Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH HUKUM PERBURUHAN

Nama : Amel Ryski Prasilya R. Abas P.


NIM : B011191068
Kelas : Hukum Perburuhan-G

LATIHAN PERTEMUAN 14

1. Uraikan pengertian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)


Jawab: Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-Undang No.13 Tahun 2003,bahwa
Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajibanantara pekerja/buruh dan pengusaha.
PHK berarti suatu keadaan di mana si buruh berhenti bekerja dari majikannya.
Hakikat PHK bagi buruh merupakan awal dari penderitaan,maksudnya bagi buruh
permulaan dari segala pengakhiran,permulaan dari berakhirnya mempunyai
pekerjaan,permulaan dari berakhirnya kemampuannya membiayai keperluan hidup sehati-
hari baginya dan keluarganya. Pengusaha,serikat pekerja,dan pemerintah harus
mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja (Pasal 151 ayat (1) Undang-
Undang No.13 Tahun 2003). Selanjutnya,berdasarkan ketentuan Pasal 151 ayat (2) dan
ayat (3) Undang-Undang No.13 Tahun 2003, yaitu:
Pada ayat (2) “Dalam hal segala upaya telah dilakukan tetapi pemutusan hubungan
kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan
oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila
pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.”
Sementara ayat (3) “Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
benar-benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan
hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.”

PHK harus dijadikan tindakan akhir apabila ada perselisihan hubungan


industrial. Pengusaha dalam menghadapi para pekerja hendaknya:
a) Menganggap para pekerja sebgai partner yang akan membantunya untuk
menyukseskan tujuan usaha.
b) Memberikan imbalan yang layak terhadap jasa-jasa yang telah dikerahkan oleh
partnernya itu,berupa penghasilan yang layak dan jaminan-jaminan sosial
tertentu,agar dengan demikian pekerja tersebut dapat bekerja lebih produktif
(berdaya guna).
c) Menjalin hubungan baik dengan para pekerjanya.
Oleh karena itu,para pekerja yang bekerja pada perusahaan tersebut harus
mengimbangi jalinan atau hubungan kerja dengan kerja nyata yang baik,penuh
kedisiplinan,dan tanggung jawab agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan penuh
keberhasilan bagi kepentingan pekerja itu sendiri. Segala hal yang kurang wajar di dalam
perusahaan tersebut akan diselesaikannya dengan musyawarah dan mufakat seperti
perselisihan yang terjadi dalam suatu keluarga besar.

2. Uraikan macam-macam PHK


Jawab : Dalam literatur Hukum Perburuhan dikenal beberapa macam pemutusan
hubungan kerja yakni 1) Pemutusan hubungan kerja oleh majikan/ pengusaha; 2)
Pemutusan hubunga kerja oleh buruh/pekerja; 3) Hubungan kerja putus demi hukum; 4)
Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan. Uraian singkat mengenai macam-macam
pemutusan hubungan kerja sebagai berikut:
1) Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengusaha

Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan


alasan pekerja/buruh telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut:

a. Melakukan penipuan,pencurian,atau penggelapan barang dan/atau uang milik


perusahaan;

b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan


perusahaan;

c. Mabuk,meminum minuman keras yang memabukkan,memakai dan/atau


mengedarkan narkotika,psikotropika,dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;

d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;


e. Menyerang,menganiaya,mengancam,mengintimidasi teman sekerja atau
pengusaha di lingkungan kerja;

f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;

g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya
barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;

h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam
keadaan bahaya di tempat kerja;

i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya


dirahasiakan kecuali untukm kepentingan negara;

j. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana


penjara 5 (lima ) tahun atau lebih (Pasal 158 ayat 1 Undang- Undang No.13 Tahun
2003)

Kesalahan berat dimaksud harus didukung dengan bukti sebagai berikut:

a. Pekerja/buruh tertangkap tangan ;

b. Ada pengakuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan;atau

c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di
perusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2 (dua)
saksi.

2) Pemutusan Hubungan Kerja oleh buruh/pekerja.

Buruh/pekerja berhak untuk memutuskan hubungan kerja dengan pihak


pengusaha,karena pada prinsipnya buruh tidak boleh dipaksakan untuk terus- menerus
bekerja bilamana ia sendiri tidak menghendakinya. Dengan demikian PHK oleh
buruh ini yang aktif untuk meminta diputuskan hubungan kerjanya adalah dari
buruh/pekerja itu sendiri.

Pekerja/buruh dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja


kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam hal pengusaha
melakukan perbuatan sebagai berikut:
a. menganiaya,menghina secara kasar atau mengancam pekerja/buruh;

b. membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh untuk melakukan perbuatan yang


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;

c. tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut atau lebih;

d. tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja/buruh;

e. memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang


diperjanjikan;

f. memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan,dan


kesusilaan pekerja/buruh sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada
perjanjian kerja. (Pasal 169 ayat 1)

3) Hubungan Kerja Putus demi hukum

Selain pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha, buruh/pekerja, hubungan kerja


juga dapat putus/berakhir demi hukum,artinya hubungan kerja tersebut harus putus
dengan sendirinya dan kepada buruh/pekerja,pengusaha tidak perlu mendapatkan
penetapan PHK dari lembaga yang berwenang sebagaimana diatur dalam Pasal 154
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 sebagai berikut:

a. Pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja,bilamana telah dipersyaratkan


secara tertulis sebelumnya;

b. Pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran diri,secara tertulis atas


kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari
pengusaha,berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu
tertentu untukm pertamakali;

c. Pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian


kerja,peraturan perusahaan,perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-
undangan;
d. Pekerja/buruh meninggal dunia.

4) Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengadilan

Yang dimaksud dengan Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan ialah


pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan perdata biasa atas permintaan yang
bersangkutan (majikan/buruh) berdasarkan alasan penting. Alasan penting adalah
disamping alasan mendesak juga karena perubahan keadaan pribadi atau kekayaan
pemohon atau perubahan keadaan dimana pekerjaan yang dilakukan sedemikian rupa
sifatnya,sehingga layak untuk memutuskan hubungan kerja.

Anda mungkin juga menyukai