Anda di halaman 1dari 19

BAB V

PEMBAHASAN

Pada kegiatan penambangan, peledakan merupakan salah satu metode yang


dapat digunakan untuk pembongkaran material. Ukuran keberhasilan peledakan dapat
dilihat dari ketercapaian target produksi, effisiensi bahan peledak, fragmentasi yang
dihasilkan dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Ketidaktercapainnya target
perolehan hasil peledakan dipengaruhi oleh kedalaman pemboran yang diterapkan
dan fragmentasi hasil peledakan yang dihasilkan. Dimana nilai perolehan akan tinggi
apabila bongkah yang dihasilkan dari kegiatan peledakan sedikit. Penilaian tersebut
dilakukan dengan cara pengamatan dan penelitian terhadap keadaan dilapangan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi peledakan tersebut. Dengan mengetahui hal-hal
tersebut diharapkan dapat memberikan upaya terbaik dalam mencapai fragmentasi
hasil peledakan yang sesuai.

5.1. Keadaaan Geologi Regional

Secara regional daerah penelitian terletak pada lereng sebelah barat dari jalur
pegunungan Bukit Barisan. Dari hasil penyelidikan Kastowo dan Gerhard (1972)
diketahui bahwa daerah batuan yang tertua dan yang tersingkap disekitar Indarung
dan sekitarnya berumur tersier, terdiri dari kelompok batuan metamorf yang
umumnya mendasari perbukitan dan pegunungan-pegunungan. Kelompok batuan ini
terdiri dari batuan metamorf, batu lanau, yang berasosiasi dengan filit dan batu
lempung tufa yang bersifat marmeran kristalin. Diatas batuan Pra-Tersier tersebut
secara tidak selaras diendapkan kelompok batuan vulkanik tersier kuarter dan
endapan kuarter ini terdiri dari aliran-aliran ( lahar, konglomerat), perselingan antara
andesit dan tufa kristal yang sangat keras. Untuk endapan kuarter terdiri dari endpan

70
kipas alluvial yang merupakan hasil rombakan dari endapan alluvial, terdiri dari
bongkah-bongkah batuan beku, kerikil, pasir dan lanau yang bersifat lepas.
Keadaan geologi daerah ini merupakan bukit yang sangat terjal dengan sudut
lereng alami mencapai lebih dari 45o. Bukit Karang Putih umumnya ditempati oleh
batu gamping atau marmer dan terobosan-terobosan batuan beku (basalt, andesit, dan
granitis). Lapisan batu gamping terletak diatas batu lempung tufaan dengan ketebalan
100-350 m. disebelah selatan lokasi penambangan di temukan batuan basalt. Hal ini
dapat di perkirakan bahwa di daerah ini terdapat ekstruksi basalt, ekstrusi inilah yang
menyebabkan terjadinya batu gamping menjadi kalsit dengan Kristal yang besar-
besar. Batuan tertua yang di jumpai pada Bukit Karang Putih ialah batuan kersikan
yang sebenarnya terdiri dari lempung tufan yang berasosiasi dengan rijang. Dinding -
dinding bukit batu ini memperlihatkan gejala pelarutan melalui kekar-kekar yang
terlihat dari adanya gua-gua di daerah tersebut (PPTM,1982). Arah umum jurus strike
bidang perlapisan yang terdapat di Bukit Karang Putih adalah N25 o -70o E (PT. Semen
Padang,2018) merupakan suatu blok antiklin dengan proses perlapisan berarah lebih
kurang Timur Laut sampai Barat Daya, dimana dibagian tengahnya di potong oleh
sesar sehingga membentuk struktur graben. Lapisan tanah penutup yang dijumpai
pada lokasi penambangan terdiri dari lapisan batu gamping lapuk dan rijang dengan
ketebalan antara 0,1-5 m.

5.1.1. Struktur geologi


Struktur bidang perlapisan batuan di jumpai pada batu gamping dan batuan
kersikan dimana pada umumnya bidang perlapisan mempunyai arah dan mempunyai
kemiringan yang relative sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua batuan
tersebut terjadi dalam periode waktu yang hampir bersamaan dan dalam lingkungan
pengendapan yang sama. Struktur sesar dan kekar terdapat di daerah ini, umumnya
struktur sesar tidak dapat diamati dengan baik. Sedangkan kekar dapat terlihat dengan
jelas dan pada umumnya memiliki kemiringan tegak atau lebih dari 800 serta bersifat
terbuka dan lebar antara 1-5 cm. Struktur lipatan berupa antiklin ataupun sinklin

71
dapat dijumpai di Bukit Karang Putih terutama dijumpai pada kelompok batuan
berumur relatif tua antara lain pada batu gamping dan batuan kersikan silika.

5.1.2. Keadaan litologi


Berdasarkan hasil pemetaan geologi permukaan yang telah dilakukan oleh
peneliti-peneliti terdahulu bahwa litologi dari tua ke muda yang menyusun daerah
Karang Putih adalah sebagai berikut (Lihat Lampiran C.2):
1. Batu lempung tufan (Batu lempung kersikan)
Berwarna coklat kemerah-merahan, ukuran butir halus, keras dan sebagian telah
mengalami kristalin, secara umum disebut juga dengan batu silika, secara struktur
batuan ini telah mengalami perlipatan.
2. Batu gamping marmer
Berhubungan saling menjari dengan betu lempung kersikan. Berwarna abu-abu
kehitaman sampai abu-abu terang. Penyebaran batu ini mendominasi Bukit Karang
Putih dan telah mengalami perlipatan kuat dengan arah umum Barat Laut Tenggara.
3. Batuan vulkanik/tufa
Merupakan batuan muda yang dijumpai di Bukit Karang Putih. Satuan litologi ini
terdiri dari tufa, pasir tufa dan ini diendapkan secara tidak selaras diatas kelompok
batuan Pra-Tersier.
4. Batuan terobosan.
Batuan terobosan yang dijumpai di Bukit Karang Putih berupa batuan beku
berkomposisi basaltis-andesitis. Batuan ini berwarna abu-abu kehitaman, tekstur
afanitik-fanerik, butir sangat halus, sedang terdiri dari mineral feldspar dan piroksen
dan terdapat pada kondisi yang fresh, sangat keras dan kompak. Penyebaran batuan
ini terdapat ditengah-tengah Bukit Karang Putih dan di tepi lereng sebelah barat
berupa dike dan sill.

72
5.1.3 Keadaan morfologi
Bukit Karang Putih yang merupakan lokasi penambangan batu gamping
untuk pabrik PT. Semen Padang mempunyai luas kurang dari 1,6 Km 2. Morfologi
daerah didominasi oleh perbukitan lereng terjal sekitar 65%-70% dan mempunyai
punggung kearah selatan dengan puncak yang melandai dan bergelombang umumnya
di tempati oleh batu gamping atau marmer dan terobosan-terobosan batuan beku.
Lokasi penambangan yang berada di Kelurahan Indarung dan Batu Gadang yang
secara fisiografis termasuk dalam sistem penghubung Bukit Barisan yang memanjang
dari Barat laut ke Tenggara di sepanjang Pulau Sumatera dan di tempati oleh Pra
tersier sampai Kuarter. Satuan morfologi yang membentuk daerah penambangan
barvariasi dari perbukitan landai bergelombang sampai terjal dengan pola umum
aliran sungai denritik pada bagian Selatan dan Timur serta pola aliran sungai ular
pada bagian Utara dan Barat. Secara umum tahapan stadium dewasa di bagian Utara
dan stadium muda di bagian Selatan. Pada umumnya daerah Indarung dan sekitarnya
terdiri dari dataran rendah, daerah perbukitan rendah dan daerah perbukitan tinggi.
Dataran rendah keadaan morfologinya pada umunya hampir rata dengan variasi
sedikit, merupakan perbukitan landai dengan ketinggian antara 130-250 meter diatas
permukaan laut.
Daerah ini terletak di bagian Timur Laut Bukit Karang Putih, berbatuan
alluvial berupa pasir sungai, lempung agak keras dan lempung dari hasil endapan
sungai Idas dan Sungai Sako berupa pasir, lanau, kerikil dan bongkahan-bongkahan
batuan vulkanik. Daerah perbukitan Tinggi terdiri dari puncak-puncak yang menonjol
berupa karang berwarna putih dan batuannya terdiri dari batu gamping dan andesit
yang membentuk dinding-dinding terjal dan banyak ditumbuhi perpohonan (pohon
jati,pinus dan lain-lain), disertai control patahan berarah Laut Tenggara tampak cukup
jelas.

73
5.2 Genesa Batu Gamping

Batu gamping dapat terbentuk melalui beberapa cara diantaranya : organik,


secara mekanik, dan secara kimia. Sebahagian besar batu gamping dialam terbentuk
secara organik akibat terjadinya pengendapan cangkang (rumah karang) dan siput,
foraminivera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu
gamping yang terjadi secara mekanik tidak jauh berbeda dengan batu gamping yang
terjadi secara organik, namun dibedakan Karena terjadinya perombakan dari bahan
gamping tersebut kemudian terbawa oleh arus dan diendapkan dari tempat yang tidak
jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batu
gamping yang terjadi dialam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air
laut ataupun air tawar. Selain hal tersebut diatas, mata air mineral dapat pula
mengendapkan batu gamping yang disebut endapan sinter. Jenis batugamping ini
terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batu gamping
dibawah permukaan yang kemudian diendapkan kembali ke permukaan bumi.

5.3 Iklim dan Curah Hujan

Kota padang khususnya daerah Indarung beriklim tropis dengan suhu 22-32
0
C. daerah ini dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau yang terjadi pada
bulan Januari-September dan musim hujan yang terjadi pada bulan Oktober-
Desember. Curah hujan rata-rata tiap bulan adalah 28,85 mm.

5.4 Kegiatan Penambangan Dengan Peledakan

Selain material batu silika (silicastone), PT. Semen Padang juga melakukan
penambangan batu gamping (limestone) yang termasuk bahan baku utama (raw
material) pembuatan semen. Lokasi peledakan batu gamping berada dibawah
tanggung jawab Biro Penambangan, Bidang Drilling Blasting & Mining Service.

74
Peledakan batu gamping berada di puncak Bukit Karang Putih, Area 242,3 Ha yang
dapat dilihat pada (Gambar 5.1)
Kegiatan di Area 242,3 Ha merupakan kegiatan pengembangan (development)
sekaligus produksi. Kuari batu gamping (bukit karang putih) terletak di kelurahan
Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, 2 Km dari Pabrik Semen Padang kea- rah
Selatan Indarung yang dihubungkan dengan sebuah jalan yang terbuat dari beton.
Bukit Karang Putih secara geografis terletak pada 1000 24’ 31” BT - 1000 25’ 04” BT
dan 000 57’ 47” LS - 010 00’48” LS dengan puncak tertinggi 554 m dan puncak
terendah 400 m diatas permukaan laut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Direktori Geologi tahun
1974, bahwa cadangan batuan gamping yang terdapat di kuari karang putih adalah
sebesar 404.437.044 ton dengan luas daerah lebih kurang 1,65 x 0,6 Km, dengan
ketebalan rata-rata 100 – 250 m yang terletak diantara batu terkersikan sebagai tanah
penutupnya yaitu batu Rijang.

Sumber: PT. Semen Padang, 2018

Gambar 5.1 Area 242,3 Ha

Kegiatan penambangan batu gamping (limestone) dan silika di Departemen


Pertambangan PT. Semen Padang dilakukan dengan metoda tambang terbuka
(Quarry). Dilapangan penulis mengamati beberapa kegiatan yang berhubungan
dengan pertambangan yakni :

75
1. Pemboran lubang ledak
Pada operasi peledakan yang di lakukan di Area 242,3 Ha, PT. Semen Padang
menerapkan pola pengeboran selang-seling (staggered) dengan menggunakan mesin
bor jenis Furukawa 1500 ED II yang dapat dilihat pada (Gambar 5.2). Mesin bor ini
memiliki mata bor button bit 5 inchi dan panjang batang bor 6 m (Lihat Lampiran
C.4). Sistem pemboran yang digunakan adalah sistem putar (rotary drill). Metode
pemboran menggunakan udara bertekanan dari kompresor sehingga disebut down the
hole hammer (DTH Hammer).

Gambar 5.2 Alat Bor Furukawa 1500 ED II

2. Inspeksi lubang bor untuk peledakan


Kegiatan inspeksi ini dilakukan untuk menentukan design untuk kegiatan
peledakan selanjutnya. Dalam inspeksi, dilakukan perhitungan lubang dan
pencatatan. Gunanya, agar dapat diketahui banyaknya lubang bor serta apabila
terjadi ketidaksesuaian bisa dilakukan pemboran ulang hingga waktu peledakan
dilakukan. Kegiatan inspeksi lubang ledak dapat dilihat pada Gambar 5.3 berikut
ini:

76
Gambar 5.3 Kegiatan Inspeksi Lubang Ledak

3. Kegiatan proses pembuatan bahan peledak seperti ANFO dan DABEX.

Pembuatan ANFO dilakukan oleh karyawan PT. Semen Padang itu sendiri,
yakni bagian Bordak (pengeboran dan peledakan). ANFO di buat di ruangan khusus
untuk di campurkan antara Amonium Nitrat dan Fuel Oil. Bahan peledak DABEX
(Dahana Bulk Emulsion) proses pembuatannya dilakukan oleh karyawan PT. Dahana
itu sendiri, PT. Dahana merupakan perusahaan pemasok bahan peledak untuk PT.
Semen Padang. Proses pembuatan Dabex sangat hati-hati dan hanya PT. Dahana yang
mengetahui takaran untuk pembuatan Dabex tersebut. Ruangan pencampuran ANFO
dan DABEX dapat dilihat pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5 berikut ini:

Gambar 5.4 Ruangan Khusus Pencampuran ANFO

77
Gambar 5.5 Tempat Pembuatan Dabex milik PT.Dahana

4. Kegiatan memasukan bahan peledak ke dalam lubang ledak.


Kegiatan ini dilakukan sesudah pengecekan semua perlengkapan dan peralatan
peledakan. Kemudian memasukan detonator & booster ke dalam lubang ledak dan
dilanjutkan dengan memasukkan bahan peledak DABEX kedalam lubang ledak yang
dapat dilihat pada Gambar 5.6 dan Gambar 5.7 dibawah ini:

Gambar 5.6 Proses Memasukan Detonator & Booster kedalam lubang ledak

78
Gambar 5.7 Proses Memasukan DABEX Kedalam Lubang Ledak

Apabila pada saat inspeksi terdapat lubang ledak yang memiliki rekahan, maka
dalam lubang ledak tersebut harus menggunakan plastik pembungkus. Lubang ledak
yang menggunakan plastik pembungkus dapat dilihat pada Gambar 5.8 dan Gambar
5.9 berikut ini:

Gambar 5.8 Memasukan Detonator dan Booster Kedalam Plastik Pembungkus

79
Gambar 5.9 Proses Memasukan DABEX

5. Memasukkan stemming ke dalam lubang ledak


Material stemming yang di gunakan oleh PT. Semen Padang adalah cutting
pemboran, Material stemming merupakan penutup lubang ledak yang bertujuan
untuk mengurung gas yang timbul sehingga airblast dan flyrock dapat
terkontrol. Pengisian material stemming dapat dilihat pada Gambar 5.10
berikut ini:

Gambar 5.10 Memasukan Material Stemming Kedalam Lubang Ledak

80
6. Kegiatan perangkaian delay untuk peledakan

Kegiatan dilakukan untuk menyambungkan antara lubang satu dengan yang


lainnya untuk dilakukan peledakan. Penyambungan dilakukan sesuai design yang
telah dilakukan sebelumnya, dengan memperhatikan arah lemparan. Proses
perangkaian delay dan rangkaiannya dapat dilihat pada Gambar 5.11 dan Gambar
5.12 berikut ini:

Gambar 5.11 Proses Perangkaian Delay

Gambar 5.12 Rangkaian Delay

81
Peledakan pada tanggal 04 Juli 2018 PT. Semen Padang menggunakan delay 25 ms
dan 42 ms dengan pola peledakan Echelon, pola peledakan dapat dilihat pada Gambar
5.13 berikut ini:

Gambar 5.13 Desain Peledakan PT. Semen Padang Tanggal 04 Juli 2018

7. Peledakan dan pemantauan hasil fragmentasi

Proses penghancuran batuan atau mineral dari batuan yang padu atau padat
(kompak) menjadi kecil-kecil (Lihat Lampiran C.5). Setelah dilakukan peledakan,
dilakukan pemantauan kembali untuk memastikan bahwa proses peledakan telah
terlaksana dengan benar dan hasil yang dicapai mencapai target yang diinginkan.
Proses peledakan dan fragmentasi hasil peledakan dapat di lihat pada Gambar 5.14
dan Gambar 5.15 berikut ini:

Gambar 5.14 Proses Peledakan Batuan

82
Gambar 5.15 Fragmentasi Hasil Peledakan

5.5. Data dan Pengolahan Data

5.5.1 Sumber data

Data yang di dapatkan di perusahaan PT. Semen Padang sebagai berikut :

1. Data Primer

Data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan langsung di


lapangan. Antara lain melihat langsung keadaan areal penambangan, dan kegiatan
penambangan yang dilakukan.

2. Data Sekunder

Data yang di peroleh dari data-data yang sudah ada di PT. Semen Padang, buku
atau studi kepustakaan yang berada di PT. Semen Padang.

5.5.2 Pengolahan data

Berdasarkan data dilapangan diketahui geometri peledakan aktual di PT. Semen


Padang dan fragmentasi hasil peledakan berdasarkan rumus Kuz-Ram (lihat lampiran
B) sebagai berikut:

83
1. Geometri peledakan aktual PT. Semen Padang Tanggal 04 Juli 2018
Metode B S H Pc N L Vo Qe E D A A’
Pengisian (m) (m) (m) (m) (m) (m3) (Kg) (mm)
MMT 3 3 9.5 4 50 8.5 233.415 72.52 77 127 7.75 1

2. Menghitung rata-rata ukuran fragmentasi

v E
Xm = Ao x [ Q ]0,8 x Q0,17 x [ 115 ]-0,63
233.41 77
= 7.75 x [ 72.52 ]0,8 x 72.520,17 x [ 115 ]-0,63

= 52.65 cm

3. Menghitung indeks keseragaman

B W ( A−1) PC
n = [2,2 – ( 14 x D
) ] x (1 - B
) x [ 1+ 2
]x H

3 0 (1−1) 4
= [2,2 – ( 14 x 127
) ] x (1 - 3 ) x [ 1+ 2
]x 9.5

= 0.78

4. Menghitung nilai karakteristik ukuran (Xc)


Xm
Xc = (0,693)
1/ n

84
52.65
= (0,693)1/ 0.78

= 84.25 cm

5. Menghitung persentase bongkahan

n
x
Rx = e−( xc ) x 100%

a. Untuk material berukuran ≥ 10 cm

n
x
Rx =[e −(
xc
)
x 100%]
0.78
10
=e −(
84.25
)
x 100%

= 82.72 %

b. Untuk material berukuran ≥ 20 cm

n
x
Rx = [ e−( xc ) x 100%]
0.78
20
= e−( 84.25 ) x 100%

= 72.19 %

c. Untuk material berukuran ≥ 30 cm

85
n
x
Rx = [ e−( xc ) x 100%]
0.78
30
= e−( 84.25 ) x 100%

= 63.96 %

d. Untuk material berukuran ≥ 40 cm

n
x
Rx = [ e−( xc ) x 100%]
0.78
40
= e−( 84.25 ) x 100%

= 57.15 %

e. Untuk material berukuran ≥ 50 cm

n
x
Rx =[e −(
xc
)
x 100%]
0.78
50
=e −(
84.25
)
x 100%

= 51.39 %

f. Untuk material berukuran ≥ 60 cm

n
x
Rx =[e −(
xc
)
x 100%]
0.78
60
= e−( 84.25 ) x 100%

= 46.42 %

86
g. Untuk material berukuran ≥ 70 cm

n
x
Rx = [ e−( xc ) x 100%]
0.78
70
= e−( 84.25 ) x 100%

= 42.08 %

h. Untuk material berukuran ≥ 80 cm

n
x
Rx = [ e−( xc ) x 100%]
0.78
80
=e −(
84.25
)
x 100%

= 38.27 %

i. Untuk material berukuran ≥ 90 cm

n
x
Rx =[e −(
xc
)
x 100%]
0.78
90
=e −(
84.25
)
x 100%

= 34.89 %

j. Untuk material berukuran ≥ 100 cm

n
x
Rx = [ e−( xc ) x 100%]

87
0.78
100
= e−( 84.25 ) x 100%
= 31.88 %

88

Anda mungkin juga menyukai