari prosedur tanggap darurat ini diprioritaskan kepada :
a. Menyelamatkan kehidupan manusia
b. Menuju/ pindah ke suatu tempat yang aman dan selamat
c. Melindungi lingkungan hidup tanpa membahayakan orang
d. Melindungi asset perusahaan tanpa membahayakan orang lain
III. RUANG LINGKUP
Panduan rencana tanggap darurat ini dibuat untuk semua operasi perusahaan dan merupakan satu
garis komunikasi kepada kelompok pendukung keadaan darurat.
Cakupan panduan ini terdiri atas hal-hal sebagai berikut :
a. Menetapkan strategi cepat tanggap yang diperlukan dalam mengontrol situasi keadaan darurat.
b. Rincian tentang organisasi dan pertanggung jawaban tentang suatu regu dan individu-individu
pribadi yang diketahui dalam suatu rencana.
c. Mengetahui syarat-syarat dan kebutuhan terhadap kewaspadaan dan komunikasi dengan
badan-badan pemerintah serta organisasi-organisasi lain dalam hal keadaan darurat.

Page
d. Menyiapkan daftar telepon terbaru bagi semua karyawan-karyawan yang bersangkutan dan
organisasi sesuai rencana.

Prosedur tanggap darurat ini bukan mencoba untuk menyiapkan jawaban pertanyaan secara rinci
untuk semua jenis tentang skenario keadaan darurat. Namun demikian, organisasi dan pertanggung
jawaban yang rinci diperlukan untuk menanggapi pada setiap jenis keadaan darurat.

IV. KRITERIA KEADAAN DARURAT DAN PELAKSANAANNYA


IV.1. U m u m
Rencana ini akan dilaksanakan apabila suatu keadaan darurat terjadi yang menyebabkan atau
menimbulkan fatal, cidera serius, kerugian atau kerusakan pada harta milik perusahaan atau
mempunyai pengaruh yang sangat berarti bagi lingkungan.
Prosedur yang dibuat untuk dilaksanakan ini termasuk instruksi-instruksi pada :
• Membatasi dan menghilangkan daerah berbahaya untuk mencegah atau mengurangi kerugian
terhadap karyawan perusahaan, masyarakat atau lingkungan.
• Menetapkan pusat komunikasi di mana karyawan perusahaan harus di tempatkan untuk
mengatur kegiatan tanggap darurat di lapangan (tempat kerja), membantu mengarahkan serta
membantu karyawan .

IV.2. Definisi Keadaan Darurat


Yang dimaksud dengan Keadaan Darurat di dalam rencana ini adalah :
Suatu keadaan mendadak atau situasi/ kondisi yang tidak diinginkan berkembang dan dapat
berakibat membahayakan atau merugikan bagi perusahaan, karyawan, atau merusak lingkungan
yang memerlukan tindakan segera untuk mengurangi akibat yang ditimbulkan dan apabila mungkin,
melakukan tindakan pemulihan untuk menguasai keadaan.
Contoh tentang keadaan darurat yang dimaksud adalah sebagai berikut :
• Suatu kejadian yang mengakibatkan atau dapat menyebabkan terjadinya cidera yang serius.
• Kebakaran yang cukup berarti dan tidak dapat diatasi oleh tindakan pemadaman pemula yang
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan yang sangat serius atau mengancam pada yang lain.
Pelaksanaan Perencanaan.

Rencana ini harus diprakarsai oleh karyawan senior di tempat di mana keadaan darurat dilakukan.
Karyawan senior tersebut pada saat keadaan darurat terjadi merupakan orang yang memegang
peranan sebagai Komando di tempat kejadian. Dia harus dapat memperkirakan masalah-masalah
yang timbul, berunding dengan pengawas yang akan menggerakkan rencana penanggulangan
darurat apabila situasi membenarkan.
IV.3. Pelaporan Keadaan darurat
Adalah sangat penting untuk segera melaporkan setiap keadaan darurat apabila hal itu terjadi.
Dalam keadaan darurat, seorang petugas yang senior di tempat kejadian sangat diperlukan untuk
menganalisa tentang keadaan yang sedang terjadi. Hal ini sangat penting sekali mengingat bahwa

Page
hasil pengamatannya dapat memberikan masukan bagi perusahaan tentang tingkat keseriusan dari
keadaan darurat, dan itu akan sangat membantu dalam menentukan tindakan apa yang harus
segera dilakukan.
Dalam hal terjadi keragu-raguan untuk menentukan tingkat keseriusan yang terjadi, sebaiknya
petugas senior tersebut segera menghubungi ketingkat yang lebih tinggi lagi untuk menentukan
tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan.
V. ORGANISASI KEADAAN DARURAT
Organisasi keadaan darurat yang dibuat oleh perusahaan adalah untuk mengukur situasi keadaan
darurat sesuai dengan definisi yang telah ditetapkan dan yang dapat terjadi di dalam daerah
seluruh operasinya serta sekaligus bagaimana seharusnya menanggulangi keadaan tersebut.
Organisasi seperti yang akan diuraikan dalam rencana ini adalah untuk mengetahui operasi standar
dan prosedur tanggap darurat oleh perusahaan langsung dan mengontrol situasi keadaan darurat
apapun juga.
V.1. Tanggung Jawab Keadaan Darurat.
Direktur :
Direktur bertanggung jawab dan cepat tanggap serta mampu untuk mengatasi seluruh keadaan
darurat dan menjamin bahwa prosedur tanggap darurat ini berada di tempat kerja, selalu
diperbaharui dan secara teratur berlatih sesuai dengan prosedur tersebut untuk membuat agar
semua yang terlibat dapat melaksanakan dengan baik.
General Manager :
Direktur menunjuk General Manager sebagai orang yang bertanggung jawab untuk mengambil
kendali apabila terjadi krisis keadaan darurat apa saja yang terjadi didaerah tanggung jawabnya.
Dalam kapasitas ini, General Manager adalah sebagai pengontrol keadaan darurat (Emergency
Contoller), dia juga bertanggung jawab untuk mengembangkan hal-hal tentang rencana
pengendalian darurat.
General Manager atau yang mewakilinya akan mengatur rencana dan menjamin bahwa daftar tugas
dibuat dan secara teratur diumumkan melalui bulletin board atau dipasang pada papan
pengumuman yang telah ditentukan. Para karyawan diberikan masukan-masukan singkat tentang
prosedur tanggap darurat dan dilatih tentang tanggung jawabnya. Secara teratur mengadakan
latihan penanggulangan keadaan darurat dan memeriksa peralatan pendukung lainnya.
Koordinator Perencanaan Keadaan Darurat :
HSE Supervisor ditunjuk sebagai koordinator perencanaan keadaan darurat di lapangan, didaerah
mana dia bertugas. Dalam kapasitas ini dia akan berkoordinasi kepada General Manager yang akan
membantunya untuk melakukan koordinasi dan adminstrasi rencana pengendalian keadaan
darurat. Koordinator perencanaan keadaan darurat juga akan bertanggung jawab untuk
memelihara dan memeriksa Pusat Pengendalian Keadaan Darurat (Emergency Control Centre) di
lapangan.

Page
VI. KOMUNIKASI
VI.1. Struktur Komunikasi Tanggap Darurat Lapangan.
Komunikasi yang baik sangat penting sekali ketika memberi reaksi yang cepat ter adap keadaan
darurat, hal ini merupakan dukungan yang sangat positif untuk mengatasi situasi tersebut.
Struktur komunikasi awal terjadinya keadaan darurat di lapangan memperlihatkan komunikasi
secara berurutan untuk memberitahu para karyawan perusahaan dan memberikan bantuan ketika
ada kegiatan pengendalian keadaan darurat.

VI.2. Komunikasi Lapangan

Fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk melaporkan dan menjaga agar komunikasi tetap terpelihara
selama keadaan darurat adalah dengan menggunakan Telepon dan Radio.
Informasi tentang sistim komunikasi harus selalu ditinjau ulang dan diperbaharui sesuai keperluan
atau paling tidak satu kali dalam setahun harus diperbaharui oleh Koordinator perencanaan
keadaan darurat (HSE Supervisor). Revisi-revisi tersebut akan dibagikan kepada semua karyawan
yang berkepentingan.
Daftar telepon yang terbaru (Telephone Directory) harus selalu tersedia pada ruang Direktur,
General Manager, Manager, Supervisor serta di tempatkan / dipasang pada lokasi - lokasi kritis di
tempat kerja.
Dalam hal terjadi keadaan darurat di lapangan (tempat kerja), semua pemakai telepon harus
dibatasi hanya untuk berita-berita penting, dengan prioritas utama diberikan untuk komunikasi
yang berhubungan dengan keadaan darurat. Untuk komunikasi yang berhubungan dengan keadaan
darurat hanya boleh dilakukan apabila ada instruksi dari petugas yang berwenang saja.
Bagi petugas yang tidak berwenang DILARANG KERAS membuat pernyataan, baik secara internal
maupun eksternal sehubungan dengan masalah keadaan darurat tersebut, termasuk dalam hal ini
adalah juga memanggil perwakilan-perwakilan dari luar / pihak ketiga dan orang- orang lain.

VI.3. Pusat Komunikasi

Setelah menerima berita tentang keadaan darurat, pusat komunikasi berikut ini akan menetapkan :

VI.3.1. Pos Komando di tempat Kejadian


Pusat pengendalian keadaan darurat yang berada dilokasi kejadian dalam mengatur kegiatan-
kegiatan keadaan darurat di lapangan ditetapkan oleh Komandan Lapangan. Komandan lapangan
adalah orang yang paling senior pada saat terjadinya keadaan darurat di lokasi di mana dia berada.

VI.3.2. Pusat Pengendalian Keadaan Darurat :


Pusat pengendali keadaan darurat berlokasi di kantor PT. Petrowell akan dipimpin langsung oleh
Emergency Controller (General Manager)

Page
VII. TINDAKAN-TINDAKAN DAN PERTANGGUNG-JAWABAN
Pertanggung jawaban secara keseluruhan untuk memprakarsai tindakan-tindakan perbaikan akan
dilakukan oleh karyawan yang senior di tempat kejadian dan dia akan bertindak dalam kapasitasnya
sebagai Komandan lapangan. Dia akan menilai tentang situasi keadaan darurat, melakukan
perundingan dengan Pusat Pengendalian Keadaan Darurat yang akan menggerakkan rencana
pengendalian keadaan darurat apabila situasi mengharuskan.

Ada dua kelompok/ regu yang dapat dibentuk dalam menyikapi situasi keadaan darurat :
a. Regu yang melakukan tindakan untuk mengatasi keadaan darurat di lapangan, dipimpin oleh
Komandan lapangan,
b. Regu Pengendalian Keadaan Darurat (Emergency Controller) dipimpin oleh General Manager
atau yang mewakilinya

VII.1. Regu yang melakukan TINDAKAN di lapangan :


Regu ini dapat terdiri atas karyawan-karyawan lapangan yang berasal dari bermacam-macam bagian,
dan mereka terdiri atas :
• Komandan lapangan (orang yang paling senior berada di lapangan ketika terjadi keadaan
darurat),
• Pemuka-pemuka lapangan beserta karyawannya,
• HSE Representative dan Security

VII.2. Regu yang melakukan PENGENDALIAN Keadaan Darurat (Emergency Controller)

Regu ini terdiri atas :

• General Manager atau yang mewakilinya sebagai pimpinan Emergency Controller,


• Koordinator Pengendali Keadaan Darurat (HSE Supervisor),
• Para pengawas & karyawan lainnya yang bekerja pada perusahaan.

VIII. PELAPORAN DALAM KEADAAN DARURAT


Apabila ada karyawan yang mengetahui suatu keadaan darurat yang cukup berpotensi untuk
menimbulkan suatu bahaya yang lebih besar, dia harus melakukan tindakan-tindakan yang
seperlunya dan kemudian melaporkan kepada atasannya langsung (Pengawas) di lapangan.
Pengawas lapangan setelah menerima pemberitahuan atau mendapat berita tentang kejadian
harus memberi tahu kepada Kantor perwakilan perusahaan dilapangan atau di kantor Pusat
tentang hal-hal berikut :
• Melaporkan kejadian tersebut ke kantor perwakilan di lapangan dan ke General Manager
sebagai penanggung jawab pada daerah di mana terjadi keadaan darurat.
• Hal-hal yang perlu dilaporkan adalah :
- Lokasi kejadian dan Identitas diri pelapor

Page
- Jenis keadaan darurat yang terjadi (kebakaran, ledakan, dan kecelakaan),
- Langkah dan tindakan awal yang telah dilakukan, termasuk peralatan yang digunakan,
- Bantuan yang diperlukan dengan segera
- Identitas diri pelapor
• Perkiraan tentang tingkat keparahan kecelakaan yang terjadi di lapangan.
• Berikan bantuan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) kepada orang-orang yang cidera
sesuai dengan ketentuan.
• Amankan daerah tempat kerja, peralatan dan perlengkapan lainnya.
General Manager atau yang mewakilinya harus segera memanggil Regu Bantuan untuk
menentukan status keadaan darurat, apabila diperlukan sekali, kirimkan alat transportasi dan
lakukan langkah- langkah berikut ini :
a. Dalam hal terjadi keadaan darurat yang kecil :

• Jalankan prosedur-prosedur operasi tanggap darurat dan/atau berikan perintah secukupnya


untuk menjamin tindakan-tindakan pemula yang dilakukan untuk mengendalikan dan
mengamankan keadaan darurat dan regu bantuan harus stand by serta siaga di tempat.

• Catat informasi keadaan darurat tersebut pada “log book” yang telah tersedia, dan isinya berisi
tentang hal-hal berikut :

- Jam dan tanggal kejadian,

- Jenis dari keadaan darurat,

- Lokasi kejadian,

- Kerusakan-kerusakan yang terjadi,

- Siapa yang melaporkan kejadian,

- Tindakan yang telah dilakukan,

- Bagaimana keadaan darurat tersebut ditanggulangi.

• Apabila kejadian tersebut tidak dapat dikendalikan, nyatakan dan umumkan bahwa situasi
keadaan darurat menjadi sulit dikendalikan (keadaan bertambah gawat)

b. Dalam hal keadaan darurat menjadi lebih besar, maka :

Page
• Bunyikan lonceng/ sirine keadaan darurat, semua karyawan harus menghentikan kegiatannya
dan stand by di tempat berkumpul untuk menunggu instruksi selanjutnya. Lakukan evakuasi dari
daerah tersebut.

• HSE Supervisor mengadakan komunikasi dan menyampaikan hal berikut kepada General
Manager atau yang mewakilinya. Selanjutnya General Manager atau yang mewaki inya bertindak
sebagai pimpinan pengendali keadaan darurat dan menetapkan untuk mendirikan Pusat Komando
Pengendalian Keadaan Darurat.

• Siapkan regu bantuan dengan keterangan-keterangan yang diperlukan. Lakukan semua itu
sesuai dengan prosedur pengendalian keadaan darurat.

• Semua karyawan yang bertugas harus siap siaga untuk melakukan tindakan sesuai prosedur
pengendalian keadaan darurat.

VIII.1. Komandan yang berada di tempat kejadian


Karyawan senior yang berada di lokasi kejadian, setelah menerima berita tentang peristiwa/
kejadian, selanjutnya akan mengevaluasi situasi dengan data-data yang ada.
Pada saat kejadian karyawan senior tersebut dianggap sebagai Komandan di tempat kejadian dan
akan memberi laporan tentang keadaan darurat kepada Pusat Pengendali Keadaan Darurat yang
berada di Lapangan.
Apabila hal ini dilaksanakan, Komandan yang berada di tempat kejadian (Komandan Lapangan)
akan melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
• Menetapkan Pos Komando di lapangan.
• Gunakan sistim komunikasi lapangan seperti biasa untuk mendapatkan bantuan di lapangan
(bagian HSE dan lain-lain).
• Hitung dan periksa seluruh karyawan yang berada di lapangan, dan bagi karyawan yang tidak
berkepentingan agar segera dievakuasi.
• Semua daerah berbahaya dan jalan masuk menuju lokasi kejadian agar segera ditutup.
• Catat semua informasi yang diterima dan semua tindakan-tindakan yang telah dilakukan
dengan menggunakan format laporan yang telah tersedia.
• Segera lakukan tindakan untuk mengontrol keadaan darurat, tanpa membahayakan bagi
karyawan.
• Laporkan keadaan kondisi keadaan darurat ke Pusat Pengendalian Keadaan Darurat yang berada
dilapangan dengan tepat tentang status akhir dari masalah tersebut (setiap 5 menit supaya
menyampaikan perkembangan situasi lapangan).

Catatan :
Komandan lapangan dapat menyerahkan tanggung jawabnya kepada pimpinan lain yang lebih senior
dari padanya yang telah dikirim dari Pusat Pengendalian Keadaan darurat .

Page
Pengendalian Keadaan Darurat di Lapangan

Regu Pengendalian Keadaan Darurat yang berada di Lapangan setelah menerima pemberitahuan
tentang adanya keadaan darurat akan :

• Mengaktifkan Pusat Pengendalian Keadaan Darurat dan menghimpun regu / team yang telah
ditentukan serta mengevaluasi kembali situasi keadaan darurat. Regu yang telah atang diminta
untuk stand by di tempat untuk menunggu langkah selanjutnya.
• Memastikan bahwa segala bentuk bantuan untuk keadaan darurat (seperti peralatan
pemadam, perawat), telah dikirim ke lokasi kejadian sesuai permintaan dari Komandan lapangan.
• Membuat catatan-catatan tentang tindakan dan hubungan komunikasi yang telah dilakukan.
• Memberikan saran/ masukan-masukan kepada General Manager, apabila ada.
• Semua bentuk komunikasi lisan yang telah dilakukan harus disusul dengan komunikasi secara
tertulis (fax, telex, dan sebagainya).
• Apabila telah dipertimbangkan bahwa keadaan darurat tersebut telah dapat dikuasai,
sampaikan hal tersebut kepada anggota team.
• Evaluasi kembali semua tindakan dan langkah-langkah yang telah dilakukan selama keadaan
darurat terjadi.

IX. REGU BANTUAN PENGENDALI KEADAAN


DARURAT Umum
Kantor Pusat PT. Petrowell dianggap sebagai Pusat Pengendalian Keadaan Darurat (Emergency
Control Centre).
Setiap regu bantuan yang datang ke Pusat Pengendalian Keadaan Darurat atau yang dikirim dari
Pusat Pengendalian Keadaan Darurat harus dicatat kedalam buku laporan yang telah disediakan.
Setelah diberitahu tentang situasi keadaan darurat yang terjadi, setiap karyawan yang telah ditunjuk
untuk menjadi regu bantuan dalam keadaan darurat harus melakukan hal-hal berikut ini :
• Segera menuju ke tempat Pusat Pengendalian Keadaan Darurat untuk melaporkan diri kepada
petugas di Pusat Pengendalian Keadaan Darurat untuk dicatat.

• Berangkat menuju ke lokasi kejadian beserta peralatan setelah mendapat perintah langsung
dari Pimpinan Pusat Pengendalian Keadaan Darurat.

• Catat semua tindakan dan komunikasi yang telah dilakukan.

Page
IX.1. General Manager

General Manager setelah diberitahu oleh Komandan Lapangan tentang keadaan tersebut,
selanjutnya akan :

• Menyiapkan regu bantuan keadaan darurat dari Kantor Pusat


• Meminta keterangan terperinci tentang kondisi keadaan darurat kepada Komandan Lapangan
• Membicarakan situasi terakhir dan tindakan yang telah dilakukan.
• Ketahui bantuan apa saja yang diperlukan dan siapkan regu tambahan apabila diperlukan
• Apabila keadaan setelah dipertimbangkan akan menjadi lebih besar, kirimkan regu bantuan
keadaan darurat dari Kantor Pusat
• Adakan terus komunikasi dengan Komandan Lapangan.
• Apabila telah diberitahu oleh Komandan Lapangan bahwa keadaan darurat telah dapat
dikendalikan, semua karyawan agar tetap stand by di tempat sampai keadaan benar-benar telah
aman dan situasi telah dikendalikan.

IX.2. Direktur

Direktur setelah diberitahu oleh General Manager tentang keadaan darurat tersebut, telah dapat
dikendalikan secara keseluruhan selanjutnya mengadakan evaluasi kembali tentang tindakan-
tindakan yang telah dilakukan selama emergency.

8.2 Tim Emergency

Respond ( Format

Terlampir )

8.3 Tim Medical

Evacuation ( Format

Terlampir )

8.4 MOU dengan Rumah Sakit ( Lakukan kerjasama dengan RS terdekat dari lokasi Project )

Page
8.5 Emergency Contact Number ( Sesuaikan dengan Project )

PERSONAL CONTACT NUMBER & EMERGENCY CALL


PHONE (OFFICE): 0296- 421197/425824

TELEPHONE
NO NAMA
MOBILE
1 Welly Tjokrodihardjo 08123145080
2 Evi Herlina 081325489667
3 Dody 085640275079
4 Emy Wahyuningjati 08132886820

No EMERGENC FACILITY
Y PHONE
1 Rumah sakit 0551 – 31403,31665
2 Pemadam kebakaran 0551 - 32683
3 Kepolisian 0551 - 21147

8.6 Jadwal Pelatihan ( Emergency Drill )

 Jadwal pelaksanaan pelatihan dilakukan 1 kali sebelum kegiatan proyek dimulai, dengan
terlebih dahulu mensosialisasikan ke seluruh pekerja yang terlibat di proyek tersebut.

Page
8.7 Peralatan Emergency ( Sesuaikan dengan Project )

NAMA
No TYPE KAPASITAS KEGUNAAN PENEMPATAN
PERALATAN

1 APAR POWDER 6 KG – 9 KG Alat Pemadam Api Lokasi Proyek

2 Fire Blanket Fiberglass 1,8m x 1,8m Alat Pemadam Api Lokasi Proyek

Penanggulangan
2 Tempat Sampah - 20 Liter Lokasi Proyek
Pencemaran

3 Hand Phone (HP) Standard - Alat Komunikasi Tim Dilapangan

4 KOTAK P3K Standar Pertolongan Pertama Lokasi Proyek

Page
9. INVESTIGASI INSIDEN
9.1 ANOMALY ANG ACCIDENT REPORT AND INVESTIGATION PROCEDURE

Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa semua karyawan perusahaan memahami
perlunya suatu penanganan kecelakaan, insiden/near miss/ hampir celaka, anomaly/ penyimpangan
dan bahwa setiap kecelakaan, insiden dan penyimpangan/ anomaly yang mungkin terjadi ditempat
kerja ditangani dengan sebaik - baiknya.
Sebagai suatu acuan standar, prosedur ini dapat membantu kita melaksanakan pelaporan dan
penyelidikan untuk suatu kecelakaan, insiden/ near miss dan anomaly sesuai dengan ketentuan
Perusahaan.

Dengan pemahaman yang mendalam atas prosedur pelaporan dan penyelidikan ini, kita menuju ke
suatu sasaran Perusahaan dalam masalah keselamatan kerja, meminimalkan kecelakaan, korban
luka- luka dan kerugian Perusahaan yang mungkin dapat terjadi.

II. BATASAN DAN PENGERTIAN

Kecelakaan (Accident ): adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak diinginkan yang
berakibat luka - luka, cidera, cacat ataupun kematian pada manusia, kerugian proses, kerusakan pada
peralatan atau lingkungan sekitar.

Insiden (Incident) adalah suatu kejadian yang tidak terencana yang tidak mengakibatkan suatu
kerugian, namun apabila hal tersebut terjadi pada kondisi yang sedikit berbeda dapat mengakibatkan
luka - luka pada manusia, kerugian proses, kerusakan pada peralatan atau lingkungan sekitar. Definisi
ini selalu digunakan dalam istilah keselamatan kerja dan kadang - kadang disebut Near Miss atau
lebih tepatnya Near Accident (DNV/ILCI).
Penyimpangan (Anomaly) :

Penyimpangan dari suatu ketentuan/ prosedur (Anomaly) adalah suatu keadaan berbahaya yang
disebabkan oleh karena adanya tindakan dibawah standar, yang mengakibatkan terjadinya kondisi
dibawah standar, yang apabila tidak diatasi dengan segera akan dapat mengakibatkan terjadinya
suatu kecelakaan atau insiden. Anomaly merupakan suatu situasi yang mempunyai potensi untuk
memperbesar terjadinya suatu insiden.
Apabila terjadi suatu penyimpangan (anomaly), semua kegiatan harus segera dihentikan (STOP =
Safety Training Observation Program) untuk selanjutnya segera diadakan perbaikan sampai kondisi
tersebut telah dinyatakan aman oleh pihak yang berwenang.

Kecelakaan dengan Hari Hilang (Lost Time Accident) : adalah suatu kecelakaan yang mengakibatkan
luka atau sakit akibat kerja sehingga karyawan yang bersangkutan tidak mampu untuk bekerja
seperti semula pada shift berikutnya

Hari Hilang adalah hari dimana pekerja tidak mampu bekerja akibat kecelakaan kerja tambang,
dihitung mulai pada jadwal kerja hari berikutnya sampai dengan mampu bekerja kembali. Selama
proses medis untuk kepentingan observasi tidak dianggap sebagai hari hilang, kecuali hasil observasi

Page
tersebut positif bahwa pekerja tidak mampu bekerja. Hari minggu, hari libur dan hari besar yang
terdapat dalam kurun waktu tidak mampu kerja dianggap sebagai hari hilang.

Kasus Pertolongan Pertama (First aid cases) adalah setiap peristiwa kecelakan yang tidak
menyebabkan kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan.

Jumlah korban fatal (Number of Fatalities) adalah jumlah korban sebenarnya yang meninggal akibat
suatu kecelakaan kerja

Fatal Accident Rate adalah ukuran terjadinya kecelakaan yang bersifat fatal per dua ratus ribu jam
kerja dalam periode tertentu.

Kecelakaan berakibat hilangnya hari kerja (Lost Time Injuries) adalah jumlah keseluruhan korban
meninggal, cacat permanen total, cacat permanen sebagian dan kasus-kasus hilangnya hari kerja.

Keseluruhan Incident Rate yang Tercatat (Total Recordable Incident /TRI) adalah jumlah seluruh
kasus kecelakaan yang berhubungan dengan cidera atau penyakit akibat kerja, disebabkan oleh :

Kasus kehilangan hari kerja (Lost Workday Cases), seperti :


 Kecelakaan Fatal (Fatal Accident) adalah suatu kecelakaan kerja tambang yang menyebabkan
kematian tanpa memperhitungkan tenggang waktu antara terjadinya kecelakaan dengan
meninggalnya korban.
 Kasus Meninggalkan Hari Kerja (Days Away from Work Cases) : Kasus- kasus dimana
karyawan atau kontraktor pergi meninggalkan pekerjaan sehari atau atau leb h setelah hari
kerjanya sehubungan dengan cidera atau sakit akibat kerja.
 Kasus Hari Kerja yang Terbatas (Restricted Work Day Cases) adalah setiap kecelakaan kerja
yang menyebabkan pemberian tugas di luar tugas yang biasa dikerjakan sebagai
pekerjaannya setelah hari terjadinya kecelakaan. Tugas terbaik yang diberikan harus
mempunyai arti dan ditentukan lebih dahulu atau merupakan bagian besar suatu jabatan.

Page
Keseluruhan Incident Rate yang tercatat selama 1 (satu) tahun (Total Recordable Incident Rate for
Each Year) adalah jumlah keseluruhan kasus Kecelakaan dengan Hari Hilang (LTI)
ditambah dengan kasus hari kerja yang terbatas (RWDC) dan Kasus Perawatan Medis (MTC)
setiap dua ratus ribu jam kerja selama jangka waktu 1 (satu) tahun.

(LTI + RWDC + MTC) x 200,000


TRIR = -------------------------------------------
Jumlah Jam Kerja karyawan

Kasus Perawatan Medis (Medical Treatment Cases) adalah setiap kecelakaan kerja yang tidak
menyebabkan kehilangan hari kerja atau hari kerja yang terbatas (RWDC) tetapi
membutuhkan perawatan oleh, atau dibawah pengawasan khusus dari seorang Dokter karena
diperlukan perawatan yang melebihi dari pengobatan First Aid.

Frekuensi kecelakaan berakibat hilangnya hari kerja (Lost Time Injury Frequency) adalah jumlah
Kecelakaan dengan Hari Hilang (LTI) setiap dua ratus ribu jam.

LTI x 200,000
LTIF = -----------------------------------
Jumlah Jam Kerja Karyawan

Severity Rate (tingkat keparahan) yaitu jumlah keseluruhan kehilangan hari kerja selama masa
jangka waktu tersebut dikalikan 1,000,000 dan dibagi dengan jumlah jam kerja terpapar.

Frequncy Rate (tingkat kekerapan) yaitu jumlah keseluruhan kasus “lost time accident” dikalikan
1,000,000 dan dibagi dengan jumlah jam kerja terpapar.

Tingkat kekerapan tabrakan kendaraan bermotor (Motor Vehicle Crash Frequency Rate) adalah
setiap peristiwa yang melibatkan semua kendaraan berat dan ringan, termasuk bus atau kereta
(gerbong), dan kendaraan bermotor ( hak milik, sewa, atau yang disewa oleh perusahaan - atau
kendaraan pribadi yang digunakan untuk kepentingan perusahaan) yang berakibat kematian, cidera
atau kerusakan hak milik, kecuali seperti kendaraan yang diparkir dengan benar pada saat kejadian.

Jumlah Kendaraan Bermotor yang Bertabrakan x 1,000 000


MVCFR = ------------------------------------------------------------------------
Kilometer Kendaraan yang digunakan

Page
III. PROSEDUR & ALUR PELAPORAN KECELAKAAN

Setiap kecelakaan, insiden/ near miss ataupun penyimpangan - penyimpangan (anomalies) akibat
adanya suatu tindakan dibawah standar wajib segera dilaporkan kepada atasan langsung yang terkait.

Adapun pihak – pihak yang bertanggung jawab dalam prosedur laporan ini adalah sebagai berikut :

III.1. Supervisor/ Atasan Langsung

Dalam hal kecelakaan fatal, berat atau kecelakaan dengan hari hilang :

 Pastikan bahwa semua korban telah mendapatkan perawatan medis.


 Pastikan bahwa lokasi terjadinya kecelakaan tidak diubah dan telah dilakukan pengamanan
yang diperlukan
 Beritahukan kecelakaan tersebut kepada pengawas langsung yang bersangkutan,
Departemen HSE dan Direktur
 Informasikan kepada Departemen HSE hal - hal yang diperlukan guna membuat laporan
pendahuluan (Faxcimile) untuk pihak ketiga yang terkait.
 Lakukan tindakan pencegahan dengan segera agar kecelakaan tidak terjadi lagi sampai
kecelakaan tersebut diselidiki dengan sepenuhnya dan rencana tindakan perbaikan telah
dilakukan.
 Lakukan penyelidikan ditempat kejadian, lengkapi form laporan kecelakaan dan laporan
penyelidikan kecelakaan tersebut dikirimkan ke Departemen HSE secepatnya.

Dalam hal kecelakaan ringan :

 Pastikan bahwa semua


korban telah mendapatkan perawatan medis, dan lakukan
pengamanan yang diperlukan terhadap semua yang terlibat.
 Beritahukan kecelakaan tersebut kepada Departemen HSE dan pengawas langsung yang
bersangkutan.
 Lengkapi form laporan penyelidikan kecelakaan dan kirimkan ke Departemen HSE.
 Lakukan tindakan perbaikan untuk mencegah agar kecelakaan tersebut tidak terjadi lagi.

Dalam hal terjadi insiden/ near miss :

 Pastikan bahwa kegiatan


ditempat kerja dimana terjadi insiden/ near miss dilakukan
penghentian sementara sampai kondisi dinyatakan normal kembali untuk mencegah agar
tidak terjadi kecelakaan.
 Diskusikan dengan segera keadaan tersebut, ketahui jenis tindakan yang segera diperlukan
dan selanjutnya lakukan tindakan - tindakan perbaikan.
 Buat laporan kejadian, sebutkan tindakan yang dilakukan sehingga keadaan tersebut benar -
benar telah menjadi aman dan bicarakan dengan kepala bagian.
 Tanda tangani laporan kejadiannya, dan salinannya agar dikirimkan ke Departemen HSE.
 Sampaikan hal tersebut kedalam daily toolbox dan weekly departemen meeting.

Page
Catatan :
“Adalah sangat penting bahwa semua Insiden/ Near Miss, Penyimpangan/ Anomaly dilaporkan dan
diselidiki dengan cara yang sama seperti kecelakaan yang sebenarnya”.

Dalam hal adanya Penyimpangan - Penyimpangan (Anomalies)


 Pastikan bahwa kegiatan ditempat kerja dimana ada penyimpangan - penyimpangan
dilakukan penghentian (penundaan pelaksanaan pekerjaan) untuk mencegah agar tidak
terjadi kecelakaan.

 Diskusikan dengan segera keadaan tersebut, lakukan tindakan perbaikan yang diperlukan
sampai keadaan telah benar - benar dinyatakan aman baik untuk lokasi dimana pekerjaan
akan dilanjutkan maupun keadaan sekitarnya.

 Buat laporan, sebutkan tindakan yang telah dilakukan sehingga keadaan tersebut benar -
benar telah menjadi aman.

 Bicarakan dengan pengawas langsung, tanda tangani laporan kejadiannya, dan salinannya
agar dikirimkan ke Departemen HSE.

 Sampaikan hal tersebut kedalam daily toolbox meeting.

III.2. HSE Supervisor

Dalam hal kecelakaan Fatal, Berat atau kecelakaan dengan Hari Hilang :

 Segera ke lokasi kecelakaan untuk melakukan penyelidikan, membuat photo dan mencari
serta mengumpulkan bahan - bahan yang diperlukan untuk penyelidikan .

 Bekerja sama dengan bagian Human Resources (HRD) menyiapkan telex/ faxcimile laporan
pendahuluan untuk pihak ketiga yang terkait.

 Memeriksa laporan penyelidikan kecelakaan dan membuat ringkasannya, memilih beberapa


diantaranya untuk dipasang di bulletin keselamatan kerja dan/ atau menampilkannya dalam
monthly / weekly safety meeting.

Page
Dalam hal Kecelakaan Ringan :

 Kirimkan petugas HSE Officer ke lokasi kecelakaan untuk melakukan penyelidikan, mencari
serta mengumpulkan bahan- bahan yang diperlukan untuk penyidikan.
 Memeriksa laporan penyelidikan kecelakaan dan membuat ringkasannya, memilih beberapa
diantaranya untuk dipasang di bulletin keselamatan kerja dan/ atau menampilkannya dalam
weekly safety meeting.

Dalam hal terjadi Insiden/ Near Miss :

 Diskusikan dengan segera laporan tersebut dengan HSE Officer


 Pastikan bahwa kegiatan ditempat kerja dimana terjadi insiden/ near miss
elah dilakukan
perbaikan untuk mencegah agar tidak terjadi kecelakaan.
 Pastikan bahwa laporan kejadian telah dibuat dan salinannya telah diterima untuk dievaluasi
dan dimasukkan kedalam laporan bulanan.
 Sampaikan hal tersebut kedalam departemen meeting.

Dalam hal terjadi Penyimpangan- penyimpangan (Anomalies)

 Diskusikan dengan segera keadaan tersebut dengan pengawas terkait, bicarakan hal- hal
yang diperlukan dan lakukan tindakan perbaikan dengan segera serta berikan pengarahan
tentang pelaksanaan kerja yang benar.
 Sampaikan hal tersebut kedalam safety meeting.

III.3. HRD Supervisor

Apabila diberitahu adanya suatu kecelakaan yang mengakibatkan cidera dan hari hilang bagi
karyawan, HRD Supervisor akan menghubungi HSE Supervisor dan bertanggung jawab untuk
melengkapi laporan dalam bentuk KK2 dan seterusnya sesuai dengan ketentuan yang akan
disampaikan ke Departemen Tenaga Kerja dan Jamsostek setempat dimana terjadi kecelakaan.

Bentuk KK2 – Laporan Kecelakaan, sudah harus diserahkan ke Departemen Tenaga Kerja/
Jamsostek/ BPJS oleh bagian HRD dalam waktu 2 x 24 jam setelah terjadinya kecelakaan.

IV.PENYELIDIKAN KECELAKAAN

Setiap kecelakaan yang terjadi tanpa memandang apakah kecelakaan tersebut bersifat berat atau
ringan harus dilakukan penyelidikan dengan seksama, hal ini merupakan kelengkapan dari suatu
laporan kecelakaan.

Dalam melakukan penyelidikan adalah sangat penting untuk melakukan wawancara - wawancara dan
meminta pernyataan - pernyataan tertulis dengan segera dan secepat mungkin setelah peristiwa
tersebut terjadi dan ini harus dilakukan sebelum para saksi - saksi meninggalkan tempat kejadian /

Page
lokasi. Hal ini harus menjadi pertimbangan bagi orang yang berkepentingan untuk melakukan
penyelidikan kecelakaan.

IV.1. Team Penyelidik

Suatu team penyelidik yang independen harus segera ditunjuk oleh manajemen dengan tugas
utama mencari temuan - temuan yang diperlukan untuk menentukan penyebab kecelakaan.
Team penyelidik sebaiknya di koordinir oleh Manager dan terdiri dari (paling tidak) bagian yang
bersangkutan dengan kecelakaan, Departemen HSE dan anggota ahli dari bagian lain.

Dalam hal Kecelakaan Fatal dan Berat :

Dalam hal terjadi kecelakaan yang bersifat fatal atau berat, Direktur atau yang mewakilinya
membentuk team penyelidik yang terdiri dari Manager, Supervisor terkait dengan kecelakaan,
HSE Supervisor serta anggota ahli dari bagian lain.

Laporan penyelidikan terdiri dari :

 Waktu kecelakaan : tanggal, hari, jam, bulan dan tahun,


 Tempat kecelakaan,
 Korban kecelakaan : nama, jenis kelamin, umur, status, jabatan, nama perusahaan,
 Klasifikasi kecelakaan : meninggal/ fatal, berat, sedang, ringan,
 Cerita kejadian yang jelas, keadaan cuaca & kondisi umum,
 Urutan hal yang terjadi, faktor penyebab,
 Perkiraan kerugian/ biaya, bahan - bahan yang rusak,
 Analisa, kesimpulan dan rekomendasi.

Hal- hal Penunjang :

 Temuan – temuan,
 Laporan Kecelakaan/ Insiden,
 Pernyataan saksi mata, Photo – photo,
 Sketsa/ gambar, Keterangan medis.

Hasil penyelidikan yang lengkap harus diberikan kepada Direktur melalui General Manager
untuk mendukung tindakan - tindakan yang diamati.

IV.2. Team Penyelidik Independen

Team penyelidik terdiri dari Manager, HSE Supervisor, Supervisor yang bersangkutan dan
tenaga ahli yang sesuai dengan kasus kejadian.

Page
IV.3. Laporan Rekomendasi

Direktur akan mendelegasikan rekomendasi perbaikan sesuai saran- saran dari hasil Team
Penyelidikan kepada Manager/ Supervisor yang bersangkutan dimana terjadi kecelakaan untuk
segera menindak lanjutinya.

Manager/ Supervisor yang bersangkutan akan menindak lanjuti rekomendasi dan melaporkan
kepada Direktur melalui General Manager sampai tindakan perbaikan selesai dilakukan.

IV.4. Pertemuan Manajemen (Management Meeting)

Semua laporan kecelakaan fatal, berat, sedang ataupun ringan akan dibicarakan dalam
coordination meeting, monthly meeting, sampai semua rekomendasi telah selesai ditindak lanjuti.
Dalam hal terjadi insiden yang serius suatu meeting khusus harus dilakukan.

IV.5. Kerugian akibat kecelakaan

Semua team penyelidik akan mengidentifikasi seluruh biaya - biaya/ kerugian akibat kecelakaan,
seperti :
 Jumlah Jam Kerja yang hilang
 Kerugian peralatan,
 Kerugian lain – lain (evakuasi, penggunaan transport, bantuan dan lain-lain),
 Kehilangan produksi,
 Kerugian - kerugian lain (penalti, denda dan lain - lain).

Kerugian yang teridentifikasi akan dicatat dalam laporan penyelidikan dan apabila mungkin akan
diperiksa/ diuji untuk ketepatan.

V. TINDAK LANJUT PENYELIDIKAN KECELAKAAN / INSIDEN

Adalah merupakan tanggung jawab bagian HSE untuk menjamin bahwa semua kecelakaan atau
insiden yang terjadi benar- benar diselidiki sesuai dengan prosedur.

Petunjuk teknis untuk pelaksanaan penyelidikan kecelakaan beserta Teknik Menganalisa Penyebab
dengan Sistematis (Systematic Cause Analysis Technique) mengacu pada International Safety Rating
System (ISRS 7th edition).

Page
Bagian HSE akan menangani semua laporan kecelakaan yang diterimanya setelah selesai ditanda
tangani oleh pengawas yang berhubungan dengan kecelakaan. HSE Supervisor akan melaporkan
tentang status rekomendasi yang dibuat dalam pertemuan kelompok bulanan (monthly meeting) dan
akan dicatat kedalam notulen meeting sampai semua rekomendasi selesai dilaksanakan.

Bagian HSE melalui Direktur juga bertanggung jawab untuk melaporkan setiap kecelakaan yang
menimpa karyawannya kepada Perusahaan pemberi kerja atau mitra kerja dari perusahaan apabila
terjadi kecelakaan dan laporan ini selain dilaporkan dalam waktu 1 x 24 jam setelah terjadi
kecelakaan kepada mitra kerja juga akan dilaporkan setiap bulannya melalui laporan bulanan.

VI. TEKNIK MENGANALISA PENYEBAB KECELAKAAN DENGAN SISTEMATIS :

VI.1. Keterangan Tentang Kecelakaan

 Tulis dengan singkat, lengkap dan jelas tentang peristiwa terjadinya kecelakaan
 Type/ Jenis kerugian :
 Manusia
 Harta Hak Milik Perusahaan (Property / Asset)
 Proses
 Reputasi

Penilaian dari suatu potensi kerugian bila tidak dikontrol


 Tentukan :
 Potensi kerugian (Besar, Sedang, kecil)
Kemungkinan berulangnya suatu kejadian :
 Tidak mungkin (1 kali dalam 10 tahun)
 Mungkin (1 kali dalam 5 tahun)
 Sangat mungkin (1 kali dalam 1 tahun)

 Tentukan satu type dari type kontak yang ada. Lihat deretan angka yang tertulis
dibelakangnya yang menunjukkan kemungkinan penyebab langsung (immediate cause)
yang terjadi.

 Temukan beberapa penyebab langsung (immediate cause / gejala) yang sesuai dengan
kejadian. Lihat deretan angka yang tertulis dibelakangnya yang menunjukkan kemungkinan
penyebab dasar (basic cause) yang terjadi.

 Cari beberapa penyebab dasar (basic cause / penyakit) yang terjadi. Lihat deretan angka
yang tertulis dibelakangnya yang menunjukkan kemungkinan kegagalan program standar
yang terjadi.

 Buat rekomendasi untuk mengoreksi fungsi kontrol manajemen.

Page
9.2 Tim Investigasi
Tim Penyelidikan Kejadian

Nama Fungsi / Jabatan TANDA TANGAN TANGGAL


Welly Tjokrodihardjo Direktur
Evi Herlina HSE Coordinator

Dody Supervisor

Emy W Keuangan

Tanggal : Tanda Tangan,

W elly
Tjokrodihardjo
Direktur

Page
9. PENGELOLAAN ASPEK HSE SUB-KONTRAKTOR
9.1 CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT PROGRAM

I. PENDAHULUAN

SMK3L Kontraktor dirancang untuk memperbaiki kinerja Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Perusahaan serta Kontraktor. Partisipasi aktif yang terus-menerus dari perusahaan dan
Kontraktor sangat penting untuk mencapai sasaran ini. Sementara masing-masing mempunyai
peranan yang khusus, secara terus-menerus dalam memastikan keselamatan setiap orang yang
terlibat, terbuka kesempatan untuk lebih lanjut memperbaiki hubungan perusahaan dan para
Kontraktor dengan menjelaskan secara rinci peran dan tanggung jawab, membangun harapan &
menjaga komunikasi dalam hubungan keseluruhan.

II. LINGKUP DAN PEDOMAN KEBIJAKAN

Sesuai dengan kebijakan manajemen tentang K3L ( Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan )
di mana : “ Prioritas utama bagi perusahaan adalah menjalankan semua pekerjaan secara aman,
tanpa membahayakan orang dan merusak lingkungan ”, maka, perusahaan mempunyai komitmen
untuk melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kontraktor
(SMK3L Kontraktor). SMK3L Kontraktor perusahaan ini adalah dokumen yang dinamis dan akan
selalu diperbaiki.

Pedoman ini dikembangkan untuk Kontrak, Line Manager, Dept. Head dan jabatan-jabatan utama
lain yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan
Kontraktor. Hal ini dilakukan untuk menyamakan persepsi dan pelaksanaan dalam seluruh operasi
perusahaan dalam hal menangani Keselamatan Kontraktor.

Ruang lingkup pedoman ini diutamakan bagi semua operasi perusahaan, fasilitas, hak milik atau
daerah lain yang ditentukan di bawah tanggung jawab perusahaan. Pedoman ini tidak perlu dipatuhi
di daerah tanggung jawab Kontraktor maupun di daerah tanggung jawab lain ya g bukan milik
perusahaan. Akan tetapi perusahaan akan mendorong Kontraktor untuk mengikuti dan
melaksanakan prosedur ini di kalangan mereka sendiri jika mereka tidak mempunyai prosedur
serupa.

Daftar Periksa dari pedoman ini dikelompokkan terpisah di bawah judul Daftar Pertanyaan
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Kontraktor yang tertulis pada lampiran 1 dari
Program Manajemen Keselamatan Kontraktor ini. Daftar periksa mungkin ti ak mencakup
keseluruhan aspek K3L dalam kegiatan anda yang spesifik. Bila demikian, anda disarankan untuk
mengembangkan daftar periksa tambahan agar sesuai dengan kegiatan anda yang spesifik tersebut.

Page
III. MAKSUD DAN TUJUAN

Pedoman ini dirancang untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan pada kinerja K3
di tempat kerja dengan memfasilitasi perusahaan dan Kontraktor dalam pengaturan program K3
yang efektif pada kontrak.
Pedoman ini harus melindungi karyawan- karyawan perusahaan maupun karyawan- karyawan
Kontraktor dari cidera dan penyakit di tempat kerja, begitupun juga dari kerugian yang
berhubungan dengan kecelakaan serta menjaga hubungan Kontraktor yang independen.

IV. PROSEDUR

Ada enam (6) langkah dalam SMK3L Kontraktor yang dibagi dalam dua grup, yang masing-
masingnya terdiri dari tiga (3) langkah :
a. Tahap Kualifikasi
1. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menggali kebutuhan akan langkah-langkah SMK3L
Kontraktor selanjutnya. Pekerjaan yang mengandung resiko yang diklasifikasikan sebagai resiko
tinggi harus berlangsung melalui proses pra-kualifikasi mutlak.
2. Pra-kualifikasi merupakan suatu langkah untuk menyaring Kontraktor yang potensial untuk
memastikan bahwa mereka mempunyai pengalaman dan kemampuan untuk melaksanakan
kegiatan
tertentu dengan cara yang aman, peduli lingkungan dan mempunyai kesadaran akan dampak
sosialnya terhadap masyarakat sekitarnya dan hal ini mungkin termasuk inspeksi dan audit K3.
3. Seleksi adalah suatu langkah untuk menilai apakah program K3 yang spesifik untuk tingkat
resiko dari pekerjaan dan kriteria evaluasi lelang sudah dipenuhi serta untuk memilih pemenang
lelang. Bila perlu dengan dasar rapat-rapat klarifikasi dan inspeksi dimana tujuannya adalah untuk
mengukur kinerja rencana peserta lelang yang diajukan untuk persyaratan lelang yang spesifik.

b. Tahap Pelaksanaan Lapangan

Tahap pelaksanaan di lapangan ditujukan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar-standar


K3 perusahaan sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan pekerjaan. Tahap ini terdiri dari langkah-
langkah berikut ini :
1. Aktivitas Awal Pekerjaan, di mana semua aspek yang relevan dengan penilaian resiko kontrak
dan semua aspek K3 dari kontrak dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak sebelum
pelaksanaan kontrak.
2. Pekerjaan Sedang Berlangsung, di mana pelaksanaan pekerjaan yang sebenarnya diperiksa dan
dinilai. Termasuk dalam tahap ini adalah persyaratan mutlak untuk Line Manager yang bertanggung
jawab dalam pekerjaan untuk melakukan kunjungan-kunjungan ke lokasi-lokasi yang dikelola
Kontraktor dalam waktu tujuh hari hari setelah pekerjaan dimulai (start-up).

Page
3. Penilaian Akhir adalah langkah untuk menyelesaikan keseluruhan kinerja K3 Kontraktor selama
tahap pelaksanaan. Hasilnya akan digunakan sebagai pertimbangan untuk menggunakan Kontraktor
bersangkutan pada projek-projek di masa mendatang.

V. TAHAP KUALIFIKASI

A. Penilaian Resiko
1. Tujuan

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menjelaskan tentang pekerjaan yang akan dilakukan dan
menilai resiko-resiko K3 yang terkait dengan pekerjaan.

2. Proses Penilaian Resiko

Perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan penilaian awal dari resiko-resiko K3 yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini akan membantu Kontraktor dan perusahaan
dalam mengembangkan program-program dan cara kerja yang aman untuk melindungi semua
pekerja. Fokus penilaian harus berupa penilaian terhadap bahaya yang tidak bisa dipisahkan dalam
melakukan pekerjaan. End-user bertanggung jawab melakukan penilaian resiko.

Penilaian resiko harus menyertakan pertimbangan-pertimbangan berikut ini :


• Jenis Pekerjaan Pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan oleh Kontraktor
• yang berbeda
• Lokasi pekerjaan Lamanya pekerjaan

• Material/ peralatan yang digunakan • Konsekuensi Insiden yang potensial
• Potensi paparan (exposure) terhadap bahaya di tempat kerja Pengalaman
• Kontraktor
• Potensi paparan terhadap bahaya untuk semua personil • Paparan terhadap
dampak sosial negatif pada masyarakat setempat

Pra kualifikasi
1. Tujuan
Pra kualifikasi adalah langkah paling penting dalam SMK3L Kontraktor untuk menyaring Kontraktor
yang berpotensi untuk menetapkan bahwa mereka mempunyai pengalaman dan kemampuan yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang dimaksud dengan aman, dengan cara yang
mengindahkan lingkungan dan mempunyai kesadaran terhadap dampak sosial terhadap masyarakat
setempat. Semua Kontraktor yang ikut pra kualifikasi harus mampu sepenuhnya dalam mengelola
semua aspek K3 dari pekerjaan. Langkah ini mempunyai kepentingan untuk mengukur kinerja
Kontraktor di masa lalu.

Page
2. Proses Pra kualifikasi
Semua Kontraktor harus mengikuti Pra-kualifikasi. Hanya Kontraktor yang lulus pra kualifikasi
SMK3L Kontraktor yang akan dimasukkan ke dalam daftar peserta lelang untuk proses-proses
pelelangan selanjutnya. Pada umumnya, proses pra kualifikasi dimaksudkan untuk memberikan
informasi dasar mengenai kompetensi Kontraktor di masa lampau, seperti :
• Komitmen dan kepemimpinan Kontraktor dalam hal K3
• Komunikasi K3, pelatihan dan sertifikasi, manajemen Kontraktor dan standar kinerja
• Perencanaan dan prosedur
• Pemantauan atas pelaksanaan dan kinerja
• Prosedur audit, inspeksi dan peninjauan
• Nilai pra kualifikasi terdahulu dalam hal aspek K3
Bila Kontraktor telah lulus dalam proses pra kualifikasi awal, selanjutnya inspeksi terhadap fasilitas
Kontraktor dan audit pada kepatuhan Kontraktor terhadap dokumen pra kualifikasi mungkin
dilakukan. Kebijakan dalam audit K3 disediakan terpisah dari bagian K3.
Kontraktor yang tidak lulus dalam proses pra kualifikasi akan diberikan umpan balik untuk
memberitahukan mereka mengenai alasan kenapa mereka tidak memenuhi syarat dan
memberitahu mereka mengenai tindakan koreksi terhadap kekurangan yang ditemukan. Feedback
kepada Kontraktor akan diberikan oleh Tim Evaluasi. Kontraktor tersebut bisa diberi kesempatan
untuk pekerjaan-pekerjaan di masa datang hanya bila mereka telah membuktikan perbaikan-
perbaikan yang disarankan.
B. Seleksi
1. Tujuan
Tujuan dari tahap seleksi ini adalah untuk menilai apakah Rencana K3 dan kriteria evaluasi lelang
telah dipenuhi dan untuk memilih pemenang lelang, bila perlu melalui rapat-rapat klarifikasi.
2. Penyiapan Dokumen kontrak

Dalam mempersiapkan dokumen kontrak, ada beberapa pertimbangan yang perlu diambil :
• Kontraktor mempunyai tanggung jawab sendiri terhadap rencana K3 nya, dokumen-dokumen
harus menjelaskan ketentuan yang jelas bagi perusahaan untuk melaksanakan audit K3 terhadap
Kontraktor untuk menilai kepatuhannya.
• Dokumen-dokumen harus menyertakan ketentuan bagi perusahaan untuk menunda pekerjaan
jika Kontraktor tidak memenuhi kriteria K3 yang di jelaskan di dalam rencana kontrak. Khusus pada
saat mobilisasi, Perusahaan dapat menahan izin memulai pekerjaan dan menunda pembayaran
hingga semua audit awal pekerjaan sudah mencapai tingkat memuaskan. Namun demikian,
sebelum menunda suatu pekerjaan, perusahaan harus berhubungan dengan Kontraktor untuk
memberi mereka kesempatan guna memperbaiki ketidak-patuhannya.
Perusahaan harus memastikan bahwa tahap mobilisasi dan demobilisasi tercantum di dalam Rencana
K3. Pentingnya persyaratan-persyaratan SMK3 Kontraktor harus dikomunikasikan kepada semua
peserta lelang selama waktu berlangsungnya rapat-rapat klarifikasi pre-bid.

Page
3. Pre-Bid dan Kunjungan Lapangan
Klarifikasi lelang diperlukan untuk memastikan adanya pengertian peserta lelang yang jelas
mengenai persyaratan-persyaratan lelang, tempat kerja, dan aturan-aturan serta persyaratan-
persyaratan yang dikenakan. Persyaratan-persyaratan lelang harus menyertakan aspek-aspek K3.
Rapat-rapat pre-bid dan kunjungan lapangan ditetapkan sebagai suatu yang mutlak untuk diikuti
oleh peserta lelang. Ketidak hadiran dalam rapat-rapat pre-bid dan kunjungan lapangan akan
mengakibatkan peserta lelang di diskualifikasi.

4. Evaluasi Lelang, Peninjauan Lokasi dan Audit


Selama masa evaluasi lelang, End User, Wakil dari departemen K3 dan Kontraktor harus
menyelenggarakan pertemuan-pertemuan untuk berkonsentrasi dalam membahas program K3
yang dibuat oleh Kontraktor dan menilai seberapa efektif Kontraktor telah memberikan jaminan
bahwa semua bahaya sudah dikenali. Apa yang telah di evaluasi selama proses Pra kualifikasi bisa
saja di evaluasi ulang dan dibandingkan satu sama lain dengan semua peserta lelang, kalau-kalau
terdapat inkonsistensi dengan dokumen Pra kualifikasi peserta lelang.
Rapat-rapat klarifikasi antara perusahaan dan Kontraktor juga harus dilakukan untuk
mengklarifikasi dan menilai selanjutnya kecocokan antara rencana-rencana K3 Kontraktor dan
bagaimana rencana tersebut berinteraksi dengan program K3 perusahaan. Setelah masalah-
masalah K3 di evaluasi dan diberikan nilai, selanjutnya hal ini akan dimasukkan ke dalam evaluasi
teknis secara keseluruhan.
Penilaian ini harus didokumentasikan sebab merupakan kondisi yang sangat penting untuk
memenangkan kontrak.
Inspeksi lapangan mungkin dilakukan untuk memastikan kepatuhan terhadap apa yang telah
diajukan peserta lelang. Wakil-wakil K3 akan membantu dengan menyediakan jaminan K3 dan
memberikan rekomendasi yang diperlukan.

VI. TAHAP PELAKSANAAN DI LAPANGAN

A. Aktivitas Awal Pekerjaan (Pre Job Activities)


1. Tujuan
Tujuan aktifitas awal pekerjaan adalah untuk memastikan bahwa aspek-aspek yang relevan dengan
penilaian resiko kontrak dan semua aspek K3 lainnya dari kontrak dikomunikasikan dan dimengerti
oleh semua pihak sebelum pelaksanaan kontrak.

2. Langkah-langkah Aktivitas Awal Pekerjaan


Aktivitas Awal Pekerjaan terdiri dari dua langkah
:
• Aktifitas Pre-mobilisasi
• Aktifitas Mobilisasi.

Page
2.1. Pra-mobilisasi
Selama masa pra-mobilisasi, semua aspek yang relevan dengan penilaian resiko kontrak dan semua
aspek K3 lainnya dari kontrak dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak sebelum
pelaksanaan kontrak. Termasuk di dalam kegiatan ini adalah kick-off meetings, inspeksi, audit,
orientasi lapangan, dan briefing K3. Topik yang dibahas selama aktivitas ini adalah : diskusi rencana
kerja, peninjauan semua bahaya yang potensial dan masalah-masalah K3, pemeriksaan kesiapan
dari semua peralatan yang diperlukan, alat-alat dan PPE, pembuatan prosedur darurat. Wakil-wakil
dari departemen yang mengajukan kontrak melakukan inspeksi dan bila perlu, dengan bantuan
Wakil K3 yang ditunjuk.

2.1.1. Kick-off Meeting


Kick-off meeting harus dilakukan segera setelah kontrak dimenangkan, sebelum pekerjaan dimulai.
Kick-off meeting dilakukan untuk memberi kesempatan kepada Kontraktor untuk mengenali lokasi
kerja perusahaan, fasilitas, orang-orangnya, dan informasi kerja lainnya. Kick-off meeting dipimpin
oleh masing-masing Line Manager dan orang-orang di bawahnya yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaan. Dari pihak Kontraktor, personil kunci Kontraktor harus menghadiri kick-off meeting ini.
Jika Kontraktor melakukan kegiatan di daerah kerja perusahaan, kick-off meeting bisa dilakukan di
tempat, baik di kantor perusahaan maupun di kantor proyek Kontraktor. Atau, mungkin juga perlu
diadakan kick-off meeting awal di kantor pusat Kontraktor. Line Manager akan menentukan lokasi
kick-off meeting ini.

Topik yang dibahas dalam kick-off meeting setidak-tidaknya terdiri dari :


• Peninjauan bahaya besar yang mungkin terjadi,
• Konfirmasi rencana K3 yang harus dilakukan termasuk konfirmasi bahwa peranan dan
tanggung jawab telah dijelaskan dengan baik dan dimengerti.
• Distribusi dan penjelasan mengenai program K3 perusahaan, aturan-aturan dasar K3, dan
prosedur kerja serta semua aturan yang berlaku.
• Konfirmasi mengenai tersedia ya prosedur darurat Kontraktor.
• Briefing bagi Kontraktor mengenai persyaratan-persyaratan K3.
• Pelaporan Kecelakaan/ Insiden dan prosedur penyelidikan.
• Mengenali aspek-aspek lingkungan.
• Mengenali dampak sosial terhadap masyarakat setempat.
Rapat-rapat ini juga harus digunakan sebagai kesempatan untuk memberi klarifikasi atau
mengangkat masalah K3 yang mungkin belum tercakup dalam dokumen kontrak.

2.1.2. Orientasi Lapangan K3


Orientasi lapangan dilakukan untuk membuat Kontraktor kenal dengan lingkungan kerja, fasilitas,
dan daerah evakuasi kebakaran, keselamatan, dan keadaan darurat. Semua bahaya yang potensial
dan masalah-masalah K3 lainnya yang ditemukan selama kick-off meeting harus dikomunikasikan
dengan baik selama orientasi ini.
Page
2.1.3. Pelatihan K3
Kontraktor bertanggung jawab untuk melatih dan memberi briefing karyawan-karyawannya sendiri
mengenai semua bahaya yang potensial dan masalah K3 yang berhubungan dengan pekerjaan.
Seorang petugas keselamatan harus mempunyai pengetahuan minimum K3 dan tentang hal-hal
yang mutlak dalam keselamatan seperti Pemadaman Kebakaran, Penggunaan dan Fungsi Alat
Pelindung Diri, P3K serta Penilaian Resiko. Perusahaan akan memeriksa apakah pelatihan tersebut
dilakukan dan didokumentasikan dengan baik. Suatu metoda untuk menentukan pengertian
mengenai bahan pelatihan, misalnya ujian lisan atau tertulis, peragaan, evaluasi di tempat kerja,
mungkin digunakan oleh perusahaan. Pelatihan dan briefing mungkin diperlukan bila pengetahuan
yang diperlihatkan masih di bawah harapan.

2.2. Mobilisasi
Selama mobilisasi, rencana K3 harus dikomunikasikan kepada semua personil perusahaan dan
Kontraktor yang terkait. Kontraktor menjamin bahwa masing-masing menetapkan metoda operasi
yang sesuai dengan rencana K3 yang telah disepakati. Pada tahap inilah pelaksanaan dari rencana
K3 oleh Kontraktor secara resmi dimulai. Tergantung dari keadaan, petugas pengawasan tambahan
dari Kontraktor mungkin diperlukan untuk memungkinkan penyusunan dan pelaksanaan rencana
K3 yang lancar.
Selama masa permulaan dari tahap mobilisasi, semua personil kunci yang ditugaskan dalam
pekerjaan harus menghadiri program orientasi K3 yang harus digunakan untuk mengkomunikasikan
rencana K3 dan semua aspek penting K3 lainnya dari kontrak. Progress meeting selanjutnya harus
digunakan sebagai metoda formal untuk meninjau pelaksanaan K3.
B. Pekerjaan Sedang Berlangsung (Work In Progress)
1. Tujuan
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menjamin bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana K3 yang telah disepakati, dan bahwa kebutuhan K3 tambahan yang ditemukan selama
pekerjaan, diperhatikan dengan benar.

2. Kunjungan Line Manager


• Dalam waktu tujuh hari setelah mobilisasi atau start up, Line Manager yang b rwenang akan
mengadakan kunjungan kerja ke semua lokasi yang dikelola Kontraktor.
• Meeting untuk mengkomunikasikan harapan manajemen terhadap semua personil lapangan.
• Aktivitas Audit.

Selain kunjungan keselamatan kerja yang telah disebutkan sebelumnya, masing-masing Line
Manager juga akan melakukan inspeksi berkala atau sewaktu-waktu untuk memastikan semua
kewajiban K3 telah dipenuhi

Page
Apabila tanggung jawab pengawasan dipegang oleh Kontraktor, peranan perusahaan adalah untuk
memantau kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan kontrak dan sistem yang telah dijelaskan
di dalam kontrak. Kecuali bila End-user selalu berada di tempat, masing-masing Line Manager harus
memantau dan memastikan bahwa semua kewajiban K3 dipenuhi. Saran dari Wakil K3 bisa
diperoleh bila diperlukan, akan tetapi, kewenangan tehadap K3 kontrak berada di tangan End-user.

3. Jaminan Kecakapan
Selama masa pelaksanaan End-user harus memantau kecakapan Kontraktor yang mantap, yaitu
pelaksanaan semua komitmen pelatihan yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan.
Pemantauan juga harus menyertakan pemeriksaan bahwa Kontraktor tunduk kepada sistem
manajemennya yang mungkin termasuk :

• Kecakapan dan pemantauan dekat terhadap penggantian personil,


• Pelaksanaan rapat induksi yang diperlukan,
• Pelatihan personil Kontraktor dalam aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan,
• Penyelesaian semua pelatihan K3 yang telah disepakati, termasuk semua pelatihan mengenai
aturan hukum yang spesifik.
• Tersedianya dokumen-dokumen K3, brosur instruksi dan informasi yang dikemas dalam pesan-
pesan visual yang sederhana.
4. Inspeksi, Audit K3 dan Evaluasi Sementara
Inspeksi dan audit menyajikan metoda untuk memantau aktivitas K3 Kontraktor. Kinerja Kontraktor
yang telah lulus tahap kualifikasi dengan memuaskan dan terencana sangat baik selama aktivitas
Awal Pekerjaan (Pre-Job Activities) tidak bisa dijamin bila tidak diawasi dan di evaluasi dengan baik.
Oleh karena itu, evaluasi dan inspeksi berkala mutlak harus dilakukan. Frekuensi evaluasi seperti itu
tergantung dari jenis pekerjaan, besarnya pekerjaan, dan resiko yang terlibat dan/ atau lamanya
kontrak dan dicatat di dalam sistem administrasi Perusahaan.
Perusahaan maupun Kontraktor harus melakukan inspeksi dan audit. Setiap temuan dari inspeksi
dan audit harus diberitahukan satu sama lain antara perusahaan dan Kontraktor dengan komitmen
positif dari kedua belah pihak untuk menggunakan temuan-temuan tersebut guna memperbaiki
kinerja. Kontraktor menindak lanjuti dengan tindakan perbaikan terhadap setiap kekurangan yang
ditemukan. Kelalaian dalam melaksanakan hal ini atau kurangnya tindakan perbaikan mungkin akan
mengakibatkan catatan negatif dalam evaluasi akhir. Hal ini akan mempengaruhi kesempatan
Kontraktor untuk ikut serta dalam pekerjaan-pekerjaan lain di masa datang, dikeluarkannya
peringatan lisan maupun tertulis, pemberhentian personil, penundaan kontrak, atau bahkan
penghentian kontrak.
5. Rencana K3
End-user dan Kontraktor secara bersama-sama bertanggung jawab atas pelaksanaan dan perbaikan
dari rencana K3. Pelaksanaan rencana K3 yang berhasil akan ditentukan oleh keberhasilan
pemantauan, evaluasi, dan dilakukannya tindakan perbaikan.

Page
6. Rapat-rapat K3 (K3 Meetings)

Kontraktor secara bersama-sama dengan karyawannya harus melakukan rapat-rapat K3 secara


teratur. Apabila dianggap perlu, Kontraktor dapat meminta wakil Perusahaan untuk hadir dalam
rapat K3 tersebut dengan memberitahukan rencana tersebut beberapa waktu sebelumnya kepada
Perusahaan. Rapat-rapat ini dimaksudkan untuk memberikan pelatihan sambil bekerja dan
mengkomunikasikan masalah-masalah K3 dan harus dicatat dan didokumentasikan.

7. Promosi K3

Promosi K3 penting, meskipun tempat kerja telah dirancang sebagai tempat yang aman, prosedur
kerja sudah dibuat seaman mungkin, karyawan semua sudah terlatih dengan baik, dan prosedur
kerja yang aman telah diterapkan dengan konsisten.

8. Pengawasan dan Komunikasi K3 Karyawan

Pengawas-pengawas atau karyawan Kontraktor memastikan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan
tidak berbahaya baik terhadap diri mereka sendiri, bagi orang lain, atau bagi perusahaan.
Kontraktor harus memastikan bahwa karyawan Kontraktor mampu mengkomunikasikan setiap
masalah yang menyangkut K3 kepada manajemen mereka.

9. Latihan dan Emergency Drills


Kontraktor harus melakukan atau berpartisipasi dalam setiap latihan keadaan darurat ketika
bekerja pada atau berkunjung ke fasilitas perusahaan. Prosedur Darurat Kontraktor mungkin
ditinjau dan diperbaiki bilamana perlu. Kontraktor juga harus familiar dengan semua sistem
emergency perusahaan.

10. Investigasi/Pelaporan Kecelakaan dan Insiden

Semua cidera, kecelakaan di tempat kerja dan near miss yang berkaitan dengan pekerjaan
Kontraktor di lapangan harus segera dilaporkan kepada perusahaan dan akan dicatat. Setelah
kecelakaan atau
insiden dilaporkan, perusahaan dan Kontraktor bisa melakukan penyelidikan bersama. Setiap
kecelakaan dan insiden, apakah itu kecelakaan/ insiden paling kecil seperti kasus-kasus first aid
harus dicatat dan dilaporkan ke bagian HSE perusahaan.

C. Evaluasi Akhir dan Close Out


1. Tujuan
Tujuan dari tahap ini adalah untuk melakukan evaluasi bersama terhadap kinerja K3
Kontraktor dan perusahaan dan untuk memberikan feedback kepada Kontraktor dan perusahaan
yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk pekerjaan di masa depan.
Page
2. Evaluasi Akhir dan Laporan

Semua kontrak harus diakhiri dengan laporan mengenai kinerja K3, yang memberikan feedback
untuk pengetahuan dan pelajaran di masa depan.

Page
10. INSPEKSI & AUDIT HSE
10.1 INSPEKSI KESELAMATAN KERJA, AUDIT INTERNAL, & PENGAMATAN TUGAS DAN PERILAKU

INSPEKSI KESELAMATAN KERJA (SAFETY INSPECTION)

Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi adanya kondisi dan tindakan yang
tidak aman dan segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan berbahaya tersebut
menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan.

Jika ada pertanyaan kapan anda melakukan inspeksi keselamatan kerja, jawaban yang
diperoleh umumnya adalah “ tiap hari Senin”, dua minggu sekali atau bahkan sebulan
sekali. Jawaban yang tepat seharusnya adalah “ Saya melakukan inspeksi setiap saat “.

Banyak yang berpendapat salah tentang inspeksi keselamatan kerja, dimana mereka menganggap
bahwa masalah inspeksi keselamatan kerja merupakan tugas dari departemen HSE saja, atau bahkan
beranggapan bahwa inspeksi keselamatan kerja hanya bisa dilakukan apabila ada waktu saja atau
apabila tidak ada pekerjaan lain yang mendesak atau kalau tidak sibuk.

Dalam kegiatan rutin sehari- hari seorang pengawas selalu melakukan inspeksi terhadap kelancaran
produksi atau pekerjaan bawahan yang menjadi tanggung jawabnya. Bahkan kegiatan ini dilakukan
berkali- kali dalam sehari atau bahkan sepanjang bawahannya bertugas. Dengan demikian
seharusnya kalau para pengawas tersebut telah memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan
inspeksi keselamatan kerja, ia dapat secara otomatis melakukannya bersama tugas rutinnya.
Sehingga inspeksi keselamatan kerja bukan lagi menjadi beban yang sering kali dianggap sebagai
penghambat produksi.

I.1. Tujuan Inspeksi Keselamatan Kerja

Inspeksi keselamatan kerja bertujuan untuk meniadakan kecelakaan dengan jalan mengamati
penyebab kecelakaan sedini mungkin dan segera melakukan perbaikan sebelum kecelakaan terjadi.
Setiap melakukan inspeksi keselamatan kerja harus mampu mengamati baik kondisi yang
berbahaya maupun tindakan yang tidak aman.

TANGGUNG JAWAB INSPEKSI KESELAMATAN KERJA


Menurut tanggung jawabnya inspeksi keselamatan kerja dapat dibagi menjadi :

A. Inspeksi Ekstern yaitu suat inspeksi yang dilakukan oleh pihak luar seperti :
a. Inspeksi rutin dari bagian HSE
b. Inspeksi dari pihak asuransi.
Untuk inspeksi yang dilakukan oleh petugas dari luar ini usahakan agar mereka didampingi
selama melaksanakan inspeksi tersebut.

B. Inspeksi Intern adalah suatu inspeksi yang dilakukan oleh leadhand atau pengawas seperti:
a. Inspeksi tempat kerja sendiri
b. Inspeksi kegiatan bawahan sendiri
C. Inspeksi yang didelegasikan kepada karyawan seperti :
a. Inspeksi kendaraan setiap saat sebelum dijalankan
b. Inspeksi peralatan sebelum mulai dipergunakan

II.1 Jenis Inspeksi Keselamatan Kerja

Menurut pelaksanaannya inspeksi keselamatan kerja terbagi atas :

Inspeksi yang tidak terencana yaitu suatu inspeksi yang dilakukan hanya
sepintas lalu, sehingga umumnya bersifat dangkal dan tidak sistematis, seperti
:
a. Umumnya hanya memeriksa kondisi yang tidak aman
b. Kondisi tidak aman yang memerlukan perhatian besar sering terlewati.
c. Tidak tercatat
d. Tindakan pembetulan dan pencegahan tidak secara menyeluruh sampai ke penyebab
dasar

Inspeksi terencana yaitu inspeksi yang dilakukan secara berkala dan inspeksi
ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
a. Mengetahui bagian daerah mana saja yang akan diinspeksi
b. Bersifat sengaja sehingga bisa dilakukan secara menyeluruh
c. Mengetahui kondisi dan tindakan bagaimana yang dicari dalam tersebut
inspeks
d. Mengetahui seberapa sering suatu daerah kerja harus diinspeksi
e. Tercatat
f. Tindakan pembetulan dan pencegahan secara menyeluruh sampai ke penyebab dasar

Adapun inspeksi terencana terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :


a. Observasi atau Pengamatan
Adalah suatu pengamatan yang secara terus menerus dilakukan oleh seorang pengawas
sepanjang bekerja ia memimpin bawahannya.

b. Inspeksi Periodik
Suatu inspeksi keselamatan kerja yang dilakukan secara berkala atau dalam waktu yang
telah ditentukan seperti harian, mingguan, bulanan dan sebagainya.

II.2. Teknik Inspeksi


1. Persiapan Inspeksi :
a. Membuat daftar daerah yang akan diinspeksi
b. Membuat checklist inspeksi yang berisi :
- Apa saja di tiap tempat kerja yang perlu diinspeksi
- Bagian mana saja dari setiap pekerjaan yang akan diinspeksi
- Menentukan kondisi atau tindakan tidak aman yang bagaimana yang dicari dalam
inspeksi
2. Melaksanakan Inspeksi
Dengan memepergunakan checklist yang telah tersedia, mulailah melaksanakan inspeksi
yaitu :

a. Memutuskan untuk melakukan inspeksi disuatu tempat kerja


b. Berhenti didepan suatu tempat kerja, segera setelah itu amati apa yang sedang
berlangsung disana
c. Bertindak untuk :
- Menghentikan tindakan berbahaya yang ditemui
- Melakukan atau mendiskusikan tindakan pembetulan apa yang perlu diambil
untuk menghilangkan kondisi dan tindakan tidak aman agar tidak terulang
kembali dikemudian hari.

3. Laporan dan Tindak Lanjut

a. Buat laporan kepada atasan tentang apa saja yang ditemui dalam inspeksi tersebut.
b. Adakan tindak lanjut terhadap rekomendasi yang diberikan dan selalu dimonitor
sampai rekomendasi tersebut selesai dilaksanakan.

III. AUDIT INTERNAL

K3L Tujuan

Untuk menilai efektifitas penerapan semua kegiatan yang berhubungan dengan sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Audit K3L menyeluruh akan membuktikan apakah
program K3L serta sarana fisik yang ada telah sesuai dengan standar.

Ruang Lingkup

Prosedur ini berlaku untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan yang ada di daerah operasi Perusahaan.

Prosedur ini menerangkan kegiatan / tindakan dan kontrol yang diperlukan untuk menjamin bahwa
Internal Audit dilaksanakan oleh auditor yang terlatih.

III.1. Penanggung Jawab

Direktur menunjuk HSE Supervisor bertanggung jawab untuk :

a. Menunjuk auditor yang independen dan tidak memihak.


b. Merencanakan dan melakukan internal audit pada semua unit operasi yang digunakan oleh
perusahaan.
c. Menganalisa hasil dari semua audit internal, ketidak sesuaian dan kegiatan perbaikan /
koreksinya.
d. Memastikan bahwa audit mencakup semua aspek yang berkaitan dengan Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan.
Auditor yang ditunjuk bertanggung jawab untuk merencakan audit dan melaporkan setiap ketidak
sesuaian yang ditemukan. Bila mungkin, auditor yang sama melakukan tindak- lanjut dan
memverifikasi setiap kegiatan perbaikan / koreksi.

IV.PROSEDUR

IV.1. Waktu Pelaksanaan Internal Audit

Bagian HSE merencanakan jadwal internal audit unit kerja terkait di daerah operasi perusahaan
dan dilakukan setidak- tidaknya sekali dalam setahun. Bagian HSE dapat melakukan audit
tambahan bila dipandang perlu.
Jadwal internal audit yang telah disusun dan ditanda-tangani oleh Direktur disirkulasikan kepada
masing-masimg unit kerja sebagai informasi kesiapan pelaksanaan internal audit.
Direktur melalui HSE Supervisor akan memberikan instruksi untuk melaksanakan internal audit
untuk semua unit di perusahaan yang terkait dengan Sistem Manajemem Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan.

Pelaksanaan internal Audit bisa


lebih sering dilakukan terhadap unit kerja yang terkait apabila
terjadi hal-hal berikut ini :
a. Apabila Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan disempurnakan
atau dilakukan revisi.

b. Apabila banyak ketidak sesuaian ditemukan dalam satu unit kerja.


c. Bilamana ada usulan dari Manager, Supervisor terkait.

HSE Supervisor akan meninjau jadwal audit secara regular / teratur dan meningkatkan frekuensi
audit apabila hasilnya menunjukan kebutuhan atau atas pengarahan / perintah dari Direktur.

IV.2. Team Internal Auditor atau Auditor

Internal Audit dilakukan oleh auditor yang ditunjuk oleh Direktur melalui HSE Supervisor atau
HSE Supervisor dapat bertindak sebagai auditor. Internal audit dapat dilakukan oleh satu orang
internal auditor atau suatu team internal auditor, hal ini tergantung besar dan kompleksitas unit
kerja yang akan di audit.

Auditor yang ditunjuk untuk melaksanakan Internal Audit mempunyai persyaratan :

a. Memahami dan mengerti tentang Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan yang dipergunakan oleh perusahaan.
b. Telah mengikuti pelatihan tentang tata cara melakukan audit.
c. Memahami aspek- aspek operasional pada suatu unit kerja.
d. Independen dan tidak ada hubungan kerja langsung dengan unit kerja yang diperiksa.
e. Membuat rencana audit dan memberitahu kepada unit kerja yang akan diaudit. Rencana
audit tersebut harus meliputi seluruh prosedur yang berkaitan dengan unit kerja yang akan
diaudit. Perencanaan audit tersebut, meliputi :
 Jadwal tanggal audit pada masing-masing bagian.
 Auditor yang bertugas.
 Lingkup Audit yang direncanakan.

Sebelum rencana internal audit dilaksanakan, HSE Supervisor akan memberitahukan kepada
Manager / Supervisor yang bersangkutan tentang kepastian pelaksanaan dengan
sepengetahuan auditor yang ditunjuk.

IV.3. Pelaksanaan Internal Audit

Pelaksanaan Audit K3L dilakukan dengan :


a. Berdasarkan petunjuk yang jelas dan pasti.
b. Menggunakan metode observasi, wawancara, contoh, pengawasan fisik serta tinjauan data-
data dokumentasi.
c. Dilaksanakan oleh kelompok wakil dari perusahaan yang tidak mempunyai kepentingan
pribadi atau tidak mendapat tekanan dari pihak- pihak manapun juga dan dapat memberikan
pendapat yang objektif serta “ tidak berprasangka “.
d. Hal- hal yang tidak sesuai akan diperhatikan dan ditindak lanjuti.
e. Dalam hal ditemukan kekurangan atau ketidak sesuaian pada saat dilakukan audit, maka
auditor akan membuat laporan dalam bentuk ” Laporan ketidak-sesuaian ” kepada bagian
yang bersangkutan dan bagian yang bersangkutan diminta untuk menindak lanjuti hasil
temuan tersebut dengan menggunakan ” Action Tracking Register ”.

IV.4. Pelaporan Internal Audit & Tindakan Perbaikan.

Setelah melaksanakan Internal Audit, Auditor menyampaikan laporan Internal Audit kepada
Direktur dengan tembusan kepada General Manager, Manager, Pengawas yang terkait.

Laporan internal audit berisikan :


a. Tanggal Audit
b. Nama Auditor.
c. Nama Manager atau Kepala Bagian yang diaudit.
d. Ringkasan hasil pemeriksaan.
e. Ketidak sesuaian yang ditemukan pada saat audit.
f. Rekomendasi tindakan perbaikan terhadap ketidak sesuaian.

Hasil audit disimpan oleh masing- masing dari unit kerja terkait dengan tembusan ke bagian HSE,
dicatat dalam Catatan Hasil Internal Audit.

Tindak lanjut dari temuan adalah menetapkan langkah perbaikan dan pencegahan yang dilakukan
dalam waktu yang telah disepakati.

Bila jadwal tindak lanjut audit dalam waktu yang disepakati tidak dapat dilaksanakan, Manager/
Supervisor harus melaporkan kemajuan dari kegiatan koreksi/ perbaikan yang telah dilakukan
dan melaporkannya secara efektif.

Bagian HSE mencatat semua hasil internal audit kedalam buku catatan Internal Audit dan semua
ketidak- sesuaian yang ditemukan.
Direktur akan menginstruksikan kepada pengawas unit kerja terkait bahwa ketidak sesuaian yang
ditemukan oleh Auditor segera diperbaiki sebagaimana mestinya. Semua pengawas unit kerja
yang terlibat dengan hasil audit yang ditemukan akan melaporkan hasil tindakan perbaikan kepada
Direktur pada saat Rapat Tinjauan Manajemen (Management Review Meeting).

Petunjuk teknis untuk pelaksanaan audit beserta daftar pertanyaannya mengacu pada Undang-
Undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970, Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. 05/
MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Peraturan
Pemerintah No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3, serta International Safety Rating System
(ISRS 7th) - DNV.
V. MELACAK / MENGUKUR BAHAYA (Hazard Tracking)
Kegiatan- kegiatan yang didiskusikan untuk melacak / mengukur bahaya ini dimaksudkan untuk
menjaga kepedulian tentang keselamatan dan menyelidiki bahaya serta kecelakaan yang mungkin
terjadi akibat banyaknya hal- hal yang tidak sesuai berhubungan dengan masalah keselamatan,
dimana mungkin hal yang tidak sesuai tersebut tidak langsung diperbaiki dengan segera. Untuk
mengatasinya perlu dilakukan pertemuan untuk membicarakan hal tersebut dan dalam
pelaksanaannya perlu keterlibatan dari tingkat Direktur, General Manager, Manager, Pengawas,
Perwakilan Keselamatan dan pelaksana tugasnya.
Hal ini sangat penting dilakukan untuk melacak/ mengukur serta menyelesaikan langkah-langkah
perbaikan dalam waktu yang telah di tentukan dalam bentuk “ Action Points “ yang dikumpulkan
kedalam satu dokumen, sehingga tidak satupun temuan- temuan yang tidak sesuai (non-
conformance) yang ditemukan pada saat pelaksanaan Audit atau Inspeksi yang terlupakan. Istilah
Action Points kadang- kadang juga dikenal dengan istilah “ Action Tracking Register atau
Action Follow Up “.

Action Tracking Register merupakan suatu daftar untuk melacak/ mengukur langkah- langkah
yang dilakukan dengan maksud untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya yang ditemukan pada saat Inspeksi, Audit, Pengamatan atau saat Team Manajemen
melakukan perjalanan (Management Tour) ke lapangan.
Dalam membuat Action Tracking Register sebaiknya keterangan tentang hal- hal berikut ini
dimasukkan kedalam suatu bentuk (format). Hal- hal yang dimaksud antara lain adalah :
a. Apa pokok permasalahanya
b. Siapa / Bagian apa yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
c. Tanggal berapa ditemukannya permasalahan tersebut (saat Audit, Inspeksi, Pengamatan
lapangan, Management Tour), dan lain- lain.
d. Tanggal berapa permasalahan tersebut diselesaikan.
e. Bagaimana status permasalahan tersebut (sudah selesai atau dalam proses).
f. Termasuk kelompok bahaya kelas apa permasalahan tersebut dan bagaimana skala prioritas
penyelesaian masalahnya. (daftar kelompok bahaya dapat dilihat pada table #.1, halaman
berikut).
g. Bagaimana status permasalahan tersebut (sudah selesai atau dalam proses).
V.1. Klasifikasi Bahaya – Berdasarkan tingkat Konsekuensi
KLASIFIKASI BAHAYA – BERDASARKAN KONSEKUENSI
(CONSEQUENCES = HAZARD EFFECT (TINGKAT KEPARAHAN)
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan berakibat cacat
tetap, kematian, kerusakan parah pada struktur bangunan / instalasi, bahan atau
peralatan, dan kerusakan lingkungan yang berkepanjangan. Misalnya :
 Tidak adanya pelindung pada mesin berputar.
HIGH
3  Pekerja pemeliharaan ditemukan masuk kedalam ruang terbatas tanpa
(KLAS A)
menggunakan ijin kerja
 Terjadinya kebocoran minyak yang cukup berarti dan terserap ke permukaan
tanah atau terbawa air hujan.
 Personnel - kecelakaan lost time (> 21 hari)
 Equipment - Kerusakan peralatan > US.$ 5.000
 Production - Kehilangan produsi > US.$ 5.000
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan berakibat cidera
serius atau sakit, (mengakibatkan tidak mampu sementara), kerusakan lingkungan
yang serius (dalam waktu singkat) atau tidak mengikuti peraturan atau asset
MEDIUM perusahaan terganggu, tetapi tidak separah Klas A. Misalnya :
2 (KLAS B)  Kondisi jalan yang licin ditemukan didaerah koridor kantor.
 Anak tangga bagian bawah untuk masuk kantor rusak.
 Sisa bahan berbahaya ditemukan ditempat pembuangan sampah umum.
 Personnel - kecelakaan lost time (antara 1 – 21 hari)
 Equipment - Kerusakan peralatan > US$ 500 – US $ 4,999.
 Production - Kehilangan produsi > US$ 500 – 4,999.
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan berakibat
ringan (tidak cidera) atau sakit. Tidak mengganggu asset perusahaan, atau
kerusakan l ngkungannya kecil. Misalnya :
LOW  Tukang kayu ditemukan ketika menangani kayu tidak menggunakan sarung
1 (KLAS C) tangan.
 Lapisan- lapisan berminyak ditemukan dipermukaan air yang tergenang,
menunjukkan terjadinya tumpahan minyak yang kecil.
 Personnel - kecelakaan lost time (0 hari)
 Equipment - Kerusakan peralatan < US.$ 500.
 Production - Kehilangan produsi < US.$ 500.
Tabel #.1.
10.2 Jadwal Inspeksi Audit ( Harap disesuaikan Audit yang akan dilakukan )

Tanggal
Ditindak
Audit / Batas
Pokok Permasalahan lanjuti Status / Keterangan /
No. Inspeksi Waktu /
/Agenda Item oleh / Status Remarks
Date of Deadline
Action By
Audit/
Inspection
01 16-06-‘17 Pemasangan Fire Manager 15-06-‘17 Closed Completed
Hydrant 30-06-‘17

02 16-06-‘17 Housekeeping Supervisor 25-06-‘17 Open Dalam pelaksanaan.

10.3 Tim Inspeksi Audit


Direktur menunjuk HSE Supervisor / HSE Coordinator bertanggung jawab untuk :
a. Menunjuk auditor yang independen dan tidak memihak.
b. Merencanakan dan melakukan internal audit pada semua unit operasi yang digunakan oleh
perusahaan.
c. Menganalisa hasil dari semua audit internal, ketidak sesuaian dan kegiatan perbaikan /
koreksinya.
d. Memastikan bahwa audit mencakup semua aspek yang berkaitan dengan Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan.
Auditor yang ditunjuk bertanggung jawab untuk merencakan audit dan melaporkan setiap
ketidak sesuaian yang ditemukan. Bila mungkin, auditor yang sama melakukan tindak- lanjut dan
memverifikasi setiap kegiatan perbaikan / koreksi.
10.4 Form Laporan Hasil Inspeksi & Audit

Diperiksa Saran
No PPE/APD /Checked Substandard
/Comment
1. Topi Keselamatan / Hard Hat
2 Kacamata Pengaman / Safety
Glasses
3. Sepatu Keselamatan / Safety Shoe
4. Pelindung Pendengaran / Hearing
Protection
5. Sarung Tangan / Gloves
6. Pelindung Pernafasan / Respirator
7. Lain-lain / Other

Equipment & Safety Signs /


Diperiksa
No Perlengkapan & Tanda /Checked Substandard Saran /Comment
Pengaman
1 Alat Pemadam Api
(Fire Extinguisher)
2 Lampu (Lighting)
3 Tanda-Tanda Evakuasi
(Evacuation Signs)
4 Tanda-Tanda Larangan
(Dangers Signs)
5 Kabel Listrik (Electrical Cables)
6 Perlengkapan Pertolongan Pertama
(First Aid Kit)
7 Penguncian-Pelabelan (Tag-Label)

No Kebersihan / Houseke ping Diperiksa Substandard Saran


e (Checked) (Comment)
1 Tangga
(Ladders)
2 Penampungan Sampah
(Trash Storage)
3 Lantai
(Floor)
Keterangan / remarks :
No
Pertanyaan Temuan - Temuan Saran / Rekomendasi

1. Apakah perusahaan mempunyai


pernyataan kebijakan K3L yang
ditanda tangani oleh Sr. Manajemen.
Bila ya, apakah kebijakan tersebut
diberi tanggal dan bagaimana cara
mensosialisasikannya. Apakah selalu
diperbaharui.

2 Apakah perusahaan mempunyai


target kinerja untuk K3L seperti :
LTIF = 0 TRIR = 0 Fatality = 0
Apakah target tersebut dipasang
pada papan pengumuman K3L untuk
diketahui oleh seluruh karyawan.

3 Apakah Manajemen Senior terlibat


dalam kunjungan / inspeksi
kelapangan (manajemen tour)

4 Apakah perusahaan mempunyai


pengaturan tentang waste
management. Jenis apa saja yang
dikelola

5 Apakah Internal Audit dilakukan dan


bagaimana dengan tindak lanjutnya.

6 Apakah perusahaan mempunyai


program pelatihan K3L, apakah
karyawan telah dilatih tentang K3L
dan apakah dilengkapi dengan
Sertifikatnya.

7 Apakah perusahaan mempunyai ERP


(emergency response procedure) dan
apakah pelatihan keadaan darurat/
dilaksanakan

No Pertanyaan Temuan - Temuan Saran Rekomendasi


/
8 Apakah ada program pertemuan
kelompok untuk keselamatan seperti :
Manajemen, Monthly meeting, Safety
talks, Learning from Events.
9 Apakah perusahaan mempunyai
program tentang menyelidiki,
melaporkan, dan mencatat
kecelakaan atau peristiwa hampir
celaka
10 Apakah perusahaan mempunyai
program tentang pemeriksaan
kesehatan karyawan sebelum
dipekerjakan, Apakah pemeriksaan
berkala untuk karyawan
dilaksanakan (Medical Check Up)

11 Apakah perusahaan saudara memiliki


program tentang transportasi darat
untuk pencegahan kecelakaan
lalulintas

12 Apakah perusahaan mempunyai


program oientasi K3, untuk tenaga
yang baru di pekerjakan dan tenaga
pengawas yang baru dipekerjakan
atau dinaikkan pangkatnya.

13 Apakah setiap karyawan yang telah


menerima induksi keselamatan telah
menerima buku saku (hand book) -
apakah bukti penerimaannya
tersedia.
14 Apakah perusahaan mengelola
peralatan operasi dengan sistem
perawatan (untuk kendaraan),
apakah tersedia preventive
maintenance schedule kendaraan
yang digunakan saat ini

No Pertanyaan Temuan - Temuan Saran Rekomendasi


/
15 Apakah perusahaan mempunyai
kebijakan tentang Minuman keras
dan Obat terlarang

16 Apakah Inspeksi Keselamatan Kerja


dilakukan (Housekeeping, PPE,
APAR).

17 Apakah Warning & Safety Signs


tersedia dilokasi kerja.
18 Apakah ada program tentang PPE,
apakah karyawan dilengkapi dengan
alat pelindung diri (PPE) ya g cukup

19 Apakah statistik untuk kecelakaan,


Jam / Hari Kerja Aman tersedia

20 Apakah perusahaan mempunyai


prosdeur penilaian untuk kontraktor

Anda mungkin juga menyukai