Anda di halaman 1dari 27

BAB III

TUGAS KHUSUS

3.1 Judul
Evaluasi efisiensi Regenerator FC-D-2 di Unit Residue Fluid Catalytic
Cracking (RFCCU) PT Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju – Sungai
Gerong.

3.2 Latar Belakang


Residue Fluidized Catalytic Cracking Unit (RFCCU) di Refinery Unit III
Plaju merupakan salah satu Secondary Processing Unit untuk mengolah
komponen crude menjadi produk-produk turunannya yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Feed dari unit RFCC adalah Bottom Product dari Crude Distiller
(Long Residue) dan Medium Product dari High Vacuum Unit/HVU (High/Medium
Vacuum Gas Oil). Proses di RFCCU merupakan proses perengkahan fraksi berat
destilasi crude menjadi senyawa-senyawa yang lebih ringan dengan bantuan
katalis dalam sebuah reaktor. Katalis yang telah terpakai untuk reaksi (Spent
Catalyst) kemudian diaktifkan kembali dengan cara regenerasi dalam. Katalis
dibakar dengan udara pembakaran di Regenerator. Pembakaran katalis bertujuan
untuk menghilangkan karbon (coke) yang terbentuk saat reaksi perengkahan
(cracking) di reaktor. Sebelum minyak dipisahkan menurut fraksi-fraksi, terlebih
dahulu dikonversikan di Reaktor, dimana dalam proses ini dibantu dengan
menggunakan katalis yang berfungsi untuk membantu proses Cracking
(perengkahan) di dalam reaktor. Penambahan katalis ini bertujuan untuk
memutuskan rantai hidrokarbon yang panjang dan lurus menjadi beberapa
hidrokarbon rantai yang lebih pendek, yang selanjutnya akan dipisahkan menjadi
fraksi-fraksi tunggal didalam kolom fraksinasi. Sedangkan katalis yang dipakai
dialirkan ke Regenerator untuk diregenerasi dengan cara membakar coke yang
menempel pada permukaan katalis. (Pertamina RU III, 2020).

66
67

Alat Regenerator FC-D-2 sangatlah berperan penting dalam hasil produk


unit RFCC yang didapatkan sehingga perlu dilakukan evaluasi kinerja
Regenerator secara bertahap. Hal inilah yang melatar belakangi saya dalam
pemilihan judul studi kasus ini. Dengan mengevaluasi kinerja Regenerator maka
akan diketahui apakah alat tersebut sudah bekerja dengan optimal atau belum.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membandingkan neraca
panas pada Regenerator pada kondisi actual dan designnya.

3.3 Tujuan
Tujuan tugas khusus ini adalah untuk mengevaluasi efisiensi Regenerator
FC-D-2 di Unit Residue Fluid Catalytic Cracking (RFCCU) PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit III Plaju – Sungai Gerong, di mana di alat tersebut tefjadi
regenerasi katalis sekaligus penyuplaian panas ke Reaktor. Efisiensi Regenerator
FC-D-2 dipengaruhi oleh panas yang dihasilkan dari pembakaran coke dan panas,
juga bertujuan untuk mempelajari variable proses yang dapat mempengaruhi
kinerja Regenerator.

3.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari Evaluasi Efisiensi Regenerator Unit
RFCCU PT Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju – Sungai Gerong adalah
sebagai berikut:
1. Mengenal unit dan peralatan industri pada unit RFCCU terutama
Regenerator.
2. Mengetahui sistem dan kondisi operasi Regenerator.
3. Menambah wawasan tentang operasi Regenerator secara umum

3.5 Perumusan Masalah


Permasalahan yang akan dibahas pada tugas khusus ini adalah efisiensi
kinerja Regenerator yang meliputi perhitungan neraca panas di Regenerator
berdasarkan data operasi aktual. Sehingga akan didapatkan nilai efisiensi
Regenerator aktual yang selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai efisiensi
design. Data yang digunakan adalah data aktual dari tanggal 1 sd. 5 Juli 2021.
68

3.6 Tinjauan Pustaka


RFCCU (Residue Fluidized Catalitic Cracking Unit) merupakan suatu unit
yang bertugas untuk menghasilkan komponen mogas (motor gasoline yang
merupakan fraksi naftha) yang mempunyai angka oktan tinggi, disebut High
Octane Mogas Component untuk di blending dengan komponen mogas yang
memiliki nilai oktan rendah, yang disebut (LOMC) Low octane Mogas
Component yang dihasilkan dari CDU (Crude Distiler Unit). Fungsi dari unit
ini digunakan untuk mengkonversikan minyak berat misal: Vacum Gas Oil,
Long Residue yang mempunyai nilai jual rendah menjadi produk minyak ringan
yang mempunyai nilai jual tinggi melalui proses “Cracking” (thermal/catalitic)
dengan bantuan katalis. Dalam proses RFCCU dibagi dalam beberapa seksi yaitu:
(Pertamina RU III, 2020)
a. Seksi Feed preparation
Merupakan seksi awal sebelum feed masuk ke Reaktor digunakan Heat
Exchanger dan Furnace untuk media pemanasannya.
b. Seksi Cracking
Terdiri dari Reaktor dan Regenerator dimana Reaktor berfungsi tempat
perengkahan feed, sedangkan Regenerator berfungsi untuk meregenerasi katalis.
c. Seksi Fraksinasi
Unit ini memisahkan produk minyak menurut fraksinya berdasarkan titik
didihnya pada dua buah kolom fraksionator, yaitu primary dan secondary
fraksionator.
d. Seksi kompresi dan light ends
Overhead yang keluar dari menara fraksionator terdiri dari fraksi-fraksi
ringan berupa gas yang kemudian diolah lebih lanjut diseksi light ends. Pada
seksi ini terdapat kompresor yang berfungsi untuk menaikkan tekanan
e. Seksi Stabilizer
Unit ini berfungsi untuk memisahkan propane-propylene dan butane-
butylene. Dimana propane propylene yang keluar dari atas menara dikirim
ke propylene unit, sedangkan butane-butylene dialirkan ke seksi treating,
kemudian dikirim ke tangki sebagai produk LPG dan feed unit alkilasi.
69

f. Seksi Treating
Unit ini berfungsi untuk memurnikan gasoline dan LPG dari impurities
sulfur yang berupa Merkaptan dan H2S melalui proses Soda Treating sebelum
dikirim ke tangki produk. Seksi ini biasa disebut juga dengan Merichem Unit.

3.6.1 Tinjauan Umum Katalis


Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi hingga
mendekati keadaan kesetimbangan kimia dan reaksi tersebut tanpa zat itu telibat
secara permanen dalam reaksi tersebut. Ada tiga golongan katalis yang ada pada
dunia industri yaitu : (Rusdianasari, 2009)
1. Katalis Homogen
Katalis Homogen merupakan katalis yang mempunyai fase yang sama dengan
reaktan dan produknya.
2. Katalis Heterogen
Katalis Heterogen merupakan katalis yang mempunyai fase yang berbeda, pada
umumnya katalis padat digunakan untuk reaktan gas dan cairan.
3. Katalis Enzim
Enzim adalah molekul-molekul protein dalam koloid antara ukuran molekul
katalis homogeny dan ukuran heterogen. Enzim merupakan penggerak dari
reaksi bimolecular, dalam proses perengkahan digunakan jenis katalis
Heterogen yaitu Aluminium Silica (Al2O3SiO2) yang berfungsi untuk
mempercepat dan mengarahkan reaksi, sehingga produk yang didapat sesuai
dengan apa yang diinginkan. (Pertamina RU III, 2020).

3.6.2 Jenis Proses Perengkahan


Dalam proses perengkahan ada 2 macam yaitu: (Fadarina, 2010)
1. Perengkahan Termis
Proses Perengkahan termis merupakan suatu proses pemecahan
molekul-molekul hidrokarbon besar atau hidrokarbon rantai lurus dan
panjang menjadi molekul-molekul kecil yang mempunyai titik rendah. Adapun
macam-macam proses perengkahan termis:
a. Pemecahan viskositas (viscosity breaking)
70

b. Perengkahan fase campuran


c. Perengkahan fase uap
d. Perengkahan Nafta

2. Perengkahan Katalis
Perengkahan katalis adalah suatu proses pengilangan minyak yang
merubah hidrokarbon bukan gasoline yang mempunyai titik didih tinggi menjadi
hidrokarbon gasoline yang mempunyai titik rendah.
Variabel-variabel utama dalam proses perengkahan katalis adalah suhu,
tekanan, nisbah katalis-minyak (rasio antara berat katalis masuk reaktor per jam
dengan berat minyak yang diumpankan per jam), dan space velocity (yaitu berat
atau volume minyak yang diumpankan per jam per berat atau volume katalis
dalam zona reaksi). Kenaikan konversi reaksi dapat dicapai dengan cara:
(Fadarina, 2010)
a. Suhu tinggi
b. Tekanan tinggi
c. Space velocity rendah
d. Nisbah katalis-minyak tinggi

3.6.3 Macam-macam proses perengkahan katalis


Berdasarkan cara penanganan katalis maka proses perengkahaan katalis terdiri
dari: (Fadarina, 2010)
1. Unggun tetap (Fixed bed) terdiri dari:
Proses Houdry dan Cycloversion Cataytic Cracking
2. Unggun bergerak (moving bed) terdiri dari:
a. Proses Airlift Thermofor Catalytic Cracking (TCC)
b. Proses Houdryflow Cataytic Cracking
c. Proses Houdresid Catalytic Cracking
3. Unggun terfluidisasi (Fluidized bed) terdiri dari:
Proses Fluidized Catalytic Cracking
4. Proses sekali jalan (Once Through), terdiri dari satu proses yaitu
Suspensoid Catalytic Cracking.
71

3.6.4 Process Catalytic Cracking


Reaksi kimia Catalytic Cracking ditunjukan oleh adanya pemutusan
rangkaian-rangkaian kimia dalam molekul dalam hidrokarbon dengan bantuan
panas dan katalis. (Pertamina RU III, 2020)
Reaksi Catalytic Cracking secara sederhana menjadi dua bagian, yaitu: (Subowo,
1995).
1. Primary Cracking Reaction
Merupakan reaksi perengkahan beberapa grup hidrokarbon yaitu parafin,
nafthene dan aromatik.
a. Parafin Olefin + Parafin
Contoh:
C20H42 C11H22 + C9H20
Minyak berat Gasoline

b. Naftene Olefin
Contoh:

C=C

RC–R C-R

C=C

c. Aromatic Aromatic + Olefin


Contoh:

CH2 - R

+ CH2 – R
72

2. Progress Reaction
Progress Reaction merupakan reaksi lanjutan dari senyawa yang
dihasilkan pada Primary Cracking Reaction, antara lain: (Subowo, 1995)
a. Secondary Cracking
Senyawa dari parafin akan menghasilkan parafin dan olefin dengan
berat molekul lebih kecil.

Contoh: C9H20 C6H14 + C3H6


Parafin Parafin (Gasoline) Olefin (LPG)

b. Convertion
Senyawa Olefin yang reaktif menjadi senyawa olefin yang mempunyai berat
molekul yang kecil.

Contoh: C9H18 C3H6 + C6H12


Olefin (Gasoline) Olefin (LPG) Olefin (Gasoline)

c. Dehidrogenation
Terjadi pemutusan ikatan carbon hidrogen pada senyawa Olefin.

Contoh: C9H18 C9H16 + H2


Olefin (Gasoline) Olefin(Gasoline) Hidrogen

Pada RFCCU Primary Cracking adalah lebih diutamakan dengan usaha


memaksimumkan produk gasoline, sedangkan Secondary Cracking yang
menghasilkan produk gas dan coke perlu dibatasi.
Dalam proses perengkahan digunakan jenis katalis Heterogen yaitu
Aluminium Silica (Al2O3SiO2) yang berfungsi untuk mempercepat dan
mengarahkan reaksi, sehingga produk yang didapat sesuai dengan apa yang
dinginkan. (Pertamina, 2020)
Dalam proses produksinya dihubungkan dengan reaktor tempat terjadinya
cracking/perengkahan sehingga katalis yang telah digunakan dalam reaktor akan
diregenerasi dan dapat dikembalikan lagi ke reaktor setelah diregenerasi secara
kontinue. (Pertamina, 2020)
73

Pada reaktor terjadi Chemical Cracking reaction dari umpan hidrokarbon


yang kontak dengan katalis pada temperatur 500oC-520oC sehingga terjadi proses
cracking/perengkahan ini akan terjadi pembentukan coke. Coke yang dihasilkan
dari proses cracking/perengkahan tesebut akan terdeposit pada katalis (yang
disebut sebagai spent catalist) sehingga dapat menyebabkan penurunan aktivitas
katalis dalam proses cracking/perengkahan, untuk itu spent catalyst tersebut harus
diregenerasi dalam. (Pertamina, 2020).
Coke yang terdeposit pada katalis akan dibakar dengan bantuan udara
pembakar yang di injeksikan ke dalam Regenerator sehingga terjadi proses
pembakaran coke dengan temperatur berkisar antara 650oC- 750oC. Katalis yang
sudah di bakar dan dihilangkan deposit cokenya (disebut regenerated catalist)
akan digunakan lagi pada Reaktor sebagai pembantu dalam proses perengkahan.
(Pertamina, 2020).
Regenerasi katalis dilakukan dengan mengoksidasi coke pada katalis
dengan udara disuplai dari (MAB) Main Air Blower dan (CAB) Control Air
Blower. Flue gas hasil pembakaran kemudian masuk ke dalam lima buah cyclone
dengan dua stage untuk memisahkan partikel-partikel katalis yang terbawa.
(Pertamina, 2020).

3.6.5 Efisiensi
Untuk menghitung efisiensi Regenerator menggunakan perbandingan antara
data design dan data aktual. Data design didapatkan melalui data Design kondisi
operasi alat Regenerator di Unit RFCC PT. Pertamina RU III, sedangkan data
aktual merupakan data pada kondisi sebenarnya.
Menghitung Efisiensi Regenerator pada unit RFCC dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Menghitung penyesuaian komposisi flue gas. Saat Regenerator membakar
deposit karbon yang menempel pada coke, hasil pembakaran akan
dilewatkan ke cyclone untuk memisahkan katalis yang terbawa, lalu keluar
sebagai flue gas. Komposisi flue gas bermacam-macam, digunakan
metode GC (Gas Chromatography). Metode ini mengasumsikan
74

kandungan Ar sebesar 0.012 (1,2%) dari kandungan nitrogen pada flue


gas.

2. Mengkonversi udara pembakaran ke dry basis


Udara yang disuplai ke Regenerator berasal dari udara atmosfer dimana
pasti masih ada kandungan air di dalamnya, maka dengan mengetahui
relative humidity, suhu sekitar, dan membandingkannya dengan grafik
psikometrik, maka akan didapat moisture content, yaitu kandungan air per
udara kering. Setelah Itu menghitung udara kering untuk pembakaran,
dengan rumus:
1lb dry air
Dry air = wet air x
( 1+ moisture content ) lb wet air
Dengan mengetahui jumlah udara kering, maka akan diketahui kandungan
air dalam jumlah massa.
water in air = wet air - dry air

3. Menghitung mol Flue Gas


Laju flue gas merupakanjumlah mol flue gas yang keluar dari Regenerator
terlebih dahulu mencari jumlah mol dari udara kering, dengan rumus :
Berat Udara Kering
Mol Dry Air =
Berat Molekul Udara
Lalu dengan persamaan jumlah mol nitrogen dan argon, karena tidak
bereaksi dengan oksigen di Regenerator, persamaannya seperti ini:
mol mol
x (N2 + Ar) in dry air = x (N2 + Ar) in flue gas
hr hr
Sampai tahap ini kita baru memiliki informasi tentang laju alir flue gas dan
komposisinya.

4. Menghitung kandungan karbon (C) dalam coke


Kandungan karbon pada coke akan mempengaruhi jumlah coke yang
terbentuk, pada katalis, semakin banyak kandungan karbon, maka semakin
tinggi laju pembakaran coke yang menempel di katalis. Kandungan karbon
dicari dari laju alir flue gas dikalikan dengan komposisi karbon monoksida
dan karbon dioksida per 100 mol flue gas, dikalikan lagi dengan koefisien
75

pembakaran karbon oleh oksigen menjadi CO atau karbon dioksdia.


Adapun persamaan rumusnya yaitu:
mol CO+ mol CO 2 1lb mol C
C = flue gas x x
100 mol flue gas 1lb mol CO /CO 2

5. Menghitung kandungan Hidrogen dalam coke.


Kandungan hidrogen diperoleh dari neraca pembakaran oleh oksigen.
Dengan mengetahui komposisi flue gas, maka kita akan mengetahui
jumlah oksigen yang berada dalam Regenerator.
O2 in regen air = udara kering ,lb mol x mol oksigen di udara ,mol O 2
hr 100 mol air

Lalu mencari oksigen sisa hasil pembakaran yang keluar bersama flue gas.
FG Rate , lb mol O2 content ∈ FG , mol
Excess O2 in FG = x
hr 100 mol FG
Setelah ini mencari mol oksigen yang bereaksi membentuk CO, CO2, SO2,
NO2 dan H2O.
FG Rate , lb mo l ( x )content ∈FG ,mol
O2 reacted to (x) = x x
hr 100 mol FG
coeficient reaction, mol O 2
mol(X )
Untuk mencari mol oksigen yang bereaksi dengan H2O, mol oksigen pada
Regenerator dikurangi excess, dan oksigen yang bereaksi. Lalu,
¿ Coeff mol H 2
H2 burned by O2 = O 2reacted ¿ H 2O , lbmol hr of O2 x
mol O 2
6. Menghitung coke yang terbentuk dari Karbon dan Hidrogen.
Massa coke yang dibakar menjadi CO + CO2+ H2O adalah:
(X) = ( x ) co ntent ∈FG ,lbmol x MW , lb( x )
From hr lb mol(x )

7. Menghitung persentasi coke yang dihasilkan.


Jumlah coke yang dihasilkan dari fresh feed adalah
lb
( coke )(100)
hr
Coke Yield=
lb
(fresh feed , )
hr
76

Merupakan perbandingan dalam persen berat antara coke yang diproduksi


di Regenerator dengan jumlah feed yang masuk ke reaktor.

8. Menghitung persentasi hidrogen dalam coke (berat)


Persentasi H2 dalam coke adalah:
lb
(H 2, )(100)
H2 in coke = hr
Coke ,lb /hr
Merupakan jumlah hidrogen dalam persen berat didalam coke.

9. Menghitung perbandingan Udara/Coke.

lb
( Air ,
)(100)
Air to Coke = hr
Coke , lb/hr
Adalah perbandingan jumlah udara kering dengan coke yang dihasilkan.

10. Menghitung panas pembakaran Coke.


Persamaan yang digunakan mereferensi dari ketentuan UOP Panas
pembakaran coke merupakan panas yang sebagian besar ditujukan untuk
menyuplai panas bagi reaktor, keefektifan penggunaan panas ini
ditentukan oleh kandungan udara dalam Regenerator, losses, dan tentunya
sirkulasi katalis.
- Hcombustion = (2C + O2 2CO) = 46,216 + 1,47 (temperature of)
lbmol BTU
= (y of O2 reacted to CO) (2) ( x )
hr lb mol
- Hcombustion = (C + O2 CO2 ) = 169, 135 + 0,5 (temperature of )
lbmol BTU
=(y of O2 reacted to CO2 ) (1) ( x )
hr lb mol
- Hcombustion = (2H2 + O2 2H2O) = 104,546+1,585(temperature of)
lbmol BTU
= (y of O2 reacted to H2O) (2) ( x )
hr lb mol
Sehingga didapat,
ΔH combustion of coke = x1 + x2 + x3
77

Dengan menggunakan basis 1 lb coke,


BTU
x total
hr
ΔH combustion of coke =
C oke productionlb coke
hr
BTU
= x true
lb coke
Karena coke mengandung hidrogen, maka panas pembakaran tersebut
harus dikoreksi.

Correction = 1133 – 134,6 (wt%H)


Jadi, panas pembakaran coke sebenarnya yaitu:
BTU
ΔH combustion of coke = x true – correction coke
lb

Perhitungan Neraca Panas Regenerator


Digunakan basis 1 lb coke
11. Menghitung Panas yang digunakan untuk memanaskan udara regenerasi
Udara yang berasal dari main air blower discharge. Menentukan suhu
udara yang keluar dari blower MAB (Main Air Blower) dan suhu rata-rata
terpanas regenerator atau suhu puncak reaktor. Sehingga dari grafik
psikometrik didapat panas spesifik.
lb
dry air ,
hr
ΔH air = x Δ Temperature x specific heat
lb
Coke production ,
hr

12. Menghitung Panas yang digunakan untuk memanaskan uap air pada udara
Regenerator.
Dengan langkah yang sama seperti untuk pemanasan udara regenerasi
lb
water ∈air ,
H 2O
hr
ΔH H2O = x Δ Temperature x average specific heat,
lb
Coke productio n ,
hr
BTU
lb0 F
78

13. Menghitung Panas yang digunakan untuk memanaskan coke


Menentukan temperature coke, yaitu temperature Reaktor, lalu top
Regenerator, dan panas spesifik coke.
BTU
ΔH coke = average specific heat, x Δ Temperature
lb 0 F

14. Menghitung Panas untuk pemanasan katalis


Dengan menggunakan heat loss rate Regenerator sebesar 250 BTU/lb
coke, maka panas yang digunakan untuk memanaskan katalis yaitu:
Rg heat = ΔH combustion of coke + ΔH coke + ΔH air + ΔH H2O + ΔH
loss
Perhitungan yang belum dilakukan ditujukan untuk mencari panas yang
akan ditransfer ke katalis dan menuju ke reaktor, panas ini sangat penting,
karena akan menentukan eflsiensi dari Regenerator.

15. Menghitung laju sirkulasi katalis (catalyst circulation rate)


Merupakan kecepatan rotasi katalis antara reaktor dengan Regenerator,
sirkulasi katalis berpengaruh dalam transfer panas untuk reaksi cracking di
Reaktor. Karena :
Q = m Cp ΔT
Q
m=
Cp ΔT
Maka,
CCR (catalyst circulation rate) yaitu
lb BTU
(coke ,)( Rg Heat , )
hr lb coke
CCR =
(
Cp Catalyst ,
BTU
lb 0 F )
(regent tempt−reactor tempt )

16. Menghitung catalyst / oil ratio


Merupakan perbandingan jumlah katalis dengan minyak, jika semakin
tinggi, konversi akan naik. Total Fresh Feed nya yaitu = 265833,4 lb/hr
79

lb
CCR
C min
=
O lb
Fresh Feed
hr

17. Menghitung Efisiensi Regenerator


Efisiensi Regenerator merupakan perbandingan antara panas Regenerator
yang dibawa oleh katalis ke reaktor dengan panas pembakaran coke, panas
ini digunakan untuk reaksi cracking. Efisiensi yang tinggi berarti panas
pembakaran coke benar-benar dimanfaatkan dan disalurkan ke Reaktor
untuk reaksi cracking. Jika kurang tinggi, maka banyak terjadi losses dan
terlalu banyak udara di Regenerator.
Rg Heat x 100
Reg Eff =
ΔH combustion of coke

18. Menentukan Heat Balance


Input = Output

3.7 Pemecahan Masalah


Regenerator FC-D-2 di Unit Residue Fluid Catalytic Cracking (RFCCU)
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju – Sungai Gerong merupakan suatu
alat yang berfungsi untuk mengembalikan aktivitas katalis dan untuk men-supply
panas reaksi cracking.
Untuk menghitung efisiensi Regenerator FC-D-2 dilakukan dengan
langkah-langkah berikut :
1. Pegambilan data Kondisi Operasi Alat Dan Komposisi Flue Gas .
2. Menghitung penyesuaian komposisi flue gas.
3. Menghitung konversi udara ke Dry basis.
4. Menghitung Mol Flue Gas.
5. Menghitung kandungan karbon (C) dalam coke.
80

6. Menghitung Kandungan Hidrogen Dalam Coke.


7. Menghitung coke yang terbentuk dari Karbon dan Hidrogen.
8. Menghitung persentasi coke yang dihasilkan.
9. Menghitung persentasi hidrogen dalam coke (berat).
10. Menghitung perbandingan Udara/Coke.
11. Menghitung panas pembakaran Coke.
12. Menghitung Panas yang digunakan untuk memanaskan udara regenerasi
Udara yang berasal dari main air blower discharge.
13. Menghitung Panas yang digunakan untuk memanaskan uap air pada udara
Regenerator.
14. Menghitung Panas yang digunakan untuk memanaskan coke.
15. Menghitung Panas untuk pemanasan katalis.
16. Menghitung laju sirkulasi katalis (catalyst circulation rate).
17. Menghitung catalyst / oil ratio.
18. Menghitung Efisiensi Regenerator.
19. Menentukan Heat Balance

3.8 Hasil dan Pembahasan


3.8.1 Data Hasil Pengamatan Regenerator FC-D-2
Untuk data hasil pengamatan Regenerator FC-D-2 yang dilakukan selama
5 hari pada tanggal 1, 2, 3, 4 dan 5 Juli 2021 di Unit Residue Fluid Catalytic
Cracking (RFCCU) PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju – Sungai
Gerong dapat dilihat pada table 3.1 dan table 3.2

Tanggal
Parameter
No Design 1 Juli 2 Juli 3 Juli 4 Juli 5 Juli
Temperatur ( C)0 2021 2021 2021 2021 2021
- Riser (Reaktor) 520 505,73 505,62 505,43 505,92 505,29
- Rg. Dense Bed 672 653 652 655 657 654
1 - Rg. Stack 676 696 695 696 696,5 697
- Dilute bed 674 685 687 678 685 691
- Combined Feed 331 342,11 341,4 343,4 343,43 344,51
81

- MAB 120 120 120 120 120 120


- CAB 120 120 120 120 120 120
Tekanan, Kg/cm2
2 - Reaktor 1,5 1,396 1,389 1,394 1,401 1,397
- Regenerator 1,4 1,223 1,214 1,218 1,227 1,222
Flow Rate, Ton/hr
- Total Feed 120,58 2648,06 2656,36 2660,16 2651,57 2656,75
- Udara MAB 61 58,91 59,07 59,03 58,61 58,56
3 - Udara CAB 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5
- Dispersion Steam 67,5 66 66 66 66 66
- Stripping Steam 66,7 66,65 65,93 65,88 65,91 66,12
- Lift Steam 32,5 31 31 31 31 31
Tabel 3.1 Data Kondisi Operasi Regenerator FC-D-2
Sumber: Pembimbing Unit Kerja, PT.Pertamina (Persero) RU III Plaju – Sungai Gerong, 2021

Tabel 3.2 Data Komposisi Flue Gas


Tanggal
Komposisi
satuan Design 1 Juli 2 Juli 3 Juli 4 Juli 5 Juli
Flue gas
2021 2021 2021 2021 2021
CO % Vol 10,85 8,23 8,3 8,22 7,98 8,2
CO2 % Vol 8,26 8,12 8,15 8,1 8,2 8,13
O2 + Ar % Vol 1,64 3,14 3,15 3,1 3,11 3,17
N2 % Vol 79,25 80,15 80,2 80,23 80,1 80,12
SO2 % Vol 0 0 0 0 0 0
NO2 % Vol 0 0 0 0 0 0
Sumber: Pembimbing Unit Kerja, PT.Pertamina (Persero) RU III Plaju – Sungai Gerong, 2021

3.8.2 Data Hasil Perhitungan Regenerator FC-D-2


Berdasarkan hasil perhitungan dari data pengamatan yang diperoleh secara
actual selama 5 hari dengan menggunakan metode UOP Process Calculation,
didapatkan perhitungan Efisiensi Regenerator FC-D-2 di Unit Residue Fluid
Catalytic Cracking (RFCCU) PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju –
Sungai Gerong dengan cara membandingkan panas yang dibutuhkan untuk
meregenerasi katalis (H Regenerated Catalyst) dengan panas yang dibutuhkan
untuk membakar coke (H Combusiton of Coke) dapat dilihat pada table 3.3.

Tabel 3.3 Data Hasil Perhitungan Regenerator FC-D-2


Tanggal
Parameter Design 1 Juli 2 Juli 3 Juli 4 Juli 5 Juli Satuan
2021 2021 2021 2021 2021
△H 9396,29 9945,61 9899,03 10016,2 10040,3 9897,74 BTU/
82

regenerasi
katalis 6 8
△H lb coke
combustion 12884,5 14051,4 13991,4 14095,8 14206,1 14051,3
of coke 4 4 7 3 0 5
Efisiensi
Regenerato
r 72,93 70,78 70,75 71,06 70,68 70,44 %
Tabel 3.4 Perbandingan Data Aktual dan Desain Regenerator FC-D-2

Data Aktual
Parameter Design 1 Juli 2 Juli 3 Juli 4 Juli 5 Juli Satuan
2021 2021 2021 2021 2021
146407,4 146760,2 146672,0 145746,1 145635,8
Wet Air 151015,1 9 2 3 1 8 lb/hr
149295,2 142281,3 142624,1 142538,4 141638,5 145635,8
Dry air 2 3 2 2 9 8 lb/hr
Water in Air 1719,88 4126,16 4136,1 4133,61 4107,52 4104,41 lb/hr
Flue Gas Rate 5076,97 4784,12 4792,66 4787,99 4107,52 4760,69 lbmol/hr
Carbon content on
coke 970,21 782,20 788,39 781,4 771,05 777,42 lbmol/hr
Hidrogen content on
705,22
coke 683,95 679,33 692,88 687,1 677,42 lbmol/hr
Coke production 13073,93 10773,12 10838,13 10781,47 10645,57 10702,51 lb/hr
coke yield percent 4,92 4,05 4,08 4,06 4,00 4,03 wt %
Hidrogen Yield
Percent On Coke 10,87 12,80 12,64 12,96 13,01 12,76 wt %
Air to coke 11,42 13,21 13,16 13,22 13,30 13,22 lb dry air/lb coke
ΔH Combustion of
coke 12884,54 14051,44 13991,47 14095,83 14206,10 14051,35 BTU/lb coke
ΔH Heating Air 3051,80 3541,80 3529,04 3521,63 3591,04 3576,91 BTU/lb coke
ΔH Vaporizing Water 69,53 196,19 195,48 191,97 205,95 205,14 BTU/lb coke
ΔH Coke 116,92 117,83 117,91 115,97 118,73 121,56 BTU/lb coke
ΔH Heating Catalyst 9396,29 9945,61 9899,03 10016,26 10040,38 9897,74 BTU/lb coke
CCR 11,83 10,32 10,33 10,68 10,18 9,81 Ton/min
C/O 5,34 4,66 4,66 4,82 4,60 9,81 wt/wt
Delta Coke 0,92 0,87 0,87 0,84 0,87 0,91 wt %
Efficiency 72,93 70,78 70,75 71,06 70,68 70,44 % 82
83
83

Tabel 3.5 Heat Balance Regenerator FC-D-2


Tanggal Input output
1 Juli 2021 14051,438 14051,438
2 Juli 2021 13991,468 13991,468
3 Juli 2021 14095,831 14095,831
4 Juli 2021 14206,102 14206,102
5 Juli 2021 14051,349 14051,349

3.8.3 Pembahasan
Proses cracking yang terjadi pada unit RFCC bertujuan untuk
mengkonversi M/HVGO dari HVU dan Long Residu menjadi produk minyak
ringan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Proses cracking berlangsung
dengan adanya bantuan dari katalis sehingga proses perengkahan fraksi minyak
berat menjadi fraksi minyak yang lebih ringan menjadi lebih cepat dan efisien.
Efisiensi Regenerator didapat dengan membandingkan panas yang
dibutuhkan untuk meregenerasi katalis (ΔH regenerated catalist) dengan panas
yang dibutuhkan untuk membakar coke (ΔH combustion of coke). Idealnya semua
panas yang digunakan untuk membakar coke adalah panas yang digunakan untuk
meregenerasi katalis, namun pada kenyataannya tidak semua panas pembakaran
coke digunakan untuk meregenerasi katalis, hal ini dapat dilihat pada diagram
neraca panas dibawah ini :
Flue Gas

Losses Radiasi Regen ΔH Spent katalis


Heat Removal combustion of coke
coke
Regenerated Catalyst

Air
Gambar 3.1 Neraca Panas Regenerator
84

Persamaan neraca energi pada saat steady state ditampilkan sebagai


berikut :
- Energy in + Energy produced = Energy out + Energy consumed
- Energy in = Energy (air + spent catalyst + coke)
- Energy produced = Combustion of coke
- Energy out = Energy (flue gas+ regenerated catalyst + removed +
radiation loss)
- Energy consumed = 0
- ΔH Air - ΔH Spent Catalyst - ΔH coke + ΔH combution of coke = ΔH
removed + Q radiation loss
- ΔH Spent Catalyst = ΔH combution of coke - ΔH coke -ΔH Air - ΔH
removed - Q radiation loss

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap input dan


ouput neraca panas pada tabel 3.4 Heat Balance Regenerator FC-D-2 , Panas yang
masuk adalah panas pembakaran coke di Regenerator, sedangkan panas keluar
terdiri dari panas yang digunakan untuk memanaskan uap air pada udara
Regenerator, panas yang digunakan untuk memanaskan coke, panas untuk
pemanasan katalis, panas yang hilang di Regenerator, dan panas yang diambil
sebagai katalis cooler. Berdasarkan data input dan output selama 5 hari
menunjukkan bahwa total panas masuk dan keluar menunjukkan angka yang
sama, hal ini sudah sesuai dengan Hukum I Thermodinamika yang menyatakan
bahwa “energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, melainkan
dapat diubah menjadi energi dalam bentuk lain”.

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap data proses selama 5 hari, terlihat


bahwa tidak semua panas pembakaran coke digunakan untuk meregenerasi katalis,
hal ini karena panas pembakaran coke terlebih dahulu harus dikoreksi terhadap
panas yang dibutuhkan untuk memanaskan udara pembakaran, uap air yang
terkandung dalam udara pembakaran, dan panas yang dibutuhkan untuk
memanaskan coke, serta terhadap panas radiasi dan panas yang hilang. Grafik
regenerasi katalis dan panas pembakaran coke dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan
3.3.
85

10100

10050

10000

△H Regenerasi
Katalis BTU/
9950

9900

9850
lbcoke

9800
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Hari ke
△H regenerasi katalis

Gambar 3.2 Grafik △H regenerasi katalis aktual pada hari ke– 1 hingga hari ke- 5

14250
14200
14150
14100
△H combustion of coke

14050
14000
13950
BTU/lbcoke

13900
13850
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

Hari ke △H combustion of
coke

Gambar 3.3 Grafik △H combustion of coke actual pada hari ke- 1 hingga hari ke- 5
86

10050
14230
10000
14180

9950
14130

9900 14080

9850 14030

9800 13980
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Hari Ke - △H combustion of
coke

Gambar 3.4 Grafik hubungan △H combustion of coke dengan △H regenerasi


katalis aktual pada hari ke- 1 hingga hari ke- 5

Gambar 3.2 didapatkan △H regenerasi katalis aktual tertinggi selama 5


yaitu 10040,38 BTU/lbcoke dihari ke- 4, hal ini disebabkan karena panas yang
digunakan untuk pembakaran coke tinggi sehingga panas yang digunakan untuk
meregenerasi katalis pun tinggi, sebagaimana pada Gambar 3.3 △H combustion
of coke actual tertinggi selama 5 hari yaitu 14206,10 BTU/lbcoke dihari ke- 4, hal
ini disebabkan karena panas pembakaran coke sangat dipengaruhi oleh laju udara
pembakaran yang masuk dan total coke yang masuk ke Regenerator. Semakin
banyak coke yang masuk ke Regenerator maka semakin banyak pula udara
pembakaran yang dibutuhkan, dengan demikian seperti pada gambar 3.4, pula
semakin tinggi △H regenerasi katalis maka semakin tinggi juga △H combustion of
coke. Pembatasan udara masuk juga perlu dilakukan untuk menjaga temperatur
Regenerator sehingga tidak terlalu tinggi. Temperatur dilute phase sedikit lebih
tinggi dari pada temperatur dense phase, hal ini disebabkan karena adanya reaksi
oksidasi CO eksoterm, dengan adanya kondisi seperti itu maka perlu diperhatikan
konsentrasi oksigen sebagai udara pembakar, semakin banyak kandungan oksigen
atau berkurangnya coke yang terbentuk maka akan tercapai kondisi after burning
yang menyebabkan meningkatnya temperatur secara mendadak sehingga dapat
merusak peralatan dan catalyst loss melalui stack.
87

Dari hasil perhitungan dengan metode UOP Process Calculation didapat


nilai effisiensi Regenerator mengalami kenaikan tertinggi selama 5 hari yaitu
71,06 % dihari ke- 3. Efisiensi yang tinggi (mendekati efisiensi desain) berati
panas pembakaran coke benar – benar dimanfaatkan dan disalurkan ke reaktor
untuk reaksi cracking, hal ini juga dikarenakan adanya keseimbangan antara
karbon yang terbakar di Regenerator, dalam hal ini terbentuknya karbon lebih
sedikit dari pada pembakaran (sedikit terdapat sisa-sisa karbon pada regent
katalis), sehingga penyerapan panas pembakaran coke oleh katalis dapat lebih
banyak dan efisien. Effisiensi terendah selama 5 hari yaitu 70,44 % dihari ke- 5.
Efisiensi yang rendah terjadi karena losses dan terlalu banyak udara di
Regenerator, hal ini juga disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara
karbon yang terbakar di Regenerator, dalam hal ini terbentuknya karbon lebih
banyak dari pada pembakaran (banyak terdapat sisa-sisa karbon dalam dalam
regen katalis), sehingga penyerapan panas pembakaran coke oleh katalis dapat
lebih sedikit dan kurang efisien pada akhirnya produksi makin lama makin sedikit,
dapat dilihat pada Tabel 3.4 Heat Balance Regenerator FC-D-2 selama 5 hari.
Data design efisiensi Regenerator FC-D-2 sebesar 72,93 %, meskipun efisiensi
data aktual lebih rendah dari pada data design, hal ini menunjukan bahwa alat
regenerator masih dalam keadaan baik. Grafik Efisiensi Regenerator FC-D-2 data
aktual dapat dilihat pada Gambar 3.5 Grafik Efisiensi Regenerator FC-D-2.

71.2
71.1
Efisiensi Regenerator %

71
70.9
70.8
70.7
70.6
70.5
70.4
70.3
70.2
70.1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Hari ke - Efisiensi Regenerator

Gambar 3.5 Grafik Efisiensi Regenerator FC-D-2 aktual pada hari ke- 1 hingga
hari ke- 5.
88

Tinggi rendahnya nilai efisiensi dari regenerator dipengaruhi oleh


beberapa faktor, Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi nilai efisiensi
Regenerator FC-D-2 adalah sebagai berikut:
1. Faktor yang pertama adalah relative humidity atau kelembaban udara,
karena apabila kelembaban udara semakin tinggi maka kandungan wet air
semakin banyak sedangkan yang digunakan adalah udara kering (dry air).
Berdasarkan perhitungan pada sub bab sebelumnya didapat semakin tinggi
kandungan udara kering maka semakin tinggi pula karbon yang terbentuk.
Kandungan karbon yang tinggi maka produksi coke juga tinggi. Wet air
juga dapat dikatakan sebagai kandungan air di dalam udara, air ini akan
menyerap hasil hasil pembakaran coke, sehingga panas yang disalurkan ke
katalis menjadi berkurang.

2. Faktor kedua yaitu flue gas content yang digunakan untuk menentukan
oksigen yang bereaksi membentuk zat lain, terutama reaksi oksigen
membentuk CO, CO2 dan H2O.

3. Faktor ketiga ialah temperatur regenerator dan temperatur udara Main Air
Blower (MAB). Jika temperatur regenerator tinggi maka panas
pembakaran coke juga tinggi, namun harus diperhatikan bahwa pemanasan
udara regenerasi dan pemanasan uap air pada regenerator melibatkan
perbedaan temperatur regenerator dan MAB. Perbedaan inilah yang juga
menentukan pembakaran coke. Jika perbandingannya tinggi maka panas
pembakaran coke lebih banyak diserap untuk memanaskan udara sehingga
panas yang disuplai ke katalis menjadi berkurang walaupun diasumsikan
suhu dinaikan untuk mendapatkan panas pembakaran coke yang tinggi.
89

3.9 Kesimpulan dan Saran


3.9.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan hasil perhitungan terhadap efisiensi
Regenerator FC-D-2 dapat disimpulkan bahwa :
1. Didapatkan nilai efisiensi Regenerator Selama hari yaitu
- Tanggal 1 Juli 2021: 70,78%
- Tanggal 2 Juli 2021: 70,75%
- Tanggal 3 Juli 2021: 71,06%
- Tanggal 4 Juli 2021: 70,68%
- Tanggal 5 Juli 2021: 70,44%
Sedangkan nilai efisiensi design Regenerator FC-D-2 sebesar 72,93 % ,
hal ini menunjukkan bahwa alat Regenerator FC-D-2 di Unit Residue
Fluid Catalytic Cracking (RFCCU) PT Pertamina (Persero) Refinery Unit
III Plaju – Sungai Gerong masih dalam keadaan baik.

2. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pada alat Regenerator


FC-D-2 yaitu:
- Kondisi Operasi, dari data kondisi operasinya yaitu temperatur aktual
stack Regenerator lebih besar dari design, akan tetapi pada kenyataanya
alat Regenerator ini masih dapat beroperasi dengan baik.
- Flue Gas content yang dipengaruhi oleh feed dan udara pembakaran.
- Temperatur kondisi operasi Regenerator dan temperatur Main Air Blower
(MAB)
- Kelembaban udara sekitar

3. Kemampuan efisiensi regenerator masih bisa dinaikkan dengan


mempertimbangkan kondisi operasi dan sirkulasi katalis.
90

3.9.2 Saran
Untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan analisa, evaluasi dan
perbaikan berkelanjutan terhadap hasil dan kendala yang dihadapi. Saran beberapa
hal yang sebaiknya ditingkatkan untuk menjaga efisiensi kinerja Regenerator agar
memenuhi spesifikasi yang diharapkan, diantaranya adalah:
1. Untuk mencapai kondisi operasi yang optimal, yaitu efisiensi regenerator
ang tinggi, maka dapat dilakukan penyesuaian temperatur operasi
regenerator dan temperature udara pembakaran, sehingga penyerapan
panas pembakaran coke oleh katalis dapat lebih banyak dan efisien.

2. Karena alat operasi memang cenderung untuk mengalami penurunan untuk


kerja dalam waktu pemakaian tertentu, terutama bila digunakan terus
menerus dan dalam jangka waktu yang lama, sehingga menyebabkan
losses, maka usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan efisiensi
yang baik yaitu dengan cara mengatur kondisi operasi, terutama
temperatur.

Anda mungkin juga menyukai