Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS IMATUR

Disusun oleh:
Diyah Herawati
01.207.5471

PEMBIMBING
dr. Rosalia Septiana, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2012
BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S

Umur : 74 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Tanjung Rejo 01/04 Kudus

Tanggal Pemeriksaan : 11 Oktober 2012

II. ANAMNESIS
Anamnesis secara : Autoanamnesis dan Alloanamnesis
Keluhan Utama :
Pandangan kedua mata kabur

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke poliklinik mata pada tanggal 11 Oktober 2012 dengan keluhan
pandangan kabur seperti seperti tertutup kabut namun hanya sebagian. Pandangan
kabur sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu, dirasakan pada kedua mata, terjadi
perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat. Pasien juga mengeluh silau jika
melihat cahaya serta kadang-kadang mata berair. Pasien mengaku tidak ada riwayat
kemasukan debu atau benda asing ke dalam mata atau riwayat trauma pada mata yang
sakit. Pasien tidak mengeluh matanya kemeng, gatal, maupun mata lengket.

Riwayat Penyakit Dahulu:


- Riwayat hipertensi (+)
- Riwayat diabetes melitus (-)
- Riwayat gigi berlubang (+)
- Riwayat alergi (+) telur dan ayam

2
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa.

Riwayat sosial ekonomi:


Keluarga pasien rata-rata bekerja sebagai petani. Biaya pengobatan ditanggung
jamkesmas.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. VITAL SIGN
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Suhu : Afebris
Pernafasan : 20 x / menit
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Cukup

B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:
OD OS

1
2 2
1
Keterangan:
1. Lensa keruh sebagian
2. Arkus senilis

3
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
2/60 Visus 2/60
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal, Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-), enoftalmus (-),
eksoftalmus (-), Bulbus okuli eksoftalmus (-),
strabismus (-) strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-), nyeri Edema (-), hiperemis(-),
tekan(-), nyeri tekan (-),
blefarospasme (-), lagoftalmus (-), blefarospasme (-),
Palpebra
ektropion (-), lagoftalmus (-)
entropion (-) ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-), Edema (-),
injeksi konjungtiva (-), injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-), Konjungtiva injeksi siliar (-),
infiltrat (-), infiltrat (-),
hiperemis (-) hiperemis (-)
Putih Sklera Putih
Bulat, edema (-), Bulat, edema (-),
keratik presipitat(-), Kornea keratik presipitat(-),
infiltrat (-), sikatriks (-) infiltrat(-), sikatriks (-)
Arkus senilis (+) Arkus senilis (+)
Jernih, kedalaman cukup Camera Oculi Jernih, kedalaman cukup,
hipopion (-), Anterior hipopion (-),
hifema (-), (COA) hifema (-),
Kripta(N), warna coklat,(+), Iris Kripta(N), warna coklat,(+),
edema(-), synekia (-) edema(-), synekia (-),
bulat, diameter : ± 3mm, letak bulat, diameter ± 3 mm,
sentral, Pupil letak sentral,
refleks pupil langsung (+), refleks pupil langsung (+), refleks
refleks pupil tak langsung (+) pupil tak langsung (+)

4
Keruh sebagian, Shadow test (+) Lensa Keruh sebagian, Shadow test (+)
Jernih Vitreus Jernih
Papil NII bulat, batas tegas, Papil NII bulat, batas tegas,
ablatio (-), mikroaneurisma (-), Retina ablatio (-), mikroaneurisma (-),
eksudat (-), perdarahan (-), eksudat (-), perdarahan (-),
CD ratio (N) CD ratio (N)
(+) suram Fundus Refleks (+) suram
Normal TIO digital Normal
Epifora (-), lakrimasi (-) Sistem Epifora (-), lakrimasi (-)
Lakrimasi

IV. RESUME
Subjektif:
Pasien datang ke poliklinik mata pada tanggal 11 Oktober 2012 dengan keluhan
pandangan kabur.Pandangan kabur sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu, dirasakan
pada kedua mata, terjadi perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat. Pasien
juga mengeluh silau jika melihat cahaya serta kadang-kadang mata berair. Pasien
mengaku tidak ada riwayat kemasukan debu atau benda asing ke dalam mata atau
riwayat trauma pada mata yang sakit. Pasien tidak mengeluh matanya kemeng, gatal,
maupun mata lengket.
Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi, gigi berlubang, dan alerrgi bila
memakan telur dan ayam. Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini. Biaya pengobatan
ditanggung jamkesmas.

5
Objektif:
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
2/60 Visus 2/60
Keruh hampir merata Lensa Keruh hampir merata
Shadow test (+) Shadow test (+)
Papil NII bulat, batas tegas, Papil NII bulat, batas tegas,
ablatio (-), mikroaneurisma (-), Retina ablatio (-), mikroaneurisma (-),
eksudat (-), perdarahan (-), eksudat (-), perdarahan (-),
CD ratio (N) CD ratio (N)
Jernih, kedalaman cukup, Camera Oculi Jernih, kedalaman cukup,
Arkus senilis (+) Anterior (COA) Arkus senilis (+)
Normal CD ratio Normal
(+) merah jingga Fundus Refleks (+) merah jingga
Normal TIO digital Normal

V. DIAGNOSA BANDING
1. ODS katarak senilis immatur
2. ODS Primary Open Angle Glaucoma (POAG)/Normal Tension Glaucoma (NTG)
3. ODS Retinopati hipertensi, anemia, DM, hipotensi, leukimia dan pigmentasi

VI. DIAGNOSA KERJA


ODS Katarak senilis immatur
Dasar diagnosis:
 Penglihatan mata kanan dan kiri kabur.
 Pasien mengeluh silau jika melihat cahaya.
 Terdapat kekeruhan lensa sebagian.
 Pada pemeriksaan didapatkan shadow test (+).

6
VII. TERAPI
a. Medikamentosa :
- Timol 0,5%, 1 dd gtt I ODS pagi
- Vitamin A, 1dd I
b. Pasien disarankan untuk operasi katarak

VIII. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD) OKULI SINISTRA(OS)
Quo Ad Visam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo Ad Sanam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo Ad Kosmetikam : Ad bonam Ad bonam
Quo Ad Vitam : Ad bonam Ad bonam

IX. USUL DAN SARAN


Usul :
- Lakukan operasi EKEK + IOL OD
- Persiapan sistemik (TD, pemeriksaan laboratorium, EKG, foto thorax,
penyakit penyerta seperti infeksi/gigi berlubang dan penyakit saluran napas
seperti batuk)
- Persiapan lokal (menurunkan TIO, pemberian antibiotik profilaksis, anel tes,
irigasi mata)
Saran:
- Konsumsi obat secara teratur
- Segera rencanakan waktu untuk operasi
- Lindungi mata dari debu ataupun benda asing

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

7
KATARAK

A. DEFINISI
Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh.Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air
terjun. Asalkata ini mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu
seperti tertutupoleh air terjun di depan matanya akibat. Seorang dengan katarak akan
melihat benda seperti ditutupikabut. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,
atau keduanya (Ilyas, 2009).

B. KLASIFIKASI KATARAK
Berdasarkan waktu perkembangannya katarak diklasifikasikan menjadi
katarak kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis.
1. Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal
dimana kelainan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa
yang sudah didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang
sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa
2. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah
lahir.Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat
lensa.Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai
soft cataract. Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu sediaan
penyakit keturunan lain.
3. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui
bahwa katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan
dengan proses penuaan lensa.

Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium


imatur,stadium matur, dan stadium hipermatur.

8
1. Stadium insipien. Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan
gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-
bercak seperti baji (jari-jari roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan
aksis relatif masih jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila
pupil dilebarkan.
2. Stadium imatur. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan
terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau
tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada
yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar
oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada
pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan
cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris
pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+)

3. Stadium matur . Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya,
sehingga semua sinar yangmelalui pupil dipantulkan kembali di permukaan
anterior lensa. Tak ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang
seperti mutiara. Shadow test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat
harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris
anterior juga terdapat shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil.
Dengan melebarkan pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada
daerah pupil saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur,
dengankoreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat
lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya,
walaupun lensanya belumkeruh seluruhnya. Keadaan ini disebut vera matur.

9
4. Stadium hipermatur. Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah
mencair, sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah.
Melalui pupil, pada daerah yang keruh,  nukleus ini terbayang sebagai setengah
lingkaran di bagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang
diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadikerusakan kapsul lensa,
yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan
lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini
disebut katarak Morgagni. 
Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang
disebut intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga
lensamenjadi cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi
dangkal. Hal ini tidak selalu terjadi.Pada umumnya terjadi pada stadium II.
Selain itu terdapat jenis katarak lain :
Katarak rubella :
 Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil
Katarak Brunesen
 Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa
 Dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.
Katarak Komplikata :
 Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi.
 Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul
menuju ke korteks atau dibawah kapsul menuju sentral
 Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular ayng sewaktu-waktu menjadi
katarak lamelar.

Katarak Diabetik :
 Akibat adanya penyakit Diabetes Mellitus.

10
 Meningkatkan insidens maturasi katarak
 Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsularyang sebagian jernih
dengan pengobatan.
Katarak Sekunder
 Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan
 Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi)
Katarak Traumatika
Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, aruslistrik, panas dan
dingin)
(Ilyas, 2009)

C. PATOFISIOLOGI
Lensa mengandung tiga komponen anatomis yaitu :
 Nukleus à zone sentral
 Korteks à perifer
 Kapsul anterior dan posterior
Sebagian besar katarak terjadi karena suatu perubahan fisik dan perubahan kimia
pada protein lensa mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh.Perubahan
fisik (perubahan pada serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan
silier ke sekitar lensa) menyebabkan hilangnya transparansi lensa.
Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi progresif
sehingga nukleus menjadi kuning atau kecokelatan juga terjadi penurunan konsentrasi
glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium serta peningkatan
hidrasi lensa. Perubahan ini dapat terjadi karena meningkatnya usia sehingga terjadi
penurunan enzim yang menyebabkan proses degenerasi pada lensa.
Penyebab pada katarak senilis belum diketahui pasti, namun diduga terjadi karena:
a. Proses pada nukleus
Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke
arah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat
(nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium dan sklerosis. Pada
nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa
menjadi lebih hipermetrop. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya
berwarna putih menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian

11
menjadi kehitam-hitaman. Karena itulah dinamakan katarak brunesen atau
katarak nigra.
b. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan
penimbunan kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan
membengkak, menjadi lebih miop. Berhubung adanya perubahan refraksi ke
arah miopia pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan
kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah (Wijana, 1983).

Perubahan lensa pada usia lanjut :


1. Kapsul 
- Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
- Mulai presbiopia
- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
- Terlihat bahan granular
2. Epitel → makin tipis
-  Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
-  Bengkak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
- Lebih irregular
- Pada korteks  kerusakan serat sel jelas
- Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah proteinnukleus lensa
4.  Korteks tidak berwarna karena :
- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

D. GEJALA DAN TANDA


1. Pengurangan ketajaman penglihatan secara bertahap
12
2. Pandangan seperti ada kabut atau air terjun
3. Silau, sehingga penglihatan di malam hari lebih nyaman dibandingkan siang
hari
4. Miopia
5. Kesulitan membaca bila tidak cukup cahaya
6. Sering berganti kacamata

E. DIAGNOSIS
ANAMNESIS :
 Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak)
 Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah
 Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :
1. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
2. Perubahan daya lihat warna
3. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
4. Lampu dan matahari sangat mengganggu
5. Sering meminta resep ganti kacamata
6. Penglihatan ganda (diplopia)
PEMERIKSAAN FISIK MATA
1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
2. Melihat lensa dengan penlight dan loop
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai
kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh
(iris shadow).Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur,
sedangkan bayangan dekat dan kecil dengan pupil terjadi katarak matur.
3. Slit lamp
4. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)
(Wijana, 1983)

F. DIAGNOSA BANDING
1. Glaukoma

13
2. Retinopati (anemia, DM hipotensi, hipertensi, leukimia, pigmentosa
(Ilyas, 2009)

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk katarak adalah pembedahan (operasi).Medikamentosa
diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh penyulit misalnya,
silau maka pasien dapat menggunakan kacamata.Untuk mengurangi inflamasi dapat
diberikan steroid ringan. Dapat pula dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang,
suplementasi vitamin A,C,E, serta antioksidan lainnya dengan dosis yang tepat dapat
membantu memperlambat progresifitas katarak.
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang
katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa dengan isi
kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan nucleus)
melalui kapsul anterior yang dirobek dengan meninggalkan kapsul posterior.
a. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada
pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,
implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata
dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata
mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi,
untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi
katarak sekunder.
Tindakan ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang terencana dilakukan apabila:
1. Kita ragu apakah nukleus lentis sudah terbentuk atau belum.
2. Kita mengira badan kaca mencair, misalnya pada miopia tinggi, setelah
menderita uveitis.
3. Telah terjadi perlengketan luas antara iris dan lensa.
4. Pada operasi mata yang lainnya, telah terjadi ablasi atau prolaps badan kaca.
5. Setelah operasi mata yang lainnya, timbul penempelan badan kaca pada
kornea yang menyebabkan distrofi kornea.
6. Terkandung maksud untuk memasang lensa intraokuler buatan.

14
b. Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.Dapat dilakukan
pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi da mudah diputus. Pada tindakan
ini tidak akan terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2009).

Indikasi ekstraksi katarak:


1. Pada bayi: kurang dari 1 tahun
Bila fundus tak terlihat. Bila masih dapat dilihat, katarak dibiarkan saja.
2. Pada umur lanjut
a. Indikasi klinis : kalau katarak menimbulkan penyulit uveitis atau
glaukoma, meskipun visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi
juga, setelah keadaan menjadi tenang.
b. Indikasi visuil : tergantung dari katarak monokuler atau binokuler
3. Katarak monokuler
a. Bila sudah masuk dalam stadium matur
b. Bila visus pasca bedah sebelum dikoreksi, lebih baik daripada sebelum
operasi
4. Katarak binokuler
a. Bila sudah masuk dalam stadium matur
b. Bila visus meskipun telah dikoreksi tidak cukup untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari.

Macam-macam ekstraksi katarak sesuai konsistensi dari katarak :


1. Katarak cair : umur kurang dari 1 tahun, dilakukan disisi lensa
2. Katarak lembek : umur 1-35 tahun, dilakukan ekstraksi linier/ekstraksi katarak
ekstrakapsuler
3. Katarak keras : umur lebih dari 35 tahun, dilakukan ekstraksi katarak
ekstrakapsuler

H. KOMPLIKASI
- Dislokasi lensa dan subluksasi sering ditemukan bersamaan dengan
katarak traumatic.
15
- Komplikasi lain yang dapat berhubungan, seperti blok pupil,glaukoma sudut
tertutup, uveitis,retinal detachment , rupture koroid, hifema,perdarahan
retrobulbar, neuropati optik traumatic.

I. PROGNOSIS
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan
tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis, karena adanya ambliopia dan
kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina.Prognosis untuk perbaikan
ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital
unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif
lambat.Prognosis penglihatan pasien dikatakan baik apabila:
 Fungsi media refrakta baik
Dilakukan dengan melihat kejernihan serta keadaan media refrakta mulai
dari kornea, iris, pupil dan lensa melalui lampu sentolop maupun slit lamp.
 Fungsi makula atau retina baik
Dilakukan dengan pemeriksaan retpersepsi warna, dengan cara
menyorotkan cahaya merah dan hijau di depan mata yang kemudian
dengan sentolop cahaya diarahkan ke mata.
 Fungsi N. Opticus (N.II) baik
 Fungsi serebral baik

Daftar Pustaka

16
Ilyas, H.S. 2009.Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta
Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta
Wijana, N., 1983, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai