Anda di halaman 1dari 22

“PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF”

Dosen Pengampu : Dr. Apt. Refdanita, M.Si.,

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Adimuswarman (21340111)
2. Alfriani Melia Zanki (21340112)
3. Ella Yunita (21340113)
4. Neri Noviyana (21340114)
5. Trinda Irene Arung (21340115)
6. Fajriyatur Rizqi Ramadanti (21340116)
7. Hasnul Hidayat (21340117)
8. Fradhinka Herfi Syarifah (21340118)
9. Ria Fitriani (21340119)
10. Andri Febriansyah (21340120)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Komunikasi Informasi dan
Edukasi dengan judul “Peningkatan Komunikasi yang Efektif”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang tepat membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan tepat waktu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan dan Kesehatan.

Jakarta, 28 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3

2.1 Definisi Komunikasi Efektif...........................................................................3

2.2 Syarat – syarat komunikasi efektif..................................................................5

2.3 Panduan komunikasi efektif diterapkan..........................................................5

2.4 Prinsip komunikasi efektif..............................................................................5

2.5 Teknik Komunikasi Efektif.............................................................................6

2.6 Contoh Pelaporan Teknis SBAR dan TBAK..................................................9

2.7 Ciri – ciri komunikasi efektif........................................................................10

2.8 Kiat Sukses Berkomunikasi..........................................................................11

BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................13

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................17

4.1 Kesimpulan...................................................................................................17

4.2 Saran.............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau


mencukupi kebutuhan sendiri. Dikarenakan manusia adalah makhluk sosial artinya
manusia didalam kehidupannya senantiasa akan saling berinteraksi Dalam
berinteraksi ini dibangun melalui komunikasi, karena komunikasi ini digunakan
sebagai penghubung antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi
menjadi sarana guna terciptanya ide bersama, memperkuat perasaan kebersamaan
melalui tukar menukar informasi, menggambarkan emosi dan kebutuhan mulai
dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Komunikasipun
terkadang menjadi hal yang disepelekan, padahal kesalahan dalam komunikasi
dapat menimbulkan masalah, apalagi bila terjadinya di sarana pelayanan kesehatan
yang berhubungan langsung dengan masyarakat, contohnya: Rumah Sakit,
Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas Keliling, Posyandu, Laboratorium,
Poskesdes, Apotek, Klinik dan instansi pelayanan kesehatan lainnyan (Angrawati,
2016).

Kinerja seorang tenaga kesehatan sangat dipengaruhi oleh bagaimana


komunikasi internal yang terjadi dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi
merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk tercapainya tujuan
administrasi atau manajemen. Komunikasi yang lancar dapat menciptakan
hubungan kerja yang serasi dan selaras antar pemimpin dan bawahannya serta
sesama bawahan. Jika hubungan kerja yang demikian dapat tercipta maka dapat
mendorong kinerja dari setiap orang yang bekerja dalam organisasi tersebut
sehingga apa yang menjadi tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai (Arya,
2010).

1
Komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap,jelas dan dipahami oleh
resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan
pasien komunikasi dapat secara elektronik, lisan atau tertulis. Komunikasi yang
paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan
yang diberikan melalui telepon. Kominikasi lain yang mudah mengalami
kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis seperti laboratorium
menelpon unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera/cito.

Oleh sebab itu perlu dikembangkan suatu panduan atau prosedur untuk
perintah lisan dan melalui telepon termasuk menuliskan perintah secara lengap
atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi, penerima membacakan kembali
perintah, atau hasil pemeriksaan dan menginformasikan bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibacakan ulang dengan akurat.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dapat dirumuskan dalam makalah ini adalah
1. Apakah yang harus diperhatikan agar terwujud komunikasi yang efektif?
2. Bagaimana cara meningkatkan komunikasi efektif?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hal – hal yang harus diperhatikan agar mencapai komunikasi


efektif.
2. Mengidentifikasi faktor – faktor dalam komunikasi efektif
3. Untuk mengetahui cara meningkatkan komunikasi efektif.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Komunikasi Efektif


The American Nurses Association (ANA, 2010) menggambarkan komunikasi
efektif sebagai standar praktik keperawatan profesional. Kompetensi profesional
dalam praktek keperawatan tidak hanya psikomotor dan keterampilan diagnostik
klinis, tetapi juga kemampuan dalam keterampilan interpersonal dan komunikasi.
Perawat terdaftar diharapkan untuk berkomunikasi dalam berbagai format dan di
semua bidang praktek. Komunikasi efektif merupakan komunikasi diantara para
petugas pemberi pelayanan yang dilakukan dengan tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas dan dapat dipahami oleh penerima sehingga dapat mengurangi kesalahan
dan menghasilkan perbaikan untuk keselamatan pasien. Komunikasi efektif dapat
dilakukan secara verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang
disampaikan secara lisan dapat dilakukan secara langsung dengan tatap muka dan
tidak langsung melaui telepon.
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama
memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam
bahasa asing orang menyebutnya “the communication is in tune” ,yaitu kedua
belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang
disampaikan.
Berhasilnya suatu komunikasi adalah apabila kita mengetahui dan
mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam proses komunikasi. Unsur-
unsur itu adalah sumber (resource), pesan (message), saluran (channel/ media)
dan penerima (receiver/audience). Komunikasi dapat efektif apabila pesan
diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan
ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada
hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003). Komunikasi yang efektif terjadi bila

3
pendengar (penerima berita) menangkap dan menginterpretasikan ide yang
disampaikan dengan tepat seperti apa yang dimaksud oleh pembicara (pengirim
berita). Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mengupayakan
proses komunikasi yang efektif, yaitu antara lain (Canadian Interprofessional
Health Collaborative (CIHC), 2010):
1) Sensitifitas kepada penerima komunikasi Sensitivitas ini sangatlah penting
dalam penentuan cara komunikasi serta pemilihan media komunikasi. Hal-hal
yang bersifat penting dan pribadi paling baik dibicarakan secara langsung atau
tatap muka, dan dengan demikian mengurangi adanya kecanggungan serta
kemungkinan adanya miskomunikasi.
2) Kesadaran dan pengertian terhadap makna simbolis Hal ini menjadi penting
dalam seseorang mengerti komunikasi yang disampaikan. Komunikasi
seringkali disampaikan secara non verbal atau lebih dikenal dengan body
language. Pengertian akan body language, yang bisa berbeda sesuai dengan
kultur, ini akan memberikan kelebihan dalam komunikasi.
3) Penentuan waktu yang tepat dan umpan balik Hal ini sangatlah penting
terutama dalam mengkomunikasikan keadaan yang bersifat sensitif. Umpan
balik menjadikan komunikasi lebih efektif karena dapat memberikan
kepastian mengenai sejauh mana komunikasi yang diadakan oleh seseorang
sumber (source) dapat diterima oleh komunikan (receiver).
4) Komunikasi tatap muka Komunikasi semacam ini memungkinkan kita untuk
melihat dengan baik lawan bicara kita, melihat body language, melihat mimik
lawan bicara, serta menghilangkan panjangnya rantai komunikasi yang
memungkinkan terjadinya mis komunikasi.
5) Komunikasi efektif Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala
yang ditimbulkan oleh beberapa pihak, pasien, dokter, perawat maupun tenaga
kesehatan lainnya. Dokter dapat mengetahui dengan balk kondisi pasien dan
keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini
amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.

4
2.2 Syarat – syarat komunikasi efektif
Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif adalah antara lain :
1. Menciptakan suasana yang menguntungkan.
2. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak
komunikan.
4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat
menguntungkannya.
5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak
komunikan.

2.3 Panduan komunikasi efektif diterapkan


1. Antar professional Pemberi Asuhan (PPA) saat memberikan perintah lisan
atau melalui telepon
2. Petugas laboratorium saat membacarakan hasil laboratorium secara lisan atau
melalui telepon

2.4 Prinsip komunikasi efektif


1. Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melalui prinsip catat,
verifikasi dan klarifikasi
1) Penerima pesan secara lisan memberikan pesan
2) Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
3) Penerima pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi pesan
4) Penerima pesan mengklarifikasi ualng bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi
2. Baca ulang adan verifikasi dikecualikan untuk kondisi darurat di IGD
3. Penggunaan kode alphabet international digunakan saat melakukan
klarifikasi hal-hal penting missal nama obat LASA (Lock Alike Sound Alike).

5
nama pasien, dosis obat, hasil laboratorium dengan mengeja huruf-huruf
tersebut saat membacakan ulang (Read Back) dan verifikasi
4. Tujuan utama panduan komunikasi efektif Ini adalah memperkecil terjadinya
kesalahan penerima pesan yang diberikan secara lisan
5. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan dan tertulis
6. Instruksi/Informasi dan hasil tes penting (misalnya hasil tes CITO, Laborium
klinik) di rumah sakit dapat diberikan melalui metode lisan maupun telepon,
penerima instrksi/informasi bertanggung jawab untuk mencatat dengan benar
instruksi/informasi yang diperoleh, membacakan kembali hasil catatan dan
informasi yang diterima dan menginformasikan apakan yang telah ditulis
dan dibaca ulang itu sudah tepat pada leadaan darurat atau dalam sebuah
oprasi dimana tidak memungkinkan penerima instruksi melakukan pencatan,
maka instruksi yang diberikan tetap dibacakan ulang dan kompirmasi tetap
dilakukan oleh pemberi instruksi pencatatan dapat dilakukan setelah keadaan
gawat darurat atau oprasi telah selesai.
7. Pemberi instruksi harus menandatangani instruksi yang diberikan pada
stempel Read Back
8. Instruksi/Informasi di rumah sakit dapat dilakukan melalui metode verbal maupun
telepon untuk memastikan agar pelayan kesehatan tetap berjalan meskipun
dokter atau pihak pemberi informasi tidak berada ditempat.

2.5 Teknik Komunikasi Efektif


1. Teknik TBaK (Tulis Baca Kompirmasi)
Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus
melakukan proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan
dengan tulis, baca kembali dan konfirmasi ulang (TBaK), yaitu:
1) Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan. Komunikasi dapat
dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti
telepon.pemeberi pesan harus memperhatikan kosa kata yang

6
digunakan, intonasi, kekuatan suara (tidak besar dan tidak kecil),
jelas, singkat dan padat.
2) Penerima pesan mencatat isi pesan tersebut.(tulis) untuk menghindari
adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus mencatat
pesan yang diberikan secara jelas.

3) Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan.


(baca kembali) setelah pesan dicatat, penerima pesan harus
membacakan kembali pesan tersebut kepada pemberi pesan agar tidak
terjadi kesalahan dan pesan dapat diterima dengan baik
4) Penerima pesan mengkonfirmasikan kembali isi pesan kepada
pemberi pesan.(konfirmasi) pemberi pesan harus mendengarkan
pesan yang dibacakan oleh penerima pesan dan memberikan
perbaikan bila pesan tersebut masih ada yang kurang.

2. Teknik SBAR (Situation- Background- Assssment- Recommendation)


Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang direkomendasikan
untuk dilakukan ketika melakukan timbang terima atau ketika akan
menyampaikan kondisi pasien untuk menerima arahan tindakan yang
dilakukan selanjutnya. Komunikasi SBAR merupakan salah satu strategi
dalam meningkatkan keselamatan pasien adalah dengan mengembangkan
komunikasi efektif dalam handover. Dimana SBAR ini merupakan
metode untuk mengurangi dampak akibat penyampaian dan penerimaan
informasi yang tidak tepat. Penggunaan komunikasi dengan metode
SBAR tidak hanya meningkatkan mutu pelayanan, tetapi juga dapat
meningkatkan kualitas handover yang akan menekan angka medical error.
Ketika tenaga kesehatan melakukan pelaporan atau serah terima pasien.
a. Situation (Situasi)
Mengawali suatu komunikasi diperlukan pengenalan antara penyampai
berita dan penerima berita dalam hal ini identitas petugas dan unit
pelayanan kesehatan diinformasikan setelah itu sampaikan

7
permasalahan yang ada pada pasien diawali dengan menyebutkan
nama pasien, umur, dan lokasi,  seteah itu sampaikan masalah yang
ingin disampaikan tanda-tanda vital pasien, dan kekhawatiran petugas
terhadap kondisi pasien.
b. Background (Basis Masalah)
Menggali informasi mengenai latar belakang klinis yang menyebabkan
timbulnya keluhan klinis misalkan: Riwayat alergi obat-obatan, hasil
pemeriksaan laboratorium yang sudah diberikan, hasil penunjang dll.
c. Assessment
Penilaian terhadap masalah yang ditemukan terkait dengan apa yang
menjadi masalah pada pasien. berikanlah kesan pasien secara klinis
serta hal yang terkait dengan hal tersebut.jelaskan pula tindakan yang
sudah diberikan kepada pasien untuk mengatasi permasalahan sambil
menunggu rekomendasi yang diterima petugas.
d. Recommendation (Rekomendasi)
Merupakan usulan sebagai tindak lanjut apa yang perlu dilakukan
untuk mengatasi masalah pasien saat ini dengan menanyakan
a. Apakah ada saran ?
b. Apakah dioerlukan pemeriksaan tambahan?
c. Jika ada perubahan tatalaksana ditanyakan?

Kolaborasi antara penyedia layanan kesehatan yang diperlukan dalam


pengaturan perawatan kesehatan apapun, karena tidak ada profesi tunggal yang
dapat memenuhi kebutuhan semua pasien. Akibatnya, kualitas layanan yang baik
tergantung pada profesional yang bekerja sama dalam tim interprofessional.
komunikasi yang efektif antara profesional kesehatan juga penting untuk
memberikan pengobatan yang efisien dan pasien-berorientasi komprehensif .Selain
itu, ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk
antara profesional kesehatan merugikan pasien. (Matziou1 at al, 2014). Sistem
komunikasi SBAR digunakan untuk mengkomunikasikan pasien dan

8
pengelolaannya, terutama komunikasi verbal baik langsung maupun melalui
sambungan telepon antar tenaga kesehatan yaitu antara:

a. Perawat dengan dokter


b. Konsultasi antar dokter
c. Antarbagian layanan kesehatan
d. Pergantian petugas jaga (shift)

Menurut Anita D (2014) kerja tim dan kolaborasi mengharuskan perawat


mampu berkomunikasi secara efektif dengan tim kesehatan, pasien, dan perawat
untuk mengintegrasikan perawatan yang aman dan efektif dalam dan di pengaturan
(AACN, 2008; ANA, 2010). profesional kesehatan dan sistem perawatan kesehatan
juga harus secara aktif berkolaborasi dan berkomunikasi untuk memastikan
pertukaran informasi yang tepat dan koordinasi perawatan (IOM, 2001).

Suter at al (2009) dalam Role Understanding And Effective Communication


As Core Competencies For Collaborative Practice, metode kualitatif, wawancara
semi-terstruktur digunakan untuk memperoleh persepsi profesional kesehatan dari
budaya organisasi dan struktur, lingkungan fisik, kompetensi budaya dan faktor-
faktor lain yang akan meningkatkan kolaborasi yang efektif.

Komunikasi mencakup berbagai strategi dan tujuan. Baik komunikasi formal


dan informal antara penyedia serta antara penyedia dan pasien dengan keluarga
mereka adalah kunci untuk perawatan pasien kolaboratif. Ada kebutuhan yang
dirasakan untuk lebih jelas dalam menanggapi bagaimana setiap memberikan
kontribusi profesional untuk tim dan untuk lebih efektif mendelegasikan pekerjaan
dan anggota tim langsung. Lain disebutkan bahwa di daerah kerja mereka, ada
kurangnya komunikasi akan menghambat dalam pendelegasian

2.6 Contoh Pelaporan Teknis SBAR dan TBAK

9
Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang
paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan
yang diberikan melalui telepon, bila diperbolehkan peraturan perundangan.
Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan pasien
untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera. Proses komunikasi efektif di RS
dilakukan dengan SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation)
dan TBK (Tulis, Baca, dan Konfirmasi) (Rifai, 2015).

S o Saya nama : …… (nama petugas yang memberikan laporan)


o Saya menelepom tentang pasien……. (nama pasien, umur, dan lokasi)
o Yang dituju …………….(DPJP)
o Masalah Pasien tentang…………..(masalah yang akan dilaporkan,
tanda-tanda vital pasien, ke khawatiran petugas terhadap kondisi
pasien)

B o Saya telah melakukan pemeriksaan pasien dan terjadi perbahan status


pasien (sebutkan perubahan yang terjadi pada pasien, misalnya
kesadaran pasien menurun, perubahan suhu, perubaan pernafasan atau
tekanan darah, dll)
o Sebutkan pula obat-obat yang telah diberikan

A Masalah yang ditemukan pada pasien dikaitkan denga napa yang


menjadi masalah pada pasien:
Problem kemungkinan karena…………………
Sudah dilakukan Tindakan apa………………..

R Petugas yang menerima instruksi mencatat, membaca ukang, serta


melakukan konfirmasi pada pemberian instruksi. Laporan dicacat baik
tanggal dan jam, ditandatangani.Verifikasi pemberi intruksi
menandatangani catatan pesan.Yang ditulis penerima pesan dalam kotak
stemple READ BLACK sebagai tanda persetujuan dalam waktu 1x24
jam

2.7 Ciri – ciri komunikasi efektif

10
Adapun ciri-ciri komunikasi yang efektif antara lain yaitu :
1) Menyediakan informasi yang praktis
Dengan menerangkan bagaimana mengerjakan sesuatu, menjelaskan
mengapa perubahan dilakukan, menberikan solusi terhadap masalah,
mendiskusikan status sebuah proyek, dan lain-lain.
2) Memberikan fakta dibandingkan kesan
Dengan menggunakan bahasa yang konkrit dan menjelaskan secara
detail yang dimaksud. Informasi harus jeelas, meyakinkan, akurat, dan etis.
3) Mengklarifikasi dan menyingkat beberapa informasi
Dengan menggunakan table, bagan, foto maupun diagram yang
menjelaskan tentang pesan yang dimaksud.
4) Masyarakat tanggung jawab secara jelas
Dengan menjelaskan apa yang kita harapkan atas apa yang dapat kita
lakukan, karena pesan kita hanya ditujukan pada orang-orang tertentu saja.
5) Membujuk dan menyedikaitan rekomendasi
Biasanya pesan yang disampaikan adalah membujuk para pegawai
untuk melakukan sesuatu atau pelanggan untuk memanfaatkan layanan yang
kita tawarkan dengan menjelaskan manfaat yang akan mereka peroleh
dengannya.

2.8 Kiat Sukses Berkomunikasi


Beberapa kiat sukses berkomunikasi:
1. Kenali dengan baik siapa lawan bicara kita.
2. Jangan terlalu banyak bicara dan kurang mendengar. Bersikaplah secara
seimbang:
Berbicara dan mendengar sesuai kebutuhan. Ada nasihat menarik:
“Diciptakannya dua telinga dan satu mulut pada diri kita adalah agar kita
mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara”.
3. Jangan merasa (dan menampakkan) bahwa kita lebih tahu daripada lawan
bicara kita.

11
4. Kenali betul-betul diri sendiri dan kemampuan diri sendiri.
a. Apa saja kemampuan dan kelebihan yang Anda miliki.
b. Apa saja kelemahan dan kekurangan Anda yang Anda rasa cukup
mengganggu komunikasi.
c. Kenali pula cara meningkatkan kelebihan dan menutupi kekurangan diri
Anda.
Pertanyaan: Bagaimana caranya agar kita bisa menerima diri kita secara
apa adanya? Ada beberapa kiat lagi untuk bisa menerima diri sendiri apa
adanya, dengan kelebihan dan kekurangannya, yaitu:
1) Hargai diri sendiri.
Biasakan tidak terlalu membandingkan diri sendiri dengan orang
lain,karena setiap orang itu unik. Kita dan orang lain berbeda
segalanya.
2) Hargai upaya yang sudah kita lakukan.
Walaupun mungkin belum berhasil, tetapi berusaha menghargai niat
dan upaya yang telah kita lakukan.
3) Tentukan tujuan hidup kita
Sebagai aktivis organisasi atau pemimpin suatu kelompok, tentukan
tujuan aktivis Anda. Ingin menjadi pemimpin yang berpengaruhkah,
ingin belajarkah, dan sebagainya.
4) Berfikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain
Ini tidak berarti menganggap kesalahan-kesalahan yang pernah Anda
lakukan. Ini lebih ditekankan pada cara pandang (tashawwur,
persepsi) Anda tentang diri Anda. Misalnya, jangan pernah berfikir
bahwa saya tidak bisa begini kan karena saya memang begitu, dan
lain-lain. Begitu juga dengan orang lain.
5) Kembangkan minat dan kemampuan diri
Bersedia menghabiskan waktu dan tenaga untuk belajar dan
melakukan tugas sampai tujuan tercapai.
6) Kendalikan perasaan

12
- Tidak mudah marah dan terpengaruh keadaan sesaat
- Hadapi kesedihan secara wajar dan tidak berlebihan

BAB III

PEMBAHASAN

“Analisis Penerapan Komunikasi Efektif Dengan Tehnik SBAR (Situation


Background Assessment Recommendation) Terhadap Risiko Insiden Keselamatan
Pasien Di Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak”

Komunikasi SBAR merupakan cara untuk mengatasi Faktor penyebab IKP


(Insiden keselamatan pasien) menurut (Cahyono dalam Fatimah & rosa. 2014). Ke
gagalan komunikasi, berdampak terhadap komunikasi tidak efektif yang dilakukan
perawat sehingga 80% menyebabkan kejadian malpraktek, meningkatkan biaya
operasional, biaya perawatan penyembuhan dan menghambat proses pemberian
asuhan keperawatan.
Komunikasi efektif dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur
utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil
yang optimal. Salah satu kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi efektif
adalah saat serah terima tugas (handover) dan komunikasi lewat telepon (Hilda,
Noorhidayah & Arsyawina, 2017).
Komunikasi lewat telpon merupakan komunikasi verbal dilakukan jika
menurut perawat kondisi pasien membutuhkan tindakan kedokteran, konsultasi via
telpon adalah tindakan pelaporan kondisi pasien kepada dokter melalui telpon. Untuk
perintah verbal atau melalui telepon, perawat yang menerima pesan harus menuliskan
dan membacakan kembali kepada pemberi pesan dan keesokan harinya dokter
penanggung jawab pasien memberikan konfirmasi (Hilda, Noorhidayah &
Arsyawina, 2017).
Keselamatan pasien bisa di tingkatkan dengan model tehnik SBAR karena
dapat mengurangi risiko dari KTD, KNC, KPC, KTC dan Sentinel. Dalam hal

13
berkomunikasi, perawat mengalami beberapa kekurangan dalam penyampaian pesan
atau informasi sehingga dapat membahayakan keselamatan pasien dan antara
profesional kesehatan terutama ketika perawat melapor ke dokter atau tenaga
kesehatan lain, sehingga keselamatan pasien bisa ditingkatkan (Blom, Petersson,
Hagell & Westergren. 2015).
Tehnik SBAR merupakan bagian dari keselamatan di rumah sakit dalam
meningkatkann keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di RS (Rumah Sakit) yang berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan, dan keselamatan (KKP-RS, Darliana 2016).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Peneliti mengidentifikasi 3 tema yang merupakan hasil dari penelitian. Proses
pemunculan tema tersebut di uraikan berdasarkan tujuan penelitian serta dari hasil
wawancara. Tema terbentuk yaitu pemahaman unsur pokok pengetahuan perawat
memahami SBAR (situation background assessment recommendation), kemampuan
perawat berkomunikasi dengan tehnik SBAR (situation background assessment
recommendation) dan dampak yang di rasakan perawat setelah menggunakan SBAR.
 Pengetahuan Perawat Memahami Tehnik SBAR
Hasil analisis data pengetahuan dalam memahami komunikasi efektif dengan
tehnik SBAR di Rumah Sakit Sakit Anton Soedjarwo Pontianak terbagai menjadi
tiga yaitu mengenai pengetahuan perawat memahami tehnik SBAR, dampak
SBAR setelah di terapkan di Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak dan
kemampuan perawat berkomunikasi efektif dengan tehnik SBAR.
Hasil wawancara menunjukan bahwa ada beberapa partisipan memiliki
pengetahuan baik dan kurang baik saat menjelaskan komunikasi efekti dengan
tehnik SBAR, dari pernyataan partisipan yang di dapatkan peneliti dari
wawancara mendalam kepada perawat, ada beberapa perawat yang menjelaskan
dengan baik dan ada perawat yang menjelaskan dengan cukup baik di karena kan

14
perawat yang masih kurang memahami berkomunikasi efektif dengan tehnik
SBAR.
Komunikasi efektif dengan tehnik SBAR keperawatan bermanfaat untuk
meningkatkan kinerja perawat, meningkatkan kualitas pemberian asuhan
keperawatan. jika komunikasi efektif dengan tehnik SBAR ini dilaksanakan
sesuai dengan tehnik SBAR, dan perawat menggunakan tehnik SBAR (Situation
Background Assessment Recommendation) dengan baik maka akan berdampak
dalam kualitas pemberian asuhan keperawatan atau intervensi salah satunya
meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien, selain itu juga
untuk membantu perawat dalam berkomunikasi efektif antara dokter atau tenaga
kesehatan lain sehingga mendapatkan hubungan kolabarosi yang baik antara
perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lain untuk meminimalisir kesalahan-
kesalahan pengintruksian serta membantu berkomunikasi yang efektif dan
efisien.

 Kemampuan perawat berkomunikasi dengan tehnik SBAR (situation background


assessment recommendation)
Hasil wawancara menunjukan bahwa semua partisipan memliki kemampuan
berkomunikasi efektif dengan tehnik SBAR dalam berkomunikasi, dari hasil
analisis peneliti melalui wawancara semistrucuture interview ada beberapa
perawat yang lupa, dan bingung saat menjelaskan SBAR. Kemampuan
berkomunikasi tehnik SBAR perawat, apabila baik tetapi tidak didorong oleh
kebijikan rumah sakit secara otomatis perawat akan malas dan lalai untuk
menjalani komunikasi efektif SBAR. Pengaruh kebijkan yang diberikan rumah
sakit memberikan efek yang begitu besar sehingga menjadi kekuatan yang harus
di ikuti oleh perawat, berjalan nya komunikasi efektif dengan tehnik SBAR
dikatakan baik dikarenakan kebijkan yang mengikat perawat, dari hasil penelitian
yang ditemukan perawat memiliki kemampuan baik dan cukup baik untuk
melakukan komunikasi efektif dengan tehnik SBAR, perawat mengetahui tentang
komunikasi efektif dengan tehnik SBAR. Hasil wawancara menunjukan bahwa

15
semua partisipan di setiap unit menyatakan bahwa selalu menggunakan
komunikasi efektif dengan tehnik SBAR saat penyampaian kondisi dan
kesehatan pasien kepada dokter atau pun tenaga kesehatan lain nya.

 Dampak SBAR setelah di terapkan di Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak.


Hasil wawancara menunjukan bahwa semua partisipan dan tenaga kesehatan
lain merasakan dampak yang positif dari berkomunikasi efektif dengan tehnik
SBAR (Situation Background Assessment Recommendation), dari pernyataan
partisipan yang partisipan berikan kepada peneliti didapat kan : perawat dan
tenaga kesehatan lain merasa terbantu pekerjaan nya saat penyampaian kondisi
dan kesehetan pasien dengan ada nya SBAR (Situation Background Assessment
Recommendation), mempermudah penyampaian kondisi pasien, melindungi
partisipan, lebih terarah, meminimalisir kesalahan pemberian tindakan terapi atau
obat, mengefektifkan waktu dalam konsultasi masalah pasien, membuat perawat
percaya diri dalam penyampaian kondisi dan kesehatan pasien.
Damapak SBAR begitu positif yang dirasakan partisipan dan tenaga kesehatan
lain diharapkan dapat meningkatkan semangat dan motivasi perawat untuk terus
meningkatkan berkomunikasi efektif dengan tehnik SBAR sehingga
pengetahuan, kemampuan dan kualitas perawat semakian baik dalam
berkomunikasi efek dengan tehnik SBAR. Artinya apabila perawat memiliki
semangat dan motivasi untuk meningkatkan komunikasi efektif dengan tehnik
SBAR di Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak akan semakin baik dalam
memberikan jaminan keselamatan pasien dalam kenyamanan dan keamanan.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berhasilnya suatu komunikasi adalah apabila kita mengetahui dan
mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam proses komunikasi. Unsur-
unsur itu adalah sumber (resource), pesan (message), saluran (channel/ media)
dan penerima (receiver/audience). Komunikasi dapat efektif apabila pesan
diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan
ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada
hambatan untuk hal itu.
Komunikasi mencakup berbagai strategi dan tujuan. Baik komunikasi formal
dan informal antara penyedia serta antara penyedia dan pasien dengan keluarga
mereka adalah kunci untuk perawatan pasien kolaboratif. Ada kebutuhan yang
dirasakan untuk lebih jelas dalam menanggapi bagaimana setiap memberikan
kontribusi profesional untuk tim dan untuk lebih efektif mendelegasikan
pekerjaan dan anggota tim langsung. Lain disebutkan bahwa di daerah kerja
mereka, ada kurangnya komunikasi akan menghambat dalam pendelegasian

4.2 Saran
Peningkatan komunikasi secara efektif dengan tim kesehatan lain dibutuhkan
dalam pelaksanaan Interprofessional Collaboration sehingga petugas kesehatan
dapat melakukan tindakan pelayanan kesehatan yang aman dan efektif. Upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan komunikasi antar profesi adalah dengan
catatan perkembangan pasien terintegrasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y & Rachmawati, I, N. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam


Riset Keperawatan. Depok : PT Rajagrafindo Persada.
Anita Davis Boykins. 2014. DNSc, FNP-BC, PMHNP BC, Core Communication
Competencies in Patient-Centered Care. The ABNF Journal/Spring.
Anggarawati, Tuti, Wulan Sari, N, 2016. Kepentingan Bersama Perawat - Dokter
dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan. Vol. 12, No. 1. Februari 2016
Arya Reni, Kurniawan Yudianto, Irman Somantri. 2010. Efektifitas Pelaksanaan
Komunikasi dalam Kolaborasi Antara Perawat dan Dokter di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Sumedang. Jurnal unpad.ac.id/mku/article. Vol. 12,
No. 1 Maret 2010– September 2010 Hal 36,
Canadian Interprofessional Health Collaborative (CIHC). A National
Interprofessional Competency Framework; 2010]. Available from:
http://www.cihc.ca/files/CIHC_ IPCompetencies_Feb12 10r.pdf.
Diane Morris, Mscfn, RD, CDE, Matthews, Phd, RD, Phec. 2014. Communication,
Respect, and Leadership: Interprofessional Collaboration in Hospitals of Rural
Ontario. Canadian Journal of Dietetic Practice and Research. Vol 75, No 4.
Matziou1, V, Vlahioti, E, Pantelis Perdikaris, Theodora Matziou, Efstathia
Megapanou and Konstantinos Petsios. 2014. Physician and nursing perceptions
concerning interprofessional Communication and collaboration. Journal of
Interprofessional Care. Vol (no) : 28(6): pp 526–533.
Rangga Hariyanto. 2017. ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF
DENGAN TEHNIK SBAR (SITUATION BACKGROUND ASSESSMENT
RECOMMENDATION) TERHADAP RISIKO INSIDEN KESELAMATAN
PASIEN DI RUMAH SAKIT ANTON SOEDJARWO PONTIANAK. Program
Studi Pendidikan Ners Universitas Tanjungpura

18
WHO. 2010. Framework for Action on Interprofesional Education & Collaborative
Practice. Geneva : World Health Organization.

19

Anda mungkin juga menyukai