Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGEMBANGAN TEORI DAN PRAKTEK


PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PENGEMBANGAN PROFESI GURU

OLEH :
KELOMPOK VIII

1. RAHMAT RAMADHAN HAQIQI


2. RIKI
3. ROMI ISWANDI, ST

DOSEN PENGAMPUH : RICI OKTARI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH AL-QUR’ANIAH
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT serta
shalawat dan salam kami sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi
Muhammad SAW. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa
kita dari kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah dan yang paling
bermanfaat bagi seluruh umat manusia sehingga oleh karena-Nya kami dapat
menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Pengembangan Profesi Guru ini dengan baik
dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen pada Mata Kuliah
Pengembangan Profesi Guru. Dalam proses penyusunan tugas ini penulis
menjumpai hambatan, namun berkat dukungan materil dari berbagai pihak dan
partisifasi anggota kelompok, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan tepat waktu, oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal
yang benar datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah
SWT, meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
segala saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Besar harapan penulis semoga
Makalah ini bermanfaat khususnya bagi kelompok kami dan bagi pembaca lain
pada umumnya.
Manna, Oktober 2021
Penulis
KELOMPOK V

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian 3
B. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah 5
C. Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah 6
D. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah 7
E. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah 7
F. Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah 9
G. Penilaian dan Evaluasi 11
H. Keunggulan dan Kelemahan 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 16
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga
ditemukan pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar,
bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya.
Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut
peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga
mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan.
Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan
oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model
pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru
adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan
memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun
sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal
yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka
pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan
intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar
peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan
kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat
pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model
pembelajaran ini berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari
asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang
secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik
juga akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara
otomatis melalui masalah yang dihadapi. Model pembelajaran berbasis

1
masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus
pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik
pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa
yang mereka kerjakan dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah ?
2. Bagaimanakah ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah ?
3. Apa komponen-komponen yang mendukung Pembelajaran Berbasis
Masalah ?
4. Bagaimanakah konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah ?
5. Bagaimanakah langkah-langkah serta sintaks implementasi dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah ?
6. Bagaimanakah tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah ?
7. Bagaimanakah penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah ?
8. Bagaimanakah Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.
2. Mengidentifikasi ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah.
3. Mengetahui fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah.
4. Mengetahui konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah.
5. Mengetahui langkah-langkah serta sintaks implementasi dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah.
6. Mengetahui tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah
7. Mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
8. Mengetahui Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah
.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Problem based learning (PBL) mula-mula digunakan di perguruan
tinggi dalam perkuliahan medis di Southern Illinois University School of
Medicine. Dr. Howard Barrows (1982) staf pengajar perguruan tersebut
mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai :
“a learning method based on the principle of using problems as a
starting point for the acquisition and integration of new knowledge”.
Suatu metode pembelajaran berlandaskan pada prinsip pemanfaatan
permasalahan-permasalahan sebagai poin permulaan untuk proses
mendapatkan dan mengintegrasikan suatu pengetahuan baru.
Pembelajaran berbasis masalah didasarkan atas teori psikologi
kognitif terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (konstruktivisme).
Menurut teori konstruktivisme, peserta didik belajar mengonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran
berbasis masalah dapat membuat peserta didik belajar melaui upaya
penyelesaian permasalahan dunia nyata (real world problem) secara
terstruktur untuk mengonstruksi pengetahuan peserta didik. Pembelajaran ini
menuntut peserta didik untuk aktif melakukan penyelidikan dalam
menyelesaikan permasalahan dan dosen berperan sebagai fasilitator atau
pembimbing. Pembelajaran akan dapat membentuk kemampuan berpikir
tingkat tinggi (higher order thingking) dan meningkatkan kemampuan peserta
didik untuk berpikir kritis.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang
penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan memuka
dialog. Persoalan yang dikaji hendaknya merupakan persoalan konstekstual
yang ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan harus dipecahkan dengan menerapkan beberapa konsep dan
prinsip yang secara simultan dipelajari dan tercakup dalam kurikulum mata

3
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sebuah permasalahan pada
umumnya diselesaikan dalam beberapa kali pertemuan karena merupakan
permasalahan multi konsepsi, bahkan dapat merupakan masalah multi disiplin
ilmu.
Sebelum Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak
zaman John Dewey. Menurut Dewey belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta
didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris
ProblemBased Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai
dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu
peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah atau Problem-Based Learning
adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan
pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan bagi
peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman
belajar yang lebih realistic.
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam
proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik,
yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam
kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang
ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan
kerja kelompok antar peserta didik. Peserta didik menyelidiki sendiri,
menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah
petunjuk fasilitator (guru). Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan
kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber
pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan
tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta

4
didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit
bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta
didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara
terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning),
selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran
inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik.
PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan
masalah. Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran
dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan
baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang
akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik,
peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar
yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui
pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau
pendidikan formal yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pengajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun
kompleks.

B. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah


a. Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta
didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi
pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah

5
peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data
dan akhirnya menyimpulkannya.
b) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci
dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada
proses pembelajaran.
c) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses
berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapantahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

C. Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah


Komponen-komponen pembelajaran berbasis masalah dikemukakan
oleh Arends, diantaranya adalah :
a) Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah
mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan
bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik
dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
b) Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir
struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c) Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang
nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan
masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d) Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil
pengamatan.produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan
didemonstrasikan kepada orang lain.
e) Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

6
D. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang
menekankan pada proses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model
pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang
memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran berbasis
masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
a) Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi
pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b) Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat
kemampuan intelektual siswa bertambah.
c) Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam
belajarnya.
d) Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori
yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar
kelas.
e) Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan
pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara
objektif.

E. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah


John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika
memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
a) Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan
masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun
sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.
b) Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
c) Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d) Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

7
e) Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan
mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis
yang diajukan
f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5
langkah melalui kegiatan kelompok :
a) Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu
yang mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang
dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah
yang sedang dikaji.
b) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c) Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas.
d) Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan
tentang strategi mana yang dilakukan.
e) Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
a) Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus
dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta
didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh
manusia dan lingkungan sosial.
b) Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan
dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data
yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan
prioritas masalah.
c) Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab
akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan
berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
d) Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data
yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat

8
mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai
tampilan sehingga sudah dipahami.
e) Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan
menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang
diuji.
f) Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif
penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat
memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan
alternatif yang dipilihnya.

F. Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah


Skenario pembelajaran dengan metode pembelajaran berbasis
masalah hendaknya memenuhi karakteristik berikut: (i) terkait dengan dunia
nyata; (ii) memotivasi pebelajar; (iii) membutuhkan pengambilan keputusan;
(iv) multi-tahap; (v) dirancang untuk kelompok; (vi) menyajikan pertanyaan
terbuka memicu diskusi; (vii) mencakup tujuan pembelajaran, berpikir tingkat
tinggi (higher order thinking), dan keterampilan lainnya (Ridwan, 2015:131).
Pannen (2001:86) memberikan arahan petunjuk langkah-langkah
dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah yaitu: (i) mengidentifikasi
masalah, (ii) mengumpulkan data, (iii) menganalisis data, (iv) memecahkan
masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, (iv) memilih cara
untuk memecahkan masalah, (v) merencanakan penerapan pemecahan
masalah, (vi) melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan (vii)
melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends (2004) membagi tahap-tahap administrasi pembelajaran
berbasis masalah yang dilaksanakan oleh fasilitator (dosen) meliputi :
a) Tahap-1
Orientasi peserta didik pada masalah. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan
fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang
dipilih.

9
b) Tahap-2
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar. Guru membantu
peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah.
c) Tahap-3
Membimbing penelitian individual maupun kelompok. Guru
mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
d) Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu
peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya.
e) Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru
membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penelitian mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Pierce dan Jones (dalam Ratnaningsih, 2003: 126) menjelaskan
bahwa pengkondisian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan
pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: (i) Keterlibatan
(engagement) meliputi mempersiapkan mahasiswa untuk berperan sebagai
pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan
mahasiswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan masalah
dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan dugaan dan rencana
penyelesaian. (ii) Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang
mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi. (iii)
Performansi (performance) yaitu menyajikan temuan. (iv) Tanya jawab
(debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi
terhadap proses pemecahan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat diterapkan untuk
menyelesaikan permasalahan sesuai dalam contoh sub pokok bahasan

10
Identitas Nasional buku Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2016 halaman
43. Berikut kutipan tugas permasalahan kontekstual mengenai sub bahasan
identitas nasional dasar negara Pancasila dalam pengamalan di masyarakat :
Pertanyaan : Apakah Pancasila sebagai identitas sudah tercermin dalam
sikap dan perilaku bangsa Indonesia ? Bentuklah kelas menjadi 5 kelompok
untuk melakukan kegiatan mewawancarai seorang Tokoh Masyarakat guna
mencara jawab tentang :
a. Kelompok 1 : Apakah masyarakat Indonesia sudah bersikap dan
berperilaku yang mencerminkan sila 1 ?
b. Kelompok 2 : Apakah masyarakat Indonesia sudah bersikap dan
berperilaku yang mencerminkan sila 2 ?
c. Kelompok 3 : Apakah masyarakat Indonesia sudah bersikap dan
berperilaku yang mencerminkan sila 3 ?
d. Kelompok 4 : Apakah masyarakat Indonesia sudah bersikap dan
berperilaku yang mencerminkan sila 4 ?
e. Kelompok 5 : Apakah masyarakat Indonesia sudah bersikap dan
berperilaku yang mencerminkan sila 5 ?
Selain wawancara, kelompok Anda perlu melakukan pengamatan
sesuai dengan tugas wawancara. Bandingkan hasil wawancara tersebut
dengan hasil pengamatan Anda. Hasil pengerjaan tugas disusun dalam bentuk
tulisan dan dibagikan kepada kelompok lain, selain diserahkan kepada dosen
Pengampu.

G. Penilaian Serta Evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah


Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan
pengajaran yang ingin dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah
mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini
tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan
dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi
dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk
mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk

11
mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang
masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar,
baik yang menggunakan instrument tes atau non tes . Sedangkan pengertian
penilaian belajar dan pembelajaran adalah suatu proses pembuatan keputusan
nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran secara kualitatif.
Menurut Ralph Tyler 1950:56 menyatakan bahwa evaluasi
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana,
dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Evaluasi
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya
dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Pada pembelajaran berbasis masalah sistem penilaian tidak cukup hanya
dengan tes tertulis namun lebih diarahkan pada hasil penyelidikan peserta
didik. Hasil penyelidikan yang dimaksud adalah hasil dari kegiatan peserta
didik dalam upaya menyelesaikan masalah. Penilaian dan evaluasi dilakukan
dengan mengukur kegiatan peserta didik, misal dengan penilaian kegiatan dan
peragaan hasil melalui presentasi.
Penilaian kegiatan diambil melalui pengamatan, kemudian
kemampuan peserta didik dalam merumuskan pertanyaan dan upaya
menciptakan solusi permasalahan. Prosedur-prosedur penilaian harus
disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan hal yang paling
utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan
valid. Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak
hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam
bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam
bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur
potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja
kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru,
mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru. Pada dasarnya
sistem evaluasi pada pembelajaran dengan menggunakan strategi lainnya

12
dapat diterapkan pada pembelajaran berbasis masalah, yang harus disadari
adalah bahwa evaluasi yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai, artinya evaluasi harus dapat mengukur apa yang menjadi indikator
keberhasilan belajar.
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic
assessment. Penilaian dapat dilakukan dengan portofolio yang merupakan
kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis
untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka
pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan
dengan cara evaluasi diri self-assesment dan peer-assesment. Self-assesment
merupakan penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap
usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang
ingin dicapai oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar. Peer-assesment
merupakan penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan
penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah
dilakukannya sendiri maupun oleh temannya. Penilaian yang relevan dalam
PBL antara lain sebagai berikut : 1. Penilaian kinerja peserta didik. Pada
penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau
mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti
menulis karangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan
jawaban pada suatu masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu
gambar. 2. Penilaian portofolio peserta didik. Penilaian portofolio adalah
penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu periode
tertentu. 3. Penilaian potensi belajar. Penilaian yang diarahkan untuk
mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukur kemampuan yang
dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang lebih
maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan
belajarnya. 4. Penilaian usaha kelompok. Menilai usaha kelompok seperti
yang dilakukan pada pembelajaran kooperatif dapat dilakukan pada PBL.
Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetensi merugikan yang sering

13
terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya. Penilaian
dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasil masalah adalah
menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil pekerjaan
mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama.
Hasil dari evaluasi PBL antara lain untuk mengetahui pencapaian
kompetensi siswa terhadap tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Dalam ranah sikap itu sendiri guru dapat menilai dari
bagaimana siswa bekerjasama dalam kelompok dan guru dapat mengamati
kepercaya dirian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusinya di depan
teman-temannya. Lalu dalam ranah pengetahuan guru dapat mengetahui
kemampuan siswa dalam penguasaan materi tersebut. Dan pada ranah
keterampilan guru dapat mengetahui kemampuan atau keterampilan yang
memfokuskan pada pemecahan masalah oleh peserta didik maupun dengan
cara melakukan proses belajar kolaborasi bekerja bersama pihak lain.

H. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis
masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta
memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta
didik.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta
didik.
4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai
peserta didik.

14
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk
secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus
dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran
adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan
sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini
adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang
terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan,
yaitu :
1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam
proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik,
yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam
kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang
ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan
kerja kelompok antar peserta didik. Peserta didik menyelidiki sendiri,
menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah
petunjuk fasilitator (guru). Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan
kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber
pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan
tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta
didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit
bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta
didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara
terstruktur oleh seorang guru.
Adapun Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah adalah Strategi
pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran
artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya
sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan
tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif
berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah
sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak
mungkin ada proses pembelajaran. Pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

16
B. Saran
Untuk tercapainya keberhasilan dan implementasi dari pengembangan
profesi guru, seorang guru harus terus mengasah potensi yang ada dalam diiri
guru tersebut guna mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk


Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan
Masalah. Jurnal
Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP. 68-73
Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa
Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol.
39, No. 2. PP. 171-182.
Komala Sari. Dini. 2013. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning/PBL) Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2021 jam 10.11 WIB
melalui https://dinikomalasari.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai