OLEH:
NI KADEK ARI SRI DAMAYANTI
2014201035
5. Air
Air adalah komponen tubuh yang sangat penting karena fungsi sel bergantung
pada lingkungan air. Air membentuk 60-70% berat tubuh total. Persentase air dalam
seluruh tubuh lebih besar untuk orang kurus dari pada orang yang obesitas karena otot
terdiri atas lebih banyak air dari pada jaringan yang lain, kecuali darah. Bayi memiliki
persentase total air yang paling besar dalam tubuh, dan lansia memiliki persentase total
air yang paling sedikit. Saat kehilangan air, seseorang tidak akan mampu bertahan hidup
lebih dari beberapa hari.
b. Proses terjadinya
Adanya infeksi virus kemudian merusak sel beta sehingga gula dalam
darah tidak dapat dibawa masuk dalam sel terjadi hiperglikemia menyebabkan
batas melebihi ambang ginjal terjadi glukosuria menyebabkan kehilangan kalori
kemudian sel kekurangan bahan untuk metabolism kemudian merangsang
hipotalamus (pusat lapar dan haus) kemudian terjadi polydipsia polipagia
sehingga menyebabkan terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi.
c. Manifestasi Klinis
Tanda Dan Gejala
1) Gigi tidak lengkap dan ompong
2) Nafsu makan menurun
3) Lesu dan kurus
4) Tidak semangat
5) BB kurang / lebih dari normal
6) Perut terasa kembung
7) Sukar menelan
8) Mual muntah
9) Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
manis, asin, asam, dan pahit.
10) Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
11) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
12) Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi.
13) Penyerapan makanan di usus menurun
d. Komplikasi
a. Malnutrisi
Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
b. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam
pengguanaan kalori.
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya
obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
d. Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya
peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering
dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas,
dan lain-lain.
e. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
f. Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan,
ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen,
kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain :
1.Indeks Masa Tubuh
a. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan pada bayi baru lahir. Berat badan digunakan untuk
mendiagnosa bayi normal atau BBLR Berat Bayi lahir Rendah). Dikatakan
berat bayi lahir rendah apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau
dibawah 2,5 kg. pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunaka untuk
melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan
klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor.
b. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan parometer yang penting bagi keadaan yang telah
lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak dapat diketahui dengan tepat.
c. Lingkar kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak
secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi dari
besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala contoh yang sering
diginakan adalah kepala besar (hidrosepalus) dan kepala kecil (mikrosepalus).
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang
tengkorak.
d. Lingkar Dada
Biasanya di lakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun, karena rasio
lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini
tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat.
Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah
kurang dari 1, hal ini di karenakan akibat kegagalan perkembangan dan
pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat di
gunakan pada dinding indicator dalam menentukan kekurangan energi protein
pada anak balita.
e. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi dalam tubuh sehingga
pengukuran ini juga dapat digunakan untuk melihat status kekurangan energi
dan protein pada tubuh seseorang.
f. Tinggi Lutut
Tinggi lutut erta kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi
badan didapat dari tinggi lutut bagi orang yang tidak dapat berdiri (seperti
lansia).
b. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan
bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
Hemoglobin (Hb) dan Hemaktroit (HCT)
Hemaglobin
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk
menetapkan prevalensi anemia. Garby et al.menyatakan bahwa penentuan status
anemia yanghanya menggunakan kadar Hb ternyata kurang lengkap,sehingga
perlu ditambah dengan pemeriksaan yang lain. Hb merupakan senyawa pembawa
oksigen pada sel darah. Hemoglobin dapat di ukur secara kimia dan jumlah
Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen
pada darar. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian
mengindikasikan anemia.
Hemaktokrit (HCT)
Hemaktorit adalah volume eritrosit yang di pisahkan dari plasma dengan
cara memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya di nyatakan dalam persen
(%). Setelah sentrifugasi, tinggi kolom sel merah diukur dan di bandingkan
dengan tinggi darah penuh yang asli. Presentase massa sel merah pada volume
darah yang asli merupakan hematokrit. Darah penuh antikogualan disentrufugasi
dalam tabung khusus.
c. Klinis/Clinical Sign
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissue) seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid
d. Diet
Diet adalah pilihan makanan yang lazim dimakan seseorang atau suatu
populasi penduduk. Sedangkan diet seimbang adalah diet yang memberikan
semua nutrien dalam jumlah yang memadai, tidak terlalu banyak dan juga tidak
terlalu sedikit.
C. Hasil Temuan
Pemeriksaan melalui pengukuran antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini dilihat pada
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak.
D. Interpretasi Hasil
Karena dari pemeriksaan pengukuran antropometri yang dilakukan, dapat
ditemukan hasil yang dapat menyebabkan kekurangan nutrisi di dalam tubuh.
5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanan Terapi
Tujuan Terapi :
Tujuan keseluruhan dari terapi antiemetika adalah untuk mencegah atau
menghilangkan mual dan muntah; dan seharusnya tanpa timbulnya efek samping
atau efek yang tidak dikehendaki secara klinis. (Sukandar, 2008)
Terapi Farmakologi (Sukandar. 2008)
1. Obat antiemetik bebas dan dengan resep paling umum direkomendasikanuntuk
mengobati mual muntah. Untuk pasien yang bisa mematuhi pemberiandosis oral,
obat yang sesuai dan efektif dapat dipilih tetapi karena beberapa pasien tidak
dapat menggunakan obat oral, obat oral tidak sesuai. Pada pasien tersebut
disarankan penggunaan obat secara rectal atau parenteral.
2. Untuk sebagian besar kondisi, dianjurkan antiemetik tunggal; tetapi bila pasien
tidak memberikan respon dan pada pasien yang mendapat kemoterapiemetonik
kuat, biasanya dibutuhkan regimen multi obat.
3. Terapi mual-muntah simpel biasanya membutuhkan terapi minimal. Obat bebas
atau resep berguna pada terapi ini pada dosis lazim efektif yang rendah
4. Penanganan mual-muntah komplek membutuhkan terapi obat yang bekerjakuat,
mungkin lebih dari 1 obat emetic
Terapi Non Farmakologi (Sukandari. 2008).
1. Pasien dengan keluhan ringan, mungkin berkaitan dengan konsumsi makanan dan
minuman, dianjurkan menghindari masuknya makanan
2. Intervensi non farmakologi diklasifikasikan sebagai intervensi perilaku termasuk
relaksasi, biofeedback, self-hypnosis, distraksi kognitif dan desensitisasi
siseimatik
3. Muntah psikogenik mungkin diatasi dengan intervensi psikologik
b. Penatalaksanaan Operatif
Tidak ada tindakan operatif yang dilakukan, karena tidak yang yang perlu di
operasi.
2. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar
a. Pengkajian
Data Subjektif
- Pasien mengatakan nafsu makan menurun
- Pasien mengeluh mual dan muntah
- Pasien mengatakan perut terasa sesak atau sebah (seperti rasa kenyang)
Data Obyektif
- Pasien tampak kurus dan lemas
- Mukosa bibir pasien tampak kering
- Turgor kulit sedang
- Pasien tampak tidak menghabiskan makanannya dan hanya habis 3 sendok makan
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut north american nursing diagnosis association (NANDA), diagnosis
keperawatan terkait masalah nutrisi (kozier,2004) yaitu :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Yang berhubungan dengan (NANDA, 2012) :
- Faktor biologis
- Faktor ekonomi
- Kemampuan untuk mengabsorpsi nutrient
- Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Faktor psikologis
Yang ditandai dengan (NIC NOC, 2014):
Subjektif :
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Menolak makan
- Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna
- Melaporkan perubahan sensasi rasa
- Melaporkan kurangnya makanan
- Merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan
Objectif :
- Kekurangan makanan
- Kehilangan rambut yang berlebihan
- Kurang informasi, informasi yang salah
- Kurangnya minat terhadap makanan
- Membran mukosa pucat
- Rongga mulut terluka
- Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mengunyah
c. Perencanaan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Prioritas : ketidakseimbangan nutris kurang dari kebutuhan tubuh
2) Rencana tindakan
a) Dilakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dan
keluarga, misal : senyum, sapa, salam, sopan dan santun
Rasional : agar terjalin hubungan saling percaya antara pasien,
keluarga dan tenaga kesehatan
b) Berikan informasi pada pasien tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan
nutrisi
Rasional : agar pasien mengerti tentang pentingnya pemenuhan
kebutuhan nutrisi
c) Kaji faktor yang berhubungan dengan nafsu makan
Rasional : Mengidentifikasi dan meningkatkan nafsu makan pasien
d) Motivasi pasien untuk makan sedikit (dalam porsi kecil rendah lemak
dan rendah serat) dan makan lebih sering (selama tidak ada
kontraindikasi)
Rasional : agar pasien mau makan lagi dan bisa meningkatkan nafsu
makan
e) Observasi TTV
Rasional : sebagai parameter untuk mengetahui perkembangan
pasien
f) Kolaborasi dengan tim medis
Rasional : untuk menentukan tindakan selanjutnya dan mempercepat
proses penyembuhan
c. Pelaksanaan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatatat dalam rencana keperawatan pasien. Agar implementasi atau pelaksanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan
serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Eko dan Andi,2014)
d. Evaluasi
1. Pasien mengungkapkan nafsu makan meningkat
2. Pasien mengungkapkan tidak merasa mual
3. Pasien mengungkapkan tidak ada muntah
4. Berat badan meningkat
5. Wajah pasien tampak tenang dan rileks
6. Pengetahuan pasien bertambah
7. TTV dalam rentang normal, yaitu :
TD : 100-120/60-80 mmHg
N : 80 – 100 x/ menit
RR : 16- 24 x/ menit
S : 36, 5 – 37, 5 0C
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, W Iqbal, Chayatin N,. (2005) Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. (2004) Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Bare, Brenda G.,(2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8.
Jakarta : EGC
Munthe, Naomi F.A.2017. Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguan
Kebutuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Universitas Sumatera Utara.
Doengoes, Marilyn E. 2015. Mnual Diagnosa Keperawatan adisi : 3. Jakarta : EGC.
Huda Amin,Hardi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC-NOC.
NANDA Internasional Inc. 2017. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017
edisi : 10.Jakarta. EGC.
Wilkinson , Judith M dan Nancy R.Aherm.2014.Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 9.
Diagnosa NANDA,Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin.2008.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori
dan aplikasi dalam Praktik.Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC
WOC (Web Of Caution)
Syanosis Pucat
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. B
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
TANGGAL 14 JANUARI 2022-20 JANUARI 2022
OLEH :
NAMA :
NIM :
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 14 Januari 2022 pukul 10.00 wita di Ruang
Rumah Sakit dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi
(rekam medis).
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung (Anak)
Nama : Ny. B Tn. D
Umur : 60 tahun 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Laki-Laki
Status Perkawinan: Sudah Kawin Sudah Kawin
Suku /Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMA S1
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Jalan Raya Pemogan Jalan Raya Pemogan
Alamat Terdekat : Jalan Raya Pemogan Jalan Raya Pemogan
Nomor Telepon : 081563728281 -
Nomor Register : 12536
Tanggal MRS : 14 Januari 2022
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Pasien datang dengan keluhan lemas, pusing dan muntah
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengeluh mual dan muntah dan keluarga pasien mengatakan sejak 1
minggu lalu pasien hanya makan setengah porsi dari yang diberikan
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan kemarin merasa lemas dan pusing .Akhirnya keluarga
membawa pasien ke RS B Pukul 05.00 wita. Di RS pasien diterima di IGD dan
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil : TD = 120/70 mmHg, N =
82 x/menit, RR = 22 x/menit, dan S = 37 oC. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh
perawat dan dokter, pasien diberikan terapi IVFD NaCl 20 tpm. Setelah diberikan
terapi pasien direncanakan untuk rawat inap untuk perawatan lebih lanjut dan
pasien dipindahkan ke ruang penyakit dalam. Pada tanggal 28 September saya
melakukan pengkajian pada pukul 10.00 wita. Dari hasil pengkajian, pasien
mengeluh mual, muntah, dan keluarga pasien mengatakan pasien hanya makan
setengah porsi dari yang diberikan. Dan hasil pengukuran didapatkan yaitu TD :
130/80 mmHg, Nadi : 82x/menit, S : 37oC, RR : 22 x/menit, TB : 160 cm, BB
sebelum sakit : 55 kg, BB saat ini : 47 kg.
4) Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit sebelum ini. Pasien memiliki
riwayat diabetes sejak 1 tahun yang lalu.
5) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit keturunan seperti
DM dan hipertensi.
6) Genogram
60
th
Keterangan :
6 : Pasien
0
c. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian: Pasien mengatakan tidak ada sesak dan tidak ada batuk.
Saat Pengkajian : t.a.k (tidak ada keluhan), □ sesak saat menarik nafas,
□ susah tidur
□ penggunaan obat tidur (obat ..………………)
tidur siang (1 jam/hari)
Data lain : -
6) Kebersihan diri
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, setiap hari sikat
gigi, rajin potong kuku, dan mencuci rambut 2 kali
seminggu.
Saat Pengkajian : Mandi, frekuensi (1.x/hari), tempat (diatas tempat tidur),
□ memakai sabun,
Cuci rambut, frekuensi (…..x/hari), □ memakai shampoo,
Pemeliharaan mulut dan gigi, frekuensi sikat gigi
(….x/hari, □ sebelum, □sesudah makan), □ memakai pasta
gigi.
Berpakaian, frekuensi ganti baju (1 x/hari)
Kebersihan kuku: bersih, □ kotor, keadaan kuku:
□ panjang, pendek,
Kemampuan membersihkan diri □ mandiri, dibantu
(oleh keluarga)
Data lain : Pasien mandi dengan dilap saja oleh keluarga
dan tidak dapat mencuci rambut selagi dirawat di RS.
□ takut, penyebab……………………………………..
Data lain : -
10) Data sosial
Sebelum Pengkajian: Pasien mengatakan keluarganya harmonis dan hubungan
dengan tetangga juga baik-baik saja.
Saat Pengkajian : Jenis keluarga (keluarga besar), peran dalam keluarga
(istri), pengambil keputusan dalam keluarga yaitu suami
Keharmonisan keluarga : harmonis, □ tidak harmonis,
penyebab……………………………….
Hubungan dengan tetangga baik, □ kurang baik,
Lingkungan rumah : kondisi lingkungan rumah : bersih
Kemampuan ekonomi keluarga : berkecukupan
Hubungan dengan pasien lain : baik
Hubungan dengan perawat : baik
Data lain : -
11) Prestasi dan produktivitas
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan
produktivitasnya.
Saat Pengkajian : Prestasi yang pernah dicapai……………………………
Pengaruh pekerjaan terhadap penyakit…………………
Pengaruh penyakit terhadap produktivitas……………….
Data lain : Pasien mengatakan karena sakit yang dirasakan
menyebabkan tidak dapat melakukan kegiatan seperti bisa
12) Rekreasi
Sebelum Pengkajian: Pasien mengatakan sebelum sakit pasien sering berekreasi
dengan keluarganya dengan jalan-jalan ke taman kota.
Saat Pengkajian : Hobi pasien : Memasak
Kebiasaan rekreasi : Jalan-jalan dengan keluarga
Data lain : -
13) Belajar
Sebelum Pengkajian: Pasien mengatakan mengerti tentang penyakit yang
dideritanya saat ini
Saat Pengkajian : Hal-hal yang perlu dipelajari berhubungan dengan
penyakitnya : tanda dan gejala, patofisiologi, dan
pengobatan.
Pemahaman pasien terhadap penyakitnya : Pasien mengerti
tentang penyakitnya
14) Ibadah
Sebelum Pengkajian: Pasien mengatakan sebelum sakit pasien rajin sembahyang
dan biasanya sembahyang 1 kali sehari pada sore hari.
Saat Pengkajian : Agama /kepercayaan yg dianut : Agama Hindu
Kebiasaan beribadah : Tetap sembahyang dari tempat tidur.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran : composmentis/sadar penuh, □ somnolen, □ koma
Data lainnya : GCS E4V5M6
b) Bangun Tubuh : kurus, □ sedang, □ gemuk
Data lainnya : BB 47 kg, TB : 160 cm, IMT : 18,3
c) Postur Tubuh : tegak, □ lordosis, □ kifosis, □ skoliosis,
Data lainnya -
d) Cara Berjalan : lancar terkoordinir, □ terganggu,
Data lainnya -
e) Gerak Motorik : normal, □ tergangu,
Data lainnya -
f) Keadaan Kulit
Warna : normal, □ ikterus, □ sianosis, □ pucat/anemis
Data lainnya : -
3) Mata
a) Konjungtiva : merah muda, □ anemis/pucat, □ ikterus/kuning
□ Ada : Lokasi…
Luas luka…
Warna…
Data lainnya : -
5) Telinga
a) Keadaan : Bersih, □ Secret, □ Darah
□ test webber…
□ test swabach…
Data lainnya –
6) Mulut
a) Mukosa bibir : □ mukosa lembab, □ bibir sianosis, pucat, kering
b) Palpasi
Pengembangan dada : simetris, □ asimetris
c) Kekuatan Otot
5555 5555
5555 5555
Data lainnya : –
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
No. Hari/Tanggal/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Lab Pemeriksaan
b. Analisa data
Analisa Data Pasien Ny.A Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi di Ruang Rumah Sakit Tanggal 14 Januari 2022-20 Januari 2022
- Hasil TTV :
TD : 130/80 mmHg.
Nadi : 82x/menit
S : 37oC
RR : 22 x/menit.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ditandai dengan pasien mengeluh
mual muntah, kelurga pasien mengatakan sejak 1 minggu lalu pasien hanya
makan setengah porsi , berat badan pasien mengalami penurunan dan pasien
tampak lemas
3. PERENCANAAN
a. Prioritas masalah
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ditandai dengan pasien
mengeluh mual muntah, kelurga pasien mengatakan sejak 1 minggu lalu
pasien hanya makan setengah porsi , berat badan pasien mengalami
penurunan dan pasien tampak lemas
b. Rencana Keperawatan
Pembimbing Mahasiswa
OLEH:
NI KADEK ARI SRI DAMAYANTI
2014201035
A. Konsep Teori
1. Definisi
Eleminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme
tubuh. Eleminasi merupakan pengeluaran racun atau produk limbah dari
dalam tubuh. Eliminasi merupakan kebutahan dasar manusia yang
esensial dan berperanpenting dalam menentukan kelangsungan hidup
manusia. Eliminasi adalahpelepasan sisa-sisa metabolisme tubuh. Secara
umum sisa-sisa metabolisme dibagi menjadi dua yaitu eliminasi fekal
(buang air besar/defekasi) daneliminasi urine (buang air kecil/BAK).
Eliminasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolismeberupa feses atau urine yang berasal dari saluran
pencernaan dan kencingmelalui anus atau uretra. Eliminasi adalah
proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses).
a. Ginjal
Tubuh manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di area
punggung kiri dan kanan, tepat di bawah tulang rusuk bagian
belakang. Masing-masing ginjal memiliki ukuran sebesar kepalan
tangan orang dewasa dan berbentuk menyerupai kacang. Fungsi utama
ginjal adalah mengatur jumlah air dalam darah, menyaring zat limbah
atau sisa metabolisme tubuh, menghasilkan hormon yang berfungsi
untuk mengendalikan tekanan darah dan produksi sel darah merah,
serta mengatur pH atau tingkat keasaman darah.
b. Ureter
Ureter adalah bagian dari sistem urinaria yang berbentuk
menyerupai saluran pipa atau tabung. Ureter berfungsi untuk
mengalirkan urine dari masing-masing ginjal untuk ditampung di
kandung kemih.
c. Kandung kemih
Organ yang berada di dalam perut bagian bawah ini bertugas
menyimpan urine. Jika kandung kemih sudah terisi penuh oleh urine,
akan timbul dorongan untuk buang air kecil. Kandung kemih orang
dewasa mampung menampung urine hingga 300–500 ml.
d. Uretra
Uretra atau saluran kencing adalah saluran yang
menghubungkan antara kandung kemih ke lubang saluran kemih pada
ujung penis atau vagina. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20
cm, sedangkan uretra pada wanita hanya sekitar 4 cm saja. Pada
bagian antara kandung kemih dan uretra terdapat cincin otot atau
sfingter yang bertugas menjaga urine agar tidak bocor.
Proses Berkemih :
a. Proses Filtrasi
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan
darah kecuali protein. Cairanyang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,sulfat,
bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring
disebut filtrateglomerulus.
b. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium,klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat.
Prosesnya terjadi secara pasif (obligatorreabsorbsi) di tubulus
proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan
sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi
secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanyadialirkan pada papilla
renalis.
c. Proses Sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalisselanjutnya diteruskan ke luar.
3. Faktor predisposisi/Faktor pencetus
a. Respon keinginan awal untuk berkemih atau defekasi.
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon
awal untuk berkemih atau defekasi. Akibatnya urine banyak tertahan di
kandung kemih. Begitu pula dengan feses menjadi mengeras karena
terlalu lama di rectum dan terjadi reabsorbsi cairan.
b. Gaya hidup.
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal
eliminasi urine dan defekasi. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar
mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi dan defekasi. Praktek
eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
c. Stress psikologi
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan
meningkatnya frekuensi keinginan berkemih, hal ini karena
meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau
meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.
d. Tingkat perkembangan.
Tingkat perkembangan juga akan mempengaruhi pola
berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun
karena adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih sering berkemih.
Pada usia tua terjadi penurunan tonus otot kandung kemih dan
penurunan gerakan peristaltik intestinal.
e. Kondisi Patologis, Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah
& karakter).
f. Obat-obatan, diuretiik dapat meningkatkan output urine. Analgetik
dapat terjadi retensi urine.
4. Gangguang yang Terkait
a. Etiologi
1. Gangguan Eliminasi Urin
a) Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi output urine atau defekasi. Seperti protein dan
sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya output urine lebih banyak.
b) Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik
untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot
kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter
untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus
dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah
merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih
berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini
disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh
c) Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur
urethra
d) Infeksi
e) Kehamilan
f) Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat
g) Trauma sumsum tulang belakang
h) Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,
urethra.
i) Umur
j) Penggunaan obat-obatan
2. Gangguan Eliminasi Fekal
a) Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi
feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk
memperbesar volume feses. Makanantertentu pada beberapa orang
sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada
gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan
feses.
b) Cairan
Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran
(cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh
melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di
sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari
normal, menghasilkan feses yang keras.
c) Meningkatnya stress psikologi
Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah
dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare.
Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas
intestinal, yang berdampak pada konstipasi
d) Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama.
Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan
gerak peristaltic dan dapat menyebabkan melambatnya feses
menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi cairan
feses sehingga feses mengeras
e) Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh
terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare;
yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan
diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein,
menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung
mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang
aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini
melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu
seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas
peristaltik dan kadang- kadang digunakan untuk mengobati diare
f) Usia
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol
eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya
antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan
pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan
lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot
yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada
melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan
menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan
tekanan selama proses pengosongan lambung.
g) Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus,
kecelakaan pada spinal cord dan tumor. Cedera pada sumsum
tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus sensori
untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasi kemampuan
klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak
dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien
bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami
fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari
spinkter ani
b. Manifestasi Klinis
1. Tanda Gangguan Eliminasi Urin
a) Retensi Urin
1) Ketidak nyamanan daerah pubis.
2) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
3) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
4) Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
5) Ketidaksanggupan untuk berkemih
b) Inkontinensia urin
1) pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di
WC
2) Pasien sering mengompol.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Gangguan eleminasi urine
Pemeriksaan sistem perkemihan dapat mempengaruhi berkemih.
Prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan
saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat
membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine .Klien
tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi cairan per oral sebelum tes
dilakukan. Pembatasan asupan cairan umumnya akan mengurangi
pengeluaran urine. Selain itu pemeriksaan diagnostic seperti tindakan
sistoskop yang melibatkan visualisasi langsung struktur kemih dapat
menimbulkan edema lokal pada uretra dan spasme pada sfingter
kandung kemih. Klien sering mengalami retensi urine setelah
menjalani prosedur ini dan dapat mengeluarkan urine berwarna merah
atau merah muda karena perdarahan akibat trauma pada mukosa uretra
atau mukosa kandung kemih. Adapun pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan sebagai berikut :
1) Pemeriksaan urine ( urinalisis)
a) Warna urine normal yaitu jernih
b) pH normal yaitu 4,6-8,0
c) glukosa dalam keadaan normal negatif
d) Ukuran protein normal sampai 10 mg/100ml
e) Keton dalam kondisi normal yaitu negatif
f) Berat jenis yang normal 1,010-1,030
g) Bakteri dalam keadaan normal negatif
2) Pemeriksaan darah meliputi : HB, SDM, kalium, natrium,
pencitraan radionulida, klorida, fosfat dan magnesium meingkat.
3) Pemeriksaaan ultrasound ginjal
4) Arteriogram ginjal
5) EKG
6) CT scan
7) Enduorologi
8) Urografi
9) Ekstretorius
10) Sistouretrogram berkemih
b. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik memungkinkan perawat untuk menentukan
keberadaan dan tingkat keparahan masalah eleminasi urine.organ
utama yang ditinjau kembali meliputi kulit, ginjal, kandung kemih,
dan uretra.
c. Pengkajian urine
Pengkajian urine dilakukan dengan mengukur asupan cairan dan
haluaran urine serta mengobservasi karakteristik urine klien.
1) Asupan dan haluaran
2) Karatekristik urine
3) Pemeriksaan urine
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Eliminasi Urine
1. Retensi urine, definisi : pengosongan kandung kemih tidak komplet.
Batasan karakteristik
a. Tidak ada haluaran urine
b. Distensi kandung kemih
c. Menetes
d. Disuria
e. Sering berkemih
f. Inkotinensia aliran berlebih
g. Residu urine
h. Sensasi kandung kemih penuh
i. Berkemih sedikit
Faktor yang berhubungan
a. Sumbatan
b. Tekanan ureter tinggi
c. Inhibisi arkus refleks
d. Sfingter kuat
2. Gangguan pola eliminasi urine: inkontinensia berhubungan dengan:
a. Gangguan neuromuskuler
b. Spasme bladder
c. Trauma pelvic
d. Infeksi saluran kemih
e. Trauma medulla spinalis
Gangguan Eliminasi fekal
1. Konstipasi
Definisi : penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh
kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/ atau pengeluaran
feses yang keras, kering, dan banyak.
Batasan Karakteristik :
a. Nyeri abdomen
b. Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot.
c. Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resistensi otot.
d. Anoreksia
e. Penampilan tidak khas pada lansia (misal, perubahan pada status
mental, inkontinensia urinarius, jatuh yang tidak ada penyebabnya,
peningkatan suhu tubuh
f. Borborigmi
g. Darah merah pada feses.
h. Perubahan pada pola defekasi
i. Penurunan frekuensi.
j. Penurunan volume feses.
k. Distensi abdomen
l. Rasa rektal penuh.
m. Rasa tekanan rektal.
n. Keletihan umum
Faktor yang berhubungan
Fungsional
a. Kelemahan otot abdomen
b. Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi.
c. Ketidakadekuatan toileting (misal, batasan waktu, posisi untuk defekasi,
privasi).
d. Kurang aktivitas fisik.
e. Kebiasaan defekasi tidak teratur.
f. Perubahan lingkungan saat ini.
Psikologis
a. Depresi.
b. Stres emosi.
c. Konfusi mental.
Farmakologis
a. Antasida mengandung aluminium.
b. Antikolinergik.
c. Antikonvulsan.
d. Antidepresan.
e. Agens antilipemik.
f. Garam bismuth.
g. Kalsium karbonat.
h. Penyekat saluran kalsium.
i. Diuretik.
j. Garam besi.
Mekanis
a. Ketidakseimbangan elektrolit.
b. Hemoroid
c. Penyakit Hirschsprung.
d. Gangguan neurologis
e. Obesitas
f. Obstruksi pasca bedah
g. Kehamilan
h. Pembesaran prostat
i. Abses rektal
Fisiologis
a. Perubahan pola makan
b. Perubahan makanan
c. Penurunan motilitas traktus gastrointestinal
d. Dehidrasi
e. Ketidakadekutan gigi geligi
f. Ketidakadekuatan higiene oral
g. Asupan serat tidak cukup
h. Asupan cairan tidak cukup
i. Kebiasaan makan buruk
2. Diare
Definisi : pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk
Batasan karakteristik
a. Nyeri abdomen
b. Sedikitnya tiga kali defekasi perhari
c. Kram
d. Bising usus hiperaktif
e. Ada dorongan
Faktor yang berhubungan
Psikologis
a. Ansietas
b. Tingkat stres tinggi
Situasional
a. Efek samping obat
b. Penyalahgunaan alkohol
c. Kontaminan
d. Penyalahgunaan laksatif
e. Radiasi
f. Toksin
g. Melakukan perjalanan
h. Selang makan
Fisiologis
a. Proses infeksi
b. Inflamasi
c. Iritasi
d. Malabsorpsi
e. Parasit
3. Perencanaan Keperawatan
Gangguan Eliminasi Urine
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah eliminasi urin dan fekal dilakukan dengan
menilai diantaranya :
a. Mengatasi faktor penyebab
b. Relaksasi pikiran dapat meningkatkan kemampuan eliminasi
c. Mengatasi penyebab agar tidak berlanjut
d. Pasien sendiri mampu mencegah penyebab terjadi lagi
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. Jakarta. Kedokteran
EGC
Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction
NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020. Jakarta: EGC
WOC
Menyebabkan obstruksi
Urine terkumpul
Gangguan rasa
nyaman
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.A DENGAN
DIARE
B. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 14 Januari pukul 07.30 di
Poliklinik dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan
dokumentasi (rekam medis)
2. PENGUMPULAN DATA
f. Identitas Pasien Pasien Penanggung
(Suami)
Nama : Ny. A Tn. A
Alamat Terdekat :
Nomor Telepon : 081555003999
Nomor Register : 51712235
Tanggal MRS : 29 September 2020
g. Riwayat Kesehatan
7) Keluhan utama masuk poliklinik
Pasien mengatakan dalam sehari bisa mencret sampai 6-8 kali.
8) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan masih mencret dan pasien mengeluh tidak nafsu
makan.
9) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan Ny. A usia 24 tahun datang ke UGD diantar oleh
istrinya mengeluh mengalami mencret yang berkepanjangan. Pasien
mengatakan dalam sehari bisa mencret sampai 6-8 kali. Selain
mencret, pasien juga mengeluh mengalami demam, berkeringat saat
malam hari, tidak nafsu makan, dan kesulitan menelan makanan. Pada
pemeriksaan ditemukan pasien tampak lemah dan pucat, terdapat ruam
kemerahan dan banyak bekas luka tusukan jarum pada kulit, kulit
kering, terdapat bercak-bercak pada lidah dan sariawan pada mulut,
pemeriksaan feces terdapat lender tanpa darah, BB sebelum sakit 60
Kg dan saat sakit 55 Kg. pada pemeriksaan TTV didapatkan hasil :
TD: 125/80 mmHg, N: 110x/menit, R: 25x/menit, S: 38℃.
10) Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan 2 tahun yang lalu sempat mengalami sakit yang
sama namun tidak separah sekarang.
11) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan anggota keluarga yang lainnya ada yang
mengalami gejala yang sama sepertinya.
12) Genogram
303 24
3dj3
Keterangan :
:Laki-laki
:Perempuan
:Menikah
h. Pola Kebiasaan
15) Bernafas
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada masalaah dalam
bernafas
27) Belajar
Sebelum Pengkajian: Pasien mengatakan pernah bersekolah
Saat Pengkajian : Hal-hal yang perlu dipelajari berhubungan
dengan penyakitnya lebih memahami tentang
bagaimana cara penularan penyakit yang
dialaminya.
Pemahaman pasien terhadap penyakitnya,
pasien menjadi lebih paham dengan
penyakitnya setelah mendapatkan penjelasan
dari dokter dan perawat saat dipoliklinik.
28) Ibadah
Sebelum Pengkajian: Pasien mengatakan selalu rajin sembahyang
dirumahnya
Saat Pengkajian : Agama /kepercayaan yg dianut Hindu
Kebiasaan beribadah, berdoa di dalam kamar
Data lain:-
i. Pemeriksaan Fisik
13) Keadaan Umum
i) Kesadaran : composmentis/sadar penuh, □ somnolen, □
koma
Data lainnya:-
j) Bangun Tubuh : □ kurus, sedang, □ gemuk
Data lainnya :-
k) Postur Tubuh : tegak, □ lordosis, □ kifosis, □ skoliosis,
Data lainnya :-
l) Cara Berjalan : lancar terkoordinir, □ terganggu,
Data lainnya :-
m)Gerak Motorik : normal, □ tergangu,
Data lainnya :-
n) Keadaan Kulit
Warna : □ normal, □ ikterus, □ sianosis, pucat/anemis
Depan Belakang
o) Gejala Kardinal : TD : 100/60 mmhg
N : 100 x/mnt
S : 38oC
RR : 20 x/mnt
p) Ukuran lain : BB :55 kg
TB : 160 cm LL : (-)
14) Kepala
a) Kulit kepala bersih, □ kotor : □ ketombe, □ kutu
15) Mata
e) Konjungtiva : merah muda, □ anemis/pucat, □ ikterus/kuning
16) Hidung
e) Keadaan : Bersih, □ Secret, □ Darah, □ Polip
17) Mulut
f) Mukosa bibir : □ mukosa lembab, □ bibir sianosis, pucat, kering
18) Leher
c) Inspeksi
Keadaan : baik/normal, □ Pembengkakan kelenjar tiroid, □
distensi vena jugularis, □ kaku kuduk
d) Palpasi : □ kelenjar limfe membesar, □kelenjar parotis membesar,
□Pembengkakan kelenjar tiroid, □deviasi trakea, □teraba
massa/tumor
Data lainnya :-
19) Thorax
e) Inspeksi
Bentuk : simetris, □ asimetris
Palpasi
Pengembangan dada : simetris, □ asimetris
21) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas
pergerakan bebas, □ deformitas, □ Oedema, □ Sianosis
pada ujung kuku, □Clubbing finger, □ CRT detik
□ Luka, Lokasi (-)
Luas luka(-)
Warna(-)
Pus(-)
Jaringan (-)
Terpasang infuse,di tangan sebelak kiri
Data lainnya (-)
b) Ektremitas Bawah
pergerakan bebas, □ deformitas, □ Oedema, □ Sianosis
pada ujung kuku, □Clubbing finger, □ CRT ……..detik
□ Luka, Lokasi Luas luka (-)
Pus(-)
Hiperemi(-)
Jaringan(-)
□ Terpasang infuse
Data lainnya (-)
c) Kekuatan Otot
555 555
555 555
Data lainnya (-)
j. Pemeriksaan Penunjang
2) Pemeriksaan Laboratorium
No. Hari/Tanggal/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
4,7-Lab Pemeriksaan
3) Pemeriksaan Radiologi
No Hari/Tanggal/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Kesan
4) Pemeriksaan lain-lain
a) Pemeriksaan EKG
b) Pemeriksaan Diagnostik CAG
c) Dll…..
C. TINJAUAN KASUS
a. Pengkajian
2) Masalah kedua
P : Hipertermia
E : Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
S : Suhu 38℃, pasien tampak lemas dan pucat
Proses terjadinya: Hipertermia dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Pada pasien diare hipertermia disebabkan bakteri yang
memproduksi enterotoksin.
5) Masalah ketiga
P: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
E: Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolic
S: Pasien mengeluh tidak nafsu makan, kesulitan untuk menelan
makanan.
6) Masalah keempat
P: Kerusakan integritas kulit
E: Kerusakan yang terjadi akibat perubahan sirkulasi
S: Pasien tampak terdapat ruam kemerahan dan banyak bekas luka
tusukkan jarum pada kulit, kulit kering, terdapat bercak-bercak putih
pada lidah
7) Masalah kelima
P: Defisiensi pengetahuan
E: Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu
S: Pasien bingung dengan keadaan dirinya
d. Diagnosa Keperawatan
1) Diare b/d fisiologis
2) Hipertermia b/d penyakit
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan
kurang
4) Kerusakan integritas kulit b/d kondisi gangguan metabolic
5) Defisiensi pengetahuan b/d kurang pajanan informasi
2. Perencanaan
4. Pelaksanaan
DS : -
DO : injeksi
antibiotik
(ceftriaxone)
sudah masuk
1mg
DS : pasien
Menganjurkan mengatakan
pasien melakukan tidak ada
mobilisasi setiap 2 keluhan
23.00 wita jam sekali DO : TD :
Dx 1 110/90 mmHg,
N: 90x/menit,
RR: 22x/menit,
S: 36oC
DS : pasien
mengatakan
Mengkolaborasikan sudah
pemberian obat melakukan
antibiotik miring kanan
kiri dan posisi
kaki lebih tinggi
dari kepala
DO : pasien
tampak
kooperatif dan
melakukannya
dengan baik
DS : -
DO : injeksi
antibiotik
(ceftriaxone)
sudah masuk
sebanyak 1mg
08.40 wita DS : -
Dx 1,2,3 Mengukur tanda DO : TD:
tanda vital pasien 120/80 mmHg,
S:36oC, N:
86x/menit, RR:
09.15 wita 22x/menit
Dx 2 Menjaga kebersihan
kulit agar tetap
bersih DS: -
DO : luka sudah
dibersihkan oleh
perawat
09.30 wita Dx 1 & 2
Menjelaskan tanda DS : pasien
tanda infeksi mengatakan
mengerti dengan
apa yang
dijelaskan oleh
10.45 wita perawat
Dx 2 DO : pasien
Menganjurkan tampak sudah
pasien melakukan sedikit
mobilisasi setiap 2 memahami dari
jam sekali sebelumnya
DS : -
11.35 wita DO : pasien
Dx 1 tampak sudah
Mengkolaborasikan melakukan
pemberian obat mobilisasi yang
Dx 1,2,3 antibiotik dianjurkan
DS : -
Melakukan DO : injeksi
pengukuran tanda- antibiotik
tanda vital (ceftriaxone)
sudah 1 mg
DS : pasien
mengatakan
sudah selalu
Mengkolaborasikan melakukan
pemberian obat miring kanan
antibiotik kiri dan posisi
kaki lebih tinggi
dari kepala
DO : pasien
tampak
melakukannya
dengan baik
DS : -
DO : injeksi
antibiotik
(ceftriaxone)
sudah masuk
1mg
5. Evaluasi