Anda di halaman 1dari 6

Ummu Umayah

1843050051

Pharmaceutical Care Sore

1. Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri berupa tingginya kadar


gula (glukosa) darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia.

Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat
menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat
timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.

Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu
organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap
dan mengolah glukosa menjadi energi.

Epidemiologi diabetes mellitus tipe 1 sebagai penyakit yang mayoritas terjadi pada anak-anak
dan remaja, serta dapat menyebabkan kematian dini dan kecacatan.

Global

Sekitar 171 juta orang di dunia mengidap diabetes pada tahun 2000, dan diproyeksikan akan
meningkat ke angka 366 juta pengidap diabetes di tahun 2030. Dari jumlah tersebut, penderita
diabetes mellitus tipe 1 adalah sekitar 5-10 %, atau sekitar 11-22 juta penderita di dunia. Sekitar
440.000 anak-anak di bawah usia 14 tahun sudah mengidap diabetes mellitus tipe 1 di tahun
2006. Insidensi diabetes mellitus tipe 1 meningkat tiap tahunnya sebesar 3%-5% secara global.
[1,2,4,7]
Indonesia

Di Indonesia, tidak ada data epidemiologi khusus mengenai diabetes mellitus tipe 1. Walau
demikian, prevalensi diabetes sekitar 4,8%-5,1% pada tahun 2012, dengan perkiraan 58,8% dari
semua kasus diabetes tidak terdiagnosa.[8]
Mortalitas
Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1 berupa penurunan sekresi insulin akibat autoantibodi yang
merusak sel-sel pulau Langerhans pada pankreas.
Kerusakan Sel Pulau Langerhans Pankreas akibat Mekanisme Autoimun

Kerusakan sel pulau Langerhans pankreas pada diabetes mellitus tipe 1 terjadi akibat
terbentuknya autoantibodi. Mekanisme autoimun ini masih tidak diketahui penyebabnya, tetapi
diduga berhubungan dengan faktor genetik dan paparan faktor lingkungan. Autoantibodi yang
terbentuk akan merusak sel-sel β pankreas di dalam pulau-pulau Langerhans pankreas disertai
terjadinya infiltrasi limfosit. Kerusakan sel β pankreas ini tidak terjadi dalam jangka pendek
tetapip dapat terjadi hingga bertahun-tahun tanpa diketahui karena gejala klinis baru muncul
setelah setidaknya 80% sel β pankreas mengalami kerusakan.
Hiperglikemia dan Komplikasinya

Kerusakan sel-sel β pankreas akan menyebabkan terjadinya penurunan sekresi insulin. Defisit
insulin ini kemudian akan menyebabkan terjadinya hiperglikemia yang bila terus memburuk
akan menyebabkan penderita mengalami hiperosmolaritas dan dehidrasi.
Hiperglikemia juga akan menyebabkan terjadinya degenerasi akson dan demielinisasi segmental
sehingga penderita akan mengalami neuropati. Selain itu, hiperglikemia juga menyebabkan
terjadinya penumpukan sorbitol pada saraf sensorik perifer yang menyebabkan terjadinya
neuritis.
Hiperglikemia juga akan menyebabkan gangguan pada sistem pembuluh darah mikro maupun
makro di mata ginjal, otak, dan jantung, sistem katabolisme tubuh, serta gangguan elektrolit.

Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 1 berupa terapi non farmakologis seperti olah raga dan
diet serta terapi farmakologis yaitu pemberian insulin. Diet dan penggunaan insulin yang
dijalankan dengan baik merupakan kunci untuk mencegah terjadinya kegawatdaruratan, baik
ketoasidosis diabetik maupun hipoglikemia berat.[9, 14]
Berobat Jalan
Pasien tidak perlu dilakukan perawatan di rumah sakit bila datang dengan keadaan umum dan
kesadaran masih baik. Pada pasien baru tanpa keluhan muntah, dehidrasi, dan asidosis, panduan
terapi insulin untuk pasien adalah sebagai berikut:

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan diabetes dengan tipe predominan, mencapai 90% dari
seluruh kasus diabetes. Terjadi pergeseran pola epidemiologi dari Amerika dan Eropa ke negara-
negara Afrika dan Asia karena semakin tingginya gaya hidup sedentari di negara-negara tersebut.
Mayoritas penderita diabetes mellitus tipe 2 adalah orang dengan obesitas.[7, 11-13]
Global

Prevalensi diabetes mellitus tipe 2 secara global diperkirakan sekitar 422 juta orang pada tahun
2014 [13], dan diproyeksikan meningkat ke angka 552 juta pengidap di tahun 2030.[7] Ada 10
besar negara-negara yang memiliki pengidap diabetes terbanyak di dunia, antara lain: India,
China, USA, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil, Italia dan Bangladesh

Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 terjadi sebagai akibat kombinasi beberapa aspek yang
berlangsung lama, dapat bertahun-tahun secara subklinis. Aspek-aspek tersebut adalah
penurunan sekresi insulin, resistensi insulin, dan ominous octet.
Penurunan Sekresi Insulin

Penurunan sekresi insulin terjadi akibat disfungsi sel-sel β pankreas. Suatu penelitian
menemukan bahwa gangguan fungsi sel pankreas ini terjadi secara dini bahkan sebelum adanya
resistensi insulin.[2]
Etiologi diabetes mellitus tipe 2 melibatkan faktor lingkungan, gaya hidup sedentari, dan faktor
genetik.
Faktor Genetik

Faktor genetik diabetes mellitus tipe 2 kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Terdapat
beberapa varian genetik yang diasosiasikan dengan terjadinya disfungsi sel-sel β pankreas dan
resistensi insulin. Sekitar 10% varian timbulnya DM 2 berhubungan dengan faktor herediter in

Diabetes mellitus tipe 2 memerlukan penatalaksanaan yang komprehensif, berupa penurunan


berat badan, pemberian obat antidiabetes, dan perubahan gaya hidup. Kontrol keberhasilan terapi
menggunakan pemeriksaan HbA1c penting untuk mencegah terjadinya komplikasi. Selain itu,
penatalaksanaan diabetes juga harus memperhatikan komorbid lainnya yang perlu dikontrol
seperti tekanan darah dan profil lipid pasien.
Terapi Nonfarmakologis

Terapi nonfarmakologis merupakan bagian dari penatalaksanaan komprehensif diabetes. Terapi


yang diberikan menyangkut perubahan gaya hidup, diet, dan penanganan obesitas.

Pengobatan Diabetes

Pasien diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah,
sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan lemak. Pilihan makanan untuk
penderita diabetes juga sebaiknya benar-benar diperhatikan.

Bila perlu, pasien diabetes juga dapat mengganti asupan gula dengan pemanis yang lebih aman
untuk penderita diabetes, sorbitol. Pasien diabetes dan keluarganya dapat melakukan konsultasi
gizi dan pola makan dengan dokter atau dokter gizi untuk mengatur pola makan sehari-hari.

Untuk membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan sensitivitas sel
terhadap insulin, pasien diabetes dianjurkan untuk berolahraga secara rutin, setidaknya 10-30
menit tiap hari. Pasien dapat berkonsultasi dengan dokter untuk memilih olahraga dan aktivitas
fisik yang sesuai.
Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur gula darah sehari-
hari. Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan untuk menjalani terapi insulin
untuk mengatur gula darah. Insulin tambahan tersebut akan diberikan melalui suntikan, bukan
dalam bentuk obat minum. Dokter akan mengatur jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta
memberitahu cara menyuntiknya.

Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi pencangkokan
(transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang mengalami kerusakan. Pasien diabetes
tipe 1 yang berhasil menjalani operasi tersebut tidak lagi memerlukan terapi insulin, namun harus
mengonsumsi obat imunosupresif secara rutin.

Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya
adalah metformin, obat minum yang berfungsi untuk menurunkan produksi glukosa dari hati.
Selain itu, obat diabetes lain yang bekerja dengan cara menjaga kadar glukosa dalam darah agar
tidak terlalu tinggi setelah pasien makan, juga dapat diberikan.

Dokter juga dapat menyertai obat-obatan di atas dengan pemberian suplemen atau vitamin untuk
mengurangi risiko terjadinya komplikasi. Misalnya, pasien diabetes yang sering mengalami
gejala kesemutan akan diberikan vitamin neurotropik.

Vitamin neurotropik umumnya terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin-vitamin tersebut
bermanfaat untuk menjaga fungsi dan struktur saraf tepi. Hal ini sangat penting untuk dijaga
pada pasien diabetes tipe 2 untuk menghindari komplikasi neuropati diabetik yang cukup sering
terjadi.

Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola makan sehat agar
gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal. Selain mengontrol kadar glukosa,
pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan jadwal untuk menjalani tes HbA1C guna
memantau kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir.

https://www.alodokter.com/diabetes

https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/diabetes-mellitus-tipe-1/penatalaksanaan

https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/diabetes-mellitus-tipe-2/penataksanaan+
https://health.kompas.com/read/2020/10/28/170000268/bagaimana-diabetes-bisa-sebabkan-
gagal-ginjal-?page=all

Anda mungkin juga menyukai