ABSTRAK
Peserta didik merupakan manusia seutuhnya yang berusaha untuk
mengasah potensi agar lebih berpotensi dengan bantuan pendidik atau
orang dewasa. Secara terminology, peserta didik berarti anak didik atau
individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih
membutuhkan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian
serta sebagai bagian dari structural proses pendidikan. Dalam artian lain,
bahwa peserta didik adalah seorang individu yang mengalami fase
perkembangan atau pertumbuhan baik dari fisik, mental, maupun
pikirannya. Ada pula yang berpendapat, bahwa peserta didik adalah
manusia yang mempunyai fithrah atau sebuah potensi untuk
mengembangkan diri. Fithrah atau potensi diri mencakup akal, hati, dan
jiwa yang harus diberdayakan dengan baik, maka akan mengantarkan
seseorang bertauhid kepada Allah SWT.
ABSTRACT
Students are whole humans who try to hone their potential to be more
potential with the help of educators or adults. In terms of terminology,
students mean students or individuals who experience change,
development so that they still need guidance and direction in shaping
their personality and as part of the structural process of education. In
another sense, that a student is an individual who experiences a phase of
development or growth, both physically, mentally, and in his mind. There
are also those who argue, that students are humans who have fithrah or a
potential to develop themselves. Fithrah or self-potential includes mind,
heart and soul that must be properly empowered, it will lead someone to
tauhid to Allah SWT.
A. Pendahuluan
Peserta didik adalah orang yang memerlukan pengetahuan, ilmu,
bimbingan dan pengarahan. Islam berpandangan bahwa hakikat sebuah ilmu
itu berasal dari Allah SWT, sedangkan proses perolehannya dilakukan melalui
belajar kepada pendidik. Dalam Islam, peserta didik adalah setiap manusia
yang sepanjang hidupnya selalu berada dalam perkembangan, jadi peserta
didik bukan hanya anak-anak yang sedang dalam masa pengasuhan dan
pengasuhan orang tuanya saja, bukan pula anak-anak dalam usia sekolah,
tetapi mencakup seluruh manusia baik sebagai individu maupun kelompok,
baik manusia yang beragama Islam maupun tidak.
Peserta didik tidak hanya sekedar sebagai objek pendidikan, tapi pada saat
tertentu ia yang akan menjadi subjek pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa
posisi seorang peserta didik tidak hanya sekedar pasif seperti gelas kosong
yang siap menerima air kapanpun dan dimanapun. Akantetapi, peserta didik
harus aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan guru-gurunya,
sekaligus dalam upaya pengembangan keilmuan yang dimilikinya.
Pendidikan merupakan suatu bimbingan dan sebuah pertolongan secara
tidak sadar yang diberikan oleh sorang pendidik kepada para peserta didiknya
sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya menuju kedewasaan.
Ki Hadjar Dewantara dalam kongres Taman Siswa yang pertama pada
tahun 1930 menyebutkan bahwa, pendidikan berarti daya upaya untuk
memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek), dan tubuh anak. Pendidikan merupakan usaha untuk menumbuhkan
dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan
yang terjadi dalam suatu proses pendidikan1.
Peserta didik didalam mencari nilai-nilai hidup, ia juga harus mendapatkan
bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran islam, saat anak-
1
Moch Tolchah, Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru (Yogyakarta: LKiS Pelangi
Aksara, 2015), 30.
3
anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fithrah, sedangkan alam yang
ada disekitarnya akan memberikan corak warna terhadap nilai hidup atas
pendidikan agama peserta didik2. Sebagaimana firman Allah dalam Al-quran
Surah Ar-Rum ayat 30 yang artinya“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama Allah; (tataplah atas) fithrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fithrah itu. Tidak ada perubahan pada fithrah
Allah (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.
Dilihat dari kedudukannya, peserta didik adalah makhluk yang sedang
berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menurut masing-masing
fithrahnya. Mereka sangat memerlukan bimbingan dan pengarahan yang
konsisten menuju arah titik optimal sesuai fithrahnya3. Dengan demikian,
supaya pendidikan islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya, maka harus
menempuh jalan pendidikan yang seseuai dengan fithrah peserta didik.
Peserta didik merupakan anak didik yang mendapat pengajaran ilmu atau
individu yang mengalami perubahan dan perkembangan sehingga masih
sangat memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian
serta sebagai bagian dari susunan proses berlangsungnya pendidikan. Dengan
kata lain, peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase
perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental dan fikirannya.
Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam
perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan
peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi
karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik.
Siswa atau peserta didik adalah salah satu komponen manusia yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, peserta didiklah yang
menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian. Di dalam proses
2
Zuhraini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta :BumiAksara, 1995), 170.
3
H.M. Arifin, IlmuPendidikan Islam (Jakaarta: BumiAksara, 1991), 144.
4
belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki
tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Peserta didik itu akan
menjadi faktor “penentu”, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala
sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya4. Itulah sebabnya
siswa atau peserta didik adalah merupakan subjek belajar.
12
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 170.
13
Shahih Bukhari, 1358:23.
14
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, 2008),35.
15
Ibid.,35.
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an, 407.
7
17
Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarat : PT. Rineka Cipta, 2006), 42.
8
untuk berbagi atau curhat masalahnya dengan orang lain, ini akan
membentuk sikap tidak percaya diri, merasa dilecehkan, beban masalah
yang makin menumpuk yang kesemuanya itu akan memacu emosi
seorang peserta didik untuk melakukan hal-hal yang berjalan ke arah
keburukan atau negatif.
8. Kebutuhan Untuk Memiliki Filsafat Hidup
Peserta didik memiliki beberapa dimensi penting yang
mempengaruhi akan perkembangan peserta didik, dimensi ini harus
diperhatikan secara baik oleh pendidik dalam rangka mencetak peserta
didik yang berakhlak mulia dan dapat disebut insan kamil dimensi fisik
(jasmani), akal, keberagamaan, akhlak, rohani (kejiwaan), seni
(keindahan), sosial.
Di dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi
adalah objek atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara
langsung berperan sebagai subjek atau individu yang perlu mendapat
pengakuan dari lingkungan sesuai dengan keberadaan individu itu
sendiri. Sehingga dengan pengakuan tersebut seorang peserta didik akan
mengenal lingkungan dan mampu berkembang dan membentuk
kepribadian sesuai dengan lingkungan yang dipilihnya dan mampu
mempertanggungjawabkan perbuatannya pada lingkungan tersebut.
Adapun hal-hal yang harus dipahami adalah:
1. Kebutuhannya
2. Dimensi-dimensinya
3. Intelegensinya
4. Kepribadiannya20.
21
Moch Tolchah, Penelitian konsepsi anak didik menurut progressivisme dalam perspektif
pendidikan Islam (Surabaya : Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), 65.
22
Imam Barnadib, Dasar-dasar Kependidikan: Memahami Makna Dan Perspektif Beberapa Teori
Pendidikan (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996), 35.
14
7) Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang
lainnya, sehingga peserta didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan
27
Departemen Agama RI, Al-Qur’an, 589.
16
Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra. memberikan syarat bagi peserta didik
dengan enam macam, yang merupakan kompetensi mutlak yang
dibutuhkan tercapainya tujuan pendidikan. Adapun syarat-syarat tersebut,
yaitu29:
1. Memiliki kecerdasan (dzaka’); yaitu penalaran, imajinasi, wawasan
(insight), pertimbangan dan daya penyesuaian sebagai proses mental yang
dilakukan secara cepat dan tepat. Kecerdasan kemudian berkembang
dalam tiga definisi, yaitu: (1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan
diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif; (2) kemampuan
menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi empat unsur,
seperti memahami, berpendapat, mengontrol, dan mengkritik; dan (3)
kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat
sekali30.
28
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2008), 113-114.
29
Burhan Ilham al-Zarnuzi dalam Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2008),
115.
30
J. P Chaplin, dalam Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2008), 116.
17
31
Departemen Agama RI, Al-Qur’an, 543.
18
DAFTAR PUSTAKA
Uhbiyati, Nur dan Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan, Jakarat : PT. Rineka Cipta,
2006.