paper ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi studi islam
disusun oleh :
Yang menjadi persoalan adalah bagaimana ajaran agama dapat bergumul dengan
budaya lokal. Dalam penyebaran Islam, mesti banyak tantangan-tantangan yang
berbeda-beda antara daerah yang satu dengan yang lainnya disebabkan perbedaan
kultur masyarakat yang berbeda. Di Jawa, tantangan-tantangan muncul dari tradisi
mistik Jawa dan budaya Jawa-Hindu. Namun demikian, atas kepekaan intelektual dan
kultural para Wali, Islam dihadirkan di Jawa dengan wajah yang santun, adaptif dan tidak
konfrontatif dengan budaya Kejawen asli maupun Jawa-Hindu. Islam dimunculkan
dengan metode adaptasi kultural sehingga secara sosiologis akan lebih mudah diterima
masyarakat Jawa. Dengan menunjuk fakta historis demikian, maka dakwah Wali dalam
pribumisasi Islam dianggap berhasil karena Islam berkembang pesat di Jawa secara
alamiah dan melalui proses kultural yang kompromis. 1
B. rumusan masalah
1- apa itu islam kejawen!
2- apa saja manifestasi dari ajaran islam kejawen terutama di sekeliling pemateri !
1
Syamsul Bakri, ISLAM KEJAWEN (Agama dalam Kesejarahan Kultur Lokal)
Diterbitkan tanggal 24 Februari 2016
BAB 2
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN ISLAM KEJAWEN
islam kejawen adalah islam yang di sebarkan di nusantara yang di sebarkan melalui
dakwah para wali pada masa itu dengan memadukan kesenian local dan budaya hindu
buddha yang masih kental dengan masyarakat nusantara pada kala itu,
Dalam beberapa sumber sejarah, disebutkan bahwa masyarakat Jawa sebelum datangnya
agama Hindu dan Budha telah menjadi masyarakat yang tersusun secara teratur, sederhana,
dan bersahaja.Sebagai masyarakat yang sederhana, sistem religi yang dianut adalah
Animisme dan Dinamisme. Pada masa ini kebudayaan pada masyarakat dikenal dengan
istilah budaya Kejawen. 2
5
Syamsul Bakri, ISLAM KEJAWEN (Agama dalam Kesejarahan Kultur Lokal)
Diterbitkan tanggal 24 Februari 2016
6
Ahmad Khalil, M. Fil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (UIN Malang Press, 2008), h. 14.
7
Ahmad Khalil, M. Fil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (UIN Malang Press, 2008), h. 14-
nama tokoh - tokohnya serta alur ceritanya ke dalam sejarah sejarah agama Islam. Dengan
cara inilah masyarakat Jawa mulai mengenal agama Islam.
Secara mendasar dapat disimpulkan, bahwa alasan masyarakat Jawa mudah menerima
agama Islam yang dibawa oleh para Walisongo, karena dalam pengajaran agama Islam,
Walisongo lebih mengakulturasikan dengan tradisi masyarakat Jawa. Dari tradisi tersebut,
Walisongo mulai merubah kepercayaan masyarakat secara perlahan lahan, dari mulai
ketauhidannya sampai pola ajarannya.
2. ajaran-ajaran islam kejawen
ajaran islam kejawen pada dasarnya sama dengan ajaran islam pada umumnya namun
yang membedakan iyalah adanya pengakulturasian antara budaya dengan agama islam yang
tentunya tidak melanggar norma syariat islam. apa saja ajaran islam kejawen yang ada
sekitar kita? berikut beberapa jaran islam kejawen yang ada pada sekitar pemateri :
1. wayang
Secara literal, kata wayang berasal dari bahasa Jawa yang berarti bayangan. Definisi
lain mengatakan bahwa wayang adalah rerupan sing kedadeyan saka barang sing ketaman
ing sorot, yang artinya bayangan yang terjadi karena adanya sorot cahaya. Dalam
pementasan wayang yang dilihat hanya bayang-bayangnya saja, maka wayang disebut juga
permainan bayangan.8 Akan tetapi, pemaknaan wayang sebagai bayangan mengalami
pergantian makna seiring berubahnya zaman. Wayang tidak lagi dimaknai sebagai bayangan
yang terjadi karena adanya sorot cahaya, melainkan sebagai pertunjukan panggung atau
teater.
Setelah para walisanga datang untuk mulai menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa,
pementasan wayang mengalami modifikasi, baik dari segi visual maupun aspek pendukung
lainnya seperti karawitan, sastra dan sebagainya. Para wali menyepakati menggunakan
wayang sebagai sarana dakwah dan para wali juga menggubah wayang dari Hinduistis ke
Islamistis, dimana bentuk dan wujudnya dipadukan dengan syariat Islam agar tidak
bertentangan.9
gambar itu diubah bentuknya tangannya lebih panjang dari kakinya, hidungnya
panjang, kepalanya menyerupai kepala binatang, dan lain-lain, agar tidak persis menyerupai
manusia. Pendapat Sunan Kalijaga ini akhirnya dapat disetujui oleh para walisanga, sehingga
wayang kulit dapat dijadikan sebagai media penyebaran ajaran Islam.
Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan setya budaya dikarenakan masyarakat harus
dapat hidup beragama tanpa menghancurkan budaya yang ada. Contohnya yaitu kesenian
wayang, dimana kesenian wayang memang sudah menjadi budaya di tanah Jawa sebelum
adanya Hindu-Buddha, ketika agama Hindu-Buddha masuk, wayang diisi dengan cerita-
cerita Hindu akan tetapi tetap menyisipkan tokoh-tokoh Jawa seperti tokoh Semar, Bagong,
Gareng, dan Petruk, keempat tokoh ini disebut dengan tokoh punakawan.
Tokoh yang pertama yaitu Semar. Semar berasal dari kata Arab yaitu Simar atau Ismarun yang
berarti paku. Paku mempunyai fungsi sebagai salah satu alat untuk menancapkan suatu barang,
supaya tegak, kuat, dan tidak goyah. Dalam istilah lain, Semar disebut juga dengan Samaru, yang
berarti petunjuk antara hitam dan putih. Semar memiliki perilaku yang selalu memberikan ajaran
8
Purwanto,...“Pendidikan Nilai Dalam Pagelaran Wayang Kulit”. Ta‟allum 06 No. 01 (Juni 2018): 1-2.
9
Fatkur Rohman Nur Awalin, “Sejarah Perkembangan dan Perubahan Fungsi Wayang Dalam Masyarakat”, Kontemplasi 5 No. 2 (2017): 85.
dakwah dengan cara lemahlembut, agar inti dari berdakwah memuat hikmah yang dapat dinikmati
oleh masyarakat pada umumnya. Inti dari penokohan Semar yaitu agar seorang insan manusia pada
saat menyampaikan ajaran agama Islam harus lemah-lembut dan dapat menenteramkan jiwa,
kemudian pada saat pelaksanaan ibadah harus didasari dengan keimanan yang kuat, agar ajaran
Islam masuk ke relung hati yang paling dalam 10
2. bancaan (slametan)
bancaan merupakan tradisi islam kejawen yang mengunang sanak saudara untuk
makan bersama dalam rangka keberhasilan atau menghrap terkabul hajat dari yang
mengadakan bancaan, ada beberapa jenis selametan atau bancaan, dari bancaan
weton, bancaan empat bulanan usia kehamilan ( mapati), bancaan usia kehamilan tujuh
bulan ( mituni), dan lain-lain
a. jenis-jenis selametan atau bancaan
Koentjaraningrat, 1999: 247-349, Colleta dan Umar, 1987:59 dan Sasongkosepakat
dalam mengkategorikan jenis-jenis slametan. Adapun jenis-jenis slametan sebagai
berikut:
1. Slameten berkaitan dengan daur kehidupan misalnya kelahiran, pernikahan, dan
kematian.
2. Slametan berkaitan dengan peristiwa perayaan Islam, misalnya Maulid Nabi.
3. Slametan Bersih desa (pembersihan desa), berkaitan dengan integrasi sosial desa
seperti merti dhusun.
4. Peristiwa penting sepanjang lingkaran hidup seseorang misalnya pindah rumah,
mengubah nama, kesembuhan penyakit, dan sebagainya. 11
dalam pemberlakuan yang ada bancaan yang sudah ada sebelum islam ada ini di
akulturasikan dengan ajaran islam. setelah islam hadir dan mencoba menyisipkan ajaran syariat
islam kedalam kebudayaan yang tentunya tidak melanggar norma keduanya.
BAB 3
PENUTUP
1. SARAN
dalam penyusunan tugas paper penelitian ini masih banyak kekurangan dari sumber
maupun fakta dilapangan, jadi harapannya dari paper ini adalah kita semua bisa menambah
10
Ependi Zikri Muhammad, PENDIDIKAN ISLAM MELALUI KESENIAN WAYANG KULIT ANALISIS PEMIKIRAN SUNAN KALIJAGA, h. 60.
11
Fatkur Rohman Nur Awalin, SLAMETAN: PERKEMBANGANNYA DALAM MASYARAKAT ISLAM-JAWA DI ERA MILENEAL, Jurnal
IKADBUDI Volume 7, Agustus 2018 ISSN 2089-7537,
wawasan tentang ap aitu islam kejawen dan menambah rasa toleransi antar agama maupun
aliran dan yang lainnya dan saling menguatkan tali toleransi di negara kita tercinta.
2. KESIMPULAN
budaya jawa yang sudah ada telah membentuk masyarakat jawa yang bersahaja,
toleransi yang tinggi, serta terbentuknya jiwa gotong royong yang amat tinggi menunjukkan
bahwa suku atau orang jawa dari dulu telah memiliki budaya yang cukup kental akan
toleransi terhadap sesama serta peduli terhadap alam sekitar, dengan adanya wayang dan
bancaan yang sudah kita uraikan diatas menunjukkan jawa itu penuh dengan nilai
kemanusiaan, gotong royong dan peduli terhadap sesama, kemudian islam dating untuk
menyempurnakan itu semua dan terjadilah akulturasi budaya yang sangat apik diantara
keduanya. an menjadikan kebanggan tersendiri bagi orang jawa yang beragama islam, saya
islam, saya jawa, dan saya bangga,
DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsul Bakri, ISLAM KEJAWEN (Agama dalam Kesejarahan Kultur Lokal)
Diterbitkan tanggal 24 Februari 2016
2. Kharisma Setyo Hari, PENGARUH ISLAM DAN BUDAYA KEJAWEN TERHADAP PERILAKU
SPIRITUAL MASYARAKAT DUSUN NGUDI, DESA KALANGAN, BLORA, JAWA TENGAH TAHUN
1940 – 2000, hal. 20.
3. ahmad Khalil, M. fil,I, ISLAM JAWA SUFISME DALAM ETIKA DAN TRADISI JAWA, (UIN
Malang Press, 2008), h 135-136
4. Ahmad Khalil, M. Fil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (UIN Malang
Press, 2008), h. 145.
5. Syamsul Bakri, ISLAM KEJAWEN (Agama dalam Kesejarahan Kultur Lokal)
Diterbitkan tanggal 24 Februari 2016
6. Ahmad Khalil, M. Fil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (UIN Malang
Press, 2008), h. 14.
7. Ahmad Khalil, M. Fil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (UIN Malang
Press, 2008), h. 14-
8. Purwanto,...“Pendidikan Nilai Dalam Pagelaran Wayang Kulit”. Ta‟allum 06 No. 01 (Juni
2018): 1-2.
9. Fatkur Rohman Nur Awalin, “Sejarah Perkembangan dan Perubahan Fungsi Wayang
Dalam Masyarakat”, Kontemplasi 5 No. 2 (2017): 85.
10. Ependi Zikri Muhammad, PENDIDIKAN ISLAM MELALUI KESENIAN WAYANG KULIT
ANALISIS PEMIKIRAN SUNAN KALIJAGA, h. 60.
11. Fatkur Rohman Nur Awalin, SLAMETAN: PERKEMBANGANNYA DALAM MASYARAKAT
ISLAM-JAWA DI ERA MILENEAL, Jurnal IKADBUDI Volume 7, Agustus 2018 ISSN 2089-
7537,