Anda di halaman 1dari 16

Nama : Indah Oktavia Halim Senin, 26 Oktober 2020

NPM : 150610180015

Matkul : Kreasi & Inovasi Agribisnis (BEDP 3)

UTS Take Home

Kelompok 7

1. Deskripsikan kondisi Agribisnis Indonesia saat (isunya masing2 kelompok


lihat n/b di bawah) dilihat dari perspektif gunakan analisis, lengkap
dengan data ilustrasi dan contoh.

Jawab :

Isu yang kelompok 7 dapatkan adalah Kurang Tanggap


Bencana;Model komunikasi Bencana. Banyak sekali bencana yang terjadi
dalam sektor pertaniaan yang dapat merugikan para petani. Seperti halnya
yang terjadi saat ini, ketika sudah memasuki bulan Oktober artinya sudah
musim penghujan dan jika curah hujan tidak dapat dikendalikan maka
akan timbul bencana banjir.

Banjir adalah keadaan air meluap dengan jumlah yang besar


sehingga menutupi daratan yang biasanya dijadikan tempat berbagai
aktivitas. Banjir dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan
faktor manusia. Penyebab banjir oleh faktor manusia dikarenakan
seringnya membuang sampah sembarangan di selokan sehingga air dapat
meluap jika terjadi hujan, atau dapat terjadi karena penebangan pohon
secara sembarang tanpa ditanam kembali sehingga kurangnya serapan air
oleh tanaman. Sedangkan faktor alam yang tidak dapat kita duga adalah
cuaca hujan yang ekstrem, terjadi badai dan angin kencang di sekitar
pantai, rusaknya bendungan dan drainase tiba-tiba, dan lain sebagainya.

Oleh karena penyebab banjir tersebutlah terdapat dampak yang


akan diperoleh, terutama dalam sektor pertanian. Banyak sekali lahan,
kebun, sawah yang terendam banjir sehingga tidak dapat memproduksi
hasil pertanian seperti biasanya.

Hal ini juga berhubungan dengan perubahan iklim global, dan


kerusakan lingkungan. Dampak perubahan iklim global bumi yang telah
terdeteksi dan berpengaruh terhadap produksi pertanian di Indonesia
terdiri dari berikut ini :

a) kenaikan suhu udara di permukaan bumi;


b) curah hujan ekstrim yang eratik,
c) naiknya permukaan air laut yang menyebabkan banjir langsung
maupun tidak langsung akibat terhambatnya arus sungai;dan
d) sering terjadi bencana alam.

Dalam bidang pertanian dengan lebih seringnya terjadi banjir yang


merendam lahan-lahan sawah akan mengakibatkan kegagalan atau
menurunkan produksi pertanian setempat.

Banjir juga dapat menyebabkan kerugian. Kerugian akan semakin


besar jika kegiatan ekonomi dan pemerintahan terganggu, bahkan terhenti.
Meskipun partisipasi masyarakat dalam rangka penanggulangan banjir
sangat nyata, terutama pada aktivitas tanggap darurat, namun banjir
menyebabkan tambahan beban keuangan negara, terutama untuk
merehabilitasi dan memulihkan fungsi parasana publik yang rusak.

Seperti kejadian baru di tahun 2020 ini Sulawesi Selatan telah


mengalami banjir bandang. Dalam Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer
Lembaga Penerbangan dan Atariksa Nasional (PSTA-Lapan) menjelaskan
hasil analisis penyebab banjir bandang di Luwu Utara, Sulawesi Selatan,
yang terjadi pada 13 Juli 2020, yaitu disebabkan oleh akumulasi hujan
harian berdasarkan pantauan satelit hujan GSMap pada 13 Juli 2020
mencapai 60 mm (BMKG : 56 mm). Berdasarkan prediksi cuaca Satellite-
Based Disaster Early Warning System (SADEWA)-Lapan, hujan yang
turun secara persisten itu terkonsentrasi di sekitar Teluk Bone. Penguatan
monsun timuran yang mentranspor kelembapan, terjadi karena
penghangatan suhu permukaan laut di Teluk Bone dan pembentukan
sirkulasi tekanan rendah di Selat Makasar. Bentuk garis pantai yang
cekung, turut berperan mengonsentrasikan hujan diurnal di sekitar Teluk
Bone (Luwu) yang dapat memicu banjir bandang yang besar.

Dampak yang ditimbulkan oleh banjir bandang di Sulawesi Selatan


tersebut sangat besar, ribuan rumah hancur, ribuan manusia terluka, akses
jalan tertutup, begitu juga dengan lahan pertanian.

Sulawesi selatan merupakan daerah lumbung pangan, sehingga jika


terdapat bencana tidak terduga seperti banjir ini akan menganggu jalannya
produktivitas pertanian dan akan berkurangnya sumber pangan
masyarakat. Kondisi petani dan lahan pertanian setelah terjadinya banjir
begitu menyedihkan, lahan pertanian mengalami gagal panen atau puso.
Saat ini BNPB, BPBD, kementerian/lembaga, TNI-Polri, dan pemerintah
daeah setempat masih terus melakukan inventarisasi dan pengkajian
terhadap dampak banjir bandang tersebut dan akan segera membantu
petani untuk menanam kembali di lahan pertanian.
Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah antisipasi dalam
menghadapi bencana banjir adalah sebagai berikut:

1. Membangun dan memperkuat sistem forecasting untuk banjir.


2. Meningkatkan frekuensi pengamatan curah hujan dan elevasi muka
air, untuk peramalan banjir dan kekeringan.
3. Mengontrol kondisi dan merehabilitasi bangunan pengendali banjir
sebelum masuk bulan-bulan musim hujan dan kemarau.
4. Membentuk satgas siaga banjir.
5. Pemeriksaan kesiapan alat komunikasi.
6. Penyiapan bahan banjiran dan peralatan.
7. Mengkoordinasikan dengan Pemda setempat.

2. Keberlanjutan menjadi terminology baku dalam pengembangan semua


aspek kehidupan termasuk pertanian. Apa saja komponen SDGs yang
terkait dengan sector isu pertanian/agb. Bagaimana pelaksanaannya dilihat
dari 3 komponen pembangunan berkelanjutan?
Jawab :

Konsep SDGs itu sendiri lahir pada kegiatan konferensi mengenai


Pembangunan Berkelanjutan yang dilaksanakan oleh PBB di Rio de
Jainero tahun 2012. Tujuan yang ingin dihasilkan dalam pertemuan
tersebut adalah memperoleh tujuan bersama yang universal yang mampu
memelihara keseimbangan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan:
lingkungan, sosial dan ekonomi.

Semua konsep dalam SDGs sangat penting, salah satunya


berhubungan dengan sektor pertanian bagi masyarakat karena penghasil
pangan berasal dari sektor pertanian dan aktor utama dari sektor pertanian
adalah para petani atau buruh tani yang sebagian besar tinggal di pedesaan.
Sektor pertanian memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap
pencapaian target dan tujuan Program Sustainable Development Goals
(SDGs) yakni untuk kesejahteraan manusia dan planet bumi. Karena itu,
pertanian menjadi leading sektor bagi program ini. Oleh karena itu
meskipun kontribusi relatif sektor pertanian dalam pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB) makin rendah tetapi peran sektor pertanian ini
sangat strategis, baik dalam pencapaian MDGs maupun SDGs.

Tiga pelaksanaan komponen SDGs yang terkait dengan isu


pertanian adalah

Kemiskinan
Kemiskinan masih menjadi persoalan karena penduduk miskin
masih mencapai 10,86 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Persoalan
kemiskinan  menjadi salah satu faktor utama rendahnya akses masyarakat
terhadap pangan. Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan,
sekitar 20 juta penduduk mengalami kelaparan setiap harinya. 

Oleh karena itu dalam pengentasan kemiskinan diperlukan peran


penting sektor pertanian yang telah banyak dibuktikan dalam berbagai
tinjauan maupun penelitian empiris. Terutama pada negara-negara
berkembang, peranannya semakin menonjol ketika didukung
pengembangan infrastruktur yang memadai. Hal ini selaras dengan
berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa infrastruktur pertanian dan
pedesaan adalah basis bagi peningkatan produktivitas.

Peran kemiskinan masih menjadi isu yang utama. Dari perspektif


hak asasi manusia, adanya kemiskinan adalah tanggung jawab lingkungan,
baik dari dalam hal penyebab maupun solusinya. Oleh karena itulah
berbagai kajian maupun upaya penanggulangan kemiskinan tidak hanya
masih aktual, tetapi juga masih sangat dibutuhkan.

Dalam ketahanan pangan sendiri, sebagai sektor penghasil pangan


maka kontribusi langsung sektor pertanian dalam pencapaian SDGs adalah
melalui peranannya dalam mendukung tercukupinya ketersediaan pangan
dengan harga yang terjangkau oleh sebagian besar atau seluruh lapisan
masyarakat.

Sektor pertanian berkontribusi dalam pengurangan kemiskinan


secara langsung maupun tidak langsung. Kontribusi langsung terjadi
melalui peningkatan pendapatan petani, sedangkan kontribusi tidak
langsung adalah melalui kaitan ke depan (foreward linkage) dan kaitan ke
belakang (backward linkage) sektor ke dalam sistem perekonomian.

Kelaparan

Terdapat hubungan antara kelaparan dan kemiskinan, yaitu


kelaparan dapat diakibatkan oleh kemiskinan. Untuk menghilangkan
kelaparan demi tercapainya ketahanan pangan dan gizi yang baik serta
untuk meningkatkan pertanian berkelanjutan, maka untuk mencapai tujuan
tanpa kelaparan pada tahun 2030, ditetapkan target yang diukur melalui
indikator. Target tersebut adalah menghilangkan kelaparan dan
kekurangan gizi, menggandakan produktivitas pertanian, menjamin
pertanian pangan berkelanjutan, mengelola keragaman genetik, dan
meningkatkan kapasitas produktif pertanian. Upaya-upaya yang dilakukan
untuk mencapai target-target tersebut dijabarkan pada kebijakan, program
dan kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi
nonpemerintah.

Berikut adalah beberapa upaya perbaikan gizi masyarakat


diantaranya adalah:

1. Mengadakan sosialisasi mengenai manfaat pola konsumsi pangan


perorangan dan masyarakat yang Beragam, Bergizi Seimbang,
dan Aman (B2SA) untuk hidup sehat, aktif, dan produktif,
2. Memberikan peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang
kesehatan, gizi, sanitasi, kebersihan, dan pengasuhan,
3. Melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama ibu rumah
tangga, untuk percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
berbasis pangan lokal (termasuk sosialisasi manfaat dan
menciptakan minat atau preferensi pada konsumsi pangan ikan,
hasil peternakan, sayuran, dan buah-buahan lokal),
4. Melakukan perbaikan atau pengayaan gizi pangan tertentu dan
penetapan persyaratan khusus mengenai komposisi pangan untuk
meningkatkan kandungan gizi pangan olahan tertentu yang
diperdagangkan,
5. Melakukan penguatan pelaksanaan dan pengawasan regulasi dan
standar gizi dan keamanan pangan,
6. Memperdalam penguatan integrasi intervensi gizi spesifik dan
gizi sensitif dengan dengan fokus utama pada 1000 hari pertama
kehidupan, remaja, calon pengantin dan ibu hamil,
7. Perbaikan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, balita, remaja
perempuan, dan kelompok rawan gizi lainnya,
8. Penguatan sistem surveilans pangan dan gizi termasuk
pemantauan pertumbuhan,
9. Melaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS),
10. Melaksanakan peningkatan jangkauan dan kualitas layanan
kesehatan masyarakat,
11. Menjadi penyalur bantuan pangan bagi masyarakat rawan pangan
kronis (berpendapatan rendah) dan transien (darurat bencana).

Diperlukan juga pemahaman mengenai pangan yang berkualitas


sehingga didapatkan gizi yang baik. Selain peran pemerintah yang
membantu dari segi perekonomian, peran penyuluh pun sangat
dibutuhkan, yaitu penyuluh mengenai kesehatan pangan yang seharusnya
dikonsumsi oleh masyarakat.

Konsumsi yang bertanggung jawab

Konsumsi yang bertanggung jawab disini artinya menjamin pola


produksi dan konsumsi yang bertanggungjawab. Untuk mencapai tujuan
konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab pada tahun 2030 kedepan
akan ditetapkan 11 target yang diukur melalui 19 indikator. Target-target
tersebut terdiri dari pencapaian pelaksanaan 10 tahun kerangka kerja
konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, pengelolaan bahan kimia
dan limbah B3 (Suatu limbah yang mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak
langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan manusia), serta pencapaian praktek usaha
berkelanjutan. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai target-target
tersebut dijabarkan pada kebijakan, program dan kegiatan yang akan
dilakukan oleh pemerintah maupun nonpemerintah.

Strategi untuk mencapai tujuan kosumsi yang bertanggung jawab.


Menjamin Produksi dan Konsumsi yang Bertanggungjawab yaitu dengan:

1. Inventarisasi dan sinkronisasi kebijakan sektor-sektor prioritas


terkait dengan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan.
2. Menggalakkan penggunaan teknologi bersih untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan sumberdaya dan mengurangi limbah.
3. Penyebaran informasi ketersediaan produk ramah lingkungan bagi
konsumen/masyarakat mengenai manfaat produk tersebut.
4. Pengembangan standar produk ramah lingkungan yang terukur.
5. Pengembangan peraturan dan standar pelayanan publik dalam
penerapan pola konsumsi berkelanjutan.
6. Meningkatkan penanganan kerusakan lingkungan akibat
pembangunan.
Kebijakan tujuan kosumsi yang bertanggung jawab memiliki arah
tersendiri untuk mencapai target menjamin produksi dan konsumsi yang
berkelanjutan adalah:

1. Penguatan mekanisme pemantauan & sistem informasi


lingkungan hidup, peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan
hidup dan penyelesaian peraturan, sengketa, kasus, tindak pidana
serta perdata lingkungan secara tuntas.
2. Peningkatan kualitas air dan kualitas udara.
3. Peningkatan tutupan lahan/hutan, melalui penguatan upaya
rehabilitasi hutan, peningkatan tutupan vegetasi terutama di
perkotaan, rehabilitasi lahan kritis/terlantar, pengendalian
kerusakan ekosistem dan pemulihan tutupan lahan/hutan,
kawasan bekas tambang, kawasan terkontaminasi B3 serta
kawasan pesisir dan laut.
4. Pengelolaan bahan berbahaya & beracun (B3).

Program Tujuan Kosumsi yang bertanggung jawab. Program


dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam periode RPJMD 2015-
2019 antara lain terkait dengan:

a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan


Lingkungan Hidup
b. Program Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup
c. Program Kajian dan Penaatan Lingkungan Hidup.

Dari ketiga komponen SDGs tersebut jika dikaitkan dengan isu


pertanian banjir memiliki hubungan satu sama lain, hal ini dikarenakan
ketika banjir maka akan terjadi kelaparan, susah mencari pangan dan susah
bekerja karena keadaan yang tidak memungkinkan, dan juga hanya
mengandalkan bantuan dari pemerintah. Sehingga tidak terlalu
mementingkan gizi pada makanan. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama
yang baik antara masyarakat yang terkena bencana dengan pemerintah.

3. Berikan prospek dinamika agribisnis ke depan terutama dengan adanya


perkembangan teknologi dan inovasi yang semakin deras dan cepat.
Kaitkan pada berbagai skala wilayah mulai dari local, nasional dan
internasional.

Jawab :

Prospek agribisnis dengan adanya perkembangan teknologi dan


inovasi ini juga dapat disebut dengan pertanian modern berkelanjutan
karena pertanian modern harus mampu menghasilkan komoditas berdaya
saing tinggi melalui penerapan inovasi teknologi yang mendukung
pelaksanaan kegiatan produktif sektor menjadi lebih efektif dan efisien.
Kedepannya akan diperlukan suatu sistem komunikasi antara penyusun
kebijakan dan pelaku utama sektor pertanian dalam rangka edukasi
masyarakat petani tentang pentingnya keselarasan dan nilai (relevance and
values) pembangunan pertanian modern. Prospek pertanian modern ini
akan semakin terus berkembang seiiring dengan perubahan zaman, namun
diperlukan kesiapan mental terutama bagi petani agar dapat memahami
teknologi dengan baik dan cepat sehingga setiap inovasi dapat dengan
cepat dilaksanakan. Hal ini juga, tentunya memperlukan peran pemerintah
agar dapat memberdayakan petani dengan baik.

Kunci utama dalam memberdayakan petani adalah melalui inovasi


dan perbaruan teknologi. Berbagai studi melaporkan bahwa inovasi
teknologi terbukti telah menjadi sumber pertumbuhan dan peningkatan
produksi pertanian dan pendapatan petani. Pengertian inovasi dalam UU
Nomor 18 Tahun 2002, pengertian inovasi adalah sebagai kegiatan
penelitian, pengembangan, dan perekayasaan yang bertujuan
mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan
yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.

Inovasi tidak hanya berasal dari hasil penelitian laboratorium saja


tetapi juga bisa dari uji coba pengalaman para petani-petani sukses. Hal ini
yang menjadi contoh untuk generasi muda pertanian lainnya. Petani yang
rajin mengadopsi inovasi teknologi akan berkembang lebih maju dan
modern dibandingkan dengan petani yang tidak mengadopsi teknologi.

Kaitan teknologi dan inovasi pertanian baik secara lokal dan


nasional (terutama di Indonesia) sangat berbeda dengan Internasional (luar
negeri). Perkembangan teknologi di luar ngeri sangat cepat dan lebih cepat
dibandingkan Indonesia. Hal ini didukung dengan perekonomian luar
negeri yang sangat baik, sehingga dapat membantu peranan sektor
pertanian dengan teknologi yang canggih untuk mendapatkan hasil
pertanian yang berkualitas baik dan dengan proses yang cepat. Kemudian
di dukung dengan sumber daya manusia yang memadai dan mengerti
teknologi, sehingga jika penggunaan teknologi dan inovasi dalam sektor
pertanian di luar negeri dengan di dalam negeri, maka sektor pertanian luar
negerilah yang lebih unggul.

Sedangkan di Indonesia sendiri dalam menghadapi rumitnya


permasalahan dan tantangan di sektor pertanian, makan diperlukan
keahlian di berbagai bidang, seperti berbagai Pusat Penelitian didukung
oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang berada di setiap
provinsi. BPTP, sesuai dengan Permentan Nomor
16/Permentan/OT.140/3/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, mempunyai tugas melaksanakan
pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi. BPTP juga menyelenggarakan berbagai fungsi di antaranya
adalah pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil
pengkajian serta perakitan materi penyuluhan.

Contoh yang akan dihadapi dengan adanya penggunaan teknologi


adalah kekuatan dari teknologi pertanian ini akan meningkatkan komoditas
panen antar daerah yang nantinya akan meningkatkan harga produknya.
Oleh karena itu, petani harus menggunakan teknologi dan kemudahan
yang ada untuk mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya saja pemanfaatan
internet untuk promosi hasil panennya dengan penawaran harga yang lebih
miring dibanding pembelian di pasar, tentu akan meningkatkan
pendapatan.

Namun di balik kemudahan-kemudahan yang ditawarkan, ada


beberapa kekurangan yang ditimbulkan. Misalnya saja para petani yang
telah terbiasa menggunakan traktor untuk membajak sawah akan
meninggalkan kerbau sebagai media yang digunakan sebelumnya. Jika alat
traktor ini digunakan terus-menerus, petani harus menerima kenyataan
bahwa suatu saat alat ini dapat rusak. Teknologi dapat mudah berkembang
namun juga dapat rusak.

Jika dikaitan dengan adanya isu bencana alam, terutama banjir.


Peran teknologi sangat dibutuhkan untuk menyampaikan keluhan sehingga
datanglah bantuan sampai keadaan kembali normal. Jika keadaan bencana
sudah mereda, maka besar kemungkinan masyarakat akan memulai
keadaan dari awal dan membentuk suatu inovasi dari teknologi yang ada,
misalnya memikirkan bagaimana caranya agar mencegah hal yang dapat
menimbulkan banjir dan lain sebagainya dengan memanfaatkan sesuatu.
Oleh karena itu, ambilah hikmah dari setiap bencana yang ada,
manfaatkanlah kesempatan dengan sebijak mungkin.

4. Deskripsikan sosok para pelaku dalam bidang agribisnis di masa depan


melalui kajian kualifikasi, proses transformasi yang harus dilakukan baik
oleh individu maupun sebagai kelompok. Tunjukkan bagaimana
komunikasi berperan dalam transformasi tersebut.

Jawab :

Para pelaku bidang agribisnis yang paling utama adalah petani atau
dalam sekala kelompok adalah kelompok tani. Pemanfaatan teknologi
pertanian kepada petani akan lebih efisien jika dilakukan pada kelompok
tani, karena dapat menjangkau petani yang lebih banyak dalam satuan
waktu tertentu. Kelompok tani juga dianggap sebagai organisasi yang
efektif untuk memberdayakan petani, untuk meningkatkan produktivitas,
untuk meningkatkan pendapatan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan
petani dengan bantuan fasilitasi pemerintah melalui program dari berbagai
kebijakan pembangunan pertanian, maka perlu dikaji pula perannya dalam
mempercepat penerapan teknologi.
Dalam kelompok tani, tentunya terdapat seoarang pemimpin
kelompok. Menurut Stockbridge et al. (2003), pemimpin kelompok beserta
anggotanya merupakan komponen penting tergantung pada ukuran, fungsi
dari kelompok tersebut. Namun, yang terpenting adalah partisipasi anggota
sebagai pemilik organisasi, pelaku kerjasama antara kelompok dengan
pemerintah maupun pihak swasta dalam bentuk kemitraan. Apabila
anggota kelompok tidak aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok,
maka kelompok tersebut kemungkinan akan gagal mencapai tujuan
kelompoknya karena kelompok tani merupakan gabungan antara pemilik,
manajer, nasabah dan pekerja yang pada hakekatnya adalah anggota
kelompok itu sendiri.

Terdapat faktor yang menentukan kecepatan adopsi inovasi adalah


aktivitas penyebaran informasi yang dilakukan dalam penyuluhan, baik
yang dilakukan penyuluh maupun kelompok tani. Menurut Harinta (2010),
hal ini sesuai dengan semakin sering dikomunikasikan oleh penyuluh dan
kelompok tani dalam menawarkan inovasi teknologi, proses adopsi akan
semakin cepat. Artinya, jika penyuluh dan kelompok tani mampu
berkomunikasi secara efektif dan terampil menggunakan saluran
komunikasi secara efektif, proses adopsi akan berlangsung lebih cepat.

Salah satu permasalahan yang dihadapi petani saat ini adalah


kecepatan adopsi inovasi teknologi di tingkat petani masih rendah karena
peran komunikasi penyuluh dan kelompok tani yang belum dinamis.
Petani sering mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi teknologi
yang ada secara cepat dan tepat baik dari penyuluh ataupun kelompok tani.
Menurut Suryana (2005), mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah
kelambanan dalam penerapan teknologi baru yang telah dihasilkan
berbagai lembaga penelitian, diperlukan komunikasi teknologi pertanian
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani yang
pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Oleh karena itu diperlukan peran komunikasi kelompok tani di tiga


desa secara keseluruhan ternyata berpengaruh secara nyata. Hal ini
dikarenakan kelompok tani memiliki pengaruh langsung kepada individu
petani. Peran komunikasi yang ada pada kelompok tani seperti akses
informasi, kelas belajar, sinergi kerja sama, dan kegiatan diskusi sangat
diminati oleh petani karena dianggap bermanfaat dan membantu petani
dalam meningkatkan produksi tanaman dan pendapatannya.

Kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh kelompok dengan pihak


pemerintah, swasta, maupun LSM juga menambah jaringan baru dalam hal
pemasaran, dan pengolahan pascapanen. Kegiatan diskusi yang
dilaksanakan secara internal dalam kelompok tani membuat petani merasa
terbantu dalam hal menyelesaikan masalah usaha tani yang dihadapi.
Pengolahan dan pemasaran hasil pertanian hanya dapat dilakukan
apabila petani dalam kelompok tersebut terlibat dalam penggunaan
teknologi. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok tani efektif
dimanfaatkan untuk alih teknologi.

Seiring dengan adanya perubahan zaman yang semakin maju dan


mengedepankan teknologi informasi untuk mendapatkan sebuah ide, untuk
mempermudah dalam memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Maka
diperlukannya transformasi sosok pelaku agribisnis di masa depan, yaitu
kaum milenial saat ini atau kaum muda yang memiliki kemauan untuk
mereformasi dalam sektor pertaniaan masa depan.
Sektor pertanian Indonesia sudah waktunya untuk melakukan regenerasi.
Pasalnya, mayoritas petani saat ini telah berusia diatas 50 tahun sehingga
mengalami penurunan produktivitas dalam aktivitas pertaniannya. Petani
muda menjadi harapan untuk meningkatkan kembali kejayaan sektor
pertanian nasional. Hal ini tentunya diperlukan peran pemerintah dan
orang tua untuk mendorong anaknya aktif dalam sektor pertanian. Orang
yang lebih berpengalaman harus mendorong dan mendukung bahwa
prospek kerja di bidang pertanian itu sangatlah besar. Inovasi yang
dituangkan oleh anak muda pastinya sangat luar biasa dan sesuai dengan
keadaan yang dialaminya.

Dengan adanya transformasi, maka diperlukan juga komunikasi


yang baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti
kesalahpahaman. Komunikasi yang baik adalah berbicara dengan efektif,
tidak bertele-tele, kalimat penuh motivasi, saling mendorong satu sama
lain, memahami lawan bicara, tau tata krama yang baik dan buruk.
Komunikasi berarti berbicara melalui dua arah dan dapat dilakukan secara
langsung atau tidak langsung.

5. Deskripsikan kelembagaan agribsinis di masa depan di era Agribusiness


4.0 atau bahkan 5.0. Bagaimana proses transformasi dari kondisi
kelembagaan sekarang menuju kelembagaan baru tersebut. Bagaimana
Model komunikasi yang ideal untuk proses tersebut.

Jawab :

Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan


pada saat ini adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebut
smart farming atau precision agriculture. Konsep ini merujuk pada
penerapan teknologi, informasi, dan komunikasi pada bidang
pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut adalah untuk
melakukan optimasi berupa peningkatan hasil, yaitu kualitas dan
kuantitas, serta efisiensi penggunaan sumber daya yang ada.
Pertanian tak mungkin bisa mencukupi kebutuhan penduduk yang
terus bertambah tanpa teknologi. Kementerian Pertanian (Kementan)
berinisiatif menggenjot produktivitas pertanian dengan meluncurkan
Revolusi Industri 4.0 untuk menjawab tantangan di bidang pertanian.

Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri yang ke-empat
atau disebut juga Industri 4.0 yang ditandai dengan penggunaan mesin-
mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet. Sektor pertanian
juga perlu beradaptasi untuk menjawab tantangan ke depan, seperti olah
lahan, tanam, panen hingga pengolahan dilakukan menggunakan remote
control dari rumah. Ada beberapa negara yang patut dicontoh, yaitu negara
Jepang, pasca tsunami yang meluluh lantahkan sebagian lahan
pertaniannya, Jepang merencanakan sistem pertanian yang lebih modern
dengan menggunakan dan memanfaatkan teknologi yang canggih, seperti
traktor tanpa awak, mesin tanam, dan mesin panen mulai di gunakan para
petanti. Sementara untuk menghalau hama, Jepang menggunakan
teknologi lampu LED. Kemudian ada negara Belanda, walaupun luas
lahan pertanian di Belanda lebih kecil daripada Indonesia, namun Belanda
menggenjot pertanian yang inovatif dengan membentuk Menteri Ekonomi
Pertanian dan Inovasi yang berfungsi untuk membawa Belanda menjadi
negara yang memadukan inovasi di dalam pertanian untuk mencapai
ekonomi negara yang kuat dengan mengutamakan keberlanjutan
lingkungan hidup.

Terdapat lima teknologi utama yang menopang implementasi


Industri 4.0, yaitu: Internet of Things, Artificial Intelligence, Human-
Machine Interface, teknologi robotic dan sensor, serta teknologi 3D
Printing. Ke-lima teknologi tersebut dapat mentransformasi cara manusia
berinteraksi hingga pada level yang paling mendasar, juga diarahkan untuk
efisiensi dan daya saing industri.

Proses transformasi tersebut terus dengan perlahan dikembangkan


oleh Indonesia saat ini.

Revolusi industri 4.0 dalam sektor pertanian ternyata lebih


dominan terjadi di Eropa. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana
demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk yang berusia
produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-produktif
sehingga tenaga penduduk harus digantikan dengan teknologi.
Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri 4.0, terutama di
sektor pertanian belum begitu berhasil berkembang. 

Berikut adalah alasan mengapa teknologi di sektor pertanian


belum berkembang :

1. Sumber daya manusia


Sesuai dengan fakta yang ada, sebagian besar petani di Inonesia
berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70% petani di Indonesia
berpendidikan setara SD atau tidak sekolah sama sekali. Oleh karena
itu, dengan pendidikan formal yang rendah menyebabkan pengetahuan
dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta monoton. Petani
hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-
inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah.

2. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia 

Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan


pembangunan di Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut
dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan yang
belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman,
sementara, lahan di suatu wilayah strategis justru menjadi rebutan
dengan harga mahal. 

Mengingat harga tanah yang semakin melonjak tinggi, luas


kepemilikan lahan pertanian para petani di Indonesia pun rata-rata
kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan milik
orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak
akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai
150-200 ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan
untuk bercocok tanam.

3. Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat 

Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern


dalam pengelolaan pertanian belum mampu diterima secara luas oleh
para petani yang masih banyak memilih menggunakan peralatan
tradisional dibanding peralatan teknologi canggih. Selain karena
keterbatasan biaya, keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang
menghambat laju teknologi untuk merambah sektor pertanian secara
luas. 

Di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan untuk


memberikan edukasi yang cukup bagi para petani agar dapat
memajukan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0 ini. Beberapa
hal yang dapat dilakukan mungkin berupa memberikan penyuluhan
besar-besaran dan melakukan demo penggunaan alat pertanian yang
dilengkapi dengan teknologi modern.

Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai


sektor hingga ke berbagai akses kehidupan. Namun, teknologi juga
harus digunakan secara bijak dengan tetap melihat dampaknya dari
berbagai sisi. Dalam pertanian misalnya, jangan sampai teknologi
hanya dikuasai oleh segelintir orang atau merusak ekosistem yang ada
tanpa mempedulikan keseimbangan lingkungan. 

Oleh karena itu diperlukannya transformasi yang sesuai dengan


keadaan saat ini. Perkembangan 4.0 menuntut kita menggunakan teknologi
dengan bijak. Dengan adanya teknologi, banyak hal yang perlu dipelajari
karena teknologi akan mempermudah seseorang untuk melakukan suatu
hal. Contohlah negara Jepang dan Australia, penggunakan teknologi di
negara maju tersebut selalu ada dalam setiap sektor. Jepang dan Australia
mampu mengelola berbagai sumber yang dapat memajukan negaranya.
Hal ini juga didorong dengan masyarakat yang memiliki etos kerja tinggi.

Dalam setiap transformasi yang ada, dibutuhkan komunikasi yang


baik. Komunikasi itu adalah fenomena yang adaptif dan bisa
menyesuaikan diri dengan zamannya. Tanpa mengindahkan perjalanan
model komunikasi 1.0 hingga 4.0, hal tersebut harus bisa berdampingan
dengan kemajuan tekonologi pada saat ini.

Saat ini, Indonesia sedang beradaptasi dengan ragam perubahan


besar pada era revolusi industri 4.0. Komunikasi adalah lahan bisnis
penting dalam berjalannya revolusi tersebut. Dalam hal ini kita akan
singgung masalah keberadan sumber informasi sebagai turunan dari induk
komunikasi tersebut.

Media komunikasi yang digunakan manusia di era industry 4.0


sebagian besar beralih ke produk digital. Media tersebut lebih dikenal
dengan sebutan media jejaring sosial ataupun media sosial. Di Indonesia,
pengguna aktif media sosial terbanyak adalah kaum remaja khususnya
remaja perempuan. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang memiliki lebih
dari satu akun media sosial seperti facebook, twitter, maupun instagram.
Media sosial tersebut digunakan membangun komunikasi dan bergaul
dengan orang lain bahkan sampai lintas negeri. Banyak pula yang
menggunakan media sosial tersebut untuk berjualan online hingga untuk
kegiatan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/sdgs/detail/1-menghapus-
kemiskinan

Maya Sandra Rosita Dewi. (2019). KOMUNIKASI SOSIAL DI ERA


INDUSTRI 4.0 (Studi Pada Etika Komunikasi Remaja Perempuan
Melalui Media Sosial di Era Industri 4.0)

https://www.wartaekonomi.co.id/read215598/begini-revolusi-industri-40-
di-sektor-pertanian
Cut R. Adawiyah1*, Sumardjo2 , Eko S. Mulyani (2017) FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERAN KOMUNIKASI
KELOMPOK TANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI
UPAYA KHUSUS (PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI) DI JAWA
TIMUR

Nainggolan, Ir. Hotden Leonardo. MSi dan Aritonang, MS, Ir. Johndikson.
(2012) Pengembangan Sistem Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan.

Syakir, Muhammad. PEMANTAPAN INOVASI DAN DISEMINASI


TEKNOLOGI DALAM MEMBERDAYAKAN PETANI

Nuryanti, Sri dan K.S. Swastika, Dewa. (2011) PERAN KELOMPOK


TANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN

http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/menuju-pertanian-modern/3.pdf

http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/sdgs/detail/12-konsumsi-dan-
produksi-yang-bertanggung-jawab

http://sdgs.bappenas.go.id/wp-content/uploads/2017/09/Kesehatan-Dalam-
Kerangka-SDGs.pdf

http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/reformasi-kebijakan-menuju/
BAB-IV-4.pdf

https://www.liputan6.com/tag/dampak-banjir

https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=1954

Anda mungkin juga menyukai