Anda di halaman 1dari 11

ISLAM DAN PENDIDIKAN HUMANIS DALAM RESOLUSI KONFLIK SOSIAL

Sagaf S. Pettalongi
STAIN Datokarama Palu Sulawesi Tengah
email: bakungs67@yahoo.com

Abstrak: Masyarakat Indonesia memiliki kemajemukan dan keragaman sosial, baik suku, budaya,
adat istiadat, maupun agama. Keragaman ini merupakan potensi besar dalam pembangunan bangsa
sekaligus menjadi potensi kerawanan konflik sosial. Setidaknya ada dua hal yang dapat dipakai dalam
menengahi dan mencegah terjadinya konflik sosial di Indonesia. Pertama, peran Islam sebagai agama
mayoritas yang damai. Islam dengan penganut mayoritas memiliki kontribusi yang besar dalam men-
cegah terjadinya konflik sosial karena Islam merupakan agama perdamaian. Islam harus menjadi rah-
matan lil alamin. Kedua peran pendidikan yang humanis. Pendidikan humanis menekankan pemanu-
siaan manusia. Pendidikan humanis memberi keseimbangan dalam kecerdasan intelektual, emosional,
sosial dan spiritual. Untuk mewujudkan konsep pendidikan yang humanis dalam resolusi konflik so-
sial diperlukan peran dan implementasi pendidikan multikultural dan pendidikan karakter. Keduanya
diyakini dapat menjadi solusi nyata bagi konflik dan disharmoni yang terjadi di dalam masyarakat
sebagai efek dari kemajemukan dan pluralitas masyarakat Indonesia.

Kata Kunci : Islam, pendidikan humanis, konflik sosial, multikultural dan karakter

ISLAM DAN HUMANISTIC EDUCATION IN SOCIAL CONFLICT RESOLUTION

Abstract: Indonesia is a country with ethnic, culture, custom, and religion pluralism and diversity.
This diversity is a great potential in the nation development as well as a potential for social conflicts.
There are at least two things that can be used to mediate and prevent social conflicts in Indonesia.
First, the role of Islam as the religion of the majority for peace has a great contribution to prevent
social conflicts as Islam is a religion of peace. Islam should really be the mercy and kindness for the
universe. The second is the role of humanistic education which emphasizes humanizing humans.
Humanistic education provides a balance in the intellectual, emotional, social and spiritual intelli-
gence. The realization of the concept of humanistic education in social conflict resolution required the
role and implementation of multicultural education and character education which can be a real so-
lution to the conflict and disharmony occurring in the society as the effect of the Indonesian society’s
pluralism and diversity.

Keywords: Islam, humanistic education, social conflict, multicultural and character education

PENDAHULUAN Jika dilihat dari nilai sosial dan agama,


Sejak memasuki era reformasi, banyak Indonesia adalah bangsa yang menjunjung ting-
peristiwa sosial terjadi di Indonesia yang cen- gi nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan
derung destruktif, baik dalam bentuk konflik penuh kedamaian sebagai refleksi dari nilai-
suku, golongan, agama maupun politik. Sebut nilai agama yang dianutnya. Sebab, semua aga-
saja konflik sosial di Ambon, Poso, Sampit, ma hakikatnya mengajarkan umatnya untuk ke-
Sukabumi, dan berbagai tempat lainnya. Ka- damaian, kasih sayang, dan kesejahteraan ma-
langan elemen masyarakat sepertinya dengan syarakat, serta sepakat dalam menghargai per-
mudah menaruh curiga, kebencian dan per- bedaan-perbedaan sebagai realitas kemajemuk-
musuhan terhadap sesama anak bangsa. Padahal, an yang terformulasi dalam Sumpah Pemuda,
bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
yang religius, humanis, sopan santun, ramah Islam dalam konteks rahmatan lil ‘ala-
tamah, dan penuh toleransi. min mengayomi adanya kemajemukan dalam

172
173

kehidupan alam dan manusia. Bahkan, Nabi didikan multikultural dan pendidikan karakter
Muhammad SAW ketika membangun masya- yang mengakui dan menerima nilai-nilai yang
rakat Madinah juga dilandasi atas kemajemukan ada dalam kemajemukan masyarakat dan bu-
suku, budaya, dan agama (Haekal, 1990:195). daya, serta mengembangkan kemampuan untuk
Demikian pula halnya sejarah gerakan Islam berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang
yang dibawa oleh Wali Songo di Nusantara, lain. Pendidikan multikultural harus ditanamkan
khususnya di tanah Jawa sangat menghargai kepada peserta didik sejak dini dengan menge-
budaya lokal setiap masyarakat (Taher, 2009: depankan kebersamaan dalam pluralitas di atas
30). Sejumlah realitas ini menjadi satu-satunya dasar prinsip-prinsip toleransi dan anti terhadap
cara untuk mempertahankan keseimbangan segala bentuk kekerasan. Sifat toleransi, hor-
yang pantas antara gagasan tentang pertang- mat-menghormati, sopan santun, jujur, berlaku
gungjawaban pribadi dan realitas keberagaman adil, dan tolong-menolong adalah cermin sifat
(El-Fadl, 2003:105). Menjadi tanggung jawab dasar bangsa Indonesia yang majemuk, dan me-
setiap muslim untuk dengan tegas melaksana- rupakan bentuk nilai-nilai karakter orang Indo-
kan kewajiban-kewajiban seperti menyeru ke- nesia yang mulai tereleminir dari proses pen-
pada kebaikan dan mencegah kejahatan (al-amr didikan saat ini. Oleh karena itu, pendidikan ka-
bin al-ma’ruf wa al-nahy ‘an al-munkar) (Q.S. rakter yang dikembangkan di Indonesia sejati-
2:194; Q.S, 2:110; Q.S.7:157; Q.S.9:71). Pe- nya juga mampu mengangkat harkat dan mar-
negasan Al-Qur’an tersebut dalam mencegah tabat kemanusiaan yang mengakar pada kearif-
kejahatan yang terjadi dalam masyarakat bukan an lokal (local wisdom) dan nilai-nilai agama.
hanya pada dimensi ibadah, tetapi semua sifat Masalah utama yang dibahas dalam tulis-
dan perilaku yang dapat merugikan hak-hak an ini adalah peran Islam dan pendidikan huma-
pribadi dan sosial seseorang, seperti penindasan nis dalam meresolusi konflik sosial yang sangat
dan ketidakadilan. rentang terjadi di tengah masyarakat Indonesia
Peran pendidikan humanis yang menge- yang majemuk dengan akar budaya yang ber-
depankan nilai-nilai kemanusiaan dalam rangka aneka ragam. Namun, di sisi lain, keanekara-
memanusiakan manusia menjadi sangat penting gaman itu dapat menjadi nilai perekat dalam
dalam memberikan pemaknaan yang mendalam proses interaksi sosial jika dibangun di atas
terhadap basis keberagaman sebagai realitas nilai-nilai agama yang universal serta proses
sosial yang harus diterima oleh setiap orang pendidikan yang humanis berdasarkan nilai-
Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun nilai karakter dan budaya bangsa Indonesia.
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah Masalah akan dibahas dari aspek sosial
menggariskan bahwa kurikulum pada semua historis Islam dan pendidikan yang memanusia-
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan de- kan manusia, terutama pendidikan yang menge-
ngan prinsip diversifikasi sesuai dengan (1) ka- depankan nilai-nilai multikultural dan karakter
rakter satuan pendidikan; (2) potensi daerah; bangsa sebagai cerminan utama masyarakat
dan (3) keragaman peserta didik (Depag RI, Indonesia.
2003:50). Hal ini mensyaratkan bahwa dalam
mengembangkan kurikulum lembaga pendidik- AKAR KONFLIK
an harus memperhatikan dimensi keberagaman Jika dilihat dari aspek sosial budaya dan
dan kemajemukan. Artinya, keberagaman ma- geografis, kemajemukan Indonesia dapat dibagi
syarakat dapat memengaruhi tenaga pendidik dalam dua dimensi besar. Pertama, kemajemuk-
dalam menentukan konsep, tujuan, isi, dan pen- an vertikal yang tergambar dalam struktur ma-
dekatan dalam mengembangkan suatu pen- syarakat yang memiliki perbedaan lapisan dan
didikan. strata sosial antara lapisan atas dan lapisan ba-
Pendidikan humanis dan nilai-nilai yang wah. Kedua, kemajemukan horisontal yang ter-
dikembangkan dalam satuan pendidikan mau- gambar dari adanya kesatuan-kesatuan sosial
pun masyarakat perlu mengemas pola pen-

Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th. XXXII, No. 2


174

yang berdasarkan perbedaan suku, agama, adat saikan karena menyimpan dendam yang men-
istiadat dan kedaerahan (letak geografis). dalam, apalagi jika berpatokan bahwa mati da-
Realitas kemajemukan ini menjadi poten- lam membela agama adalah perbuatan terpuji
si besar bagi bangsa Indonesia sekaligus potensi dan mati syahid.
konflik dalam kerawanan sosial sebab sangat Hasil penelitian Balitbang Kementerian
rawan terjadinya pertentangan berbagai kepen- Agama RI memandang bahwa akar masalah
tingan di antara kelompok-kelompok yang ber- terjadinya konflik sosial di Indonesia dilatar-
beda. Beberapa peristiwa muncul dan bergejo- belakangi oleh tiga hal. (1) Adanya krisis di
lak karena adanya pertentangan dengan mem- berbagai bidang yang terjadi beberapa tahun
bawa isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar lalu. Selain menciptakan hilangnya kepercayaan
golongan) sehingga dengan cepat menyebar sebagian masyarakat terhadap aparat pemerin-
menjadi konflik sosial yang menegangkan dan tahan, birokrasi dan militer yang selama ber-
meresahkan, dan agama sering kali menjadi isu tahun-tahun terlanjur memperlihatkan sikap
yang sangat sensitif dalam masyarakat yang yang kurang mendapat simpati sebagian ma-
majemuk. Dalam kajian Badan Litbang Kemen- syarakat, juga memunculkan sikap saling curiga
terian Agama RI disebutkan bahwa berbagai yang tinggi antarberbagai kelompok masya-
peristiwa konflik sosial yang terjadi pada awal- rakat. (2) Akibat arus globalisasi informasi, ber-
nya bukan konflik agama, tetapi banyak faktor- kembang pula faham keagamaan yang semakin
faktor sosial yang sering terkait kemudian menciptakan eksklusivitas dan sensitifitas ke-
agama dibawa sebagai faktor legitimasi sekali- pentingan kelompok. (3) Adanya kesenjangan
gus untuk menutupi akar konflik yang sebenar- sosial ekonomi dan politik. Kesenjangan ini
nya (Mudzhar, 2004:13). Oleh karena itu, isu mempermudah pengikut agama tersebut dalam
agama menjadi sensitif untuk melakukan pem- arus persaingan, pertentangan, dan bahkan per-
belaan diri dari kelompok-kelompok lain. Ber- musuhan antarkelompok (Mudzhar, 2004:14-
bagai peristiwa ketika terjadi penyerangan ter- 15).
hadap agama atau kelompok agama tertentu, Apapun akar masalahnya dalam suatu
orang-orang yang menyerang biasanya berargu- konflik sosial pada hakikatnya tetap merugikan
mentasi bahwa penyerangan itu mereka lakukan semua pihak, terutama kalangan masyarakat
demi membela agama yang dianutnya (Sopame- bawah sehingga yang dibutuhkan adalah revita-
na, 2007:6). lisasi dan proses transformasi nilai dengan lebih
Sensitivitas masyarakat majemuk dalam mengedepankan hal-hal berikut. (1) Pemaham-
label agama yang bisa menjadi faktor penyebab an fungsional agama dan perubahan pendekatan
dan akar terjadinya konflik dalam masyarakat dari pendekatan misteri menjadi pendekatan
terjadi karena hal-hal berikut. Pertama, adanya yang rasional dan fungsional sehingga nuansa
klaim kebenaran mutlak (absolute truth claims); agama menyatu dengan kehidupan, termasuk di
klaim kebenaran mutlak harus ditujukan ke dalamnya transformasi nilai agama, penafsiran,
dalam diri sendiri atau interen penganut agama dan reaktualisasi sesuai dengan perkembangan
itu sendiri, bukan dipakai dalam menilai agama masyarakat agar agama tetap dirasakan man-
lain. Kedua, adanya ketaatan buta (blind abe- faatnya dan berfungsi dalam kehidupan. (2)
dience), yaitu dengan mengesampingkan akal Nilai-nilai luhur bangsa, kesadaran atas kema-
sehat dan sikap kritis dalam memahami ajaran jemukan, dan perlunya sikap inklusif dalam
agama. Ketiga, adanya tujuan akhir membenar- beragama adalah nilai-nilai dasar yang harus
kan apa pun dalam mencapai tujuan (the end dibangun secara sistematis lewat pencerdasan
justifies the means). Biasanya hal ini dikobar- pendidikan dan pembelajaran yang humanis.
kan ketika mengahadapi konflik antarpemeluk
agama (Sewang, 2004:3-4). Faktor-faktor ini ISLAM DAN PERDAMAIAN
menjadikan konflik-konflik sosial yang terjadi Konsep perdamaian dalam Islam sangat
tampak lebih permanen dan sulit untuk disele- jelas dan tegas karena perkataan Islam itu sen-

Islam dan Pendidikan Humanis dalam Resolusi Konflik Sosial


175

diri secara etimologis berasal dari kata aslama- berian-Nya itu (yakni keragaman dan heteroge-
yuslimu-islam yang berarti ketundukan (sub- nitas) kepada kalian. Maka berlomba-lombalah
mission), juga kedamaian atau perdamaian berbuat kebajikan (Q.S.5:48).
(peace) yang dapat bermakna ketundukan se- Adanya pengakuan dalam Islam terhadap
cara total kepada Tuhan serta perdamaian de- nabi-nabi dan agama-agama terdahulu sebelum
ngan sesama manusia dan juga rasa kedamaian Islam menunjukkan bahwa sesungguhnya Islam
dengan Tuhan (Najib, 2011:41-42). Islam da- meyakini dan menghargai perbedaan serta ke-
lam terminologi ini bermakna menghantarkan majemukan. Tuhan telah mengutus para nabi
manusia pada keselamatan dan kedamaian, baik terdahulu juga untuk kedamaian umat manusia.
kepada Tuhan maupun sesama mahluknya. Per- Kesamaan misi para nabi ini bisa dikatakan bah-
damaian juga dapat bermakna norma, sebuah wa perdamaian merupakan sebuah kode etik uni-
nilai yang bersumber pada keesaan dan uni- versal (Baidowi,2006:126). Artinya, umat Islam
versalitas Tuhan, yaitu sebuah sistem nilai dan harus mampu hidup dalam masyarakat yang plu-
sebuah manifestasi dari keesaan Tuhan ke da- ral karena sesungguhnya kemajemukan meru-
lam kehidupan manusia dan masyarakat (Abe- pakan rahmat Tuhan. Umat Islam harus selalu
gebriel, 2004:401). bersikap Inklusive bukan eksklusive. Sikap se-
Tuhan menurunkan Islam di muka bumi perti inilah yang sangat diperlukan di dalam
sebagai petunjuk yang mengarah pada kehen- masyarakat yang majemuk (Sulastomo, 2001:
dak Tuhan, yaitu kedamaian di bumi (El-Fadl, 121).
2003:194), dan bukan sekadar persoalan ke- Komitmen Islam tentang perbedaan dan
yakinan terhadap kitab suci, tetapi merupakan kemajemukan telah mengajarkan manusia un-
persoalan implementasi terhadap titah suci dan tuk mewujudkan perdamaian secara menyelu-
realisasi perintah Tuhan (Baidowi, 2006:126). ruh (Q.S.2:208). Konsep dasar al-Qur’an ten-
Banyak ayat al-Qur’an yang menjadi petunjuk tang perdamaian yang menjadi rujukan utama
dan memerintahkan manusia agar mengusaha- dalam mengimplementasikan ajaran Islam yang
kan dan mewujudkan perdamaian dalam masya- damai dan toleran telah dicontohkan oleh Nabi
rakat yang salah satunya dengan cara saling me- Muhammad saw ketika Islam berkuasa di Ma-
mahami dan menghargai dalam beribadah dan dinah dengan memperlakukan secara baik pe-
berkomunikasi. Untukmu agamamu dan untuk- meluk agama lain meskipun Nabi ketika berada
ku agamaku (Q.S.109:60). Tidak ada paksaan di Makkah sering mendapatkan perlakuan kasar
dalam agama (Q.S. 2:256). Dan di antara tanda- dari kaum kafir Makkah. Bahkan, Nabi Mu-
tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit hammad saw membuat suatu konstitusi sebagai
dan bumi dan berlainan bahasamu dan warna aturan formal yang disebut Piagam Madinah,
kulitmu. Sesungguhnya yang demikian itu be- yaitu sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi
nar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang- Muhammad saw yang berisi suatu perjanjian
orang yang mengetahui (Q.S.30:22). formal antara dirinya dan semua suku dan pem-
Universalitas nilai-nilai Islam tersebut besar Madinah pada tahun 622 Masehi dengan
mempertegas bahwa Islam adalah agama yang tujuan menyatukan masyarakat Madinah yang
toleran dalam perbedaan. Tuhan tidak menjadi- terdiri dari berbagai suku dan agama (Najib,
kan komunitas manusia dalam kondisi yang se- 2011:47).
ragam, melainkan Tuhan menjadikan manusia Kondisi sosial masyarakat Madinah yang
terdiri dari beberapa suku, agama, bahasa, kul- pernah dipimpin Nabi Muhammad saw memi-
tur, status sosial, dan lainnya. Dengan kondisi liki kesamaan pluralitas dengan masyarakat
yang heterogen akan tercipta kehidupan yang Indonesia yang berbeda-beda suku, adat istiadat
inovatif, kreatif dan kompetitif. Allah berfir- dan agama. Artinya, konsep dan formulasi ajar-
man: “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya an Islam pada masa nabi yang penuh kedamaian
Allah menciptakan kalian satu umat saja. Te- dan toleransi serta hidup dalam keharmonisan
tapi, Allah hendak menguji kalian dengan pem- dalam keragaman budaya dan agama, harus

Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th. XXXII, No. 2


176

pula bisa menjadi konsep ajaran Islam yang da- kupan yang luas, bahkan meliputi semua sektor
mai dan toleran di Indonesia. Oleh karena itu, kehidupan dalam bermasyarakat, termasuk ber-
berbagai bentuk kekerasan dan konflik sosial negara sehingga kompetensi masing-masing per-
yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia lu diatur agar tidak terjadi tumpang tindih yang
akhir-akhir ini, baik yang berlatar belakang po- menyebabkan terjadinya disharmonisasi hubung-
litik, ekonomi suku dan agama, yang kemudian an antarnegara dan agama maupun antar sesama
mengatasnamakan Islam sesungguhnya bukan agama dan umat beragama. Hubungan umat
merupakan konsep dasar Islam, dan bukan me- beragama yang sempat kelam di beberapa da-
rupakan ajaran Islam. Islam adalah agama per- erah di Indonesia dapat ditemukan solusi ter-
damaian dan anti terhadap segala bentuk keke- baik untuk sebuah kehidupan yang bermartabat,
rasan serta sangat menghargai perbedaan dan berbudaya dan damai.
kemajemukan sosial masyarakat.
Hanafi (2002:140-155) mengemukakan PENDIDIKAN YANG HUMANIS DAN RE-
adanya dua syarat untuk mewujudkan perda- SOLUSI KONFLIK SOSIAL
maian yang sesungguhnya. Pertama, manusia Salah satu penyebab utama kegagalan
harus mampu menciptakan perdamaian internal pendidikan nasional sebagai perekat kohesi so-
atas perdamaian dalam jiwa. Artinya, setiap sial untuk menghasilkan generasi bangsa yang
orang harus menciptakan rasa aman dan rendah dapat hidup secara damai di negaranya sendiri
hati dengan tunduk kepada kitab suci. Perda- karena kekeliruan memilih paradigma pemba-
maian dalam jiwa inilah akan menjadi manifes- ngunan nasional masa lampau yang berpijak
tasi keimanan, kesalehan, kejujuran, ketulusan, pada unity in uniformity (Abbas, 2003:65). Kon-
kerendahan hati, kedermawanan, kesabaran, dan sep pembangunan menekankan keseragaman
kesederhanaan. Kedua, dengan perdamaian jiwa dan persatuan dalam bentuk kesamaan pada se-
ini akan tercipta perdamaian eksternal. Artinya, luruh sendi-sendi kehidupan kenegaraan dan
perdamaian bukan hanya bertujuan untuk me- kemasyrakatan. Pembangunan diarahkan pada
neguhkan kekuatan atau kekuasaan melainkan sistem sentralisasi, termasuk dalam pendidikan
untuk menegakkan kebenaran, keadilan, keseta- ditekankan pada penyeragaman besar-besaran,
raan dan sebagainya. Kemiskinan, kesengsara- mulai dari kurikulum materi dan buku-buku
an, kelaparan, pengangguran, diskriminasi, eks- sumber belajar yang digunakan meskipun pe-
ploitasi, rasisme, apartheid, dan semacamnya serta didik memiliki latar belakang budaya,
merupakan sumber penghancur perdamaian. lingkungan sosial dan alam yang bervariasi.
Oleh karenanya, jika ingin menciptakan sebuah Paradigma pembangunan dengan keha-
perdamaian abadi, faktor-faktor pendukung rusan penyeragaman (uniformityi) selama ber-
pengharcur perdamaian harus juga dieliminir, puluh-puluh tahun setelah memasuki era refor-
bahkan dihilangkan sama sekali. masi seperti terlepas dari suatu belenggu besar
Nilai-nilai universalitas Islam telah mem- yang mengikat. Keanekaragaman dan kemaje-
beri rujukan yang komprehensif terhadap mak- mukan budaya, adat istiadat, kehidupan sosial
na konsep perdamaian yang penuh toleransi mulai ditampilkan dan akibat dari euforia yang
sebagaimana dipraktekkan Nabi Muhammad berlebihan itu berdampak adanya gesekan-ge-
saw beserta para sahabatnya yang kemudian sekan sosial dan merupakan bibit unggul untuk
melahirkan suatu model tatanan masyarakat melahirkan konflik sosial jika tidak dikelola
yang berkeadaban dan berkeadilan. Sebagai dan disikapi secara arif dan bijaksana sebagai
manifestasi perdamaian dalam konteks Islam di suatu keniscayaan dari sebuah masyarakat yang
Indonesia, selain perlunya penegasan kembali majemuk.
nilai-nilai universal Islam yang rahmatan lil Kebijakan pembangunan dan pengelolaan
‘alamin, juga perlu diperkuat instrumen regu- pendidikan pada masa sekarang harus berpijak
lasi yang mengatur hubungan antaragama ka- pada pluralisme kehidupan sosial, ekonomi, dan
rena di Indonesia urusan agama memiliki ca- budaya masyarakat. Pendidikan harus diarahkan

Islam dan Pendidikan Humanis dalam Resolusi Konflik Sosial


177

untuk menghargai potensi-potensi budaya lokal atau kepekaan dalam kehidupan bersama seba-
agar bisa tumbuh, dan kebhinekaan tetap berada gai suatu sistem masyarakat.
dalam bingkai ke-Indonesiaan yang bersatu, Oleh karena itu, Spranger menekankan
tetapi tetap beragam, dan beragam namun da- bahwa manusia akan menjadi sunguh-sungguh
lam keutuhan (Abbas, 2003:67). Pengembangan manusia jika ia mengembangkan nilai-nilai ro-
pendidikan dengan memperhatikan potensi so- hani (nilai-nilai budaya) yang meliputi nilai pe-
sial budaya masyarakat adalah bentuk pengaku- ngetahuan, keagamaan, kesenian, ekonomi, ke-
an atas harkat dan martabat kemanusiaan, ber- masyarakatan dan politik (Riyanto, 2002:10).
sifat demokratis, mengakui persamaan derajat Naluri dasar manusia sesungguhnya adalah se-
manusia dalam keragaman yang berbeda (Nizar tiap manusia ingin diperlakukan secara manu-
dan Saifuddin, 2010:49). siawi. Keharusan itu diwujudkan dalam komit-
Tidak boleh terjadi suatu komunitas yang men kemanusiaan kepada budaya tanpa keke-
sedang dilanda krisis kesejahteraan (konflik) se- rasan dan budaya yang menghargai hidup, bu-
perti yang terjadi pada beberapa tempat dan da- daya solidaritas dan tata cara ekonomi yang
erah di Indonesia. Misalnya, negara atau oknum adil, budaya toleransi dan hidup yang benar,
aparat justru sibuk mencari celah-celah untuk serta budaya kesamaan hak dan komitmen laki-
menindas rakyat yang sudah “sekarat” kemam- laki dengan perempuan (Ngeljaratan, 2004:85).
puan pendapatannya melalui sejumlah produk Menurut Barnadib, konsep dasar pendi-
kebijakan represif yang tidak populer, baik jang- dikan nasional yang digagas oleh Ki Hajar
ka pendek maupun jangka panjang sangat meng- Dewantoro adalah pendidikan nasional yang
ancam keberlanjutan hidup masyarakat atau humanis, pendidikan yang mengembangkan ma-
berkarakter mendehumanisasikan manusia In- nusia seutuhnya, yaitu menusia yang memiliki
donesia (Muchsin, 2010:141). Reformasi dan daya cipta, karsa dan karya dan mengembang-
transformasi pendidikan dari pendidikan dan kan semua daya secara seimbang tanpa menitik-
perilaku otoritatif kepada pendidikan yang hu- beratkan pada satu daya saja. Jika itu yang
manis dengan mengakui karateristik dan latar dilakukan, akan terbentuk manusia yang kurang
belakang sosial budaya peserta didik adalah ba- humanis atau manusiawi (Barnadib, 1998:38-
gian upaya mencapai cita-cita education for all 39). Taman Siswa tidak memisahkan diri de-
secara adil dan berkelanjutan (Muchsin, 2010: ngan masyarakat luas, ia harus menghubungkan
51). diri dengan masyarakat di sekitarnya kalau
Pendidikan humanis menempatkan peser- ingin mengabdi pada kepentingan masyarakat
ta didik sebagai subjek utama dalam proses semurni-murninya. Filosofi dan tujuan dasar di-
pendidikan, yaitu pengakuan terhadap hak dasar, dirikannya Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewan-
keragaman dan potensi yang dimiliki serta di- toro adalah ingin mewujudkan suatu lembaga
dasarkan atas keterlibatan peserta didik secara pendidikan yang dapat mengembangkan nilai-
aktif dalam pendidikan guna mewujudkan nilai- nilai luhur dan budaya bangsa yang hidup dan
nilai positif dalam dirinya sebagai hasil inter- mengakar dalam masyarakat. Artinya, pendi-
aksi sosial dan budaya. Riyanto menekankan dikan yang sesungguhnya dalam konsep awal
pendidikan humanis adalah bagaimana menjalin pembangunan pendidikan nasional adalah (1)
komunikasi dan relasi personal antara pribadi sebagai proses pewarisan, penerusan atau en-
dan antarpribadi dan kelompok di dalam komu- kulturasi, dan sosialisasi perilaku sosial yang
nitas sekolah (Riyanto, 2002:20). Pendidikan telah menjadi model anutan masyarakat ling-
yang baik tidak sekedar mengasah kecerdasan kungannya secara baku; (2) sebagai upaya fasi-
intelektual semata, tetapi juga menyelaraskan litatif yang memungkinkan terciptanya situasi
kecerdasan emosional, sosial dan spiritual se- atau potensi-potensi dasar yang dimiliki oleh
hingga memberi keseimbangan pada diri anak anak yang dapat dikembangkan sesuai dengan
dari aspek individualitas kepada aspek sosialitas kebutuhan mereka pada suatu zaman dan tem-
pat mereka harus survival (Tilaar, 2005:117).

Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th. XXXII, No. 2


178

Beberapa uraian yang dikemukakan di mua orang yang berbeda-beda ras, etnis, kelas
atas tampak bahwa kalangan tokoh-tokoh pe- sosial, dan kelompok budaya. Dengan demiki-
rintis dan peletak dasar pembangunan bangsa, an, diharapkan dapat membantu memperoleh
khususnya pembangunan bidang pendidikan te- pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang di-
lah menempatkan muara pendidikan nasional perlukan dalam menjalankan peran-peran se-
yang akan dibangun selaras dengan filosofi da- efektif mungkin pada masyarakat demokrasi-
sar masyarakat Indonesia yang berakar pada ni- pluralistik yang diperlukan untuk berinteraksi,
lai-nilai luhur, budaya, adat istiadat dan agama. bernegosiasi dan komunikasi dengan warga dari
Namun, dalam perkembangan selanjutnya nilai- kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan
nilai dasar pengembangan pendidikan itu mulai masyarakat bermoral yang berjalan untuk ke-
tereliminir akibat pengaruh budaya-budaya luar baikan bersama.
yang tidak searah dengan semangat nilai-nilai Secara global, pendidikan multikultural
sosial budaya dan kebangsaan Indonesia. Oleh telah direkomendasikan Perserikatan Bangsa-
karena itu, konsep dasar pendidikan nasional Bangsa (PBB) melalui UNESCO pada tahun
yang mengakar pada nilai sosial dan budaya se- 1994 yang dinyatakan sebagai berikut. (1) Pen-
bagai bentuk kearifan lokal (local wisdom) ma- didikan hendaknya mengembangkan kemampu-
syarakat Indonesia yang majemuk perlu diper- an untuk mengakui dan menerima nilai-nilai
tegas kembali sebagai solusi terjadinya gesek- yang ada dalam kebhinekaan pribadi, jenis ke-
an-gesekan sosial yang berpotensi melahirkan lamin, masyarakat dan budaya serta mengem-
konflik dengan mengembangkan pendidikan bangkan kemampuan untuk berkomunikasi, ber-
multikultural dan pendidikan karakter bangsa. bagi, dan bekerjasama dengan yang lain. (2)
Pendidikan hendaknya meneguhkan jati diri dan
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL mendorong konvergensi gagasan dan penyele-
Pendidikan multikultural adalah proses saian yang memperkokoh perdamaian, persau-
pendidikan yang mempraktikkan secara sung- daraan dan solidaritas antara pribadi dan ma-
guh-sungguh latar belakang peserta didik/orang syarakat. (3) Pendidikan hendaknya meningkat-
lain, baik dari aspek keragaman suku, ras, aga- kan kemampuan menyelesaikan konflik secara
ma dan budaya (Hasyim dan Hartono, 2009: damai dan tanpa kekerasan (Poli,2004:146-
28). Pendidikan multikultural merupakan pen- 147).
didikan yang menumbuhkembangkan kearifan Dalam konteks Indonesia, gagasan multi-
pemahaman, kesadaran, sikap dan perilaku kultural muncul setelah rezim orde baru jatuh
(mode of action) peserta didik terhadap kera- dan puncaknya ketika K.H Abdurrahman Wa-
gaman agama, budaya dan masyarakat (Arif, hid (Gusdur) menjadi Presiden Republik Indo-
2010:192). Pendidikan multikultural dimaksud- nesia. Gusdur secara nyata memberi ruang yang
kan untuk memberikan persamaan hak di te- luas untuk mengakui semua hak-hak dasar dan
ngah keragaman masyarakat, seperti hak ber- sosial budaya rakyat Indonesia tanpa terkecuali,
ekspresi, menyatakan pendapat, berkelompok, termasuk mengakui keberadaan budaya dan ke-
dan hak-hak dalam sosial budaya, termasuk hak yakinan masyarakat Tionghoa yang ada di In-
mendapatkan pendidikan yang sama untuk se- donesia. Konsep multikultural kemudian diha-
mua orang (education for all). Pendidikan mul- rapkan terwujudnya masyarakat yang mempu-
tikultural menanamkan kesadaran akan kera- nyai kesadaran tidak saja mengakui perbedaan,
gaman (plurality), kesetaraan (equality), kema- tetapi mampu hidup saling menghargai, meng-
nusiaan (humanity), keadilan (justice), dan nilai- hormati secara tulus, komunikatif dan terbuka
nilai demokrasi (democration values) yang di- tidak saling curiga, memberi tempat terhadap
perlukan dalam beragam aktivitas sosial (Im- keragaman keyakinan tradisi, adat maupun bu-
ron, 2009:50). daya, dan yang paling utama adalah mengem-
Konsep pendidikan multikultural mencip- bangkan sikap tolong-menolong sebagai per-
takan persamaan peluang pendidikan bagi se- wujudan rasa kemanusiaan yang dalam dari

Islam dan Pendidikan Humanis dalam Resolusi Konflik Sosial


179

ajaran masing-masing agama (Mudzhar, 2004: lompok. (5) Pendidikan multikultural sekaligus
18-19). sebagai upaya rekonstruksi sosial agar terjadi
Konsep multikultural yang mengedepan- persamaan struktur sosial dan pluralisme kul-
kan persamaan dan kesetaraan hak dalam per- tural dengan tujuan menyiapkan agar setiap
bedaan mendorong lembaga pendidikan untuk warga negara aktif mengusahakan persamaan
mengaplikasikan secara sistematis dan teren- struktur sosial (Munib, 2009:30).
cana dalam prektek pendidikan sebab dengan Peran pendidikan multikultural akan men-
paradigma pendidikan multikultural akan mam- ciptakan kesadaran pluralitas agama dan budaya
pu membangun kohesifitas, solidaritas dan inti- dengan menumbuhkan perasaan berbagi kema-
mitas di antara keragaman etnik, ras, agama dan nusiaan dengan orang-orang yang secara funda-
budaya. Artinya, nilai-nilai multikultural jika mental berbeda orientasi idiologinya sehingga
ditanamkan sejak dini kepada anak akan mem- pendidikan multikultural diyakini dapat men-
bantu mereka untuk mengerti, menerima, dan jadi solusi nyata bagi konflik dan terjadinya
menghargai orang lain yang berbeda suku, bu- disharmoni di dalam masyarakat. Keharusan
daya dan nilai kepribadian. Pemahaman nilai- untuk berbagi itu membuat kita untuk memikir-
nilai multikultural yang dimulai dari keluarga, kan kembali alat-alat kultural dan sosial agar
sekolah, dan masyarakat diharapkan mampu mampu bertahan (survive) dengan perdamaian,
mencegah terjadinya gesekan-gesekan antarpri- kebebasan, dan martabat kemanusiaan. Manusia
badi maupun antarkelompok sosial yang dapat dilarang mengemas atau memperlakukan diri-
mengarah kepada konflik sosial. Dengan demi- nya sebagai penyakit di masyarakat yang meng-
kian, setiap orang akan menyadari bahwa ma- akibatkan adanya hal-hak sesama manusia men-
nusia dilahirkan memiliki latar belakang buda- jadi korban.
ya, adat istiadat, suku, dan agama yang berbeda.
Perbedaan adalah suatu keniscayaan dan me- PENDIDIKAN KARAKTER
rupakan sunatullah, hukum alam yang harus Pendidikan karakter merupakan salah
diterima setiap orang. Dengan demikian, akan satu pola pendidikan yang dapat mewujudkan
muncul rasa penghargaan dan perlakuan antar- konsep pendidikan yang humanis, yaitu pen-
sesama secara manusiawi, yaitu suatu model didikan yang mengembangkan potensi hati
perlakuan dan interaksi yang selalu dipandang nurani, kejujuran, cinta kasih, sopan santun,
dari sisi dan nilai-nilai kemanusiaan (humanism amanah, dan kemandirian (Muchsin, 2010:145).
values). Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
Beberapa tawaran pendekatan yang dapat mampu menyiapkan generasi unggul yang
dipakai dalam praktik pendidikan multikultural sanggup bersaing dengan sumber daya manusia
sebagai bentuk perwujudan pendidikan yang bangsa lain, tanpa kehilangann jati dirinya se-
humanis antara lain sebagai berikut. (1) Pem- bagai bangsa yang memiliki kepribadian, bu-
belajaran yang diberikan kepada peserta didik daya, dan moral agama. Orang yang kehilangan
yang berbeda secara kultural dilakukan dengan karakter akan menjadi orang-orang yang tidak
menitikberatkan agar dapat terjadi perubahan mempunyai harga diri dan tidak memiliki ke-
kultural yang damai. (2) Memperhatikan pen- beranian, kehilangan sifat dan sikap patriotisme,
tingnya hubungan manusia dengan mengarah- dan tidak sanggup menyampaikan kebenaran
kan dan mendorong peserta didik memiliki pe- (Hasan, 1996:43). Ki Hajar Dewantoro selaku
rasaan positif, mengembangkan konsep diri, Bapak Pendidikan Nasional berharap agar pen-
mengembangkan toleransi, dan mau menerima didikan dapat mengembangkan daya upaya un-
orang lain. (3) Menciptakan arena belajar dalam tuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (ke-
satu kelompok budaya. (4) Pendidikan multi- kuatan batin dan karakter), pikiran, dan tubuh
kultural dilakukan sebagai upaya mendorong anak (Barnadib, 1998:90).
persamaan struktur sosial dan pluralisme kul- Para pendiri bangsa Indonesia sepakat
tural dengan pemerataan kekuasaan antarke- bahwa membangun jati diri atau membangun

Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th. XXXII, No. 2


180

karakter bangsa harus dilakukan secara berke- di sekolah penekanannya tidak hanya pada as-
sinambungan dari kemajemukan masyarakat pek pengetahuan (knowledge), tetapi yang lebih
Indonesia. Dalam pendidikan karakter melibat- penting adalah penanaman moral, nilai-nilai
kan pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), etika, estetika, budi pekerti luhur, dan sebagai-
dan tindakan (action) jika dilakukan secara nya, baik dilakukan di dalam kelas maupun di
sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan lingkungan sekolah. Penanaman nilai-nilai di
menjadi cerdas intelektualnya sekaligus emosi lingkungan masyarakat juga menjadi domain
dan spritualnya. Kecerdasan-kecerdasan ini men- penting dalam pelaksanaan pendidikan kartak-
jadi bekal penting dalam mempersiapkan gene- ter karena masyarakat memiliki peran penting
rasi muda menyongsong masa depan sehingga dan sangat berpengaruh dalam keberhasilan
lebih mudah dan berhasil menghadapi segala penanaman nilai-nilai etika dan estetika dalam
bentuk tantangan kehidupan yang lebih kom- membentuk karakter.
pleks. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Ta- Oleh karena itu, efektivitas pendidikan
hun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional karakter akan terwujud jika ada sinergitas dan
disebutkan bahwa pendidikan nasional berfung- keterpaduan ketiga unsur di atas (keluarga,
si mengembangkan kemampuan dan memben- sekolah, dan masyarakat) dalam menanamkan
tuk watak serta peradaban bangsa yang bermar- nilai-nilai karakter. Menurut Megawangi, se-
tabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan tidaknya terdapat sembilan pilar sebagai bentuk
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya poten- nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan
si peserta didik agar menjadi manusia yang dan ditanamkan, yaitu: (a) cinta pada Tuhan
beriman dan bertakwa kepada Tuan Yang Maha dan kebenaran; (b) tanggung jawab; kedisiplin-
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, an dan kemandirian; (c) amanah; (d) hormat
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang dan santun; (e) kasih sayang; kepedulian dan
demokratis serta bertanggung jawab (Depag RI, kerjasama; (f) Percaya diri; kreatif dan pantang
2003:37). menyerah; (g) keadilan dan kepemimpinan; (h)
Rumusan Undang-Undang Sistem Pendi- baik dan rendah hati; dan (i) toleransi dan cinta
dikan Nasional tersebut menggambarkan bahwa damai (Megawangi,1999:70).
lima dari delapan potensi peserta didik yang Pendekatan yang dapat dilakukan dalam
harus dikembangkan dalam pendidikan sangat pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah
dekat dengan pembangunan karakter anak. Se- sebagai berikut. (1) Desain berbasis kelas, ber-
benarnya, nilai-nilai karakter yang hendak di- basis pada relasi guru sebagai pendidik dan pe-
bangun di atas sudah ada di dalam nilai-nilai serta didik sebagai pembelajar. (2) Desain ber-
Pancasila, yakni nilai-nilai yang hakikatnya di- basis kultural sekolah, yang berusaha mem-
gali dari kebudayaan-kebudayaan daerah. Oleh bangun kultur sekolah yang mampu membentuk
karena itu, menurut Tilaar pendidikan karakter karakter peserta didik dengan bantuan pranata
Indonesia semestinya mengembangkan nilai- sosial sekolah agar nilai-nilai tertentu terbentuk
nilai yang kita sepakati bersama yang memper- dan terbatinkan dalam diri peserta didik. (3)
satukan Indonesia sehingga akan menjadi ka- Desain berbasis komunitas, artinya komunitas
rakter yang khas bangsa Indonesia yang hidup sekolah tidak berjuang sendiri, tetapi masya-
dalam budaya multikultural (Tilaar, 2005:125). rakat di luar lembaga pendidikan, seperti ke-
Nilai-nilai pendidikan karakter yang ber- luarga, masyarakat umum dan negara juga me-
sumber dari kearifan lokal (local wisdom) dan miliki tanggung jawab moral untuk menginte-
nilai-nilai agama harus dibangun dan dimulai grasikan pembentukan karakter dalam konteks
dari rumah tangga dan keluarga sebagai lem- kehidupan mereka (Sirajudin, 2012:2).
baga pembentukan dan pendidikan karakter per- Beberapa nilai-nilai dan konsep dasar
tama dan utama, kemudian diteruskan dengan pendidikan karakter yang dikemukakan di atas
pendidikan di sekolah (pendidikan formal) dan jika terimplementasi dengan baik akan melahir-
di masyarakat (nonformal). Pendidikan karakter kan sosok manusia yang memiliki kecerdasan

Islam dan Pendidikan Humanis dalam Resolusi Konflik Sosial


181

intelektual, emosional, sosial, dan spritual. daya, adat istiadat maupun agama di atas prin-
Wujud dari integrasi empat kecerdasan akan sip-prinsip kemajemukan dan pluralitas sosial.
membentuk suatu pola sikap dan perilaku yang
memiliki empati, arif, dan bijaksana serta ber- UCAPAN TERIMA KASIH
tanggung jawab, bukan hanya terhadap sesama Ucapan terima kasih disampaikan
manusia, tetapi juga kepada Tuhan. Oleh karena kepada sejawat yang telah membantu penulisan
itu, diyakini bahwa salah satu solusi nyata bagi ini, baik secara lansung maupun tidak langsung,
konflik sosial dan disharmonisasi yang terjadi baik lewat dialog, sumbang saran pemikiran,
dalam masyarakat adalah dengan mengembang- maupun berbagai aktivitas yang lain.
kan pendidikan karakter. Melalui pendidikan
karakter akan menumbuhkembangkan sikap DAFTAR PUSTAKA
empati, jujur, adil, dan bijaksana dalam mem- Abegebriel, A. Maftuh. 2004. Negara Tuhan,
perlakukan manusia lain sebagai sesama makh- The Thematic Encyclopaedia. Yogyakar-
luk Tuhan yang memiliki kodrat dan hak-hak ta: Sr-Ins Publishing.
dasar yang harus dihormati dan dijunjung tinggi
berdasarkan harkat dan martabatnya secara Abbas, Hafid. 2003. Menegakkan Dimensi
manusiawi. HAM dalam Mereposisi Arah Pendidikan
Nasional. Jakarta: Pustaka Pelajar.
PENUTUP
Islam adalah agama yang memiliki kon- Arif, Muhammad. 2010. Arti Penting Pendi-
sep perdamaian dan mengedepankan dinamisasi dikan Agama Islam yang Inklusif-Multi-
pemeluknya dalam menghadapi kehidupan. kultural. Yogyakarta: UIN-Press.
Islam sangat menghargai perbedaan dan ke-
majemukan sosial masyarakat. Hal itu telah di- Baidowi, Ahmad. 2006. Teologi Perdamaian,
tunjukan oleh Nabi Muhammad saw ketika Landasan Islam tentang Masyarakat Tan-
Beliau memimpin negara di Madinah. Oleh pa Kekerasan. Yogyakarta: UIN Press.
karena itu, berbagai konflik sosial yang terjadi
di Indonesia, umat Islam mestinya memiliki Barnadib, Imam. 1998. Pendidikan Perban-
konsep dan resolusi yang jelas sebagai per- dingan. Yogyakarta: Andi Offset.
wujudan Islam yang damai.
Selain itu, realitas kemajemukan masya- Departemen Agama RI. 1982. Al-Quran dan
rakat Indonesia yang sering menimbulkan kon- Terjemahnya.Jakarta: Proyek Pengadaan
flik sosial mengindikasikan kalau peran pendi- Kitab Suci Al-Quran.
dikan belum maksimal dalam mewujudkan
manusia Indonesia seutuhnya yang benar-benar Departemen Agama RI. 2003. Undang-Undang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan di Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
atas perbedaan dan keragaman sosial. Oleh ka- Tahun 2003. Jakarta: Dirjen Binbaga
rena itu, perlu dilakukan transformasi paradig- Islam.
ma pendidikan, dari paradigma monokultural
kepada paradigma multikultural serta dari El-Fadl, Khaled M. 2003. Atas Nama Tuhan;
model pendidikan otoritatif kepada pendidikan dari Fikih Otoriter ke Fikih Otoritatif.
yang humanis. Pendidikan yang humanis adalah Terjemahan Cecep Lukman Yasin. Jakar-
pendidikan yang mengembangkan keragaman ta: Serambi Ilmu Semesta.
dan toleransi serta pendidikan yang menumbuh
kembangkan berbagai potensi dan karakter da- Haekal, Muhammad Husein, Hayat al Muham-
sar manusia seperti kejujuran, keadilan, sopan mad. Terjemahan Ali Auda 1990. Seja-
santun baik yang bersumber dari nilai-nilai bu- rah Hidup Muhammad. Cet II. Jakarta:
Pustaka Litera Antar Nusa.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th. XXXII, No. 2


182

Hanafi, Hasan. 2002. Agama Kekerasan dan Ngeljaratan, Ishak. 2004. “Artikulasi Nilai Ke-
Islam Kontemporer. terjemahan Ahmad adilan Melalui Sikap dan Perilaku Bu-
Najib Yogyakarta: Jendela. daya”, dalam Hamka Haq (ed) Damai;
Ajaran Semua Agama. Makassar: Al-
Hasan, Muhammad Tolchah. 1996. Prospek Ahkam.
Islam Menghadapi Tantangan Zaman.
Jakarta: Bangun Prakarya. Poli, W.I.M. 2004. Hubungan Antar Manusia
dan Penanganan Konflik. Makassar:
Hasyim, A. Dardi, dan Yudi Hartono. 2009. Ahkam.
Pendidikan Multikultural di Sekolah. Su-
rakarta: UNS-Press. Riyanto, Theo. 2002. Pembelajaran sebagai
Pembimbingan Pribadi. Jakarta: Grasin-
Imron, Mushadi. 2009. Pendidikan Agama Is- do.
lam dalam Perspektif Multikulturalisme.
Jakarta: Balai Litbang Agama. Sopamena, Daniel. 2007. “Mendefinisikan In-
donesia; Politik Identitas dalam Koridor
Mudzhar, M. Atho. 2004. Kebijakan Negara Demokrasi Perspektif Komunitas Aga-
dan Pembangunan Lembaga Pemimpin ma”. Makalah disampaikan dalam Semi-
Agama dalam Rangka Keharmonisan nar Nasional tanggal 26 Desember 2007,
Hubungan antarUmat Beragama. Jakar- di Aula PPS UIN Alauddin Makassaar.
ta: Puslitbang Depag.
Sewang, Ahmad M. 2004. “Reaktualisasi Nilai-
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendi- Nilai Agama. Upaya ,Mengatasi Konflik
dikan. Semarang: UNNES-Press. Sosial”, Makalah disampaikan pada Se-
minar Nasional, STAIN Datokarama
Muchsin, Bashori. at. all. 2010. Pendidikan Palu, tgl 20 Desember 2004.
Islam Humanistik; Alternatif Pendidikan
Pembebasan Anak. Bandung: Refika Adi- Sirajuddin, Nursalam. 2012. “Mereorientasi
tama. Pendidikan Karakter Indonesia“, http://
metronews.co.id/read/91257/19 (Diun-
Megawangi, Ratna. 1999. Membiarkan Berbe- duh tanggal 31 Agustus 2012).
da, Sudut Pandang Baru tentang Relasi
Gender. Bandung: Mizan. Taher, Lukman S. 2009. Damai untuk Kemanu-
siaan, Strategi dan Model Komunikasi
Najib, Agus Moh. 2011. “Hubungan Antar Antara Umat Beragama di Sulawesi Te-
Agama” dalam Merajut Perbedaan Mem- ngah, Palu: USAID-FKUB Sulteng.
bangun Kebersamaan. Yogyakarta: Dia-
logue Centre Press UIN. Tilaar, H.A.R. 2005. Manifesto Pendidikan
Nasional, Tinjauan dari Perspektif Post-
Nizar, Samsul dan Muhammad Syaifudin. modernisme dan Studi Kultural. Jakarta:
2010. Isu-isu Kontemporer tentang Pen- Penerbit Kompas.
didikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Islam dan Pendidikan Humanis dalam Resolusi Konflik Sosial

Anda mungkin juga menyukai