Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Trafficking

Definisi trafficking yang disepakati oleh beberapa Negara sebagian besar mengambil dari
protokol PBB. Pada tahun 2000 Indonesia mengadopsi definisi trafficking ke dalam keputusan
Presiden RI No. 88 tahun 2000 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan
Perempuan dan Anak (RAN P3A). dalam protokol PBB, definisi trafficking adalah : perekrutan,
pengangkutan, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau
penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk paksaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rantan ataupun dari orang yang memegang kendali atas
orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi setidaknya meliputi eksploitasi lewat
memprostitusikan orang lain atau bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja atau pelayan
paksa serupa dengan perbudakan, penghambaan atau pengembalian organ-organ tubuh.

International Labour Organisation (ILO) mendefinisikan trafficking sebagai kegiatan mencari,


mengirim, memindahkan menampung dan menerima tenaga kerja dengan ancaman, kekerasan
atau bentuk- bentuk pemaksaan lainnya, dengan cara menculik, menipu, memperdaya (termasuk
membujuk dan mengiming-imingi) korban, menyalahgunakan kekuasaan atau wewenang,
memanfaatkan ketidaktahuan, keingintahuan, kepolosan, ketidakberdayaan dan tidak adanya
perlindungan terhadap korban, atau dengan memberikan atau menerima pembayaran atau
imbalan untuk mendapatkan ijin dengan persutujuan dengan orang tua, wali atau orang lain yang
mempunyai wewenang atas diri korban, dengan tujuan mengisap dan meremas tenaga
(mengeksploitasi) korban.56

Pengertian trafficking dalam Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang


(UU No. 21 Tahun 2007) lebih luas dibandingkan dengan KUHP, dengan memasukkan proses
dan definisi korban maupun pelaku. Pasal 1 angka (1) UU No. 21 Tahun 2007 mendefinisikan
trafficking sebagai berikut: Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga
memperoleh persetujuan dari banyak orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut,
baik yang dilakukan di dalam Negara maupun antar Negara, untuk tujuan eksploitasi atau
mengakibatkan orang tereksploitasi.57
Dari definisi tersebut, terdapat tiga unsur utama trafficking, yaitu:

a. Memindahkan orang, baik didalam maupun di luar batas Negara (termasuk perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan);

b. Cara-cara melawan hukum (termasuk ancaman, penggunaan kekuasaan, penculikan,


penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan
utang atau memberi bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut.

c. Tujuan eksploitasi atau menyebabkan orang tereskploitasi.

Faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan Manusia (Trafficking)

Kalau dikaji lebih mendalam dapat diketahui bahwa faktor yang mendorong terjadinya
trafficking ada 2 (dua) yaitu :

a. Faktor pencetus, adalah kemiskinan. Meskipun faktor tersebut sangat klise, tetapi
kenyataan tersebut tidak dapat kita elakkan. Mereka yang miskin atau merasa miskin, tetapi ingin
cepat kaya, tentu lebih memilih jalan yang paling gampang, yaitu bekerja di luar negeri,
meskipun tidak mempunyai keahlian (skill). Keberhasilan meraka memicu orang-orang lain
untuk ikut-ikutan bekerja di luar negeri.tetapi mereka tidak memikirkan hambatan-hambatan
yang menghadang. Misalnya bahasa, ketrampilan dan sikap dalam berinteraksi dengan orang-
orang dari Negara lain. Perbedaan bahasa dan budaya, mestinya sudah di perhitungkan.

b. Faktor penarik. Faktor tersebut merupakan iming- iming dari orang lain yang berhasil
atau sukses, ditambah janji-janji yang menggiurkan dari para calo. Keahlian mereka menggaet
calon korban begitu halus, sehingga para calon korban tidak menyadari kalau mereka sudah
masuk perangkap. Menurut Rosenberg dalam Peppy Mutawallie menjelaskan bahwa faktor
penyebab perdagangan manusia (trafficking) adalah sebagai berikut:

1. Ketiadaan akte kelahiran

Rendahnya registrasi kelahiran khususnya dikalangan masyarakat desa, memfasilitasi


perdagangan manusia. Karena, usia dapat dipalsukan untuk memperoleh dokumen perlengkapan
pemberangkatan berimgrasi. Agen dan pelaku perdagangan memanfaatkan ketiadaan akta
kelahiran asli untuk memalsukan umur perempuan muda agar mereka dapat bekerja di luar
negeri.

2. Tingkat pendidikan yang rendah

Mempengaruhi kecendrungan orang memilih kerja disektor informal atau menikah bagi
perempuan, suatu pilihan yang dianggap tidak memelukan klasifikasi prasyarat administrative
dan disertai dengan iming- iming materi yang dimanfaatkan oleh calo.

3. Konteks Budaya

Indonesia merupakan Negara multicultural yang sebagaian besar pengaruh kebudayaan tersebut
melemahkan posisi perempuan keluarga atau perkawinan, kemudian ada praktik ijon yakni
praktik meminjamkan atau membayarkan tenaga sendiri / salah satu anggota sebagai strategi
bertahan hidup, kebiasaan menikahkan anak pada usia dini merupakan salah satu budaya yang
masih dianut oleh kebanyakan masyarakat sampai saat ini disebabkan beberapa alasan:

a. Kepercayaan dibanyak komunitas bahwa perempuan mencapai kedewasaan setelah


menstruasi pertamanya, karena itu, setelah menstruasi perempuan harus segera dinikahkan,
praktik ini pada umumnya masih dilaksanakan di daerah jawa dan sunda.

b. Adanya ketakutan jika seseorang perempuan tidak menikah berarti tidak laku atau
dianggap sebagai perawan tua.

c. Kekhawatiran terhadap keperawanan perempuan yang dianggap sebagai kehormatan dan


kesucian yang mempunyai arti penting.

d. Kemiskinan, lebih cepat anak menikah maka beban tanggung jawab secara ekonomi akan
berkurang.

4. Dampak korupsi terhadap perdagangan

Mekanisme prosedur untuk memperoleh paspor sangat berkelit. Ini disebabkan adanya
pemungutan liar dari oknum yang mengurusi dokumen imigrasi apabila ada TKW yang hendak
bekerja di luar negeri, keadaan ini sering mengakibatkan terjadinya pemalsuan dokumen
sehingga pemberangkatan buruh migran melalui jalur tidak resmi.(Ahmad, 2020)
Ahmad, A. N. I.(2020) Pendampingan Mental Korban Trafficking Di Balai Rehabilitasi Sosial
Watunas “Mulya Jaya” Pasar Rebo Jakarta Timur (Bachelor's thesis, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).

Anda mungkin juga menyukai