Anda di halaman 1dari 42

BAB II

URAIAN PROSES

2.1. Bahan Baku Utama dan Penunjang


2.1.1. Bahan Baku Kilang BBM
Bahan baku mentah yaitu minyak bumi mentah yang digunakan oleh PT
Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong berasal dari daerah Sumatera
Bagian Selatan. Sebagai pasokan utama, minyak mentah disalurkan melalui pipa
dari lapangan di sekitar wilayah Sumatera Selatan dan melalui kapal.
Perbandingan minyak mentah yang disalurkan  70% minyak mentah melalui
pipa dari lapangan dan  30% minyak mentah melalui kapal tanker. Daerah-
daerah sumber minyak mentah yang digunakan PT Pertamina (Persero) RU III
Plaju dan Sungai Gerong dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Sumber minyak mentah yang ditransportasikan melalui pipa adalah
minyak mentah dari South Palembang District (SPD) dari DOH
Prabumulih, Talang Akar Pendopo Oil (TAP) dari DOH Prabumulih,
Jambi Asphalitic Oil (Paraffinic Oil), Jene, Ramba Crude Oil (RCO) dari
DOH Jambi.
b. Sumber minyak mentah yang ditransportasikan melalui kapal adalah
minyak mentah dari Geragai CrudeOil (GCO) dari SantaFe Jambi,
Bula/Klamono (BL/KL) dari Irian Jaya, Kaji Semoga Crude Oil (KSCO),
Sepanjang Crude Oil (SPO), Sumatera Light Crude (SLC) dan Duri Crude
Oil (DCO).

Setiap minyak mentah dari sumber yang berbeda tersebut akan ditampung
dahulu di dalam tangki penampungan. Minyak mentah tersebut seringkali
masih mengandung kadar air yang cukup tinggi, baik dalam bentuk emulsi
maupun air bebas. Adanya kandungan air dapat menyebabkan gangguan
sehingga minyak mentah harus dipisahkan dari air terlebih dahulu. Spesifikasi
minyak mentah yang boleh diumpankan ke dalam unit CD (crude destiller) adalah di

13
bawah 0,5% volume air. Setelah memiliki kandungan air yang sesuai spesifikasi,
minyak mentah tersebut diumpankan ke unit CD (crude destiller) yang berbeda

14
14

sesuai dengan komposisi dan sifat minyak tersebut. Minyak tersebut akan
dijadikan umpan pada primary process unit dan secondary process unit.

Tabel 2.1. menunjukkan jenis umpan yang digunakan dalam unit pengolahan
pertama (primary process) dan Tabel 2.2 menunjukkan jenis umpan pada unit
pengolahan lanjut (secondary process).

Tabel 2.1. Umpan Primary Process Unit


Unit Kapasitas Pengolahan Sumber
CDU II 16,2 MBCG Kaji, Jne, SPD, TAP
CDU III 30,0 MBCD Ramba, Kaji, Jene
CDU IV 30,0 MBCD Ramba, Kaji, Jene
CDU V 35,0 SPD, TAP
CDU VI 15,0 Geragai, Bula, Kilamono
HVU II 53,5 MBCD
Sumber : Overview, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

Tabel 2.2. Umpan Secondary Process Unit


Unit Kapasitas
FCCU 20,5 MBCD
Polymerization 2,3 MBCD
Alkylation 1,8 MBCD
Polypropylene 45,2 M. TPY
Sumber : Humas, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

2.1.2. Bahan Baku Kilang Non BBM


Selain mengolah minyak mentah, kilang musi juga mengolah produk
menengah/intermediate, berupa :
a. Bahan baku Naften (bitumen feed stock) dari Cilacap;
b. Komponen mogas beroktan tinggi (HOMC) untuk blending motor
gasoline dari Cilacap dan Dumai;
c. Raw-propane-propylene dari unit RFCCU untuk bahan baku produksi
polypropylene.
15

2.1.3. Bahan Penunjang


Selain bahan baku utama, proses pengolahan juga membutuhkan bahan-
bahan penunjang lain seperti katalis, solvent, dan bahan aditif yang mendukung
proses pengolahan bahan baku menjadi produk-produk hasil. Adapun kegunaan
bahan penunjang yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Bahan-Bahan Penunjang


Bahan Kegunaan
(1) (2)
Gas
1. Amoniak (NH3) Sebagai zat anti korosi pada system overhead
kolom distilasi
2. Gas panas Sebagai regenerator dryer pada Polypropylene
Unit
3. N2 Sebagai pendingin (cooler)
4. H2 Sebagai pemutus dan penyambung rantai
Polypropylene
Aditif

1. MTBE dan TEL Untuk menaikan bilangan Oktan dari bensin

2. Aditif Untuk memperbaiki sifat Polypropylene

3. Topanol A Anti oksidan aditif untuk polimer mogas unit


polimerisasi, aditif untuk produk treating plant
Bahan Kimia bagian Crude Distiller

1. H2SO4 Sebagai katalis unit alkilasi

2. Zeolite Sebagai katalis pada RFCCU

3. NaOH Sebagai caustic treater pada CD&L unit alkilasi


dan LPG treater
16

Lanjutan Tabel 2.3. Bahan-Bahan Penunjang


Bahan Kegunaan
(1) (2)

4. P2O5 Sebagai katalis unit polimerisasi

5. Al2(SO4)3, Sebagai penjernih air pada unit utilitas


klorinair,
coagulant acid,
karbon aktif,
resin penukar ion

6. DEA Sebagai DEA ekstraktor pada unit


Polypropylene
7. Heavy alkylate Sebagai lean oil (absorben) pada unit BB
distilasi

8. LCGO Sebagai lean oil (absorben) pada unit Light End


FCCU

9. Propana Sebagai regenerator dan cooler pada DEA dan


caustic extractor system, serta sebagai chilling
system pada unit alkilasi

10. Katalis berbahan Sebagai katalis utama pada unit Polypropylene


dasar Ti

11. Katalis Sebagai ko-katalis pada unit Polypropylene


TK,AT,OF

12. Silika gel Sebagai molecular sieve pada unit


Polypropylene

13. Corrosion Sebagai zat pencegah atau penghambat korosi


inhibitor

14. Scale inhibitor Sebagai zat pencegah atau penghambat


pembentukan kerak

15. Biocide Sebagai zat pencegah atau penghambat


tumbuhnya lumut, ganggang, dan lainnya
Sumber: Humas, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020
17

2.2. Deskripsi Proses


Unit pemrosesan yang ada di kilang PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-
Sungai Gerong terbagi atas dua bagian besar, yaitu unit yang memproses minyak
mentah (crude) menjadi produk-produk BBM dan unit yang memproses beberapa
produk samping hasil pemrosesan minyak mentah menjadi produk petrokimia.

2.2.1. Oil Movement Section


Minyak bumi yang telah diterima, baik dari perpipaan maupun dari kapal
tanker harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam sistem
pemroses untuk diubah menjadi produk yang siap dipasarkan.Tahap persiapan
minyak bumi meliputi :
a. Pengendapan atau Settling
Tahap settling dilakukan untuk mengendapkan campuran air dan lumpur
yang terkandung dalam minyak bumi. Semakin panjang waktu settling,
semakin baik pula hasilnya. Waktu Settling biasanya ditetapkan selama satu
jam setiap satu meter minyak bumi.
b. Pembuangan bottom
Tahap ini dilakukan untuk memompa seluruh campuran air dan lumpur
yang berada di bawah tangki settling menuju tangki penampung yang
dilengkapi steam coil, campuran tersebut masih mengandung minyak dalam
jumlah sedikit sehingga pemanasan dengan steam melalui steam coil akan
memisahkan air dan lumpur yang tersisa kemudian mengendap di dasar tangki.
c. Drain
Campuran air dan lumpur yang mengendap didalam tangki penampung
akan mengendap dengan cara draining, sedangkan minyak akan dipompakan
lagi ke tangki crude.
d. Flushing pipa isap tangki
Tujuan tahap flushing adalah untuk mencuci pipa isap tangki agar tidak
terdapat air pada pipa. Minyak bumi yang telah melewati tahap persiapan akan
diolah dalam unit proses pengolahan. Penyaluran minyak bumi dilakukan
dengan menggunakan pompa di Rumah Pompa Minyak (RPM), adapun
18

pompa lain yang digunakan untuk injeksi minyak bumi ke unit proses.

Sebagian hasil pengolahan minyak bumi di unit proses langsung menjadi


finished produk dan sebagian lagi masih memerlukan proses blending. Produk
akan dialirkan ke tangki penimbun melalui jalur perpipaan tertentu sesuai dengan
jenis produknya, setiap pergantian tangki penampung produk harus
dikoordinasi dengan unit proses sesuai dengan pesanan dari bagian supply chain.

2.2.2. Unit Crude Distiller and Gas Plant (CD-GP)


PT Pertamina (Persero) RU III memiliki 5 unit Crude Distiller. Empat
Crude Distiller yaitu crude distiller (CD) II, III, IV, dan V terletak di Plaju dan
tergabung dalam kelompok unit CD&GP. Satu unit Cude Distiller (CD-IV)
terletak di Sungai Gerong dan tergabung dalam unit CD&L. Pada unit ini juga
terdapat unit stabilizer C/A/B dan straight run motor gas compressor (SRMGC),
sedangkan pada gas plant terdapat unit butane-butylene motor gas compressor
(BBMGC), butane-butylene (BB) distiller, unit polimerisasi dan unit alkilasi.
Selain itu terdapat unit-unit treater seperti BB treater, caustic treater, dan sulfuric
acid unit (SAU).
Proses yang dilakukan pada CD II, III, IV, dan V disebut proses primer
yang bertujuan untuk memisahkan komponen-komponen minyak mentah secara
fisik dengan cara distilasi. Proses-proses yang dilakukan pada unit Polimerisasi,
Alkilasi, stabilizer C/A/B, SRMGC, BBMGC, dan BB distiller disebut proses
sekunder. Proses ini bertujuan menghasilkan produk-produk yang bernilai tinggi
hasil dari proses primer.
Proses treating dilakukan pada unit BB treater, caustic treater dan SAU.
BB treater bertujuan mengurangi kandungan sulfur pada butane-butylene. Caustic
treater bertujuan mengurangi kandungan sulfur dan merkaptan pada produk
gasoline. SAU bertujuan meningkatkan konsentrasi asam sulfat ex katalis unit
alkilasi sehingga dapat digunakan lagi sebagai katalis pada proses alkilasi.

a. Crude Distiller II (CD-II)


19

Crude distiller merupakan unit proses primer yang berfungsi untuk


memisahkan minyak mentah menjadi fraksi-fraksinya secara distilasi pada
tekanan atmosfer. CDU II memiliki kapasitas produksi sebesar 2000 ton/day
dengan tekanan 8,1 kg/cm2. Bahan baku yang diolah di crude distiller II adalah
crude oil dari SPD, Jene, TAP dan Ramba serta crude oil ex kapal dari Ketapa,
Duri, dan SLC. CD II terdiri dari 1 buah kolom evaporator dan 5 buah kolom
fraksionator yang bekerja pada kondisi operasi masing-masing pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Kondisi Operasi Kolom CD II

Temperatur °C
Peralatan Tekanan (kg/cm2)
Sumber : Top Bottom
Kolom-I 95 155 2
Humas, PT
Kolom-II 145 141 0.5
Pertamina Kolom-IV 230 350 1.2
Kolom-V 71 169 0.3
(Persero) RU III
Outlet F-I 266 - -
Plaju-Sungai
Gerong, 2020

Produk unit CD II berupa gas, crude butane, Straight Run-Tops (SR-Tops),


Naphta II, Light Kerosene Distillate (LKD), Light Cold Test (LCT), dan long
residue. Komposisi berdasarkan persen berat dari produk yang dihasilkan dapat
dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Komposisi Produk CD-II

Produk %wt
Gas (ke unit SRMGC) 0.9
Crude Butane 1.2
SR Tops 1.14
Naptha II 10.40
LKD 7.35
LCT 23.02
Long Residue 50.91
Sumber : PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

Proses pada CD-II yaitu minyak mentah dipompa dari tanki penyimpanan
dengan menggunakan pompa P-31/32/33 ke dalam kolom evaporator yang
20

sebelumnya telah melewati tungku-I (furnace-I), untuk mengurangi beban tungku


minyak dilewatkan melalui pemanas awal (Pre-Heater) 6-5/6 dan 6-1/2/3/4
terlebih dahulu hingga mencapai temperatur 138o C. Pemanasan awal ini
memanfaatkan panas produk Long Residue dan top kolom-IV, minyak mentah
panas tersebut dipanaskan lagi dalam tungku hingga mencapai temperatur
operasi flash zone dari evaporator yaitu 255oC, lalu diumpankan ke dalam
evaporator bertekanan 1,8kg/cm2g. Pada evaporator terjadi pemisahan yang
menghasilkan produk atas yang mengandung komponen C 1 – C 16 dan produk
bawah yang mengandung komponen C17 – C50.
Produk atas evaporator diumpankan ke dalam kolom-I pada Tray 10,
pada kolom I terjadi pemisahan lebih lanjut sehingga menghasilkan produk atas
(C 1 -C 10 ) sebagai umpan kolom-V, produk side-stream (C11-C14) sebagai
umpankolom-II, dan produk bawah (C14-C16) yang digabungkan dengan aliran
Side-Stream kolom IV menuju ke light gas oil stripper2-1. Produk bawah
stripper didinginkan di pendingin sehingga didapatkan produk LCT (C21-C30),
sedangkan produk atas stripper masuk ke kolom-IV. Produk bawah evaporator
dipanaskan dalam tungku-II hingga mencapai temperatur 344oC, lalu
dimasukkan ke dalam kolom-IV pada tray 4. Produk atas kolom-Ivdikondensasi
lalu dikembalikan kedalam kolom-IV sebagai refluks, sedangkan produk bawah
kolom-IV yang berupa long residue dikirim ke HVU Sungai Gerong.
Pada kolom-II, terjadi pemisahan lebih lanjut produk Side Stream kolom-
I. Produk atas kolom-II yang mengandung komponen C11-C12di kondensasikan
dalam kondensor dan dimasukkan ke dalam akumulator, lalu digunakan sebagai
refluks kolom-I dan kolom-II. Produk bawah kolom-II didinginkan dalam
pendingin 4-9/10 dan diambil sebagai LKD.
Produk atas kolom-I diumpankan ke dalam kolom V pada tray 3, produk
atas kolom-V dikondensasikan dalam kondensor parsial 5-3/4/5/6/7 dan 8-20,
Aliran gas kondensor dibagi dua, di mana aliran pertama langsung diumpankan
ke SRMGC, sedangkan aliran kedua dikondensasi lagi dalam kondensor 4-7/8,
lalu di-flash dalam tangki 8-9, gas dari 8-9 yang tidak terkondensasi dialirkan ke
SRMGC, sedangkan cairannya diambil sebagai Crude Butane.
21

Cairan kondensor 8-20 di-flash dalam tangki 8-8,dimana gas dialirkanke


SRMGC, sedangkan cairan hasil Flash ada yang dialirkan sebagai refluks kolom-
V dan ada yang diambil sebagai SR Tops (C5-C7), sebagian produk bawah
kolom-V dialirkan sebagai refluks kolom-I dan sebagian lagi kekolom V, side-
stream kolom-V diumpankanke dalam kolom-III, dimana terjadi pemisahan yang
lebih lanjut. Produk atas kolom-III dikembalikan ke kolom-V, sedangkan produk
bawahnya di dinginkan sehingga diperoleh produk Naftha-II.

b. Crude Distiller III (CD-III)


Kapasitas pengolahaan CD III 4000 ton/day. Umpan yang digunakan oleh CD
III adalah minyak mentah yang berasal dari SLC, SPD, Ramba, Jene, dan
campuran SLC/TAP.
Crude distiller III terdiri dari tiga buah kolom fraksionasi, sebuah stabilizer,
kolom–kolom stripper, serta dua buah furnace. Kondisi operasi alat pada CD III
ditunjukkan pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Kondisi Operasi CD III

Temperatur 0C
Tekanan
Peralatan
(Kg.cm-2)
Top Bottom
Kolom I 143 273 1,5
Kolom II 234 336 0,3
Kolom III 93 - 1,8 – 2,2
Stabilizer 97 185 2,8
Sumber : PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

Produk yang dihasilkan yaitu gas, crude butane, straight run-tops (SR-Tops),
naphta II, naphta III, light kerosene distillate (LKD), light cold test (LCT), dan
long residue. Komposisi berdasarkan persen berat dari produk yang dihasilkan
dapat dilihat pada Tabel 2.7.
22

Tabel 2.7. Komposisi Produk CD III


Yield (%wt)
Produk
CD-III
Gas
CR Butane 0,520
SR Tops 0,500
Naphta-II 3,040
Naphta-III 5,020
LKD 1,700
HKD 15,70
Residue 7,610
Loss 54.45
0,900

Sumber : PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

c. Crude Distiller IV (CD IV)


Crude Distiller IV menggunakan umpan Ramba crude oil dan SLC crude oil
saja. CD IV dirancang untuk mengolah crude dengan kapasitas 3.000 Ton/Day.
Crude distiller IV terdiri dari tiga buah kolom fraksionasi, sebuah stabilizer,
kolom–kolom stripper, serta dua buah furnace. Kondisi operasi CD IV
ditunjukkan pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8. Kondisi Operasi CD IV


Temperatur 0C
Peralatan Tekanan (kg.cm-2)
Top Bottom
Kolom I 145 260 0,6
Kolom II 225 344 0,3
Kolom III 117 145 0,6
Stabilizer 109 183 1,8
Sumber : PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

Produk yang dihasilkan yaitu gas, crude butane, Straight Run-Tops (SR-
Tops), Naphta II, Naphta III, Light Kerosene Distillate (LKD), Heavy Kerosene
23

Distillate (HKD), dan long residue. Komposisi berdasarkan persen berat dari
produk yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Komposisi Produk CD IV


Yield (%wt)
Produk
CD-IV
Gas
CR Butane 2,140
SR Tops 1,100
Naphta-II 5,840
Naphta-III 8,900
LKD 4,930
HKD 9,980
Residue 7,460
Loss 47,77
0,250

Sumber : PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

d. Crude Distiller V (CD V)


CD V mengolah crude oil yang berasal dari SPD (South Palembang District),
TAP (Talang Akar Pendopo), dan Banyu Urip untuk menghasilkan produk (Tabel
2.10.) berupa gas, SR-Tops, Naphta I, Naphta II, Naphta IV (LAWS), LKD,
HKD, LCT/SGO, HCT dan long residue. CD V terdiri dari 1 flash kolom dan 4
kolom fraksionator. Kondisi operasi CD V ditunjukkan pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10. Kondisi Operasi CD V


Temperatur 0C Tekanan
Peralatan
Top Bottom (kg.cm-2)
Kolom I 150 243 1,5
Kolom II 200 340 0,2
Kolom III 105 160 0,8
Kolom V 70 100 0,8
Sumber : PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020
24

Tabel 2.11. Produk dan Perolehan CD V


Produk Yield (%wt)
Gas 1,33
SR Tops 1,74
Naphta-I 8,19
Naphta-II 7,50
Naphta-IV 2,96
LKD 5,27
HKD 6,82
LCT 6,77
HCT 8,19
Residue 50,91
Loss 0,32

Sumber : PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

e. Stabillizer (STAB) C/A/B


Stabilizer C/A/B merupakan tiga unit (kolom) terpisah, dimana Stab-B
merupakan kelanjutan dari Stab-C dan Stab-A
1) Stabilizer C
Umpan (SR-Tops) dari tanki “O” dipompakan dengan booster pump ke
unit stabilizer dengan pompa Feed P-4/5 dipompakan melalui HE 6-1/6-4 dan
selanjutnya masuk ke kolom stabilizer sebagai umpan.
Produk atas dari stabilizer-C didinginkan dengan condenser 5-1/5-2 dan
kemudian masuk ke accu tank (8-1), dengan pompa P-6/7 produk bawah
dipompakan sebagian sebagai refluks dan sebagian lagi sebagai feed
stabilizer-B. Gas yang tidak terkondensasi pada accu tank 8-1 dialirkan ke
SRMGC.
Produk bawah kolom stabilizer sebagian dikembalikan sebagai reboiling
dan sebagian lagi didinginkan melalui HE 6-1/6-4 dan cooler 4-5/4-8 yang
25

selanjutnya dipompakan ke tanki penampung sebagai produk dip top


(LOMC).

2) Stabilizer A
Umpan (SR-Tops) dari tanki “O” dipompakan dengan booster pump ke
unit stabilizer, dengan pompa feed P-9/10 dipompakan melalui HE 6-1/6-2
dan selanjutnya masuk ke kolom stabilizer sebagai umpan.
Produk atas dari stabilizer-C didinginkan dengan condenser 5-4/5-6 dan
kemudian masuk ke accu tank (8-6), dengan pompa P-25/26 produk bawah
dipompakan sebagian sebagai refluks dan sebagian lagi sebagai feed
stabilizer-B. Gas yang tidak terkondensasi pada accu tank 8-6 dialirkan ke
SRMGC.
Bottom produk stabilizer kolom sebagian dikembalikan sebagai reboiling
dan sebagian lagi didinginkan melalui HE 6-1/6-2 dan cooler 4-6/4-7 yang
selanjutnya dengan pompa P-25/26 dipompakan ke tanki penampung.

3) Stabilizer B
Umpan stabilizer-B adalah top produk (bottom accu tank 8-1 dan 8-6)
dari stabilizer-C dan A yang sebelumnya telah dipanaskan melalui heat
exchanger 6-1/6-2.
Produk atas dari stabilizer-B didinginkan dengan condenser 5-4/5-5 dan
kemudian masuk ke accu tank (8-6), dengan pompa P-25/26 produk bawah
dipompakan sebagian sebagai refluks dan sebagian lagi sebagai produk raw
buthane. Gas yang tidak terkondensasi pada accu tank 8-2 dialirkan ke
SRMGC.
Produk bawah stabilizer sebagian dikembalikan sebagai reboiling dan
sebagian lagi didinginkan melalui HE 6-1/6-2 dan cooler 4-6/4-7 yang
selanjutnya dengan pompa P-25/26 dipompakan ke tanki penampung sebagai
produk SBPX-40B.

f. Gas Plant
26

Produk atas Crude Destiler II - IV yang berupa fraksi ringan (C1–C4)


akan diolah lebih lanjut dalam unit gas plant. Pada bagian gas plant terdiri dari
beberapa unit seperti Straight Run Motor Gas Compressor (SRMGC), Butane
Butylene Motor Gas Compressor (BBMGC), Butane Butylene Distiller (BB
Distiller), Butane Butylene Treater (BB Treater), polimerisasi, dan alkilasi.
1) Straight Run Motor Gas Compressor (SRMGC)
Unit ini terdiri dari 3 buah kompresor. Kompresor–kompresor ini
digerakkan oleh motor bakar yang berbahan bakar gas. Kapasitas desain unit
ini adalah sebesar 100 ton/day pada kecepatan putar 800 rpm untuk tiap
kompresor.
Unit SRMGC berfungsi untuk menempa gas yang dihasilkan oleh unit
crude distiller (CDU II, III, IV, dan V), stabillizer C/A/B, thermal reforming,
dan redistiller I/II kilang Plaju.

2) Butane Butylene Motor Gas Compressor (BBMGC)


Sama seperti unit SRMGC, unit BBMGC berfungsi untuk menaikkan
tekanan fraksi gas. Gas yang dikompresi pada unit ini adalah gas yang berasal
dari unit SRMGC. Kompresi ini dilakukan oleh tiga buah kompresor (MGC-
1/2/3) yang dipasang paralel. Kapasitas desain unit ini adalah sebesar 200
ton/day.

3) Butane Butylene Distiller (BB Distiller)


Unit ini befungsi memisahkan butan dan butilen yang terdapat pada gas
hasil Crude Distiller. Unit BB distiller terdiri dari empat kolom utama, yaitu
kolom absorber 1-1, depropaneizer 1-2, debutanizer 1-3, dan stripper 1-4,
dengan menggunakan umpan dari residual gas, comprimate, condensate, dan
unstab-crack. Umpan yang digunakan berupa gas dan cairan yang terdiri dari
campuran methane, ethane, propane, propylene, buthane, butilene, dan
sedikit light naphta. Unit ini menghasilkan produk-produk berikut :
a. Refinery gas (C1-C2) sebagai bahan bakar furnace
b. Propana (C3) sebagai musi cool dan LPG
c. FBB (Butane-butilen dan i-C4) sebagai LPG
27

d. Stab crack top (C3-C4) sebagai LOMC

Kondisi operasi debutanizer adalah pada tekanan 6 kg/cm2 dan


temperaturbawah 120°C sedangkan temperatur atas 50°C.Pada kondisi ini,
butane dan i-C4 (FBB) akan didapatkan sebagai produk atas sedangkan
komponen-komponen C5 dan yang lebih berat akan keluar sebagai produk
bawah dan masuk ke kolom stripper 1-4.
Pada kolom stripper dengan tekanan 0,7 kg/cm2, maka sebagian fraksi,
terutama pentana akan menguap menjadi produk Stab CR TOPS (sebagai
LOMC). Produk bawah kolom stripper adalah minyak yang digunakan
menyerap umpan pada kolom absorber (lean oil).

4) Butane Butylene Treater (BB Treater)


Butane-butylene treater berfungsi untuk mengurangi kandungan
merkaptan dan amina pada fresh BB ex BB distiller dan BB (butane-butylene)
ex stabillizer 3 FCCU Sungai Gerong. Merkaptan dan amina tersebut
merupakan racun bagi katalis pada proses polimerisasi.Umpan BB dari BB-
distiller atau FCCU dicampur dengan caustic soda (NaOH) untuk kemudian
dialirkan ke caustic settler. Disini merkaptan akan bereaksi dengan NaOH
dengan reaksi seperti berikut :
RSH + NaOH RSNa + H2O
Caustic soda yang masih memiliki konsentrasi tinggi akan berada di
bagian bawah caustic settler yang kemudian akan disirkulasi dan sebagian
dibuang. Dari bagian atas caustic settler keluar BB, yang kemudian masuk ke
dalam water settler untuk dikurangi kandungan airnya. Setelah masuk ke
dalam dua buah water settler BB siap digunakan baik untuk proses
polimerisasi, alkilasi atau langsung sebagai komponen LPG.

5) Polimerisasi
Sebelum FBB (Fresh Butane-Buthylene) masuk ke unit alkilasi, FBB
akan diolah terlebih dahulu di unit Polimerisasi. Tujuan unit ini adalah untuk
menyiapkan feed untuk unit Polimerisasi. Unit ini berfungsi menghasilkan
polimer sebagai HOMC (High Octane Mogas Component). Umpan produk
28

ini adalah alkilat dari stabilizer-3 pada unit FCC CD&L dengan kandungan
C4 = yang tinggi. Umpan terdiri dari C3=, C3, i-C4, n-C4, dan C4=.
Pada unit ini terjadi reaksi polimerisasi dengan katalis P2O5. Reaksi
berlangsung pada temperatur lebih tinggi dari 150°C dan tekanan lebih besar
dari 25 kg/cm2. Pada unit ini akan dihasilkan polimer yang merupakan
HOMC dan produk gas yang dihasilkan akan menjadi umpan unit alkilasi.
Unit ini terdiri dari 3 set konverter (reaktor), yang masing-masing set
memiliki 3 buah konverter. Pada kondisi normal yang berjalan 2 set
sedangkan 1 set lain dalam kondisi penggantian katalis sampai siap
digunakan. Umur katalis sekitar 3 bulan penggantian katalis membutuhkan
waktu sekitar 2-3 minggu.
Reaktor yang digunakan berjenis shell and tube, dimana pada bagian tube
terdapat katalis dan tempat di mana reaksi terjadi. Sedangkan pada bagian
shell dialirkan oil (minyak) sebagai pengatur kestabilan temperatur reaksi.
Temperatur oil pada bagian shell diatur dengan mengatur laju alir cold oil,
warm oil, dan hot oil yang dicampurkan pada bagian shell. Hot oil berasal
dari furnace, warm oil berasal dari preheater, sedangkan cold oil berasal dari
cooler.

6) Alkilasi
Proses alkilasi merupakan suatu proses reaksi antara senyawa olefin (C3=
s/d C5 =) dan iso-Butane memakai katalis H2SO4 menjadi produk. Produk yang
terutama diinginkan berupa iso-Butane dengan konsentrasi tinggi. Disamping
reaksi utama berupa alkilasi, terjadi reaksi samping berupa polimerisasi dan
perengkahan dengan intensitas kecil.
Unit alkilasi RU III Plaju didesain untuk mengolah fraksi butane-
butylene dari unit Polimerisasi dengan kapasitas pengolahan 155 ton/hari dan
dengan produk light alkylate sebesar 100 ton/hari. Unit alkilasi ini terdiri dari
2 bagian yaitu reaktor dan distilasi. Bahan baku adalah berupa raw butane-
butylene produk dari dasar stabillizer III unit FCCU S.Gerong dengan ratio I-
C4/C4= adalah 0,97. Untuk mendapatkan ratio yang sesuai spesifikasi, maka
umpan alkilasi diolah terlebih dahulu di unit polimerisasi.
29

2.2.3. Unit Crude Distiller and Light Ends (CD-L)


Secara garis besar, seksi CD & L mempunyai dua fungsi utama, yaitu:
a. CD & L berfungsi dalam penyiapan produk BBM dan Petrokimia,
khususnya yaitu produk atau bahan dalam bentuk setengah jadi.
b. CD & L berfungsi sebagai koordinator mixed gas.

CD & L terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu Crude Distiller-VI


(CD-VI), High Vacuum Unit II (HVU-II), Riser-Fluidized Catalytic Cracking
Unit (RFCCU), dan light end unit.
a. Crude Distiller VI (CD-VI)
CD-VI ini digunakan untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi yang
berasal dari Ramba berdasarkan destilasi atmosferik. Kapasitas pengolahan CD-
VI ini adalah 15.000.000 barrel per calendar day (15 MBCD). Produk yang
dihasilkan adalah gas, naptha, kerosene, ADO, dan long residue. Di dalam unit
CD-VI terdapat sub-unit redistiller III/IV. Redistiller III/IV ini digunakan untuk
mengolah ulang produk minyak yang tidak memenuhi spesifikasi. Saat ini
Redistiller telah dimodifikasi untuk dapat mengolah minyak mentah Sumatera
Light Crude (SLC). Modifikasi ini terjadi karena menurunnya jumlah minyak
yang terbuang atau tidak memenuhi spesifikasi.

b. High Vacuum Unit II (HVU II)


HVU II ini digunakan untuk mendapatkan kembali fraksi-fraksi ringan yang
terdapat dalam long residue yang berasal dari Crude Destiller Unit (CDU) dan
RDU. Tekanan yang digunakan pada unit ini adalah sekitar 70 mmHg. Kapasitas
produksi HVU II adalah 54 MBCD dengan produk sebagai berikut:
1) Produk atas berupa Light Vacuum Gas Oil (LVGO) yang digunakan
sebagai komponen motor gas.
2) Produk tengah berupa Medium Vacuum Gas Oil (MVGO) dan Heavy
Vacuum Gas Oil (HVGO). Produk tengah ini merupakan umpan RFCCU.
3) Produk bawah berupa Light Sulphur Waxes Residue (LSWR).

c. Riser Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU)


30

Tujuan utama proses cracking adalah mengkonversi Medium Vacuum Gas


Oil dan Heavy Vacuum Gas Oil (M/HVGO) dari HVU dan minyak berat (long
residue) menjadi produk minyak ringan yang memiliki nilai lebih tinggi. Produk
utama yang dihasilkan keluaran dari RFCCU adalah:
1) Raw Propane-Propilen, sebagai bahan baku polypropilen.
2) Propane dan Butane, sebagai komponen LPG.
3) Naptha (HOMC).
Selain itu, RFCCU juga menghasilkan produk sampingan, yaitu:
1) Dry Gas sebagai refinery fuel gas.
2) Light Cycle Oil, sebagai thinner dan komponen blending LSWR.
3) Slurry sebagai komponen utama LSWR.
4) Coke, yang terdeposit pada katalis.

d. Light End Unit


Produk bottom yang dihasilkan pada unit ini sebagian dijadikan boil-up,
sedangkan sebagian lagi digunakan untuk memanaskan umpan, lalu diambil
sebagai buthane untuk LPG, sebagian produk top kolom stabilizer dicampurkan
dalam feed drum LS-D-1 dan sebagian lagi didinginkan dan dimasukkan ke
dalam akumulator LS-D-2 sehingga menghasilkan off gas dan raw PP sebagai
umpan unit polypropylene.

2.2.4. Unit Produksi PolyPropylene


Unit petrokimia awalnya memiliki dua unit, yaitu unit TA/PTA dan unit
polypropylene, tetapi pada tahun 2007, unit TA/PTA harus berhenti beroperasi
akibat mengalami kerugian sehingga satu-satunya unit petrokimia yang masih
beroperasi adalah unit polypropylene. Unit PP di PERTAMINA RU-III Plaju
mengolah RPP menjadi biji plastik dengan kapasitas produksi biji plastik/politam
(pellets) sebesar 45.200 ton/tahun. Produk sampingnya adalkah propane sebagai
komponen campuran LPG , dengan kapasitas produksi ±18.100 ton/tahun.
Biji Plastik/politam (pellet) yang dihasilkan di PERTAMINA dibagi
menjadi lima jenis sesuai dengan sifat fisiknya yaitu Melt Flow Rate (MFR) dan
fungsinya, yaitu :
31

a. Injection Molding grade (PI), kapasitas 5,7 ton/jam;


b. Film grade (PF), kapasitas 5,7 ton/jam;
c. Tape atau Yarn grade (PY), kapasitas 5,7 ton/jam;
d. Blow molding grade, kapasitas 4,5 ton/jam.
Proses di unit polypropylene terdiri dari tiga proses utama, yaitu proses
pemurnian atau purifikasi, proses polimerisasi, dan proses finishing. Umpan unit
polypropylene adalah raw PP (65-70 % propylene) yang berasal dari unit
RFCCU Sungai Gerong biasanya masih mengandung pengotor-pengotor seperti
H2S dan CO2 sehingga harus dibersihkan di unit purifikasi.
Dibagian finishing, serbuk polypropylene yang diproduksi ditampung
terlebih dahulu dalam powder hopper (TK-2501) dan untuk mencegah terjadinya
degradasi polimer akibat oksidasi, transportasinya dilakukan dengan
menggunakan gas nitrogen. Sejumlah zat aditif sebagai stabilizer,yaitu :
a. Ae stabilizer sebagai primary heatstabilizer;
b. Ai stabilizer sebagai secondaryheatstabilizer;
c. Ah stabilizer sebagai heat stabilizer produk jenis tape dan injection
grade;
d. Ha stabilizer sebagai neutralizer dan pelumas;
e. Hd stabilizer sebagai zat pemutih;
f. Sb stabilizer sebagai slipagent;
g. Sc stabilizer sebagai anti-blockingagent;
Serbuk polypropylene dicampurkan dengan stabilizer, lalu dilanjutkan
dengan proses pelletizing, campuran serbuk dan aditif dipanaskan sehingga
meleleh menjadi resinatau ekstrusi melalui cetakan (dyeplate) dan langsung
dipotong menjadi pellet dengan alat pemotong yang dilengkapi dengan pellet
cooling water (CWP). Pelet yang terbentuk dibawa ke pellet vibrating screen
melalui pellet dryer untuk memisahkan pelet dari air dan pelet yang tidak
memenuhi spesifikasi ukuran, sedangkan pelet yang on-size (memenuhi
spesifikasi ukuran) ditampung dalam pellet hopper (TK-2504) dan ditransfer ke
bagian bagging untuk pengemasan.

2.3. Produk PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong


32

Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-


Sungai Gerong terbagi menjadi 3 kelompok produk, yaitu kelompok produk BBM
(bahan bakar minyak), kelompok produk non-BBM dan kelompok produk
petrokimia. Produk BBM yang diproduksi antara lain avigas (low lead), avtur,
motor gasoline/premium/bensin, kerosene, pertamax, diesel (Solar/ADO, IDO),
dan fuel oil. Untuk produk non-BBM yang diproduksi antara lain LPG, SBPX,
musi cool, naphtha free lead (LOMC, HOMC), RPP (raw propane propylene) dan
solvent seperti LAWS. Sedangkan untuk produk petrokimia yang diproduksi
antara lain polypropylene film grade (PF) dan yarn grade (PY).

2.3.1. Produk Bahan Bakar Minyak (BBM)


Produk-produk BBM yang dihasilkan oleh PT Pertamina (Persero) RU III
Plaju-Sungai Gerong antara lain :
a. Pertamax racing (racing fuel)
Racing fuel merupakan bahan bakar untuk kendaraan balap yang
diproduksi oleh PT Pertamina (Persero) dengan bilangan oktan sangat
tinggi yakni 100. Harga bahan bakar ini juga sangat mahal yakni
mencapai Rp. 75.000 per liter, seperti pertamax, pertadex, dll.

b. Avtur
Merupakan salah satu jenis bahan bakar berbasis minyak bumi yang
berwarna bening hingga kekuning-kuningan, memiliki rentang titik
didih antara 145 hingga 300oC, dan digunakan sebagai bakar pesawat
terbang. Avtur dihasilkan dari unit gas plant dengan kapsitas produksi
1,67 MBCD. Secara umum, avtur memiliki kualitas yang lebih tinggi
dibandingkan bahan bakar yang digunakan untuk pemakaian yang
kurang ‘genting’ seperti pemanasan atau transportasi darat. Avtur
biasanya mengandung zat aditif tertentu untuk mengurangi resiko
terjadinya pembekuan atau ledakan akibat temperatur tinggi, serta sifat-
sifat lainnya. Spesifikasi dari produk AVTUR dapat di lihat pada tabel
2.12.
33

Tabel 2.12. Spesifikasi Avtur


Parameter Satuan Nilai
Pressure Differential MmHg Max 25
Test Temperature o
C Min 325
Freezing Point o
C Max -40
Combustion Specific Energy MJ/Kg 42,80
Composition Aromatics %v/v Max 7,0
Total Aromatics %v/v Max 7.2
Sumber: Humas, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

c. Premium atau Motor Gasoline (Mogas) atau Bensin


Premiun merupakan bahan bakar kendaraan bermotor, berwarna kuning
dan memiliki bilangan oktan 88. Premium yang dihasilkan PT
Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong merupakan hasil dari
pencampuran bahan bakar beroktan tinggi dari unit RFCCU dengan
bahan bakar beroktan rendah dari unit CD sehingga menghasilkan
bilangan oktan 88, dengan kapasitas produksi sebesar 22,1 MBCD.
Spesifikasi produk Premiumdapat di lihat pada tabel 2.13.
Tabel 2.13. Spesifikasi Premium

Parameter Satuan Nilai


Tekanan Uap KPa 45 – 69
Berat Jenis (pada 15 C)
o
Kg/m3 715 – 770
Kandungan Sulfur %m/m 0,05
Kandungan Timbal Gr/liter 0,013
Kandungan Oksigen %m/m 2,7
Sumber: Humas, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

d. Kerosene
34

Kerosene atau yang bisa dikenal dengan sebutan minyak tanah


merupakan bahan bakar keperluan rumah tangga berwarna kuning muda
dihasilkan dari unit crude distiller yang merupakan hasil blending LKD
(light kerosene distillate) dan HKD (heavy kerosene distillate) dengan
kapasitas produksi sebesar 14,33 MBCD. Spesifikasi produk Kerosene
dapat di lihat pada tabel 2.14.
Tabel 2.14. Spesifikasi Kerosene
Parameter Satuan Nilai
Densitas pada 15 C Kg/m
o 3
835
Titik Asap Mm 15
Distilasi :
Pada 200 oC %v/v 18
Titik Akhir o
C 310
Titik Nyala Abel o
C 38
Kandungan
%m/m 0,2
Belerang
Sumber: Humas, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

e. Solar/ADO (automotive diesel oil)


Solar atau ADO merupakan bahan bakar kendaraan bermotor bermesin
diesel berwarna oranye, dihasilkan dari unit crude distiller dengan
kapasitas produksi 30,82 MBCD.

Tabel 2.15. Spesifikasi Automotive Diesel Oil (ADO)


Parameter Satuan Nilai
Densitas pada 15oC Kg/m3 860
Viskositas pada 15 C
o
Mm 4,5
Kandungan Sulfur %m/m 0,35
Titik Nyala o
C 53
Residu Karbon %m/m 0,1
Kandungan Air mg/kg 500
Kandungan Abu %v/v 0,01
Sumber: Humas, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

f. IDO (industrial diesel oil)


IDO merupakan bahan bakar mesin diesel untuk keperluan industri
(mesin-mesin pabrik) berwarna hitam dengan harga dan kualitas di
35

bawah solar (ADO) dihasilkan dari crude distiller dengan kapasitas


produksi 1,75 MBCD. Spesifikasi produk Industrial Diesel Oil (IDO)
dapat di lihat pada tabel 2.16.

Tabel 2.16. Spesifikasi Industrial Diesel Oil (IDO)


Parameter Satuan Nilai
Densitas pada 15 C
o
Kg/m 3
900
Viskositas pada 40oC mm2/dt 11
Kandungan Sulfur %m/m 1,5
Titik Nyala o
C 60
Kandungan Air %v/v 0,25
Kandungan Abu %m/m 0,02
Sumber: Humas, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

g. IFO (Industrial Fuel Oil)


Sama halnya dengan IDO, IFO merupakan bahan bakar untuk
keperluan industri (mesin non-diesel) berwarna hitam dengan harga dan
kualitas dibawah premium dihasilkan dari unit crude distiller dengan
kapasitas produksi 18,69 MBCD.

2.3.2. Produk Non Bahan Bakar Minyak (Non BBM)


Produk-produk non BBM yang dihasilkan oleh PT Pertamina (Persero) RU
III Plaju-Sungai Gerong antara lain :
a. LPG
LPG atau liquified petroleum gas merupakan bahan bakar yang biasa
digunakan untuk keperluan rumah tangga (kompor gas) dan berupa
campuran dari propane dan butane dihasilkan dari unit gas plant
dengan kapasitas produksi 3,75 MBCD. Kandungan utama dari LPG
dapat di lihat pada tabel 2.17.

Tabel 2.17. Spesifikasi LPG


Parameter Satuan Nilai
Tekanan Psig 120
36

Suhu o
F 100
C2 % Vol 0.2
C3 & C4 % Vol 97.5
C5+ % Vol 2.0
Sumber: Humas, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

b. SBPX, LAWS
SBPX dan low aromat white spirit (LAWS) merupakan produk pelarut
yang banyak digunakan di industri kimia, seperti industri cat. SBPX
adalah produk dari unit stab C/A/B, sedangkan LAWS adalah produk
dari unit GP.

c. LSWR
LSWR adalah bahan bakar yang biasa digunakan untuk industri kimia.
LSWR adalah produk dari RFCCU. Spesifikasi produk Low Sulphuric
Waxes Residue dapat di lihat pada tabel 2.18.

Tabel 2.18. Spesifikasi LSWR

Parameter Satuan Nilai

Titik Didih o
C 540
Specific Gravity 0,9525 – 0,9854
API Gravity 17,1 – 12,1
Kandungan Sulfur %m/m 0,250
Sumber: Humas, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

d. Musi cool
Musi cool merupakan produk yang dikembangkan dan hanya
diproduksi oleh PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong.
Musi cool merupakan alternatif pengganti refrigeran bersifat ramah
lingkungan yang tidak merusak lapisan ozon sifatnya yang lebih efisien
37

dibanding refrigeran konvensional dapat menghemat penggunaan


sebesar 70%. Musi cool terdiri dari tiga macam varian yakni propane
murni, isobutane murni, dan campuran propane-isobutane. Jenis musi
cool yang dipasarkan yakni MC-12 yang menggantikan R-12, MC-22
yang menggantikan R-22, MC-134 yang menggantikan R-134, dan
MC-600.

2.3.3. Produk Petrokimia


Produk petrokimia yang dihasilkan unit Polypropylene adalah
polypropylene dengan merek dagang POLITAM, yang merupakan bahan baku
pembuatan plastik.

2.4. Unit Utilitas


Unit Utilitas (UTL) merupakan sistem yang menunjang keberlangsungan
proses produksi pengolahan crude oil pada PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-
Sungai Gerong. Tidak hanya memenuhi kebutuhan produksi di kilang tetapi juga
memenuhi kebutuhan perkantoran, pemukiman komplek Pertamina, serta juga
berperan di dalam proses pengolahan limbah.
Unit-unit proses utilitas PT Pertamina (Persero) RU III terdiri dari Water
Treating Unit, Demineralization Plant, Cooling Tower, Drinking Water Plant, Air
Plant, N2 Plant, Boiler, Gas Turbin dan Rumah Pompa Air. Kebutuhan bahan
penunjang tersebut dibagi kedalam tiga Power Station (PS) berdasarkan
lokasinya.

2.4.1. Rumah Pompa Air (RPA)


Rumah pompa air atau yang disebut dengan RPA berfungsi untuk
memompa air untuk kebutuhan air minum, air proses, air pendingin, dan air
umpan boiler. PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong memiliki enam
buah unit RPA yang tersebar yakni RPA 1-4 berlokasi di Plaju, RPA 5 berlokasi
di Bagus Kuning dan Sungai Gerong, dan RPA 6 juga berlokasi di Sungai
Gerong.
38

Air mentah (Gambar 2.4.) yang juga digunakan sebagai air pendingin once
through diambil oleh RPA 1-3, RPA 5 Sungai Gerong, dan RPA 6 dari Sungai
Komering. Kapasitas air yang dihisap oleh pompa RPA dari sungai Komering
mencapai 15.000 ton/hari. RPA 4 berfungsi untuk mengumpan air mentah ke unit
WTU (water treatment unit) sementara RPA 5 Bagus Kuning digunakan untuk
mengalirkan air mentah ke unit WTP. Air yang diambil dari sungai Komering ini
kemudian akan terbagi ke dalam dua jalur yakni jalur untuk pasokan fire water
dan raw water. Air sungai yang digunakan terlebih dahulu melewati pre-treatment
pada clarifier dan sand filter.
Hasilnya didistribusikan untuk berbagai penggunaan, yaitu make-up air
pendingin, umpan demineralization plant, dan service water (air pencuci). Demin
water digunakan untuk make-up BFW, pelarut bahan kimia, dan digunakan dalam
unit hydrogen plant. Air pendingin digunakan untuk medium transfer panas pada
kompresor, kondensor, dan unit polypropylene. Air minum digunakan untuk
fasilitas sanitary, air minum, safety shower, dan eye-wash station.

Sumber: Humas, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020


Gambar 2.1. Skema Pemrosesan Air Mentah

2.4.2. Water Treatment Unit (WTU)


WTU menghasilkan air olahan yang berupa treated water, service water,
dan air minum. Treated water adalah air olahan yang akan digunakan untuk
proses pendingin atau sebagai BFW untuk menghasilkan steam, service water
merupakan air yang digunakan langsung dalam proses pengolahan, baik untuk
39

umpan reaktor maupun sebagai pelarut. WTU dibagi menjadi empat unit
pengolahan, yaitu:
a. RWC I dengan kapasitas 1100 ton/jam (off);
b. RWC II dengan kapasitas 1100 ton/jam;
c. WTU Sungai Gerong dengan kapasitas 400 ton/jam;
d. DWP Sungai Gerong dengan kapasitas 150 ton/jam.
RWC (raw water clarifier) merupakan proses pemurnian air dari
padatan tersuspensi. Proses pemurnian air dalam RWC dilengkapi
beberapa bagian penunjang, yaitu satu unit clarifier, empat buah sand
filter, dan concrete clear well tank (bak beton penampungan air bersih).
Proses utama yang terjadi dalam RWC adalah proses koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, dan filtrasi.
Feed raw water pre-treatment yang berasal dari air sungai Komering
dipompakan menuju clarifier yaitu alat yang berfungsi untuk mengendapkan
lumpur serta senyawa organik yang ikut terhisap bersama air sungai, bersamaan
dengan raw, water, zat-zat kimia seperti tawas (Al2SO4)3, polyelectrolite, chlorine,
dan caustic juga ikut ditambahkan ke dalam clarifier dan dicampur secara
mekanik. Clarifier (Gambar 2.2.) dilengkapi dengan pengaduk agar pengendapan
terjadi dengan cepat, setelah itu air akan mengalir menuju splitter tank, kemudian
mengalir lagi menuju ke sand filter. Air yang jernih dialirkan ke clear well tank
yang berkapasitas 5000 m3net.

PE, NaOH, Cl 2

agitator
talang
air jernih

mixing zone

sling

endapan floc
pengaduk scrapper

sludge

raw water intake

alum

10 - 20 m

Sumber:Humas, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020


Gambar 2.2. Clarifier

2.4.3. Demineralization Plant


40

Unit ini berfungsi untuk menghilangkan kandungan garam mineral yang


terkandung dalam air hasil olahan dari unit WTU. Unit demin plant mengolah air
yang berasal dari RWC I dan WTU SG. PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sun-
gai Gerong memiliki dua buah demin plant, yaitu demin plant Plaju berkapasitas
320 m3/jam dan demin plant Sungai Gerong berkapasitas 45 m3/jam. Selain untuk
kebutuhan produksi steam berfungsi juga untuk memenuhi kebutuhan pasokan air
pada BFW (boiler feed water), air minum, serta hydrogen plant.
Unit demineralization plant (Gambar 2.3.) terdiri dari:
a. Activated carbon filter, berfungsi untuk mengadsorpsi zat organik,
filtrasi, dan dekomposisi Cl2 menjadi ion Cl-, serta menghilangkan
warna, rasa, dan bau;
b. Cation exchanger, berfungsi untuk demineralisasi ion positif (kation);
c. Anion exchanger, berfungsi untuk demineralisasi ion negatif (anion);
d. Mixed bed, berfungsi untuk mempolis sisa kation dan anion yang tidak
tertukar di cation dan anion exchanger untuk memperoleh air demin
yang mendekati murni.
Diagram alir sederhana dari unit demineralization plant ditunjukkan pada
Gambar 2.3.

Treated water

Air minum Air demineralisasi


Activated Cation Anion Mixed Bed
carbon Filter Exchanger Exchanger

Sumber: Humas, PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020


Gambar 2.3. Unit Penukar Ion Demineralization Plant
41

Demin plant menggunakan resin penukar ion berupa polimer stirena dan
divinil benzena (DVB). Treated water dari clear well dilewatkan pada activated
carbon filter, selanjutnya dilewatkan pada cation exchanger, di mana terjadi
pertukaran ion Na+, Ca2+, Mg2+ dengan H dari resin sehingga menghasilkan air
yang bersifat asam namun dapat diminum, air akan dilewatkan pada anion
exchanger, di mana terjadi pertukaran antara ion negatif dengan ion OH dari resin.
Tahap terakhir, air dilewatkan melalui mixed bed. Reaksi yang terjadi pada ketiga
penukar ion adalah:

Kation : RH + NaCl  RNa + HCl


Anion : ROH + HCl  RCl + H2O

Setelah digunakan berulang kali, penukar ion akan menjadi jenuh sehingga
perlu diregenerasi, dengan tujuan untuk menghilangkan ion garam yang ada pada
resin, dilakukan dengan menggunakan larutan asam sulfat pada regenerasi
penukar kation, sedangkan menggunakan larutan caustic pada regenerasi penukar
anion.

2.4.4. Cooling Water System


Sistem ini berfungsi untuk mengolah air pendingin yang akan digunakan
sebagai fluida pendingin pada peralatan unit produksi. Cooling tower merupakan
peralatan utama pada cooling water system jenis yang digunakan PT Pertamina
(Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong bertipe induce draft berkapasitas 12000
ton/jam dan tower Sungai Gerong berkapasitas 4000 ton/jam. Cara kerja cooling
tower dengan mendinginkan air keluaran demineralisasi serta air panas dari unit-
unit proses.
Air akan diumpankan pada bagian atas cooling tower dan mengalir turun
sehingga terjadi kontak antara air dan udara. Udara diisap menuju ke atas cooling
tower dan akan mengalami penurunan temperatur akibat adanya penguapan
sehingga untuk mengatasi kekurangan air tersebut, sejumlah air harus
ditambahkan sebagai make-up.
Pada proses pengolahan air dalam cooling tower, dilakukan penambahan
zat kimia, seperti :
42

a. Corrosion inhibitor, seperti polyphosphate, untuk mencegah terjadinya


korosi;
b. Scale inhibitor, untuk mencegah pembentukan kerak pada peralatan
proses;
c. Biocide berupa Cl, untuk mencegah pertumbuhan organisme yang
merugikan, seperti lumut;
d. Pengendali pH, untuk mengontrol pH air.

2.4.5. Drinking Water System


Drinking water system merupakan unit yang memasok kebutuhan air
minum baik untuk kebutuhan perkantoran PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-
Sungai Gerong maupun untuk kebutuhan rumah tangga di sekitar lingkungan
Pertamina. Air yang digunakan untuk air minum adalah air yang telah diolah
melalui activated carbon filter (pada demineralization plant) dan pengolahan
klorinasi sebanyak dua tahap pada drinking water chlorinator. Klor akan
diinjeksikan pada bagian inlet tangki dan suction pompa dengan jumlah yang
diinjeksikan diatur secara manual berdasarkan analisis dari residual chlor
analyzer. Air minum didistribusikan ke drinking fountain, sanitary facility, safety
shower, eye-wash station, dan di berbagai lokasi yang memerlukan.

2.4.6. Pembangkit Steam


Steam digunakan sebagai pemanas, penggerak (driver) dan pelucutan
oksigen secara fisika pada deaerator. PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai
Gerong memiliki dua macam boiler yakni packaged boiler yang menggunakan
bahan bakar gas dan waste heat recovey unit (WHRU) yang memanfaatkan panas
gas cerobong.
Steam yang dihasilkan adalah steam bertekanan 42 kg/cm2g (high pressure
atau HP) dan steam bertekanan 15 kg/cm2g (medium pressure atau MP). Jenis
pembangkit steam yang terdapat dalam unit ini adalah:
a. Package boiler berjumlah dua buah masing-masing berkapasitas 50
ton/jam, berasal dari demin Plaju dengan produk HP steam. Terdapat 10
43

burner tip yang posisinya melingkar dan menggunakan bahan bakar


fuel gas dengan tekanan bahan bakar 3,5 kg/cm2g.
b. Kettle boiler berjumlah sembilan buah dengan kapasitas total 373
ton/jam yang berasal dari WTP Plaju dengan produk MP steam. Bahan
bakar yang digunakan adalah fuel oil.
c. WHRU berjumlah tiga buah, masing-masing berkapasitas 68 ton/jam
bergerak dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh turbin gas,
menghasilkan HP steam sebagai produk dengan mengolah air dari WTP
Plaju. Gas panas keluaran turbin memiliki temperatur sekitar 400oC.
2.4.7. Pembangkit Listrik
Listrik dibutuhkan untuk menjalankan alat-alat proses, perkantoran,
perumahan, dan kebutuhan lainnya. Produksi listrik di PT Pertamina (Persero)
RU III Plaju-Sungai Gerong dilakukan oleh generator yang terdiri dari 1 unit
steam turbine generator, 3 unit gas turbine generator, dan 1 unit diesel
emergency. Steam turbine generator berkapasitas sebesar 3.2 MW menggunakan
steam dari boiler sebagai penggeraknya.
Turbin gas ini menggunakan bahan bakar udara untuk menggerakkan
turbin. Gas buang yang masih bertemperatur tinggi inilah yang kemudian
dimanfaatkan WHRU untuk membangkitkan steam pada WHRU dan mampu
menghasilkan steam 57 MT/hari. Diesel emergency generator berkapasitas 0,75
MW menggunakan bahan bakar diesel untuk menggerakkan turbinnya
dioperasikan secara auto standby sebagai turbin cadangan (bersifat darurat)
apabila sewaktu-waktu terjadi gangguan pada 4 unit generator yang lain.

2.4.8. Sistem Udara Bertekanan


Unit ini berfungsi untuk menghasilkan umpan nitrogen plant, instrument
air, dan plant air dengan cara menekan udara. Unit ini menggunakan compressor
multi tahap dan multi-shaft speed. Kompresor yang dimiliki unit udara kempa
berjumlah enam buah dengan kapasitas total produksinya adalah sebesar 26,100
Nm3/jam dan tekanan operasi kurang lebih 8.5 kg/cm2g.
Air plant menghasilkan tiga jenis udara tekan untuk keperluan yang
berbeda, yaitu:
44

a. Service air, yaitu udara yang digunakan untuk keperluan pembersihan


peralatan proses;
b. Instrument air, yaitu udara yang digunakan sebagai penggerak elemen
pengendali akhir seperti untuk pengaturan bukaan kerangan, harus
memiliki kandungan uap air yang rendah sehingga sebelum digunakan,
udara harus dikeringkan terlebih dahulu dan uap air yang terkandung
diabsorpsi dengan menggunakan silica gel;
c. Umpan nitrogen plant, berupa service air.

2.4.9. Nitrogen Plant


Unit ini berungsi untuk menghasilkan nitrogen fasa cair dan gas dengan
umpan yang berasal dari udara bertekanan. Kapasitas desain nitrogen plant ini
adalah 336 Nm3/jam untuk nitrogen cair dan 1650 Nm3/jam untuk gas nitrogen.
Proses produksi nitrogen pada unit ini adalah dengan distilasi cryogenic untuk
memisahkan nitrogen dari udara. Kemurnian nitrogen yang dihasilkan mencapai
99.9%.
Udara bertekanan dialirkan menuju refrigerant compressor, kemudian
didinginkan di dalam air chiller menggunakan media freon yang telah
didinginkan terlebih dahulu dalam kondensor, udara dingin dialirkan menuju air
separator untuk memisahkan kandungan air dalam udara lalu dimasukkan ke unit
MS adsorber untuk menyingkirkan impurities yang masih terdapat dalam udara,
lalu dialirkan menuju unit pemisah yang bertemperatur rendah. Udara didinginkan
mendekati temperatur pencairan, lalu dialirkan ke bawah nitrogen column untuk
memisahkan nitrogen dan oksigen. Nitrogen murni akan menjadi produk atas
sedangkan nitrogen yang mengandung oksigen cair akan menjadi produk bawah,
dilakukan pada tekanan 8,4 kg/cm2g temperatur 176oC.

2.4.10. Sitem Bahan Bakar


Di samping penyediaan steam, listrik, dan energi lain, unit utilitas juga
bertugas menyediakan berbagai bahan bakar, antara lain :
a. Fuel gas system
45

Fuel gas system terbagi menjadi atas high preassure dan low preassure,
dimana sumber fuel gas didapat dari lapangan eksplorasi Prabumulih
dengan tekanan 10 kg/cm2. Setelah melalui Knock Out Drum, dibagi
menjadi dua sistem, sistem yang pertama tekanannya dinaikkan menjadi
19 kg/cm2 dengan menggunakan centrifugal compressor dan sistem
yang kedua setelah melalui step down control, tekanannya menurun
menjadi 3 kg/cm2 dan digunakan untuk bahan bakar di WHRU unit
(2010 U, A/B/C), package boiler, 2011(A/B).

b. Heavy Fuel Oil


Heavy fuel oil diperoleh dari kilang dan ditampung pada tangki 2075 F.
Dari tangki dipompakan ke unit yang membutuhkan setelah melalui
stainler dan heater.
c. Diesel Fuel
Diesel fuel sama dengan heavy fuel, diperoleh dari kilang dan
ditampung pada tangki 2074 F. Diesel fuel ini digunakan untuk start-up
turbine gas generator dan sebagai back up atau pengganti gas lapangan
bila terjadi gangguan pada supply gas dari lapangan. Selain untuk
keperluan turbin gas Generator, diesel fuel juga digunakan untuk bahan
bakar pompa air bakaran yang digerakan oleh mesin diesel dan
emergency generator. Diesel fuel dilengkapi dengan accumulator yang
berfungsi untuk menjaga agar diesel fuel tetap mengalir bila pompa
distribusi fuel terhenti.

Berikut ini merupakan peralatan-peralatan yang dipakai pada proses di RU III


Plaju-Sungai Gerong (Tabel 2.19.) :

Tabel 2.19. Jenis dan Fungsi Peralatan Proses di RU – III Plaju-Sungai Gerong

Nama Alat Fungsi Unit Pengguna


Akumulato Sebagai tangki pengumpul kondensat CDU, BBMGC,
r dari kolom distilasi (liquid reservoir). BB Distiller, Stab
Dari akumulator kondensat dapat C/A/B, Unit
46

direfluks atau diambil sebagai produk Alkilasi, Unit


atas. Polimerisasi, Unit
Polypropylene,
SRMGC
Blower Mentransportasikan dan menekan gas RFCCU,
untuk menghasilkan gas dengan Unit Polypropylene
tekanan sedang.

Buffer Tank Untuk memisahkan kondensat yang SRMGC


terbawa aliran fasa gas.
Caustic Tempat penjumputan suatu senyawa Unit Alkilasi,
Settler tertentu misalnya, sulfur dan BB Treater
merkaptan, dengan penambahan soda
kaustik.

Lanjutan Tabel 2.19. Jenis dan Fungsi Peralatan Proses di RU – III Plaju-Sungai
Gerong
Dehidrator Mengurangi kadar air yang suatu Unit Polypropylene
larutan dengan suatu penambahan
absorben.
Cyclone Alat ini menggunakan gaya RFCCU
sentrifugal. Putaran Cyclone
menyebabkan partikel padatan
menabrak dinding dan jatuh kebawah
karena gravitasi. Digunakan untuk
memisahkan katalis dari gas hasil
cracking.
Dryer Mengurangi kadar air dalam suatu Unit Polypropylene
padatan yan dilewatkan di udara
kering.
Evaporator Mengurangi kadar cairan dalam suatu CD II, BBMGC
cairan atau memekatkan larutan.
Extruder Mencetak polimer dengan menjadi Unit Polypropylene
bentuk tertentu.
Ejektor Mempertahankan kondisi vakum. HVU

Feed Blend Tangki pencampur umpan sebelum Unit Alkilasi


masuk reaktor.
Filter Memisahkan padatan terlarut dari Unit Polypropylene
fluida menggunakan media berpori.
Final Settler Penjumputan akhir suatu campuran BB Treater
dari pengotor-pengotor yang tidak
diinginkan.
Heater Memanaskan temperatur aliran, biasa CDU
47

digunakan unstuk memanaskan


umpan yang akan masuk reaktor.
Pemanasan dengan pertukaran panas
dengan steam atau dengan produk
reaksi.
Heat Mempertukarkan panas antara fuida Semua unit
Exchanger panas dan dingin. Digunakan sebagai
pemanasan awal umpan dan
pendinginan produk atas kolom
distilasi.
Kolom Memisahkan gas dan cairan dengan FCCU, BB
absorpsi prinsip absorbsi. Distiller, BBMGC,
SARU

Lanjutan Tabel 2.19. Jenis dan Fungsi Peralatan Proses di RU – III Plaju-Sungai
Gerong
Kolom Memisahkan komponen – komponen CDU, Redistiller,
distilasi dalam suatu campuran berdasarkan BBDistiller, Unit
perbedaan titik didih Alkilasi, Stabilizer
C/A/B, RFCCU
Kompresor Mentrasportasikan dan menekan gas, RFCCU, Gas Plant,
untuk menghasilkan gas dengan BBMGC, SRMGC
tekanan yang lebih tinggi.

Sumber : PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

2.5. Pengolahan Lingkungan


2.5.1. Potensi Limbah
Proses pengelolahan limbah sangat diperlukan oleh suatu industri, bila
tidak diolah dengan benar, limbah yang berbentuk padat, cair, dan gas tersebut
dapat mencemari lingkungan dan memberikan dampak yang buruk pada
lingkungan. Berikut ini adalah berbagai macam jenis limbah yang terdapat di PT
Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong :
a. Limbah Cair
1) Air buangan CDU dan catalytic cracking;
2) Air buangan caustic treater;
3) Air kondensat dari HVU yang menggunakan steam ejector;
4) Boiler water;
5) Cooling water;
48

6) Water treating plant.


b. Limbah Gas
1) Fuel gas dari pembakaran di furnace I, boiler;
2) Buangan gas dari gas turbin;
3) Flare;
4) LPG markapan injection;
5) Tangki asam asetat.
c. Limbah Padat
1) Coke;
2) Oil sludge ex tankage;
3) Dissolved air flotation sludge;
4) Catalust spent;
5) Separator sludge.

2.5.2. Pengolahan Limbah


Bila tidak diolah dengan benar, limbah dapat merusak dan mencemari
lingkungan. Beberapa metode pengelolahan limbah yang berguna untuk
mengurangi potensi kerusakan lingkungan oleh limbah tersebut antara lain:
a. Pengelolahan Limbah Cair
Limbah sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir dilakukan treatment
supaya tidak memberikan dampak yang merugikan lingkungan. Penanganan
limbah dan sistem pembuangan suatu industri yang akan dibangun harus
direncanakan sejak awal dan sedini mungkin. Pengelolahan limbah cair terbagi
dalam:
1) Physical treatment meliputi separator, filtration, adsorption, settling,
cyclone;
2) Chemical treatment meliputi aerasi, dissolved air flotation.
Pengelolahan limbah cair kilang minyak dapat dilakukan dengan sistem dan
dilihat pada Tabel 2.20.

Tabel 2.20. Sistem Pengelolahan Limbah


49

Oil Content in Waste Water


(ppm) System/Proses

1000-5000 API Separator


30-1000 CPI Separator
5-30 Air Flotation
1-10 Activated Sludge
0-5 Activated Carbon
Sumber : PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong, 2020

b. Pengelolahan Limbah Gas


Kadar CO dapat dikurangi dengan jalan memperbaiki sistem pembakaran,
dilakukan menggunakan udara yang melebihi kebutuhan (excess air), sehingga
pembakaran berlangsung sempurna.
Particular dapat diambil dengan bantuan peralatan, antara lain : dust,
collector, cyclone, scrubber, filter ataupun electrostatic prescipitator. Salah satu
contoh di FCCU telah terpasang cyclone di unit regenerator reactor yang
berfungsi untuk mengurangi emisi particular.

c. Pengelolahan Limbah Padat


Penanganan sludge dan slop mengacu SK Pertamina No. Kpts
70/C0000/91-B1 tanggal 1 Maret 1991 bahwa :
1) Sludge yang mengandung minyak perlu diadakan proses pemisahan
minyaknya terlebih dahulu dengan pemanasan dan filtrasi bertekanan,
minyak yang terpisah dari sludge tersebut dapat diproses kembali atau
dicampur dengan minyak mentah atau minyak slop;

2) Slop secara fisik berbentuk cair, tetapi tidak mempunyai spesifikasi dan
sifat fisis yang tetap sehingga dapat dinilai sebagai minyak kotor, sehingga
pada batas-batas tertentu dapat diproses ulang.

2.6. Pengolahan Air


Syarat air bersih :
- Jernih dan tidak jenuh
- Tidak berwarna dan tidak berbau
- Tidak mengandung zat kimia berlebihan dan berbahaya
50

Secara umum proses pengolahan air dibagi dalam 3 unit, yaitu :


1. Unit Penampungan Awal (Intake)
Unit ini dikenal dengan istilah unit Sadap Air (Intake). Unit ini berfungsi
sebagai tempat penampungan air dari sumber airnya. Selain itu unit ini dilengkapi
dengan Bar Sceen yang berfungsi sebagai penyaring awal dari benda-benda yang
ikut tergenang dalam air seperti sampah daun, kayu dan benda2 lainnya.

2. Unit Pengolahan (Water Treatment).


Pada unit ini, air dari unit penampungan awal diproses melalui beberapa tahapan:

a. Tahap Koagulasi (Coagulation)


Pada tahap ini, air yang berasal dari penampungan awal diproses dengan
menambahkan zat kimia Tawas (alum) atau zat sejenis seperti zat garam besi
(Salts Iron) atau dengan menggunakan sistem pengadukan cepat (Rapid Mixing).
Air yang kotor atau keruh umumnya karena mengandung berbagai partikel koloid
yang tidak terpengaruh gaya gravitasi sehingga tidak bisa mengendap dengan
sendirinya.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghancurkan partikel koloid (yang
menyebabkan air keruh) tadi sehingga terbentuk partikel-partikel kecil namun
masih sulit untuk mengendap dengan sendirinya.

b. Tahap Flokulasi (Flocculation)


Proses Flokulasi adalah proses penyisihan kekeruhan air dengan cara
penggumpalan partikel untuk dijadikan partikel yang lebih besar (partikel
Flok). Pada tahap ini, partikel-partikel kecil yang terkandung dalam air
digumpalkan menjadi partikel-partikel yang berukuran lebih besar (Flok) sehingga
dapat mengendap dengan sendirinya (karena gravitasi) pada proses berikutnya. Di
proses Flokulasi ini dilakukan dengan cara pengadukan lambat (Slow Mixing).
51

c. Tahap Pengendapan (Sedimentation)


Pada tahap ini partikel-patikel flok tersebut mengendap secara alami di
dasar penampungan karena massa jenisnya lebih besar dari unsur air. Kemudian
air di alirkan masuk ke tahap penyaringan di Unit Filtrasi.

d. Tahap Penyaringan (Filtration)


Pada tahap ini air disaring melewati media penyaring yang disusun dari
bahan-bahan  biasanya berupa pasir dan kerikil silica. Proses ini ditujukan untuk
menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak terlarut.

Secara umum setelah melalui proses penyaringan ini air langsung masuk ke unit
Penampungan Akhir. Namun untuk meningkatkan qualitas air kadang diperlukan
proses tambahan, seperti:

– Proses Pertukaran Ion (Ion Exchange)


Proses pertukaran ion bertujuan untuk menghilangkan zat pencemar
anorganik yang tidak dapat dihilangkan oleh proses filtrasi atau sedimentasi.
Proses pertukaran ion pada industri banyak diditerapkan untuk proses pelunakan
dan demineralisasi air. Sebagai bahan yang digunakan untuk keperluan proses ini
dapat dibedakan menurut ion penukarnya, yakni catiaon exchange (pertukaran ion
positif) dan anion exchange (pertukaran ion negatif). Sebagai bahan penukar ion
positif yang umumnya digunakan adalan ion Natriun (Na+) dan ion hidrogen (H+ ),
sedangkan bahan penukar ion negatif umumnya yang digunakan adalah (OH-).
Untuk keperluan proses pelunakan, umumnya menggunakan pertukaran
kation yaitu ion Natrium (Na+) yang bahan penukar ionnya dikenal orang dengan
nama Sodium Zeolite atau Resin. Zeolite atau Resin adalah suatu senyawa radikal
dari bahan penukar ion yang masing-masing disingkat dengan huruf Z dan R
sehingga sebutan lengkap dari bahan penukar ion tersebut dapat ditulis Na2Z
(sodium zeolite) dan Na2R (sodium Resin). Sodium Zeolite merupakan bahan
penukar ion yang pertama kali digunakan ditemukan sebagai bahan mineral yang
merupakan senyawa komplek dengan rumus kimia Na2(Al2Si2O8). Karena bahan
52

ini sulit diproduksi secara besar-besaran, maka sekarang ini banyak diproduksi
dari bahan sintetis hidrokarbon untuk diproduksi secara besar-besaran yang
sekarang dikenal orang dengan sebutan Resin. Sodium Resin setelah digunakan
dalam periode tertentu akan digantikan oleh ion-ion Ca dan Mg dari garam-garam
sadah. Oleh karena itu untuk mengaktifkan kembali dapat diregenerasi dengan
cara mereaksikannya dengan larutan garam dapur (NaCl).
Mixedbed adalah filter dengan proses deionisasi untuk mendapatkan air
yang mencapai kemurnian 99,999% atau sering disebut air tanpa mineral. Di
dalam mixed bed terdapat campuran resin cation dan anion dengan komposisi
tertentu yang sudah di aduk dan aktif dengan alat tertentu. Pada resin mixedbed
deionizer, terjadi pertukaran ion antara kation dengan H+ dan antara anion dengan
OH. Sehingga regenerasi resin kation biasanya menggunakan HCl (asam kuat)
sebagai pengganti kation menjadi H+ kembali, dan regenerant resin anion biasanya
digunakan NaOH (basa kuat) sebagai pengganti anion menjadi OH -. Pada akhir
proses demineralisasi, akan di dapatkan air dengan kualitas sangat murni. Sistem
ini sangat cocok digunakan pada pabrik-pabrik pengguna boiler bertekanan tinggi,
serta industri elektronik untuk kebutuhan mencuci transistor dan komponen-
komponen elektronika lainnya.

– Proses Penyerapan (Absorption)


Proses ini bertujuan untuk menyerap / menghilangkan zar pencemar
organik, senyawa penyebab rasa, bau dan warna. Biasanya dengan membubuhkan
bubuk karbon aktif ke dalam air tersebut.

– Proses Disinfeksi (Disinfection)
Sebelum masuk ke unit Penampungan Akhir, air melalui Proses Disinfeksi
dahulu. Yaitu proses pembubuhan bahan kimia Chlorine yang bertujuan untuk
membunuh bakteri atau mikroorganisme berbahaya yang terkandung di dalam air
tersebut.

3. Unit Penampung Akhir (Reservoir)


Setelah masuk ke tahap ini berarti air sudah siap untuk didistribusikan ke
masyarakat.
53

Anda mungkin juga menyukai