Anda di halaman 1dari 11

Accelerat ing t he world's research.

IDENTIFIKASI STRUKTUR
LAPISAN BAWAH PERMUKAAN
REMBESAN GAS ALAM DENGAN
METODE GEOLISTRIK DESA
KARANGLEWAS JATILA...
yulia maisaroh

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Invest igasi Bidang Gelincir Tanah Longsor Menggunakan Met ode Geolist rik Tahanan Jenis di …
Zaroh Irayani

Ipi22114
Hayat ul Muna

SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN


fadhil ramadhani
1

IDENTIFIKASI STRUKTUR LAPISAN BAWAH PERMUKAAN REMBESAN


GAS ALAM DENGAN METODE GEOLISTRIK DESA KARANGLEWAS
JATILAWANG BANYUMAS

Yulia Maisaroh
Program Studi Fisika Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman
Jalan dr. Suparno no. 61 Karangwangkal, Purwokerto
Email: yuliamaisaroh@gmail.com

ABSTRACT
A research of identifying subsurface structures of natural gas permeation using
geoelectrical method has been done in the Karanglewas village Jatilawang
Banyumas. The aim of the research is to interpret the subsurface structure of the
area that indicates the presence of natural gas bursts. The type of configuration
used Wenner and Schlumberger configurations. This identification was obtained
by conducting measurements on two lines with Schlumberger configuration using
NRD Naniura 22 S and processing data from the Wenner configuration. Processing
data uses Res2Dinv software for 2D section and Progress for 1D log resistivity.
The results of data processing were the form of model distribution of resistivity
values, the actual resistivity value curves and lithology of subsurface seepage area.
The interpretation of subsurface structure shows that the 1st line of Wenner and
Schlumberger configurations layers consist of sand-clay mixture 20,60 Ωm,
sand5,13-9,88 Ωm, clay3,31-5,13 Ωm, and wet clay 2,41-3,31 Ωm. The 2nd line of
Wenner and Schlumberger configuration consists of sand-clay mixture 12,04 Ωm,
sand 5,22-8,00 Ωm, clay 2,75-5,22 Ωm, wet clay 1,55-2,75 Ωm. This layer belong
to the Alluvium. The research results shows that the low resistivity values are
interpreted as layers of wet clay. This layer is persume as a cover of a gas system.
Natural gas seepage that appears on the surface is thought to occur because of the
presence of cracks or fractures on this cover.
Keywords: Geoelectric, cover layer, natural gas seepage, Banyumas.

ABSTRAK
Penelitian identifikasi struktur lapisan bawah permukaan rembesan gas alam
dengan metode geolistrik Desa Karanglewas Jatilawang Banyumas.Penelitian ini
bertujuan menginterpretasikan struktur lapisan bawah permukaan daerah yang
diindikasikan adanya semburan gas alam.Jenis konfigurasi yang digunakan adalah
konfigurasi Wenner dan Schlumberger.Identifikasi ini diperoleh dengan melakukan
pengukuran pada dua lintasan konfigurasi Schlumberger dengan menggunakan
Naniura NRD 22 S dan pengolahan data konfigurasi Wenner. Pengolahan data
menggunakan perangkat lunak Res2Dinv untuk penampang 2D dan Progress untuk
log resistivitas 1D. Hasil pengolahan data ini berupa permodelan sebaran nilai
resistivitas, kurva nilai resistivitas sebenarnya dan litologi bawah permukaan
daerah rembesan. Interpretasi struktur bawah permukaan tanah menunjukkan
bahwa pada lintasan 1 konfigurasi Wenner dan Schlumberger lapisannya terdiri
dari pasir sedikit lempung 20,60 Ωm, pasir 5,13-9,88 Ωm, lempung 3,31-5,13 Ωm,
dan lempung basah 2,41-3,31 Ωm. Lintasan 2 Konfigurasi Wenner dan
Schlumberger terdiri dari pasir sedikit lempung 12,04 Ωm, pasir 5,22-8,00 Ωm,
lempung 2,75-5,22 Ωm, lempung basah 1,55-2,75 Ωm. Lapisan ini termasuk
kedalam Alluvium. Dari hasil penelitian geolistrik didapatkan nilai resistivitas
rendah yang diinterpretasikan lapisan lempung basah.Lapisan ini dimungkinkan
sebagai lapisan penutup sistem gas alam. Rembesan gas alam yang muncul pada
permukaan diduga terjadi karena adanya retakan atau rekahan pada lapisan penutup
ini.
Kata Kunci : Geolistrik, lapisan penutup, rembesan gas alam, Banyumas.

PENDAHULUAN
Kabupaten Banyumas merupakan daerah yang menyimpan potensi alam.Salah satu
potensi tersebut terdapat di Desa Karanglewas Kecamatan Jatilawang yang memiliki
fenomena rembesan gas alam.Keluarnya rembesan gas ini berasal dari celah-celah bawah
permukaan air sawah yang terlihat seperti air mendidih (Putra, 2013).Gas biasa
ditemukan pada batuan berpori yang ada pada lapisan kerak bumi (Purwono, 2008).Salah
satu lapisan batuan berpori ini adalah lapisan batupasir atau tuf (Putra, 2013).
Pada penelitian ini metode yang digunakan dalam pengidentifikasian struktur
lapisan bawah permukaan daerah rembesan ini adalah metode geolistrik tahanan
jenis.Metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode geofisika yang memanfaatkan
sifat kelistrikan batuan untuk mempelajari susunan dan kedalaman lapisan batuan bawah
permukaan bumi (Hadi, dkk., 2009).Prinsip dasar metode ini adalah dengan
menginjeksikan arus searah ke dalam bumi menggunakan dua elektroda arus yang akan
menghasilkan nilai beda potensial. Pada tahun 2005 telah dilakukan penelitian tentang
daerah prospektif gas biogenik oleh Tim Muara Kakap dengan menggunakan metode
geolistrik yang mengindikasikan gas biogenik mempunyainilai resistivitas berkisar antara
1,5-3 Ωm dan mempunyai pola vortex yang jelas pada hasil penampangnya. Kemudian
telah dilakukan juga penelitianoleh Astawa tahun 2007 tentang rembesan gas biogenik di
daerah Delta Cimanuk Indramayu dengan menggunakan metode geolistrik yang
memperoleh informasi bahwa gas biogenik terdapat pada lapisan lempung dengan nilai
resistivitas sebesar 1-1,75 Ωm. Penelitian-penelitian Ini membuktikan bahwa metode
geolistrik tahanan jenis dapat digunakan untuk mendeteksi sistem rembesan gas.
Dengan menganggap bahwa bumi sebagai medium homogen yang mempunyai
nilai resistivitas pada setiap lapisannya sama, maka arus I (Ampere) yang menjalar
melalui luasan bumi dA adalah (Telford et al, 1990):
I = .d (1)

Dimana adalah vector rapat arus (A/m2 ) dan dA adalah vektor elemen luas (m2 ).
Hubungan antara dengan medan listrik E untuk medium homogenberlaku:
=σ (2)
Dengan σ adalah konduktivitas (siemens/m).Berdasarkan persamaan tersebut permukaan
equipotensial akan membentuk permukaan bola konsentris dengan titik pusat yang
terletak di sumber arusnya. Jika sumber dari arus yang ada pada permukaan medium
homogen yang terbentuk menjadi medium setengah dimana setengah-ruangnya adalah
udara maka persamaan(2) menjadi:

V(r) = . (3)
πr

2
Sehingga persamaan nilai resistivitas semu ρa yang diperoleh dari persamaan (3):
∆V (4)
ρa = K
I
K adalah faktor geometri yang bergantung pada jarak perpindahan pada konfigurasi
elektroda. Pada penelitian ini menggunakan konfigurasi Wenner dan konfigurasi
Schlumberger. Untuk konfigurasi Wenner besar faktor geometrinya (Milsom, 2003):
= 1 1 1 1
− − −
= (5)

Gambar 1. konfigurasi Wenner (Milsom, 2003).


Faktor geometri untuk konfigurasi Schlumberger dapat dirumuskan:

ℎ = 1 1 1 1
− − −
2 2

= (6)

Gambar 2. Susunan eklektroda konfigurasi Schlumberger, a adalah setengah jarak


elektroda AB dan b adalah setengah eletroda MN (Milsom, 2003).

Proses dari pembentukan dari gas alam itu sendiri ada 3 proses, yaitu
thermogenik, abiogenik, dan biogenik.Proses thermogenik adalah proses pembentukan
gas alam yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan, hewan dan mikroorganisme yang terurai
karena faktor suhu dan tekanan yang tinggi. Secara abiogenik proses pembentukan gas
terjadi karena adanya reaksi antara H₂ dan C dengan batuan alkali yang ada di dalam
perut bumi. Proses biogenik merupakan tahap pembentukan gas disebabkan oleh adanya
proses dekomposisibahan organik oleh mikroorganisme (Purwono, 2008).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Penelitian untuk proses pengambilan data dilaksanakan di Desa Karanglewas, Kecamatan
Jatilawang, Kabupaten Banyumas posisi geografis pada koordinat 109°06’30” - 109°09’
BT dan 7°33’ - 7°36’ LS.Pengolahan data serta interpretasi dilakukan di Laboratorium

3
Elektronika Instrumentasi dan Geofisika Program studi Fisika Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto.Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2013.
Peralatan dan Bahan
Tabel 1. Daftar Peralatan dan Bahan
No. Nama Alat Jumlah
1 NANIURA Model NRD 22S 1 unit
2 Elektroda Tembaga 2 buah
3 Elektroda Stainless steel 2 buah
4 Accu 12 V 2 buah
5 Gulungan kabel elektroda ± 300 meter 2 buah
6 Palu 4 buah
7 Penjepit buaya 1 paket
8 GPS Garmin 1 unit
9 Meteran 100 meter 1 buah
10 Software Notepad 2010 1 paket
11 Software Progress 3.0 1 paket
12 Software Res2Dinv 3.54.54 1 paket
13 Software Microsoft Excel 2010 1 paket
14 Laptop 1 unit
15 Kamera Digital 1 unit
16 Alat tulis 1 set
17 Peta geologi daerah penelitian 1 set
18 Jurnal-jurnal ilmiah 1 set

Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, tahap pengolahan data dan tahap interpretasi.Pada tahap persiapan
yang dilakukan adalah dengan melakukan pencarian studi pustaka terkait penelitian,
pencarian data penelitian sebelumnya, perijinan, persiapan alat dan bahan, dan
pembuatan desain pengambilan data lapangan.Selanjutnya pada tahap pelaksanaan
kegiatan awal yang dilakukan yaitu dengan mencocokkan posisi titik ukur dengan desain
pengambilan data.Kemudian setelah menentukan titik pengukuran dilakukan pemasangan
alat dan pembentangan pita ukur. Proses akhir tahapan ini adalah melakukan pengukuran
untuk memperoleh nilai arus (I) dan beda potensial (∆V). Setelah melakukan pengukuran
akan dilakukan proses pengolahan data dengan melakukan perhitungan nilai beda
potensial, arus dan faktor geometri masing-masing konfigurasi untuk memperoleh nilai
resistivitas semu dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2010.Data hasil
perhitungan kemudian akan dilakukan permodelan menggunakan perangkat lunak
progress 3.0 untuk konfigurasi Schlumberger dan Res2Dinv untuk konfigurasi Wenner.
Hasil dari pengolahan data ini berupa log resistivitas 1D untuk konfigurasi Schlumberger
dan pseudosection dalam 2D untuk konfigurasi Wenner. Hasil permodelan ini menjadi
dasar dalam tahapan interpretasi struktur bawah permukaan daerah rembesan. Proses
interpretasi dilakukan dengan mencocokkan nilai resistivitas hasil permodelan dengan
tabel nilai resestivitas yang diperoleh dari referensi dan disesuaikan dengan keadaan

4
geologi daerah setempat. Kemudian hasil ini akan ditarik sebuah kesimpulan mengenai
struktur bawah permukaan daerah ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Interpretasi Data Lintasan 1
Posisi titik nol lintasan 1 berada pada koordinat 07°33’45,9” S, 109°08’16,1” E. Lintasan
pengambilan data lapangan berarah utara-selatan. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan
nilai resistivitas batuan yang beragam karena memotong arah jurus dari perlapisan batuan
yang ada di daerah penelitian sehingga mendapatkan hasil nilai resistivitas batuan yang
signifikan.Pada konfigurasi Wenner memiliki panjang bentangan sejauh 300
meter.Sedangkan Lintasan 1 konfigurasi Schlumberger dengan panjang bentangan 240
meter.
Interpretasi Data Konfigurasi Wenner Lintasan 1

Gambar 3.Sebaran nilai resistivitas lintasan 1 konfigurasi Wenner.

Lapisan Resistivitas (Ωm) Kedalaman (m) Litologi


1 5,13-9,88 2,5-24,9 Pasir
2 3,31-5,13 24,9-31,9 Lempung
3 2,14-3,31 36,6-48 Lempung basah
Tabel 2.Hasil interpretasi lintasan 1 konfigurasi Wenner.

Interpretasi Data Konfigurasi Schlumberger Lintasan 1

5
Gambar 4.Log resistivitas lintasan 1 konfigurasi Schlumberger.

Tabel 3. Hasil interpretasi lintasan 1 konfigurasi Schlumberger.


Lapisan Resistivitas (Ωm) Kedalaman (m) Litologi
1 20,60 0-1 Pasir sedikit lempung
2 6,92 1-5 Pasir
3 7,98 5-12 Pasir
4 7,53 12-19 Pasir
5 2,51 19-∞ Lempung basah

Korelasi Hasil Model Konfigurasi Wenner dan Schlumberger


Korelasi kedua permodelan ini dilakukan dengan melihat lapisan kedalaman 2,5 meter
sampai 48 meter. Hal tersebut dikarenakan nilai kedalaman maksimum pada kedua
permodelan ini adalah 48 meter pada model 2D dan 28 meter pada model 1D. Dilihat dari
nilai resistivitas hasil korelasi antara penampang secara vertikal dengan horizontal
mempunyai kesamaan struktur lapisan bawah permukaan. Kesamaan tersebut memiliki
rentang nilai resistivitas sebesar 5,31-9,88 ditemukan lapisan pasir dan 2,14-3,31 adalah
lapisan lempung basah. Pada penampang 1D dan 2D terlihat ada zona dengan nilai
resistivitas rendah sebesar 2,14-2,50 Ωm diinterpretasikan sebagai lapisan lempung
basah. Berikut ini adalah hasil korelasi model 2D dan model 1D yang ditunjukkan pada
Gambar 5.

Gambar 3.Korelasi model 1D dan model 2D lintasan 1.


Interpretasian Data Lintasan 2
Pengambilan data pengukuran pada lintasan 2 berada pada posisi titik nol terletak pada
koordinat 07°33’45,9” S dan 109°08’16,1” E. Lintasan pengambilan data konfigurasi
Wenner dilakukan dengan panjang bentangan 300 meter berarah utara-selatan.
Sedangkan lintasan konfigurasi Schlumberger mempunyai panjang bentangan sebesar
280 meter dengan arah utara-selatan.

6
Interpretasi Data Konfigurasi Wenner Lintasan 2

Gambar 6.Sebaran nilai resistivitas lintasan 2 konfigurasi Wenner.

Tabel 4.Hasil interpretasi lintasan 2 konfigurasi Wenner.


Lapisan Resistivitas (Ωm) Kedalaman (m) Litologi
1 5,22-8,00 2,5-24,9 Pasir
2 2,75-5,22 24,9-39,6 Lempung
3 1,79-2,75 39,6-48 Lempung basah

Interpretasi Data Konfigurasi Schlumberger Lintasan 2

Gambar 7.Log resistivitas lintasan 2 konfigurasi Schlumberger.

Tabel 5. Hasil interpretasi lintasan 2 konfigurasi Schlumberger.


Lapisan Resistivitas (Ωm) Kedalaman (m) Litologi
1 4,32 0-1 Lempung
2 5,94 1-13,5 Pasir
3 12,04 13,5-26 Pasir sedikit lempung

7
4 1,55 26-∞ Lempung basah

Korelasi Hasil Model Konfigurasi Wenner dan Schlumberger


Secara umum dilihat model 1D dan 2D memiliki kesamaan nilai resistivitas, ditunjukkan
dengan rentang nilai sebesar 5,22-8,00 terdapat lapisan pasir, 2,75-5,22 lapisan lempung,
dan 1,55-2,75 adalah lapisan lempung basah sebagai lapisan penyusun daerah penelitian
ini. Korelasi lintasan kedua ini juga menghasilkan hasil korelasi yang sama dengan
lintasan 1, yaitu adanya lapisan batuan dengan nilai resistivitas rendah yang berkisar dari
1,55-2,75 Ωm. Lapisan ini diinterpretasikan sebai lapisan penutup sistem gas di titik
rembesan kedua. Berikut ini adalah hasil korelasi model 2D dan model 1D yang
ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8.Korelasi model 1D dan model 2D lintasan 2.

PEMBAHASAN
Hasil permodelan dan interpretasi data konfigurasi Wenner lintasan 1 diperoleh
jenis struktur lapisan batuan berupa pasir, lempung, dan lempung basah.Hasil
penginterpretasian lintasan 1 konfigurasi Schlumberger diperoleh lapisan penyusunnya
adalah pasir sedikit lempung, pasir, dan lempung basah.
Lintasan 2 model konfigurasi Wenner diperoleh jenis struktur lapisan
penyusunnya adalah pasir, lempung, dan lempung basah. Hasil pengolahan dan
penginterpretasian pada konfigurasi Schlumberger diperoleh lapisan batuan lempung,
pasir, pasir sedikit lempung, dan lempung basah.
Berdasarkan hasil interpretasi dengan kedua model tersebut lintasan 1 dan lintasan
2 secara keseluruhan daerah ini memiliki struktur lapisan batuan yang sama, yaitu
didominasi oleh lempung dan pasir. Struktur lapisan penyusun ini tergolong kedalam
alluvium.Satuan alluvium terdiri dari batuan utama yaitu kerikil, pasir, bongkah, debu,
dan lempung.
Syarat terdapatnya gas alam adalah ditemukannya batuan induk, batuan reservoir,
batuan perangkap, batuan penutup dan jalur migrasi.Salah satu indikasi awal bahwa
daerah tersebut terdapat gas adalah adanya rembesan gas alam yang keluar dari bawah
permukaan di lokasi.Munculnya rembesan gas alam di desa ini diduga disebabkan karena

8
adanya retakan atau rekahan yang terjadi pada lapisan penutup gas. Hal ini terlihat dari
hasil permodelan 1D dan 2D dengan ditemukannya lapisan batuan penutup yaitu
lempung basah dengan nilai resistivitas sebesar 1,55-2,75 Ωm. Dengan ditemukannya
lapisan yang berfungsi sebagai penutup sistem gas alam, maka salah satu syarat
terdapatnya gas alam di daerah ini terpenuhi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil permodelan struktur lapisan bawah permukaan dengan metode
geolistrik konfigurasi Wenner dan Schlumberger lintasan 1 dan lintasan 2 mempunyai
kesamaan lapisan penyusunnya, yaitu pasir sedikit lempung dengan nilai
resistivitas12,04-20,60 Ωm, pasir dengan nilai resistivitas 5,22-9,88 Ωm, lempung
dengan nilai resistivitas2,75-5,22 Ωm, dan lempung basah dengan nilai resistivitas
1,55-2,75 Ωm.
2. Nilai resistivitas rendah yang diperoleh dari permodelan diinterpretasikan sebagai
lapisan lempung basah. Lapisan ini diduga sebagai lapisan penutup dari sistem
rembesan gas alam. Rembesan gas alam yang muncul pada permukaan diduga terjadi
karena adanya retakan atau rekahan pada lapisan penutup ini.

Saran
1. Memperpanjang lintasan sehingga penetrasi arus dapat menjangkau lapisan yang
lebih dalam, sehingga dapat mengetahui kondisi struktur lapisan batuan hingga pada
batuan reservoirnya.
2. Perlu adanya metode lain yang digunakan untuk meneliti lebih lanjut daerah ini
sehingga penyebab rembesan, arah penyebaran, kandungan gas, cadangan gas, dan
kadar air yang terkandung di dalam gas dapat diketahui.
3. Perlu dilakukannya pemboran pada kedalaman >50 meter untuk memastikan
terdapatnya kantong gas di daerah ini

DAFTAR PUSTAKA
Purwasatriya, E. B dan G. Waluyo. 2011. Pembuatan Model Geologi Bawah Permukaan
dengan Metode Geolistrik dan Studi Stratigrafi pada Rembesan Gas Di Jatilawang
Banyumas. UNSOED. Dinamika Rekayasa: 7(2).
Halik Gusfan dan J. Widodo. S. 2008. Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan Metode
Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Di Kampus Tegal Broto Universitas
Jember.Media Teknik Sipil.Jember.
Hadi, A.I, Suhendra, dan Robinson A. 2009.Survei sebaran air tanah dengan Metode
Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Wenner Di Desa Banjar Sari, Kecamatan
Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal Gradien Edisi Khusus. Universitas
Bengkulu.
Putra, I. K. 2012. Identifikasi Arah Rembesan Dan Letak Akumulasi Lindi Dengan
Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger Di TPA Temesi
Kabupaten Gianyar. Tesis. Universitas Udayana.
Astawa, I. N. 2007. Identifikasi Keberadaan Gas Biogenik, Berdasarkan Hasil
Pendugaan Geolistrik Di Delta Cimanuk Indramayu Jawa Barat. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi Kelautan.
Milsom John. 2003. The Geological Field Guide Series. University College London.

9
Loke, M .H. 1999.Electrical Imaging Surveys for Environmental and Engineering
Studies: A practical guide to 2-D and 3-D surveys. Malaysia: Penang.
Rizalmi Nelvira, Akman, dan Mahrizal. 2013. Estimasi Kedalaman Batuan Dasar
Berdasarkan Nilai Tahanan Jenis Menggunakan Metoda Geolistrik Konfigurasi
SclumbergerDi Universitas Padang Kampus Air Tawar. Universitas Negeri
Padang: Pillar Of Physics, 1.
Putra, A. H. A. 2013. Geologi dan Analisis Bawah Permukaan Rembesan Gas Alam
Dengan Metode Geolistrik Di Desa Karanglewas Kecamatan Jatilawang
Kabupaten Banyumas. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Tim Muara Kakap. 2005. Ekplorasi Prospektif Gas Biogenik Kelautan Perairan Muara
Kakap dan Sekitarnya-Kalimantan Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan.
Telford W.M, Geldart L.P, dan Sheriff R.E. 1990. Applied Geophysics SecondEdition.
New York : Cambridge University Press.
Yulianto Tony dan S. Widodo. 2008. Identifikasi Penyebaran Dan Ketebalan Batubara
Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas. UNDIP: Berkala Fisika, 11(2).
Fanani Zaenal. 2012. Geologi dan Potensi Hidrokarbon Sub-Cekungan Banyumas
Berdasarkan Analisa Geokimia Batuan Induk, Daerah Lumbir dan Sekitarnya,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Universitas Pembangunan Veteran
Yogyakarta.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih disampaikan kepada Kepala Desa Karanglewas Kecamatan Jatilawang
Kabupaten Banyumas. Kemudian terima kasih juga kepada tim dosen Program Studi
Fisika atas bantuan masukan dan bimbingannya. Terima kasih juga kepada Andra
Harsanto Putra atas hasil penelitian sebelumnya di desa ini. Selanjutnya teruntuk orang
tua H. Priyadi dan Hj. Rojelah terima kasih atas doa, kesabaran, semangat, dan perhatian
yang diberikan selama menyelasaikan studi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada
teman-teman Fisika angkatan 2009.

10

Anda mungkin juga menyukai