Anda di halaman 1dari 8

Tugas Penelitian Keagamaan Islam Kejawen

paper ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi studi islam

disusun oleh :

Nur Muhammad Dwi Cahyadi: 191310004339

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
TAHUN 2021/2022
daftar isi
BAB 1.....................................................................................................................................................3
1. PENDAHULUAN.........................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................3
B. rumusan masalah..................................................................................................................3
BAB 2.....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
1. PENGERTIAN ISLAM KEJAWEN..............................................................................................4
2. ajaran-ajaran islam kejawen.................................................................................................6
BAB 3.....................................................................................................................................................8
PENUTUP...........................................................................................................................................8
1. SARAN...................................................................................................................................8
2. KESIMPULAN.........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................8
BAB 1
1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang tumbuh atau berasal dari tanah arab,
namun dalam perkembangan zaman islam yang berkembang pesat dalam hal wilayah,
ajaran, teknologi, maupun sudut pandang. islam dapat berkembang karena ajaran cinta
kasih yang mudah diterima oleh banyak kalangan namun juga tidak lepas dari
perjuangan yang cukup berat yang dilakukan oleh baginda agung nabi Muhammad SAW.
pada perkembangannya islam juga masuk atau menyebar di tanah nusantara
dengan beberapa teori yang menyatakan islam di Indonesia disebarkan melalui jalur
perdagangan ada juga dengan jalur pernikahan para penmbawa islam dengan orang
pribumi nusantara.
namun dalam penyebaran nya islam di Indonesia tidaklah mudah, tingginya
pengaruh agama terdahulu yaitu hindu buddha yang sudah mendarah daging
menjadikan para penyebar islam harus memutar otak untuk membuat agar islam
diterima dengan mudah oleh masyarakat sekitar atau pribumi.

Yang menjadi persoalan adalah bagaimana ajaran agama dapat bergumul dengan
budaya lokal. Dalam penyebaran Islam, mesti banyak tantangan-tantangan yang
berbeda-beda antara daerah yang satu dengan yang lainnya disebabkan perbedaan
kultur masyarakat yang berbeda. Di Jawa, tantangan-tantangan muncul dari tradisi
mistik Jawa dan budaya Jawa-Hindu. Namun demikian, atas kepekaan intelektual dan
kultural para Wali, Islam dihadirkan di Jawa dengan wajah yang santun, adaptif dan tidak
konfrontatif dengan budaya Kejawen asli maupun Jawa-Hindu. Islam dimunculkan
dengan metode adaptasi kultural sehingga secara sosiologis akan lebih mudah diterima
masyarakat Jawa. Dengan menunjuk fakta historis demikian, maka dakwah Wali dalam
pribumisasi Islam dianggap berhasil karena Islam berkembang pesat di Jawa secara
alamiah dan melalui proses kultural yang kompromis. 1

B. rumusan masalah
1- apa itu islam kejawen!
2- apa saja manifestasi dari ajaran islam kejawen terutama di sekeliling pemateri !

1
Syamsul Bakri, ISLAM KEJAWEN (Agama dalam Kesejarahan Kultur Lokal)
Diterbitkan tanggal 24 Februari 2016
BAB 2
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN ISLAM KEJAWEN
islam kejawen adalah islam yang di sebarkan di nusantara yang di sebarkan melalui
dakwah para wali pada masa itu dengan memadukan kesenian local dan budaya hindu
buddha yang masih kental dengan masyarakat nusantara pada kala itu,
Dalam beberapa sumber sejarah, disebutkan bahwa masyarakat Jawa sebelum datangnya
agama Hindu dan Budha telah menjadi masyarakat yang tersusun secara teratur, sederhana,
dan bersahaja.Sebagai masyarakat yang sederhana, sistem religi yang dianut adalah
Animisme dan Dinamisme. Pada masa ini kebudayaan pada masyarakat dikenal dengan
istilah budaya Kejawen. 2

A. SEJARAH ISLAM KEJAWEN


kepulauan Indonesia, sejak masa prasejarah dikenal memiliki kekayaan alam
melimpah, berupa hasil bumi dan kekayaan ala. sejak awal abad masehi telah tercipta rute
rute pelayaran yang menghubungkan keulauan Indonesia dengan berbagai daerah di asia
tenggara. Indonesia menjadi penghubung jalur perdagangan yang digunakan para pedagang
yang berlayar, Indonesia pun menjadi salah satu negara yang penting aagi para pedagang,
khusunya pedagang dari china dan india 3
Melihat perkembangan kebudayaan Jawa pada fase pra Hindu Budha, tampak
bahwa kepercayaan masyarakat pada sesuatu yang gaib, yang bersifat misteri dan
mitos hanya sebatas dugaan.Semua berawal dari keterbatasan mereka memahami
fenomena alam yang mengiringi harapan mereka untuk hidup. Begitu datang ajaran
yang baru dengan landasan yang kuat, juga karena berlandaskan oleh kitab suci,
serta di topang dengan pengalaman para penyerunya, secara otomatis masyarakat
Jawa akan lebih percaya dan meyakininya sebagai sesuatu yang lebih benar.
Meskipun dalam kepercayaan tersebut masyarakat Jawa itu sendiri masih
menyimpan kesan kesan dan pengalaman yang di dapat dalam praktik keagamaan
sebelumnya.4
Islam Kejawen secara sosio-kultural adalah merupakan sub kultur dan bagian dari
budaya Jawa. Kebudayaan Jawa sendiri dalam pengertian yang lebih luas meliputi sub kultur-
sub kultur yang ada di tanah Jawa, seperti budaya Pesisiran (Pantura), Banyumasan, dan
budaya Nagari Agung. Istilah tanah Jawa dipakai untuk tidak menyebut pulau Jawa karena di
pulau Jawa ada budaya-budaya yang bukan termasuk dalam sub budaya Jawa seperti budaya
Sunda (Jawa Barat) dan Betawi (Jakarta). Istilah Kejawen dipakai oleh masyarakat untuk
menyebut budaya dan tradisi di eks kerajaan Mataram Islam baik yang berada di Yogyakarta
(Kasultanan dan Pakualaman) maupun Surakarta (Kasunanan dan Mangkunegaran).
Berdirinya Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa merupkan realitas politik di
mana politik Jawa Islam telah dapat menggeser kekuatan politik Jawa-Hindu Majapahit.
Kerajaan Islam Demak merupakan simbol berdirinya kekuatan sosial-politik Islam pertama di
2
Kharisma Setyo Hari, PENGARUH ISLAM DAN BUDAYA KEJAWEN TERHADAP PERILAKU
SPIRITUAL MASYARAKAT DUSUN NGUDI, DESA KALANGAN, BLORA, JAWA TENGAH TAHUN 1940 – 2000, hal. 20.
3
ahmad Khalil, M. fil,I, ISLAM JAWA SUFISME DALAM ETIKA DAN TRADISI JAWA, (UIN Malang Press, 2008), h 135-136
4
Ahmad Khalil, M. Fil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (UIN Malang Press, 2008), h. 145.
Jawa yang menjadi peralihan serta masa transisi dari masa Hindu ke
masa  Kewalen (Kewalian). Demak diakui mampu menyebarkan Islam secara kultural yang
ditandai dengan kemampuan para wali dalam mengadaptasikan agama dengan budaya lokal
(Jawa).
Kendati umur kerajaan Demak tidak berumur panjang yang kemudian pusat kekuasaan
berpindah ke Pajang (Kartasura), namun pondasi dakwah kultural yang telah ditanamkan
oleh para Wali dan da’i era Demak tidak pernah berhenti. Pasca kekuasaan Demak, dakwah
kultural dilanjutkan oleh para pimpinan dan ulama di kerajaan Pajang. Begitu juga pada era
Mataram Islam perpaduan dan adaptasi kultural Islam dengan budaya lokal semakin kental
sehingga corak kultur keberagamaaan ini lebih dikenal dengan sebutan Islam Kejawen. 5

B. Penyebaran Islam Kejawen Di Tanah Nusantara


Dalam sejarah penyebaran Islam setelah keluar dari jazirah Arab, kemudian Islam
berinteraksi dan bergulat dengan lingkungan sosial budaya yang baru. Ajaran Islam terbagi
menjadi dua model dakwah yaitu, kompromi dan nonkompromi.
Dakwah model kompromi adalah ajakan untuk memeluk agama Islam dengan cara
mempertemukan atau memadukan Islam dengan ajaran atau tradisi budaya yang sudah ada,
meskipun berbeda, bahkan tampak berlawanan antar keduanya, cara ini sangat efektif dan
mudah di terima oleh masyarakat, karena tidak adanya paksaan dan tanpa menghilangkan
budaya masyarakat yang sudah ada.
Sedangakan model nonkompromi adalah suatu ajakan yang menekankan dan
mempertahankan keutuhan dan kemurnian syari‟ah, sehingga dalam penerapannya
mempunyai pandangan yang agak kaku dalam menghadapi budaya, ajaran, dan lingkungan
sosial setempat yang berbeda dengan tempat asal kelahiran Islam. 6
Gerakan dakwah yang bersifat kompromi dapat dilihat dalam perkembangan Islam di
Jawa, dalam perkembangan dakwahnya, gerakan dakwah yang berifat kompromi mengalami
proses yang cukup unik dan berliku. Hal ini karena dakwahnya yang menyesuaikan dengan
tradisi budaya Hindu Budha yang telah mengakar kuat dalam masyarakat, baik di kalangan
priyayi yang berpusat di istana maupun di kalangan rakyat, keduanya masih berpegang pada
ajaran Animisme dan Dinamisme. Dengan adanya pengaruh yang kuat dari agama Hindu
Budha, maka tidak ada jalan lain untuk mengajak dan memperkenalkan agama Islam kepada
masyarakat Jawa selain dengan pendekatan secara kompromi dan penuh toleransi.
Demikianlah yang terjadi dalam sejarah pengislaman tanah Jawa yang di pelopori oleh para
wali.7
Setelah Islam mulai masuk dan diterima oleh masyarakat Jawa. para penyiar agama
Islam (Walisongo) mulai memperkenalkan dan mengajarkan agama Islam melalui metode
metode yang telah ada, yaitu menggabungkan ajaran Islam dengan tradisi yang telah
berkembang di masyarakat, seperti kesenian, musik, wayang, dan lain lain. Dalam
membawakan tradisi kesenian yang ada di masyarakat, Walisongo perlahan - lahan mulai
menanamkan ketauhidan dan ajaran – ajaran Islam melalui seni wayang, dengan merubah

5
Syamsul Bakri, ISLAM KEJAWEN (Agama dalam Kesejarahan Kultur Lokal)
Diterbitkan tanggal 24 Februari 2016
6
Ahmad Khalil, M. Fil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (UIN Malang Press, 2008), h. 14.
7
Ahmad Khalil, M. Fil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (UIN Malang Press, 2008), h. 14-
nama tokoh - tokohnya serta alur ceritanya ke dalam sejarah sejarah agama Islam. Dengan
cara inilah masyarakat Jawa mulai mengenal agama Islam.
Secara mendasar dapat disimpulkan, bahwa alasan masyarakat Jawa mudah menerima
agama Islam yang dibawa oleh para Walisongo, karena dalam pengajaran agama Islam,
Walisongo lebih mengakulturasikan dengan tradisi masyarakat Jawa. Dari tradisi tersebut,
Walisongo mulai merubah kepercayaan masyarakat secara perlahan lahan, dari mulai
ketauhidannya sampai pola ajarannya.
2. ajaran-ajaran islam kejawen
ajaran islam kejawen pada dasarnya sama dengan ajaran islam pada umumnya namun
yang membedakan iyalah adanya pengakulturasian antara budaya dengan agama islam yang
tentunya tidak melanggar norma syariat islam. apa saja ajaran islam kejawen yang ada
sekitar kita? berikut beberapa jaran islam kejawen yang ada pada sekitar pemateri :
1. wayang
Secara literal, kata wayang berasal dari bahasa Jawa yang berarti bayangan. Definisi
lain mengatakan bahwa wayang adalah rerupan sing kedadeyan saka barang sing ketaman
ing sorot, yang artinya bayangan yang terjadi karena adanya sorot cahaya. Dalam
pementasan wayang yang dilihat hanya bayang-bayangnya saja, maka wayang disebut juga
permainan bayangan.8 Akan tetapi, pemaknaan wayang sebagai bayangan mengalami
pergantian makna seiring berubahnya zaman. Wayang tidak lagi dimaknai sebagai bayangan
yang terjadi karena adanya sorot cahaya, melainkan sebagai pertunjukan panggung atau
teater.
Setelah para walisanga datang untuk mulai menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa,
pementasan wayang mengalami modifikasi, baik dari segi visual maupun aspek pendukung
lainnya seperti karawitan, sastra dan sebagainya. Para wali menyepakati menggunakan
wayang sebagai sarana dakwah dan para wali juga menggubah wayang dari Hinduistis ke
Islamistis, dimana bentuk dan wujudnya dipadukan dengan syariat Islam agar tidak
bertentangan.9
gambar itu diubah bentuknya tangannya lebih panjang dari kakinya, hidungnya
panjang, kepalanya menyerupai kepala binatang, dan lain-lain, agar tidak persis menyerupai
manusia. Pendapat Sunan Kalijaga ini akhirnya dapat disetujui oleh para walisanga, sehingga
wayang kulit dapat dijadikan sebagai media penyebaran ajaran Islam.
Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan setya budaya dikarenakan masyarakat harus
dapat hidup beragama tanpa menghancurkan budaya yang ada. Contohnya yaitu kesenian
wayang, dimana kesenian wayang memang sudah menjadi budaya di tanah Jawa sebelum
adanya Hindu-Buddha, ketika agama Hindu-Buddha masuk, wayang diisi dengan cerita-
cerita Hindu akan tetapi tetap menyisipkan tokoh-tokoh Jawa seperti tokoh Semar, Bagong,
Gareng, dan Petruk, keempat tokoh ini disebut dengan tokoh punakawan.

Tokoh yang pertama yaitu Semar. Semar berasal dari kata Arab yaitu Simar atau Ismarun yang
berarti paku. Paku mempunyai fungsi sebagai salah satu alat untuk menancapkan suatu barang,
supaya tegak, kuat, dan tidak goyah. Dalam istilah lain, Semar disebut juga dengan Samaru, yang
berarti petunjuk antara hitam dan putih. Semar memiliki perilaku yang selalu memberikan ajaran
8
Purwanto,...“Pendidikan Nilai Dalam Pagelaran Wayang Kulit”. Ta‟allum 06 No. 01 (Juni 2018): 1-2.
9
Fatkur Rohman Nur Awalin, “Sejarah Perkembangan dan Perubahan Fungsi Wayang Dalam Masyarakat”, Kontemplasi 5 No. 2 (2017): 85.
dakwah dengan cara lemahlembut, agar inti dari berdakwah memuat hikmah yang dapat dinikmati
oleh masyarakat pada umumnya. Inti dari penokohan Semar yaitu agar seorang insan manusia pada
saat menyampaikan ajaran agama Islam harus lemah-lembut dan dapat menenteramkan jiwa,
kemudian pada saat pelaksanaan ibadah harus didasari dengan keimanan yang kuat, agar ajaran
Islam masuk ke relung hati yang paling dalam 10

2. bancaan (slametan)
bancaan merupakan tradisi islam kejawen yang mengunang sanak saudara untuk
makan bersama dalam rangka keberhasilan atau menghrap terkabul hajat dari yang
mengadakan bancaan, ada beberapa jenis selametan atau bancaan, dari bancaan
weton, bancaan empat bulanan usia kehamilan ( mapati), bancaan usia kehamilan tujuh
bulan ( mituni), dan lain-lain
a. jenis-jenis selametan atau bancaan
Koentjaraningrat, 1999: 247-349, Colleta dan Umar, 1987:59 dan Sasongkosepakat
dalam mengkategorikan jenis-jenis slametan. Adapun jenis-jenis slametan sebagai
berikut:
1. Slameten berkaitan dengan daur kehidupan misalnya kelahiran, pernikahan, dan
kematian.
2. Slametan berkaitan dengan peristiwa perayaan Islam, misalnya Maulid Nabi.
3. Slametan Bersih desa (pembersihan desa), berkaitan dengan integrasi sosial desa
seperti merti dhusun.
4. Peristiwa penting sepanjang lingkaran hidup seseorang misalnya pindah rumah,
mengubah nama, kesembuhan penyakit, dan sebagainya. 11

dalam pemberlakuan yang ada bancaan yang sudah ada sebelum islam ada ini di
akulturasikan dengan ajaran islam. setelah islam hadir dan mencoba menyisipkan ajaran syariat
islam kedalam kebudayaan yang tentunya tidak melanggar norma keduanya.

BAB 3
PENUTUP
1. SARAN
dalam penyusunan tugas paper penelitian ini masih banyak kekurangan dari sumber
maupun fakta dilapangan, jadi harapannya dari paper ini adalah kita semua bisa menambah

10
Ependi Zikri Muhammad, PENDIDIKAN ISLAM MELALUI KESENIAN WAYANG KULIT ANALISIS PEMIKIRAN SUNAN KALIJAGA, h. 60.
11
Fatkur Rohman Nur Awalin, SLAMETAN: PERKEMBANGANNYA DALAM MASYARAKAT ISLAM-JAWA DI ERA MILENEAL, Jurnal
IKADBUDI Volume 7, Agustus 2018 ISSN 2089-7537,
wawasan tentang ap aitu islam kejawen dan menambah rasa toleransi antar agama maupun
aliran dan yang lainnya dan saling menguatkan tali toleransi di negara kita tercinta.
2. KESIMPULAN
budaya jawa yang sudah ada telah membentuk masyarakat jawa yang bersahaja,
toleransi yang tinggi, serta terbentuknya jiwa gotong royong yang amat tinggi menunjukkan
bahwa suku atau orang jawa dari dulu telah memiliki budaya yang cukup kental akan
toleransi terhadap sesama serta peduli terhadap alam sekitar, dengan adanya wayang dan
bancaan yang sudah kita uraikan diatas menunjukkan jawa itu penuh dengan nilai
kemanusiaan, gotong royong dan peduli terhadap sesama, kemudian islam dating untuk
menyempurnakan itu semua dan terjadilah akulturasi budaya yang sangat apik diantara
keduanya. an menjadikan kebanggan tersendiri bagi orang jawa yang beragama islam, saya
islam, saya jawa, dan saya bangga,

DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsul Bakri, ISLAM KEJAWEN (Agama dalam Kesejarahan Kultur Lokal)
Diterbitkan tanggal 24 Februari 2016
2. Kharisma Setyo Hari, PENGARUH ISLAM DAN BUDAYA KEJAWEN TERHADAP PERILAKU
SPIRITUAL MASYARAKAT DUSUN NGUDI, DESA KALANGAN, BLORA, JAWA TENGAH TAHUN
1940 – 2000, hal. 20.
3. ahmad Khalil, M. fil,I, ISLAM JAWA SUFISME DALAM ETIKA DAN TRADISI JAWA, (UIN
Malang Press, 2008), h 135-136
4. Ahmad Khalil, M. Fil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (UIN Malang
Press, 2008), h. 145.
5. Syamsul Bakri, ISLAM KEJAWEN (Agama dalam Kesejarahan Kultur Lokal)
Diterbitkan tanggal 24 Februari 2016
6. Ahmad Khalil, M. Fil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (UIN Malang
Press, 2008), h. 14.
7. Ahmad Khalil, M. Fil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (UIN Malang
Press, 2008), h. 14-
8. Purwanto,...“Pendidikan Nilai Dalam Pagelaran Wayang Kulit”. Ta‟allum 06 No. 01 (Juni
2018): 1-2.
9. Fatkur Rohman Nur Awalin, “Sejarah Perkembangan dan Perubahan Fungsi Wayang
Dalam Masyarakat”, Kontemplasi 5 No. 2 (2017): 85.
10. Ependi Zikri Muhammad, PENDIDIKAN ISLAM MELALUI KESENIAN WAYANG KULIT
ANALISIS PEMIKIRAN SUNAN KALIJAGA, h. 60.
11. Fatkur Rohman Nur Awalin, SLAMETAN: PERKEMBANGANNYA DALAM MASYARAKAT
ISLAM-JAWA DI ERA MILENEAL, Jurnal IKADBUDI Volume 7, Agustus 2018 ISSN 2089-
7537,

Anda mungkin juga menyukai