Anda di halaman 1dari 3

1

2.1.1 Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana)

Kacen dan Lee (2002) dalam Putra (2014) menyimpulkan: “Impulse

buying adalah pembelian yang tidak direncanakan, hasil dari rangsangan

stimulus, dan diputuskan saat itu juga ditempat. Setelah melakukan

pembelian, konsumen merasakan reaksi yang cognitive dan emosional.”

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa impulse buying timbul karena adanya

rangsangan dan dibeli seketika meskipun tidak ada rencana pembelian

sebelumnya. Huang dan Ming (2005) dalam Putra (2014) menjelaskan

impulse buying sebagai suatu hal yang lebih membangkitkan, yang tidak

diinginkan, kurang disengaja dan lebih tak tertahankan perilaku untuk

membeli dibandingkan untuk perilaku pembelian yang direncanakan, dengan

makin tingginya impulse buying maka akan lebih besar kemungkinannya

menjadi tidak efektif, emosional tertarik untuk objek berkeinginan segera

terpuaskan. Gutierrez (2004) dalam Putra (2014) menjelaskan bahwa impulse

buying sebagai pembelian langsung dimana konsumen tidak aktif dalam

mencari produk dan sebelumnya tidak memiliki rencana untuk membeli.


2

Perilaku pembelian yang tidak direncanakan (impulse buying)

merupakan sesuatu yang menarik bagi produsen maupun pengecer, karena

merupakan pangsa pasar terbesar dalam pasar modern. Berdasarkan

penelitian-penelitian terdahulu beberapa faktor yang menjadi alasan mengapa

seseorang terdorong untuk melakukan impulse buying diantaranya adalah

karena faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor

yang ada pada diri seseorang yaitu pada suasana hati dan kebiasaan mereka

berbelanja apakah di dorong sifat hedonis atau tidak. Menurut Rook dalam

Putri dan Edwar (2015), pembelian impulsif terdiri dari karakteristik berikut:

1. Spontanity (spontanitas), pembelian impulsif terjadi secara tidak terduga

dan memotivasi konsumen untuk membeli saat juga, seringkali karena

respon terhadap stimuli visual point-of-sale.

2. Power, compulsion, andintensity, adanya motivasi untuk

mengesampingkan hal-hal lain dan bertindak secepatnya.

3. Excitementand simulation, yaitu keinginan membeli secara tiba-tiba yang

seringkali diikuti oleh emosi seperti exciting, thrilling, atau wild.

4. Disregard for consequences, keinginan untuk membeli dapat menjadi

tidak dapat ditolak sampai konsekuensi negatif yang mungkin terjadi

diabaikan.

Loudon dan Bitta (1993) dalam Putri dan Edwar (2015), menyebutkan

empat tipe pembelian impulsif (impulse buying) sebagai berikut:

1. Pure impulse, sebuah pembelian yang berlawanan dengan tipe pembelian

normal.
2. Suggestion impulse, seorang pembeli tidak mempunyai pengetahuan

sebelumnya tentang sebuah produk, melihatnya untuk pertama kali, dan

merasakan kebutuhan akan produk tersebut.

3. Reminder impulse, seorang pembeli melihat sebuah produk dan teringat

bahwa persediaan produk tersebut di rumah sudah berkurang, atau mengingat

sebuah iklan atau informasi lain tentang sebuah produk dan keputusan

pembelian terdahulu.

4. Planned impulse, seorang pembeli memasuki toko dengan ekspektasi dan

tujuan untuk melakukan pembelian berdasarkan adanya harga spesial, kupon,

dan sejenisnya.

Anda mungkin juga menyukai