Anda di halaman 1dari 15

BAB I

ANALISIS JURNAL

1.1..................................................................................................... CRITICAL
JOURNAL REVIEW
Judul Pemenuhan Kebutuhan Psikologi Peserta Didik SD/MI Melalui
Pembelajaran Tematik Terpadu
Jurnal Humaniora

Vol dan halaman Vol 1 No 1 Hal 190-197 ISSN: 2088-351X

Tahun 2014

Penulis Andi Prastowo

Reviewer Lelyna Harahap

Tanggal 30 Oktober 2019

Topik Sajian Materi

Abstrak Meskipun selama ini pemerintah di Indonesia telah melakukan


berbagai upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan namun
ternyata hal ini masih menjadi problem utama yang hingga saat ini
belum bisa dituntaskan. Sebagaimana diungkapkan Suryadi dan
Budimansyahbahwa upaya peningkatan mutu pendidikan yang
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia pada semua jenis dan jenjang
pendidikan, paling tidal sejak awal periode pembangunan nasional
jangka panjang pertama, telahmengeluarkan biaya yang
besar,tenagayang banyak, dan waktu yang cukup panjang.
Namun demikian, selama itu pula dan sampai sekarang, mutu
pendidikan masih tetap dirasakan sebagai tantangan yang cukup
berat, mungkin tidak berbeda jauh dengan tantangan yang dirasakan
masyarakat Indonesia 40 tahun yang lalu (Suryadi dan
Budimansyah, 2009:127).
Tujuan Penelitian Untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu menghadapi

1
kehidupan di masa yang akan datang . Hal serupa juga diungkapkan
Abdul Madjid, pengembangan Kurikulum 2013 adalah bagian dari
strategi meningkatkan capaian pendidikan. Di samping kurikulum,
terdapat sejumlah faktor di antaranya lama siswa bersekolah; lama
siswa tinggal di sekolah; pembelajaran siswa aktif berbasis
kompetensi; buku pegangan dan peranan guru sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan.

Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik SD/MI, sedangkan
objek dalam penelitian ini adalah bagaimana : Pemenuhan
Kebutuhan Psikologi Peserta Didik SD/MI

Assesment Data 1.Membaca buku


2.Mencari info dari media sosial atau elektronik
3.Menggunakan beberapa pendapat para ahli
Metode Penelitian Dari sisi konten kebijakan, penetapan penggunaan pendekatan
pembelajaran tematikterpadu adalah sebuah langkah yang positif
yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya perbaikan mutu
pendidikan dasar di Indonesia, terutama pada jenjang Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Sebagaimana disebutkan dalam
lampiran Permendikbud RI No. 67 Tahun 2013 maupun
Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013 bahwa pembelajaran di SD/MI
menggunakan pendekatan tematik-terpadu untuk semua mata
pelajaran dari kelas I hingga kelas VI, terkecuali Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti. Hal ini menjadi sebuah kebijakan yang positif
karena selaras dengan kebutuhan, karakteristik, dan tugas
perkembangan peserta didik SD/MI. Dalam istilah Hamzah B. Uno
dan Nurdin Mohammad yakni jika proses pembelajaran didasari oleh
pemahaman dan pemenuhan kebutuhan perkembangan peserta didik
maka proses tersebut akan memberikan layanan yang tepat dan
bermanfaat bagi masing-masing siswa

Hasil Penelitian Pendekatan pembelajaran tematik-terpadu untuk SD/MI dalam


Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan pengintegrasian
yaituintra-disipliner, inter-disipliner, multi-disipliner, dan trans-

2
disiplinerinimenjadikan pengalaman yang diberikan kepada peserta
didik utuh dan lebih bermakna. Ditambah lagi peserta didik akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui
pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang sudah mereka pahami. Hal ini selaras dengan pendapat Piaget
bahwa proses belajar dapat berlangsung jika terjadi proses
pengolahan data yang aktif di pihak pembelajar. Pengolahan data
yang aktif merupakan aktivitas lanjutan dari kegiatan mencari
informasi dan dilanjutkan dengan kegiatan penemuan.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
jawaban dari tiga rumusan masalah di awal artikel ini yaitu sebagai
berikut: pertama, karakteristik perkembangan peserta didik di
SD/MI dapat dipilah menjadi dua macam yaitu perkembangan pada
aspek jasmaniah dan perkembangan pada aspek mental. Pada aspek
jasmaniah, peserta didik SD/MI telah memiliki kematangan
sehingga mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Pada
aspek mental yang meliputi perkembangan inteletual, bahasa, sosial,
emosi, dan moral keagamaan, peserta didik SD/MI secara intelektual
berada pada tahap perkembangan operasional konkret (kelas I-V)
dan operasional formal (kelas VI), yang memiliki kecenderungan
belajar bersifat konkret, integratif, dan hierarkhis.Dari aspek bahasa,
mereka telah mampu membuat kalimat sempurna, bahkan kalimat
majemuk, dan juga dapat mengajukan pertanyaan.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN JURNAL 1


Kelebihan jurnal :
1. Isi jurnal mudah di mengerti/pahami
2. Sistematika isi jurnal baik dan juga terstruktur
3. Bahasan isi jurnal menarik , sehingga menarik pembaca untuk membacanya
4. Landasan teori yang diberikan cukup luas
Kelemahan jurnal
1. Sebaiknya di bagian penelitian pembahasan lebih di perjelas
1.2. CRITICAL JOURNAL REVIEW (2)

3
Judul Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik

Jurnal Formatif

Vol dan halaman Vol 1 No 1

Tahun 2013

Penulis MUHAMMAD SYAMSUSSABRI

Reviewer Lelyna Harahap

Tanggal 30 Oktober 2019

Topik Sajian Materi

Abstrak Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume,


bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali
ke asal). Sedangkan, perkembangan adalah perubahan atau
diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Pertumbuhan
dan perkembangan memiliki arti yang sangat penting bagi makhluk
hidup. Misalnya pada manusia, dengan tumbuh dan berkembang
dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melestarikan
keturunannya. Sewaktu masih bayi, balita, dan anak kecil, manusia
memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah sehingga mudah
terserang penyakit. Tetapi, setelah tumbuh dan berkembang menjadi
dewasa, daya tahan tubuhnya semakin kuat sehingga kelangsungan
hidupnya lebih terjamin. Pertumbuhan dan perkembangan membawa
manusia kepada kedewasaan. Setelah dewasa, manusia dapat
menghasilkan keturunan sehingga populasi manusia akan terjaga
kelestariannya
Tujuan Penelitian Untuk menganalisis peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis perkembangan peserta didik

Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik, sedangkan objek
dalam penelitian ini adalah bagaimana : proses perkembangan

4
pada tumbuhan dan manusia.
Assesment Data 1.Membaca buku
2.Mencari info dari media sosial atau elektronik
3.Menggunakan beberapa pendapat para ahli
Metode Penelitian Penelitian ini menggunkan metode pola perkembangan individu
yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan
bersifat involusi (Santrok Yussen. 1992). dari proses terbentuknya
individu dari proses bertemunya sperma dengan sel telur dan
berlangsung sampai akhir hayat yang bersifaf timbulnya adanya
perubahan dalam diri individu.

Hasil Penelitian A. SIGMEUN FREUD ( PERKEMBANGAN PSYCHOSEXUAL )


1. Fase Oral (0 – 1 tahun) Pusat aktivitas yang menyenangkan di
dalam mulutnya, anak mendapat kepuasaan saat mendapat ASI,
kepuasan bertambah dengan aktifitas mengisap jari dan
tangannya atau benda – benda sekitarnya.
2. Fase Anal (2 – 3 tahun) Meliputi retensi dan pengeluaran feces.
Pusat kenikmatannya pada anus saat BAB, waktu yang tepat
untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.
3. Fase Urogenital atau faliks (usia 3 – 4 tahun) Tertarik pada
perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh sentral
bila menghadapi persoalan. Kedekatan anak laki–laki pada
ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang
disebut oedipus compleks.
4. Fase Latent (4 – 5 tahun sampai masa pubertas) Masa tenang
tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan
kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak–
anak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur
(role model) sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.
5. Fase Genitalia Alat reproduksi sudah mulai matang,
heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan
berbeda jenis kelamin.
B. PIAGET (PERKEMBANGAN KOGNITIF)
a. Tahap sensori – motor ( 0 – 2 tahun) Perilaku anak banyak

5
melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mentah yang
bersifat simbolis (berpikir). Sekitar usia 18 – 24 bulan anak
mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir.
b. Tahap pra operasional ( 2 – 7 tahun)
c. Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia hanya
dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris. Pola
berfikir ada dua yaitu: transduktif; anak mendasarkan
kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur
jadi semua binatang bertelur) atau karena ciri–ciri objek
tertentu (truk dan mobil sama karena punya roda empat).
d. Tahap intuitif( 4 – 7 tahun) Pola pikir berdasar intuitif
penalaran masih kaku, terpusat pada bagian-bagian tertentu
dari objek dan semata–mata didasarkan atas penampakan
objek.
e. Tahap operasional konkrit ( 7 – 12 tahun) Konversi
menunjukkan anak mampu menawar satu objek yang diubah
bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi
maka volumenya tetap. Seriasi menunjukan anak mampu
mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya
seperti: tinggi, besar, kecil, warna, bentuk, dst.
f. Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun) Anak dapat
melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek–
objek yang ia pikirkan. Pola pikir menjadi lebih fleksibel
melihat persoalan dari berbagai Proses perkembangan
psikososial tergantung pada bagaimana individu
menyelesaikan tugas perkembangannya pada) tahap itu, yang
paling penting adalah bagaimana memfokuskan diri individu
pada penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau
tidak dengan tugas perkembangannya. Perkembangan
Psikososial.

C. ERIKSON ( PERKEMBANGANPSIKOSOSIAL
1. Trust vs. Misstrust ( 0 – 1 tahun) Kebutuhan rasa aman dan
ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust dan
6
misstrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan
mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu
sangat berperan penting.
2. Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun) Organ tubuh lebih
matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi
peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian,
pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan
kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan
membuat anak bertindak dan berfikir ragu–ragu. Kedua orang tua
objek sosial terdekat dengan anak.
3. Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun) Bila tahap sebelumnya anak
mengembangkan rasa percaya diri dan mandiri, anak akan
mengembangkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas
untuk melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap
sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia
akan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan
atas kehendak sendiri.
4. Industry vs inferiority (6 – 11 tahun) Logika anak sudah mulai
tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya dan
bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini
adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih
banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri
tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
5. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun) Anak mulai
dihadapkan pada harapan–harapan kelompoknya dan dorongan
yang semakin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai
berpikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas
dirinya serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka ia
tidak akan bingung menghadapi perannya.
6. Intimacy vs Isolation ( dewasa awal ) Individu sudah mulai
mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan
orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang yang
tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil
atau tersaing.
7
7. Generativy vs self absorbtion ( dewasa tengah ) Adanya tuntutan
untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian
masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa
lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk
kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap-
tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka
mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.
8. Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut) Memasuki masa ini,
individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan
tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbulkan perasaan puas.
Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul
kekecewaan yang mendalam.
D. KOHLBERG (PERKEMBANGAN MORAL)
1. Pra-konvensional Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh
wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap perilaku anak.
Penilaian terhadap perilaku didasarkan atas akibat sikap yang
ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai
menyesuaikan diri dengan harapan–harapan lingkungan untuk
memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
2. Konvensional Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan
lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak
manis.
3. Purna Konvensional Anak mulai mengambil keputusan baik dan
buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan penting.
Penyesuaian diri terhadap segala aturan di sekitarnya lebih
didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap
orang lain.

E. HURLOCK (PERKEMBANGAN EMOSI)


Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa
kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan
emosi heran, malu, gembira, marah dan takut.
F. ASPEK PERTUMBUHAN DANPERKEMBANGAN
8
Dari porses perkembangan dapat dikelompokan menjadi 3
aspek yaitu :
1. Aspek biologis merupakan perkembangan pada fisik individu,
contohnya: bertambahnya berat badan dan tinggi badan yang
tentunya dapat kita ukur.
2. Aspek kognitif meliputi perubahan kemampuan dan cara
berfikir.
3. Aspek psikososial dapat diartikan bahwa aspek ini merupakan
perubahan aspek perasaan, emosi, dan hubungannya dengan
orang lain. Dari semua aspektersebut yaitu aspek biologis
(fisik), aspek kognitif (pemikiran), dan aspek psikososial
(hubungan dengan masyarakat) semuanya saling
mempengaruhi sehingga apabila pada suatu aspek mengalami
hambatan maka akan mempengaruhi perkembangan aspek
yang lainnya.
G. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
Hurlock (1997: 29) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip
perkembangan tersebut meliputi:
1. Perkembangan Melibatkan Adanya Perubahan Perkembangan
selalu ditandai adanya perubahan yang bersifat progresif yang
bertujuan agar manusia dapat menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungan.
2. Perkembangan Awal Lebih Kritis dari Perkembangan
Selanjutnya Perkembangan merupakan proses continue,
dimana perkembangan sebelumnya akan mempengaruhi
perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu kesalahan ataupun
gangguan pada perkembangan awal akan terus mempengaruhi
perkembangan-perkembangan berikutnya.
3. Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan
Belajar Kematangan merupakan hasil perkembangan melalui
tahapan-tahapan yang kompleks dan saling terkait dari
tahapan-tahapan awal ke tahapan-tahapan selanjutnya.
Perkembangan merupakan hasil belajar mengartikan bahwa
perkembangan diperoleh melalui usaha sadar dan latihan.
9
H. Hukum-Hukum Pertumbuhandan Perkembangan
Bagi setiap makhluk hidup, sejak kelahirannya dan dalam
menjalani kehidupan seterusnya terdapat dasar-dasar dan pola-
pola kehidupan yang berlaku umum sesuai dengan jenisnya. Di
samping itu tcrdapat pula pola-pola yang berlaku khusus
sehubungan dengan sifat-sifat individualnya. Pola-pola ini
mempunyai arti yang universal yang bisa berlaku di mana-mana.
Pola kehidupan yang dimaksudkan bisa dipergunakan sebagai
patokan untuk mengenal ciri perkembangan anak-anak, misalnya
anak-anak di Amerika, anak-anak di Asia, dan juga bagi anak-
anak di Indonesia. Itu semua karena ciri dan sifatnya yang
universal.
.
Kesimpulan Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa:
1. Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek
jasmaniah atau fisik. Pertumbuhan menunjukkan pertumbuhan
atau penambahan secara kuantitas, yaitu penambahan dalam
ukuran besar atau tinggi.
2. Perkembangan berhubungan dengan aspek-aspek pasikis atau
rohaniah. Perkembangan berkenaan dengan peningkatan kualitas,
yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi.
3. Pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur
sedangkan perkembangan dengan penyempurnaan fungsi.

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN JOURNAL


Secara keseluruhan penulisan jurnal ini sangatlah bagus dan pembahasan yang rinci
serta kita dapat lebih ,udah memahaminya. Tetapi jurnal ini tidak dilengkapi dengan cara dan
solusi dalam mengaplikasikan materi yang ada didalam jurnal ini kedalam kehidupan sehari-
hari pembaca, jurnal ini juga tidak dilengkapi dengan cara bagaimana mengatasi
permasalahan dalam perkembangan pisik.

10
1.3. CRITICAL JOURNAL REVIEW (3)

Judul Learning evaluation, Elementary School, character education,


multicultural

Jurnal The Futur of Children

Vol dan Halaman Vol.1 (4) pp. 247-251.

Tahun 2017

Penulis Ivo Basri K

Reviewer Lelyna harahap

Tanggal 30 Oktober 2019

Topik Sajian Materi

Learning evaluation is a comprehensive concept that depends on


Abstrak both measurement and assessment to make joint judgments or
decisions. The character of education and evaluation of multicultural
learning in elementary schools (SD) is adjusted to the level of
thinking of children in elementary school. Where is still at the
beginning of the abstract stage. Character education is a system of
character building values to the school community, which includes
knowledge, awareness or willingness, and actions to apply these
values, both from God Almighty (Almighty), ourselves, others, the
environment, and national so that humans are perfect to become
human. In fact, multicultural education is indeed an integral part in
all levels of education. Therefore the value of multicultural
investment is ideally applied to all subjects in formal education.
For character building in learning materials that must be taught and
Tujuan Penelitian mastered and realized by students in everyday life.

Subjek Penelitian Elementary school children

11
Assesment Data Use some expert opinions

Development research

Metode Penelitian By using the library research method (library research), namely
research carried out using literature (literature), both in the form of
books, notes, and reports of research results from previous studies.
The data collection technique in this study is by examining research
journals or scientific articles, books, documents, or other
information related to the research title. After the data is collected,
then the data analysis is performed. Data analysis in this study is to
analyze and synthesize these documents to be studied and become
new ideas in supporting research results.

Hasil Penelitian New developments towards the view of teaching and learning
bring consequences to teachers to improve their role and
competence, because the learning process and learning
outcomes of students are largely determined by the role of
competent teachers. Competent teachers will be better able to
create an effective learning environment and will be better able
to manage their classes, so that student learning outcomes are at
an optimal level. One of the teacher's roles in the teaching and
learning process is as an evaluator. In one teaching and learning
process the teacher should be a good evalutor. Learning
evaluation activities are intended to find out whether the goals
that have been formulated have been achieved or not, and
whether the material being taught is sufficient. All these
questions will be answered through learning evaluation
activities. Then the evaluation of the learning of basic education
/ elementary school level (SD) is reviewed and reviewed from
the character and multicultural education of students.
A. Evaluation of Basic Education Based on Character
Education Character education is learning that leads to the
strengthening and development of student behavior as a whole
which is based on a certain value referred to by the school.

12
Character education is an education that is integrated with all
subjects. Character education holds that every student has the
potential to be strengthened and developed to be better. The
values referred to in elementary school are "tools" to strengthen
and develop student behavior.
Evaluation of Learning in Multicultural Basic Education
Education Multicultural education is important given to
students from an early age. It is important to be implemented in
the hope that students are able to understand that in the
environment there is cultural diversity. Cultural diversity
influences behavior, attitudes, mindset so students have ways
(usage), habits (folk ways), rules (mores), and customs that are
different from each other. Therefore, according to Syahid
(2013), that the evaluation of multicultural-based basic
education learning is held in an effort to develop the ability of
students to view life from various cultural perspectives that are
different from the culture they have, and be positive towards
cultural, racial, and ethnic differences. .
Kesimpulan Conclusion Learning evaluation is a professional competence of an
educator. These competencies are in line with the teacher's ability to
assess instruments, which one of the indicators is conducting an
evaluation of learning. One of the teacher's roles in the teaching and
learning process is as an evaluator for students. Therefore,
Evaluation of character-based and multicultural education based on
elementary school level is adjusted to the level of development of
thinking of elementary school children who are still at a concrete
level. The education of students' character should be started from
family and school. Through character education it is expected that
students can grow into individuals with noble character. Planting
character values can be integrated in learning evaluation on each
subject. Meanwhile, the meaning of multicultural values on students
in elementary school is obtained after the process of observation,
interviews, interactions with principals, class teachers, subject

13
teachers and students, understanding behaviors, speeches, and
interpretations of students about values multicultural.

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN JOURNAL (3)


Kelebihan

Jurnal ini sudah sangat bagus. Bahasa yang di gunakan oleh penulis juga mudah di pahami
sehingga memudahkan saya ketika membacanya dan kita bisa langsung mengerti apa yang di
maksud kata-kata di dalam jurnal ini. Jurnal ini juga memuat gambar-gambar sama juga
seperti jurnal pertama.

Kelemahan
Pembahasan dalam jurnal ini belum cukup luas. Contohnya di dalam dimensi spesifik
kemampuan kognitifanak, penulis tidak mencantumkan contoh sehingga pembacanya merasa
kurang jelas dengan tahapan-tahapan perkembangan tersebut.

BAB II

KESIMPULAN DAN SARAN

2.1 Kesimpulan
1. Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah atau fisik.
Pertumbuhan menunjukkan pertumbuhan atau penambahan secara kuantitas, yaitu
penambahan dalam ukuran besar atau tinggi.
2. Perkembangan berhubungan dengan aspek-aspek pasikis atau rohaniah. Perkembangan
berkenaan dengan peningkatan kualitas, yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi.

14
3. Dengan demikian, disimpulkan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan
struktur sedangkan perkembangan dengan penyempurnaan fungsi.

2.1 Saran
Ketiga jurnal ini pada dasarnya sangat baik sebagai panduan memahami materi
perkembangan peserta didik, tetapi ada baiknya kedua jurnal ini lebih diperbanyak
dibagian aspek pendukung nya seperti tabel, diagram, dan masih banyak lagi sebagai
panduan untuk memahami dan mengaplikasikan setiap teori yang ada didalam ketiga
jurnal ini.

15

Anda mungkin juga menyukai