Anda di halaman 1dari 7

UAS MATA KULIAH PERENCANAAN DAN ANGGARAN

MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK FISIP UNAND


RATIH
2120841002
SOAL :
1. Menarasikan tentang bagaimana perencanaan yang berintegrasi
2. Menjelaskan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014Tentang Perencanaan dan jelaskan
bagaimana bentuk perencanaan yang berkualitas
3. Menarasikan pengetahuan tentang SIPD
4. Menjelaskan bentuk opini pemeriksaan
5. Menjelaskan persyaratan dari masing-masing opini pemeriksaan
JAWABAN :
1. Perencanaan adalah suatu himpunan dari keputusan akhir, keputusan awal dan
proyeksi ke depan yang konsisten dan mencakup periode waktu, dan tujuan utamanya
adalah untuk mempengaruhi seluruh perekonomian di suatu negera (Brobowski, 1964).
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Perencanaan adalah suatu proses
tindakan untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan yang terintegrasi sebagaimana terdapat dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 17 Tahun 2017 tentang sinkronisasi proses perencanaan dan penganggaran
pembangunan nasional.
Tujuan dari perencanaan terintegrasi adalah untuk menjawab tantangan dalam
menjaga konsitensi hasil perencanaan yang disepakati melalui proses penganggaran dan
pembahasan bersama legislatif hingga menjadi APBD.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tentang Perencanaan dan bentuk perencanaan yang
berkualitas.
Tahapan melakukan perencanaan
1) Menetapkan sasaran
a) Kegiatan perencanaan dimulai dengan memutuskan apa yang ingin dicapai organisasi.
b) Tanpa sasaran yang jelas, sumber daya yang dimiliki organisasi akan menyebar terlalu
luas.
c) Dengan menetapkan prioritas dan merinci sasaran secara jelas, organisasi dapat
mengarahkan sumber daya agar lebih efektif.
2) Merumuskan posisi organisasi pada saat ini
a) Jika sasaran telah ditetapkan, pimpinan harus mengetahui organisasi berada dimana
saat ini dan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan tersebut, sumber daya apa
yang dimiliki pada saat ini.
b) Rencana baru dapat disusun jika sebuah organisasi telah mengetahui posisinya pada
saat ini.
3) Mengidentifikasi faktor faktor pendukung dan penghambat menuju sasaran
a) Selanjutnya perlu diketahui faktor faktor, baik internal maupun eksternal, yang
diperkirakan dapat membantu dan menghambat organisasi mencapai sasaran yang
telah ditetapkan.
b) Kendala yang dihadapi dalam tahapan ini adalah pemahaman tentang apa yang akan
terjadi pada saat ini dalam sebuah organisasi jauh lebih mudah dibandingkan dengan
meramalkan persoalan atau peluang yang akan terjadi di masa datang.
c) Betapun sulitnya melihat ke depan adalah unsur utama yang paling sulit dalam
perencanaan dan hal ini harus dipikirkan oleh sebuah organisasi.
4) Menyusun langkah langkah untuk mencapai sasaran
a) Langkah terakhir dalam kegiatan perencanaan adalah mengembangkan berbagai
kemungkinan alternatif atau langkah yang diambil untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan, mengevaluasi alternatif alternatif tersebut, dan memilih mana yang
dianggap paling baik, cocok dan memuaskan.

3. Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD)


Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD) adalah sistem informasi yang dibangun
dan dikembangkan untuk menghasilkan layanan informasi pemerintahan daerah yang
saling terhubung dan terintegrasi dengan berbasis elektronik yang digunakan untuk
pengelolaan data dan informasi, penyusunan, monitoring dan evaluasi dokumen rencana
pembangunan daerah secara elektronik.
Sistem Informasi Pemerintah Daerah berdasarkan Permendagri Nomor 70 Tahun
2019 Pasal 2 berisikan 3 ruang lingkup SIPD sebagai berikut:
1) Informasi Pembangunan Daerah
Memuat:
a) Data perencanana pembangunan daerah
b) Analisis dan profil pembangunan daerah
c) Informasi perencanaan pembangunan daerah
2) Informasi Keuangan Daerah
Memuat:
a) Informasi perencanaan anggaran daerah
b) Informasi pelaksanaan dan penatausahaan keuangan daerah
c) Informasi akuntansi dan pelaporan keuangan daerah
d) Informasi pertanggungjawaban pelaksanaan keuangan daerah
e) Informasi barang milik daerah
f) Informasi keuangan daerah lainnya.
3) Informasi Pemerintahan Daerah Lainnya
Memuat:
a) Informasi LPPD (Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah)
b) Informasi EPPD (Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah)
c) Informasi Perda

Berdasarkan Ruang Lingkup tersebut, berdasarkan Permendagri Nomor 70 Tahun


2019 Pasal 9, pengelolaan E-Database SIPD terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:

1) Perencanaan Data
Dilaksanakan oleh Produsen Data dan dikoordinasikan oleh Bappeda
2) Pengumpulan Data
Dilaksanakan oleh Produsen Data dan dikoordinasikan oleh Wali Data
3) Pengisian Data
Dilaksanakan oleh Produsen Data dan dikoordinasikan oleh Wali Data dan
Bappeda
4) Pemeriksaan Data
Dilaksanakan oleh Walidata bersama dengan Bappeda dan BPS
5) Evaluasi Data
Dilaksanakan oleh Produsen Data dan dikoordinasikan oleh Bappeda bersama
Wali Data dan BPS
Dari beberapa tahapan SIPD tersebut, terdapat tim pengelola SIPD yang terdiri
dari:

NO JABATAN PEJABAT TUGAS


TIM

1 Penanggung Sekretaris Daerah mengambil kebijakan, keputusan dan pembinaan dalam


Jawab Kabupaten penerapan SIPD
2 Ketua/ Kepala Bappeda administrator seluruh aplikasi yang ada
Koordinator Kabupaten dalam SIPD.
3 Wakil Ketua/ Kepala Perangkat Daerah Mengkoordinasikan pengumpulan dan validasi data
Walidata yang membidangi urusan
statistik;
4 Sekretaris Pejabat Administrator mengelola fungsi kesekretariatan dalam penerapan SIPD
pada
Bappeda Kabupaten yang
melaksanakan tugas di
bidang pengelolaan data
5 Anggota Seluruh Kepala mengkoordinasikan pengelolaan seluruh aplikasi yang
Perangkat Daerah ada dalam SIPD di lingkungan perangkat daerahnya.
Kabupaten

Manfaat hadirnya SIPD:

1) Meningkatkan efisiensi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pemerintah daerah


2) Mendorong kolaborasi dan keterlibatan semua pihak dalam proses perencanaan
3) Sistem yang terintegrasi mempermudah dalam penyediaan informasi kepada pimpinan
dan masyarakat
4) SIPD akan terintegrasi dengan sistem pengadaan barang dan jasa LKPP

Tantangan Penggunaan SIPD di Indonesia

Beberapa berita yang ditemukan bahwa penggunaan SIPD di beberapa daerah belum
maksimal dilaksanakan, dikarenakan Aplikasi SIPD yang dijalankan belum siap pakai,
sehingga berimbas kepada keterlambatan belanja daerah dikarenaka tidak adanya pelatihan
yang diberikan kepada pegawai di Instansi pemerintahan tersebut.

4. Opini Pemeriksa
Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria sebagai
berikut:
1) Kesesuian dengan standar akuntansi pemerintahan
2) Kecukupan pengunkapan
3) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
4) Efektivitas sistem pengendalian intern

Terdapat 4 (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni (i) opini
wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), (ii) opini wajar dengan pengecualian
(qualified opinion), (iii) opini tidak wajar (adversed opinion), dan (iv) pernyataan
menolak memberikan opini (disclaimer of opinion). Penjelasan atas setiap jenis opini
adalah sebagai berikut:

1) Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), opini wajar tanpa pengecualian
menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan diungkapkan secara wajar
dan cukup, dalam semua hal yang material. Dengan kata lain, informasi keuangan
yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh para
pengguna laporan keuangan. Ini adalah opini yang dinyatakan dalam bentuk baku
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan.
2) Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion), opini wajar dengan
pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan diungkapkan
secara wajar dan cukup, dalam semua hal yang material, kecuali untuk dampak hal-
hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Dengan kata lain, informasi
keuangan yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan ”yang tidak
dikecualikan dalam opini pemeriksa” dapat digunakan oleh para pengguna laporan
keuangan.
3) Opini tidak wajar (adversed opinion), opini tidak wajar menyatakan bahwa laporan
keuangan tidak disajikan dan diungkapkan secara wajar dan cukup, dalam semua hal
yang material. Dengan kata lain, informasi keuangan yang disajikan dan diungkapkan
dalam laporan keuangan tidak dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan;
dan
4) Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion), pernyataan menolak
memberikan opini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak dapat diperiksa sesuai
dengan standar pemeriksaan. Dengan kata lain, pemeriksa tidak dapat memberikan
keyakinan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Dengan demikian,
informasi keuangan yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan tidak
dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.

Pertimbangan Materialitas Dalam Pemberian Opini Pemeriksa

1) Keberadaan dan keterjadian; suatu transaksi keuangan; informasi keuangan


yang disajikan dan diungkapkan pihak terperiksa diartikan bahwa transaksi
keuangan dan dampak transaksi tersebut ada dan benar terjadi
2) Kelengkapan; informasi keuangan yang disajikan dan diungkapkan pihak
terperiksa adalah mencakup semua transaksi keuangan pihak terperiksa atau
dengan kata lain tidak ada transaksi keuangan selain yang disajikan dan
diungkapkan dalam Laporan Keuangan
3) Hak dan kewajiban; informasi keuangan yang disajikan dan diungkapkan
pihak terperiksa adalah merupakan hak dan kewajiban pihak terperiksa; tidak
ada hak dan kewajiban pihak lain yang tidak terkait dengan pihak terperiksa
yang disajikan dalam laporan keuangan
4) Alokasi dan penilaian; informasi keuangan disajikan dan diungkapkan pihak
terperiksa dengan nilai dan alokasi nilai yang konsisten sesuai kebijakan
akuntansi pihak terperiksa
5) Penyajian dan pengungkapan; informasi keuangan telah disajikan sesuai
dengan standar dan diungkapkan secara cukup oleh pihak terperiksa
6) Ketaatan; informasi keuangan menyajikan ketaatan pihak terperiksa terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Syarat Opini Wajar Tanpa Pengecualiaan
1) Sesuai SAP dan diterapkan secara konsisten dengan period eke periode
2) Telah diungkapkan secara cukup sehingga tidak terdapat ketidakjelasan dan
ketidakpastian yang menganggu penyajian wajar
3) Tidak Terdapat kelemahan SPI yang signifikan dan dapat meraguka keyakinan auditor
akan kewajaran informasi pelaku
4) Tidak melanggar kepatuhan yang berdampak material atas kewajaran informasi
pelaku
5) Tidak terdapat pembatasan lingkup sehingga auditor tidak dapat memberikan
pendapat
Syarat Opini Wajar Dengan Pengecualiaan

1) Aset Tetap yang diperoleh sampai dengan tanggal Neraca “Awal” Pembukaan
2) Pemerintah tidak dapat menyajikan laporan keuangan poko secara lengkap
Laporan Keuangan Pokok yang lengkap bagi pemerintah adalah Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK), dan Lampiran berupa Laporan Keuangan BUMN/D
3) Lokalisasisasi Penyimpangan informasi keuangan
Penyimpangan atas Laporan Keuangan dapat saja terlokalisasi pada satu unsur
Laporan Keuangan. Pengidentifikasian pada satu atau beberapa akun laporan
keuangan tidak menyebabkan terjadinya interpretasi yang berbeda pada akun lainnya.
Oleh karenanya pemeriksa dapat saja tidak mempertimbangkan faktor materialitas
atas akun tersebut.

Syarat Opini Tidak Wajar


1) Penyimpangan material atas prinsip akuntansi
Penyimpangan atas penyajian atas semua unsur Laporan Keuangan dapat saja terjadi
secara merata dan dalam jumlah yang material, maka pemeriksa dapat memberikan
opini tidak wajar.

Syarat Pernyataan Menolak Opini

1) Pernyataan menolak memberikan opini merupakan opini pemeriksa atas tidak dapat
dilaksanakannya Stándar pemeriksaan pada pemeriksaan laporan keuangan.
2) Karena pemeriksaan tidak dapat dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan, maka
laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dengan opini pernyataan menolak
memberikan opini adalah tidak mengikuti bentuk baku laporan hasil pemeriksaan
atas laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai