Identitas Pasien
Nama : Ny. SA
No rekam medik : 576041
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 29-01-1974
Umur : 45 tahun
Alamat : Kp. Saapan cipatik cihampelas 004/002 Bandung Barat
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pekerjaan :-
Masuk tanggal : 13 Februari 2019
Penanggung Jawab Pasien
Nama : Ny. Y
Hubungan : Keponakan
Alamat : Kp. Saapan cipatik cihampelas 004/002 Bandung Barat
Keterangan didapat dari
Nama : Ny. Y
Hubungan : Keponakan
Sifat perkenalan : Akrab
Kebenaran anamnesa : Dapat dipercaya
Lama perkenalan : 18 Tahun
2
HETEROANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Mengamuk
RIWAYAT KELUARGA
Tabel 1. Daftar Keluarga
No. Nama JK Usia Kesehatan Kepribadian Hubungan Status
marital
1. Tn. E L 81 th Meninggal - Ayah Menikah
2. Ny. S P 78 th Meninggal - Ibu Menikah
3. Tn. I L 52 th Sehat Biasa Kakak Menikah
4. Ny.A P 50 th Sehat Biasa Kakak Menikah
Kesehatan pasien baik, pendidikan terakhir pasien adalah SMA. Selama di sekolah,
pasien adalah anak yang biasa saja. Pasien termasuk orang yang sopan. Namun,
agak tertutup.
- Masa dewasa
Kesehatan pasien pada masa dewasa baik, namun pasien mudah curiga terhadap
orang lain.
- Masa tua
Pasien belum memasuki masa tua, saat ini pasien masih berusia 45 tahun.
RIWAYAT PEKERJAAN
Sekitar 1 tahun yang lalu pasien diberhentikan dari tempat kerjanya sebagai
cleaning service, karena kinerjanya yang kurang baik. Setelah berhenti bekerja
pasien pindah rumah ke rumah yang ditinggali sekarang.
RIWAYAT PERNIKAHAN
Pasien sudah menikah 5 tahun yang lalu. Pasien merupakan istri kedua,
sehingga suami pasien hanya mengunjunginya sebanyak 2-4 kali per bulan. Pasien
tidak memiliki anak. Suami pasien lebih sering tinggal di rumah istri pertamanya
sehingga pasien sering merasa kesepian.
Lain-lain
Pasien tidak memiliki pengalaman militer, atau berurusan dengan polisi,
pengadilan, maupun penjara. Saat ini, pasien tinggal sendiri.
Kehidupan fantasi
Tidak diketahui oleh keluarga
Kehidupan seksual
Tidak ada kelainan,saat ini pasien masih mengalami menstruasi.
Kehidupan emosional
Pasien termasuk orang yang pendiam, tertutup. Jika ada masalah, pasien
jarang menceritakan kepada orang lain.
Kehidupan sosial
Hubungan sosial pasien dalam keadaan cukup baik dengan anggota keluarga.
Hubungan sosial pasien dengan tetangganya kurang baik.
Kebiasaan dan kesenangan
Pasien makan biasanya 3 kali sehari, namun setelah sakit pasien menjadi sulit
makan. Pasien menjadi sulit tidur atau terbangun saat malam hari. Pasien tidak
memiliki riwayat merokok dan pasien tidak pernah mengkonsumsi minuman
alcohol.
6
AUTOANAMNESIS
Keluhan Utama:
Mengamuk
Gangguan Orientasi
Orientasi pasien terhadap tempat, waktu, orang lain, dan diri sendiri cukup baik.
Gangguan Persepsi
Pasien mengalami halusinasi sering mendengar bisikan yang memerintah pasien
7
untuk membagikan pakaian dan menyumbangkan uang ke mesjid hampir setiap hari
setelah adzan subuh (halusinasi auditori***). Pasien kadang sering melihat bayangan
kucing berwarna putih yang terkadang mengganggu pasien dan mengejar-ngejar
pasien(halusinasi visual**)
Gangguan Ingatan
Kemampuan pasien dalam mengingat dalam keadaan baik. Pasien bisa menceritakan
masa kecilnya, menceritakan dari awal mula sakit hingga pasien di bawa berobat ke
rumah sakit.
Gangguan Pikiran
Pikiran pasien ada yang tidak wajar, yaitu bentuk pikiran autistik, jalan pikiran
asosiasi longgar, isi pikiran waham curiga, dan waham kendali
Gangguan Emosi
Perkembangan emosi labil, mood labil, afek menyempit, kesesuaian afek
appropriate.
Riwayat Hidup
Pasien lahir secara normal. Pasien merupakan anak yang diinginkan. Ketika bayi
pasien dalam keadaan sehat dan normal. Masa kecil pasien pendiam dan tertutup
dengan orang lain. Hubungan pasien dengan orang tua dalam keadaan baik.
8
Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah.
Kehidupan Fantasi
Sulit dinilai, namun pasien sering melamun, dari keterangan tersebut disimpulkan
bahwa pasien kaya akan fantasi.
Kehidupan sosial
Pasien merupakan orang yang kurang bergaul
Status Fisikus
Keadaan Umum
Kesan sakit : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital:
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 ⁰C
9
Status Psikikus
Penampilan : Roman muka: curiga
Dekorum : kurang baik
Sikap: negatif
Kontak: ada
Rapport: kurang adekuat
Cara bicara : Volume: cukup
Kecepatan: cukup
Artikulasi: cukup
Tingkah laku : Gelisah, agresifitas motorik***
Ekspresi emosi : Mood: labil***
Afek: menyempit
Kesesuaian afek: appropriate
Pikiran dan persepsi
Isi pikiran : waham curiga***,waham dikendalikan***, Ide bunuh diri
disangkal
Bentuk : autistik***
Jalan : asosiasi longgar***
Persepsi : halusinasi auditorik*** (+),halusinasi visual**(+)
Fungsi kognisi
Kesadaran : compos mentis
Orientasi : baik (tempat, waktu, diri sendiri, orang lain)
Konsentrasi : distraktibilitas
Memori : baik
Kalkulasi : baik
Intelegensia : sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan
Penilaian abstrak : baik
Tilikan/wawasan (insight of illness): Tilikan 1
10
Simptomatologi
- agresifitas motorik***
- Mood: labil***
-waham curiga***
-waham dikendalikan***
-autistik***
-asosiasi longgar***
-halusinasi auditorik***
-halusinasi visual**
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Psikologis
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan EEG
Tidak dilakukan pemeriksaan
Psikodinamika
-Premorbid
Pasien berasal dari keluarga cukup baik. Tipe kepribadian pasien isolasi (pasien
sejak kecil adalah seorang yang pendiam, tidak banyak bicara) Hubungan pasien
dengan orang tuanya baik. Kecenderungan pasien untuk memendam perasaan
apabila ada masalah.Mental mekanisme yang digunakan adalah isolasi, dan
introyeksi
-Durante morbid
Presipitasi masalah pada pasien terjadi karena ada masalah dengan tetangga
pasien mengenai surat kepemilikan tanah.
11
-Status present
Kesadaran pasien baik ketika diperiksa, ingatan pasien masih baik, kecerdasan
pasien dalam batas normal. Pasien mulai tenang dan mengalami perbaikan, pasien
masih sering berdiam diri sendiri dikamarnya.
Aksis I
• Gangguan klinik : Skizofrenia Paranoid
• Diagnosis banding : Skizoafektif
Aksis II
• Gangguan kepribadian : Tidak ada
• Retardasi mental : Tidak ada
Aksis III
• Kondisi medik umum : Tidak ada
Aksis IV
• Stres pekerjaan : ada
Aksis V
GAF Scale : F 50-41 gejala berat (serious), disabilitas
berat.
Diagnosis Kerja
Skizofrenia Paranoid
Diagnosis Banding
Skizoafektif
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Anti psikotik : Haloperidol 2x5mg
12
Prognosis
Quo ad vitam: dubia
Quo ad fungsionam: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam: dubia ad bonam
13
PEMBAHASAN
DEFINISI
Skizofrenia adalah deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”)
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh
genetik, fisik, dan sosial budaya. Umumnya ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak
wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1
Skizofrenia merupakan sindrom klinis yang pada dasarnya
mengganggu fungsi kognitif, emosi, persepsi dan aspek tingkah laku.
Manifestasi klinis bergantung pada tiap-tiap pasien sesuai dengan lamanya
penyakit, tetapi efek dari penyakitnya ini selalu berat dan biasanya bertahan
lama. Kelainan ini biasanya muncul sebelum usia 25 tahun bertahan
seumur hidup, serta mengganggu fungsi sosial dan personal karena masyarakat
memandang sebelah mata terhadap penyakit ini.Skizofrenia merupakan gangguan
psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia
selama hidup mereka.1
Pada pasien yang menderita penyakit ini memiliki kesadaran yang
jernih (clearconsciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
14
Faktor Presipitasi
Presipitasi masalah pada pasien terjadi karena ada masalah dengan tetangga
pasien mengenai surat kepemilikan tanah.
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi pada pasien dikarenakan pasien pribadi yang tertutup.
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
B. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non psikotik
prodormal);
C. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude),
dan penarikan diri secara sosial.
Skizofrenia Paranoid
Pedoman diagnostik
17
EPIDEMIOLOGI
Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di
berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar
hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi
dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.
Universitas Sumatera Utara Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia
lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu
sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan dan lebih besar di daerah urban dibandingkan daerah rural. Pasien
skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat, terutama
ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin.
18
Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku menyerang. Bunuh
diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang terbanyak, hampir
10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri 2
Studi Epidemiologi menyebutkan bahwa perkiraan angka prevalensi
skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1 persen dan biasanya timbul pada usia sekitar
18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita
skizofrenia. Apabila penduduk Ibdonesia sekitar 200 jiwa, maka diperkirakan
sekitar 2 juta jiwa menderita skizofrenia.2
Skizofrenia menepati urutan teritinggi dalam sepuluh besar diagnosis di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat tahun 2011 dengan kunjungan pasien di
instalasi rawat jalan berjumlah 11206 orang, dimana jumlah pasien skizofrenia
hebefrenik berjumlah 5951 orang, skizofrenia residual berjumlah 3800 orang,
skizofrenia paranoid berjumlah 942 orang, skizofrenia hebefrenik kronik
berjumlah 424 orang, skizofrenia paranoid kronik berjumlah 51 orang, skizofrenia
katatonik 22 orang, skizofrenia tak terinci 12 orang dan sisanya skizofrenia YTT 3
orang.2,3
ETIOLOGI
- Faktor Genetik
Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah
dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia
terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9
- 1,8%; bagi saudara kandung 7 – 15%; bagi anak dengan salah satu orangtua
yang menderita skizofrenia 7 – 16%; bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40
– 68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi kembar satu telur
(monozigot) 61 – 86%. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah
fenomena yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita
lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat
yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada
gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari
19
ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin
tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki
penyakit ini .
- Faktor Biologik
Faktor biologik diantaranya karena terdapat peningkatan dopamine dan
norepinefrin. Pada skizofrenia, terjadi penurunan GABA yang secara tidak
langsung juga berpengaruh terhadap peningkatan dopamine. Sedangkan pada
pasien skizofrenia kronik terjadi keabnormalan metabolism dan kadar serotonin.
Kadar ini dapat meningkat maupun menurun.
Terjadi hipofungsi reseptor glutamate tipe N-methyl-D-aspartate (NMDA)
yang menyebabkan gejala negative dan positif pada skizofrenia. Menurut teori
perkembangan saraf, terdapat bukti bahwa abnormalitas perkembangan saraf
selama trimester kedua masa kehamilan menyebabkan abnormalitas fungsi saraf
yang dapat menyebabkan timbulnya gejala skizofrenia pada dewasa muda.
Faktor genetik memiliki peranan penting terhadap hampir semua kasus
skizofrenia. Belum diketahui secara pasti model genetik yang berpengaruh, namun
ditemukan beberapa gen yang menyebabkan seseorang rentan mengalami
skizofrenia yaitu 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q, dan 22q. Penelitian terbaru
menemukan bahwa adanya hubungan mutasi gen dystrobevin dan neureglin 1
berhubungan dengan gejala negative pada skizofrenia.
- Faktor Psikosial dan lingkungan
Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama
semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua
anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga. Banyak
penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi
penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah schizophregenic mother kadang-
kadang digunakan untuk mendeskripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin,
dominan, dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada
anak-anaknya. Keluarga pada masa kanak-kanak memegang peranan penting
dalam pembentukan kepribadian. Orangtua terkadang bertindak terlalu banyak
20
untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak untuk berkembang, ada kalanya
orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau tidak memberi
bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya.
Pasien dengan keluarga yang tidak harmonis memiliki kecenderungan untuk
relaps lebih tinggi dibandingkan pasien dengan keluarga yang harmonis. Stress
psikologis dan lingkungan merupakan faktor pencetus tersering terhadap
timbulnya gejala pada pasien.
Klasifikasi Skizofrenia
Dalam pengalaman praktek Skizofrenia dibagi dalam 5 tipe atau kelompok
yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya didominasi dengan
hal-hal sebagai berikut:
berobat agar yang bersangkutan dapat menjalankan fungsi kehidupanya sehari hari
dengan baik dan produktif.
Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik
– Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia
– Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja
atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).
– Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri (solitary),
namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa gambaran yang khas
berikut ini
– Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3
bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini
memang benar bertahan :perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak
dapat diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri
(solitaris) dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek
pasien yang dangkal (shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh
cekikikan (gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum
sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara bersenda gurau
(pranks), keluhan hipokondriakalI dan ungkapan dan ungkapan kata yang
diulang-ulang (reiterated phrases), dan proses pikir yang mengalamu
disorganisasi dan pembicaraan yang tak menentu (rambling) dan inkoherens
– Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak menonjol )
23
Skizofrenia Residual
Pedoman diagnostik:
Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di penuhi
semua:
(a) Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketidak adaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non verbal yang buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata,
modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang
buruk.
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia
(d) Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya,
24
Penanganan (Treatment)
1. Perawatan Rumah Sakit
Perawatan rumah sakit memiliki beberapa tujuan, yaitu menegakkan
diagnostic, menstabilkan pengobatan, demi keamanan diri pasien dan orang lain
(yang mungkin terancam karena perilaku penderita yang kacau dan tidak
sesuai), juga dikarenakan pasien yang bersangkutan tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya sendiri. Pada saat perawatan di rumah sakit ini orang tua
atau orang yang merawat turut dilibatkan dalam program rehabilitasi, dengan
tetap memperhitungkn tingkat keparahan pasien.
2. Pendekatan Biologis
Secara umum obat-obatan antipsikotik dapat dikelompokkan dalam 2
golongan besar, yaitu:
1. Kelompok yang tradisional/klasik/tipikal yaitu Dopamine Receptor Antagonis
(DRA). DRA dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu high potency (misalnya
CPZ) dan low potency ( misalnya Haloperidol)
2. Kelompok yang non-tradisional/atipikal yaitu Serotonin Dopamine Antogonis
(SDA), Risperidone.
25
3. Pendekatan Psikososial
Dalam melakukan intervensi psikososial perlu untuk mementukan dan
kerugian yang akan diperoleh dari suatu pendekatan. Termasuk dalam pendekatan
psikososial ini adalah terapi individu, terapi kelompok, terapi keluarga, bentuk-
bentuk rehabilitasi vokasional,dan lain-lain.
1. Terapi Individu
Dapat dilakukan dengan menggunakan terapi psikodinamik, atau Cognitive
and Behavior Therapy (CBT)
2. Terapi Keluarga
Pada terapi ini dapat dilakukan beberapa hal, antara lain (Davison &
Neale, 2001)
• Memberikan pendidikan tentang skizofrenia, termasuk simtom dan
tanda-tanda kekambuhan.
• Memberikan informasi tentang dan memonitor efek pengobatan dengan
antipsikotik.
• Menghindari Saling menyalahkan dalam keluarga.
• Meningkatkan komunikasi dan keterampilan pemecahan masalah
keluarga.
• Mendorong pasien dan keluarga untuk mengembangkan kontak social
mereka, terutama berkaitan dengan jaringan pendukung.
• Meningkatkan harapan bahwa segala sesuatu akan membaik, dan
pasien mungkin tidak harus kembali ke rumah sakit.
3. Terapi Kelompok
Pada dasarnya, melalui terapi kelompok pasien skizofrenia diberi pelatihan
kemampuan social, antara lain bagaimana memecahkan masalah Social.
Terapi
o Psikofarmaka
26
o Psikoterapi suportif
◦ Psikoterapi suportif pada pasien ini adalah dengan mendukung fungsi ego
dan mekanisme defensif pasien untuk mengatasi kambuhnya gejala, seperti dengan
menyibukkan diri dan mengobrol. Memberikan penentraman (kemampuan
beradaptasi dan reassurance) atas stressor berusaha meyakinkan kembali
kemampuan pasien bahwa ia sanggup mengatasi masalah yang dihadapinya.
o Psikoedukasi
Memberi pemahaman tentang pentingnya memecahkan masalah yang
dihadapi dengan cara kooperatif dalam menceritakan keluhan yang dirasakan
Prognosis
Quo ad vitam: dubia
Quo ad fungsionam: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam: dubia ad bonam