ANALISIS JURNAL
1.1..................................................................................................... CRITICAL
JOURNAL REVIEW
Judul Pemenuhan Kebutuhan Psikologi Peserta Didik SD/MI Melalui
Pembelajaran Tematik Terpadu
Jurnal Humaniora
Tahun 2014
1
kehidupan di masa yang akan datang . Hal serupa juga diungkapkan
Abdul Madjid, pengembangan Kurikulum 2013 adalah bagian dari
strategi meningkatkan capaian pendidikan. Di samping kurikulum,
terdapat sejumlah faktor di antaranya lama siswa bersekolah; lama
siswa tinggal di sekolah; pembelajaran siswa aktif berbasis
kompetensi; buku pegangan dan peranan guru sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan.
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik SD/MI, sedangkan
objek dalam penelitian ini adalah bagaimana : Pemenuhan
Kebutuhan Psikologi Peserta Didik SD/MI
2
disiplinerinimenjadikan pengalaman yang diberikan kepada peserta
didik utuh dan lebih bermakna. Ditambah lagi peserta didik akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui
pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang sudah mereka pahami. Hal ini selaras dengan pendapat Piaget
bahwa proses belajar dapat berlangsung jika terjadi proses
pengolahan data yang aktif di pihak pembelajar. Pengolahan data
yang aktif merupakan aktivitas lanjutan dari kegiatan mencari
informasi dan dilanjutkan dengan kegiatan penemuan.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
jawaban dari tiga rumusan masalah di awal artikel ini yaitu sebagai
berikut: pertama, karakteristik perkembangan peserta didik di
SD/MI dapat dipilah menjadi dua macam yaitu perkembangan pada
aspek jasmaniah dan perkembangan pada aspek mental. Pada aspek
jasmaniah, peserta didik SD/MI telah memiliki kematangan
sehingga mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Pada
aspek mental yang meliputi perkembangan inteletual, bahasa, sosial,
emosi, dan moral keagamaan, peserta didik SD/MI secara intelektual
berada pada tahap perkembangan operasional konkret (kelas I-V)
dan operasional formal (kelas VI), yang memiliki kecenderungan
belajar bersifat konkret, integratif, dan hierarkhis.Dari aspek bahasa,
mereka telah mampu membuat kalimat sempurna, bahkan kalimat
majemuk, dan juga dapat mengajukan pertanyaan.
3
Judul Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Jurnal Formatif
Tahun 2013
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik, sedangkan objek
dalam penelitian ini adalah bagaimana : proses perkembangan
4
pada tumbuhan dan manusia.
Assesment Data 1.Membaca buku
2.Mencari info dari media sosial atau elektronik
3.Menggunakan beberapa pendapat para ahli
Metode Penelitian Penelitian ini menggunkan metode pola perkembangan individu
yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan
bersifat involusi (Santrok Yussen. 1992). dari proses terbentuknya
individu dari proses bertemunya sperma dengan sel telur dan
berlangsung sampai akhir hayat yang bersifaf timbulnya adanya
perubahan dalam diri individu.
5
melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mentah yang
bersifat simbolis (berpikir). Sekitar usia 18 – 24 bulan anak
mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir.
b. Tahap pra operasional ( 2 – 7 tahun)
c. Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia hanya
dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris. Pola
berfikir ada dua yaitu: transduktif; anak mendasarkan
kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur
jadi semua binatang bertelur) atau karena ciri–ciri objek
tertentu (truk dan mobil sama karena punya roda empat).
d. Tahap intuitif( 4 – 7 tahun) Pola pikir berdasar intuitif
penalaran masih kaku, terpusat pada bagian-bagian tertentu
dari objek dan semata–mata didasarkan atas penampakan
objek.
e. Tahap operasional konkrit ( 7 – 12 tahun) Konversi
menunjukkan anak mampu menawar satu objek yang diubah
bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi
maka volumenya tetap. Seriasi menunjukan anak mampu
mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya
seperti: tinggi, besar, kecil, warna, bentuk, dst.
f. Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun) Anak dapat
melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek–
objek yang ia pikirkan. Pola pikir menjadi lebih fleksibel
melihat persoalan dari berbagai Proses perkembangan
psikososial tergantung pada bagaimana individu
menyelesaikan tugas perkembangannya pada) tahap itu, yang
paling penting adalah bagaimana memfokuskan diri individu
pada penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau
tidak dengan tugas perkembangannya. Perkembangan
Psikososial.
C. ERIKSON ( PERKEMBANGANPSIKOSOSIAL
1. Trust vs. Misstrust ( 0 – 1 tahun) Kebutuhan rasa aman dan
ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust dan
6
misstrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan
mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu
sangat berperan penting.
2. Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun) Organ tubuh lebih
matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi
peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian,
pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan
kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan
membuat anak bertindak dan berfikir ragu–ragu. Kedua orang tua
objek sosial terdekat dengan anak.
3. Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun) Bila tahap sebelumnya anak
mengembangkan rasa percaya diri dan mandiri, anak akan
mengembangkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas
untuk melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap
sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia
akan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan
atas kehendak sendiri.
4. Industry vs inferiority (6 – 11 tahun) Logika anak sudah mulai
tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya dan
bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini
adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih
banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri
tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
5. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun) Anak mulai
dihadapkan pada harapan–harapan kelompoknya dan dorongan
yang semakin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai
berpikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas
dirinya serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka ia
tidak akan bingung menghadapi perannya.
6. Intimacy vs Isolation ( dewasa awal ) Individu sudah mulai
mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan
orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang yang
tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil
atau tersaing.
7
7. Generativy vs self absorbtion ( dewasa tengah ) Adanya tuntutan
untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian
masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa
lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk
kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap-
tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka
mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.
8. Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut) Memasuki masa ini,
individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan
tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbulkan perasaan puas.
Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul
kekecewaan yang mendalam.
D. KOHLBERG (PERKEMBANGAN MORAL)
1. Pra-konvensional Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh
wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap perilaku anak.
Penilaian terhadap perilaku didasarkan atas akibat sikap yang
ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai
menyesuaikan diri dengan harapan–harapan lingkungan untuk
memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
2. Konvensional Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan
lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak
manis.
3. Purna Konvensional Anak mulai mengambil keputusan baik dan
buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan penting.
Penyesuaian diri terhadap segala aturan di sekitarnya lebih
didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap
orang lain.
10
1.3. CRITICAL JOURNAL REVIEW (3)
Tahun 2017
11
Assesment Data Use some expert opinions
Development research
Metode Penelitian By using the library research method (library research), namely
research carried out using literature (literature), both in the form of
books, notes, and reports of research results from previous studies.
The data collection technique in this study is by examining research
journals or scientific articles, books, documents, or other
information related to the research title. After the data is collected,
then the data analysis is performed. Data analysis in this study is to
analyze and synthesize these documents to be studied and become
new ideas in supporting research results.
Hasil Penelitian New developments towards the view of teaching and learning
bring consequences to teachers to improve their role and
competence, because the learning process and learning
outcomes of students are largely determined by the role of
competent teachers. Competent teachers will be better able to
create an effective learning environment and will be better able
to manage their classes, so that student learning outcomes are at
an optimal level. One of the teacher's roles in the teaching and
learning process is as an evaluator. In one teaching and learning
process the teacher should be a good evalutor. Learning
evaluation activities are intended to find out whether the goals
that have been formulated have been achieved or not, and
whether the material being taught is sufficient. All these
questions will be answered through learning evaluation
activities. Then the evaluation of the learning of basic education
/ elementary school level (SD) is reviewed and reviewed from
the character and multicultural education of students.
A. Evaluation of Basic Education Based on Character
Education Character education is learning that leads to the
strengthening and development of student behavior as a whole
which is based on a certain value referred to by the school.
12
Character education is an education that is integrated with all
subjects. Character education holds that every student has the
potential to be strengthened and developed to be better. The
values referred to in elementary school are "tools" to strengthen
and develop student behavior.
Evaluation of Learning in Multicultural Basic Education
Education Multicultural education is important given to
students from an early age. It is important to be implemented in
the hope that students are able to understand that in the
environment there is cultural diversity. Cultural diversity
influences behavior, attitudes, mindset so students have ways
(usage), habits (folk ways), rules (mores), and customs that are
different from each other. Therefore, according to Syahid
(2013), that the evaluation of multicultural-based basic
education learning is held in an effort to develop the ability of
students to view life from various cultural perspectives that are
different from the culture they have, and be positive towards
cultural, racial, and ethnic differences. .
Kesimpulan Conclusion Learning evaluation is a professional competence of an
educator. These competencies are in line with the teacher's ability to
assess instruments, which one of the indicators is conducting an
evaluation of learning. One of the teacher's roles in the teaching and
learning process is as an evaluator for students. Therefore,
Evaluation of character-based and multicultural education based on
elementary school level is adjusted to the level of development of
thinking of elementary school children who are still at a concrete
level. The education of students' character should be started from
family and school. Through character education it is expected that
students can grow into individuals with noble character. Planting
character values can be integrated in learning evaluation on each
subject. Meanwhile, the meaning of multicultural values on students
in elementary school is obtained after the process of observation,
interviews, interactions with principals, class teachers, subject
13
teachers and students, understanding behaviors, speeches, and
interpretations of students about values multicultural.
Jurnal ini sudah sangat bagus. Bahasa yang di gunakan oleh penulis juga mudah di pahami
sehingga memudahkan saya ketika membacanya dan kita bisa langsung mengerti apa yang di
maksud kata-kata di dalam jurnal ini. Jurnal ini juga memuat gambar-gambar sama juga
seperti jurnal pertama.
Kelemahan
Pembahasan dalam jurnal ini belum cukup luas. Contohnya di dalam dimensi spesifik
kemampuan kognitifanak, penulis tidak mencantumkan contoh sehingga pembacanya merasa
kurang jelas dengan tahapan-tahapan perkembangan tersebut.
BAB II
2.1 Kesimpulan
1. Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah atau fisik.
Pertumbuhan menunjukkan pertumbuhan atau penambahan secara kuantitas, yaitu
penambahan dalam ukuran besar atau tinggi.
2. Perkembangan berhubungan dengan aspek-aspek pasikis atau rohaniah. Perkembangan
berkenaan dengan peningkatan kualitas, yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi.
14
3. Dengan demikian, disimpulkan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan
struktur sedangkan perkembangan dengan penyempurnaan fungsi.
2.1 Saran
Ketiga jurnal ini pada dasarnya sangat baik sebagai panduan memahami materi
perkembangan peserta didik, tetapi ada baiknya kedua jurnal ini lebih diperbanyak
dibagian aspek pendukung nya seperti tabel, diagram, dan masih banyak lagi sebagai
panduan untuk memahami dan mengaplikasikan setiap teori yang ada didalam ketiga
jurnal ini.
15