Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR TUGAS MAHASISWA

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA SISTEM KLIEN KELOMPOK


PENERAPAN LEGAL KEPERAWATAN DALAM TERAPI KELOMPOK

Oleh:
ELLYA FADLLAH
1906427843

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2020
PENERAPAN LEGAL KEPERAWATAN DALAM TERAPI KELOMPOK

Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan memiliki standar pelayanan dan kode etik
yang harus dipatuhi. Aspek legal dan etik dalam perawatan pasien sangat penting dalam
melindungi hak-hak pasien serta kualitas perawatan yang diterima oleh pasien. Perawat
juga diharapkan memiliki wawasan tentang kebijakan perundang-undangan yang berlaku
dalam mengatur praktik pelayanan yang diberikannya. Pemahaman terhadap kebijakan
dan standar praktik ini bertujuan untuk melindungi perawat dan pasien dari adanya
pelangggaran hak asasi, pelanggaran etik, maupun pelanggaran hukum lainnya terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan. (Wuryaningsih,et al., 2018).
Legal issue atau masalah hukum pada area keperawatan jiwa diantaranya kerahasiaan dan
hak atas privasi, informed consent, tindakan restrain maupun isolasi serta masalah
komitmen. Perawat bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan kepada pasien,
sebuah pelanggaran yang dilakukan dapat mengakibatkan tuntutan hukum baik itu kepada
dokter, rumah sakit maupun perawat itu sendiri. Oleh karena itu perawat harus menyadari
jenis perilaku berisiko yang mengarah kepada tindakan malpraktik. (Townsend, Mary,
2008).
Secara umum aspek legal keperawatan dalam terapi kelompok berkaitan dengan hak asasi
manusia (HAM), dimana hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hal kedua yang
berkaitan dengan aspek legal adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
mengikat seperti undang-undang tentang kesehatan, kesehatan jiwa dan penyandang
disabilitas.
Dalam pelaksanaan terapi kelompok penting bagi perawat untuk memperhatikan tahap-
tahap perkembangan kelompok agar pelaksanaan terapi kelompok dapat terlaksana
dengan baik dan tujuan terapi dapat tercapai bagi semua anggota kelompok. Tahap
perkembangan kelompok terdiri dari beberapa tahapan yaitu forming (pembentukan),
storming (timbulnya konflik), norming (normalisasi) dan performing (berkinerja).
(Tuckman & Jensen, 2010).
Penerapan aspek legal dalam pemberian terapi kelompok tergambar dari beberapa tahapan
perkembangan kelompok, sehingga dapat mencegah terjadinya malpraktik dan kelalaian
dalam pelaksanaan terapi kelompok. Pada tahap forming dimana pembentukan kelompok
untuk pertama kalinya maka penerapan aspek legal pada fase ini adalah perawat
berkewajiban memberikan informasi dan penjelasan tentang tujuan, manfaat dan risikonya
berupa informed consent sehingga klien dapat memberikan keputusan tentang partisipasi
dan keterlibatannya dalam kelompok tersebut. Sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan
No.36 Tahun 2009 tentang pemberian informasi dan edukasi serta menjamin terhadap
pelanggaran hak asasi manusia.
Pada tahap perkembangan kelompok yang kedua adalah storming dimana pada fase ini
timbul konflik dan pertentangan diantara anggota kelompok, perawat harus
memperhatikan hal tersebut tidak akan berdampak buruk bagi anggota dalam kelompok.
Tetapi menciptakan penerimaan, baik yang positif maupun negatif dari tiap anggotanya
sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 bahwa setiap orang
berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperolah lingkungan yang
sehat baik fisik, biologi maupun sosial.
Tahap perkembangan kelompok selanjutnya yaitu norming dan performing, aspek legal
juga tetap menjadi hal yang perlu diperhatikan. Pada tahapan ini kelompok mulai kembali
pada kondisi normalisasi dan berkinerja untuk mencapai tujuan bersama dalam kelompok.
Perawat menjamin dalam pemberian terapi kelompok pada tahap ini maupun tahapan
sebelumnya tidak terjadi kelalaian dimana tindakan keperawatan yang diberikan tidak
melanggar hukum, terapi yang diberikan tepat dan komprehensif bagi kesembuhan dan
kebaikan setiap anggota dalam kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Townsend, Mary, C. (2008). Essential of psychiatric mental health nursing (Fourth Edi). Philadelpia:
F.A Davis Company.

Wuryaningsih, et al. (2018). Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Jember: UPT Percetakan& Penerbitan
Universitas Jember.

Tuckman, B. W., & Jensen, M. A. C. (2010). Stages of Small-Group Development Revisited Group
Facilitation. Group Facilitation: A Research and Applications Journal, (10), 43–48.

Presiden RI. (2009). Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Departemen Kesehatan
RI.
F1. Borang hasil diskusi 1 (CL/RT: diskusi kelompok dan focus group) Topik
: Prinsip legal dalam terapi kelompok dan kelompok terapeutik Kelas
: Magister Ilmu Keperawatan Jiwa 2019
Anggota kelompok
1. Atik Mardiani Kholilah
2. Eli Saripah
3. Ellya Fadllah
4. Naedi
5. Reflin Mahmud
6. Shinta Yuliana Hasibuan

Lingkup sub pokok bahasan:


Membahas prinsip legal dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa klien kelompok,
terutama dalam terapi kelompok dan kelompok terapeutik

Hal yang baru diketahui dan dipelajari Hal yang sudah diketahui tetapi dipelajari lagi
Prinsip legal dalam praktik keperawatan
Hak kewajiban pasien dalam dan standard praktik keperawatan. Tipe legal
praktik keperawatan jiwa system dan macam-macamnya.
kelompok Legal aspek pada praktik keperawatan di
Hak dan kewajiban perawat dalam Indonesia
praktik keperawatan jiwa kelompok

Materi bahasan yang perlu dipelajari Oleh


- Konsep legal keperawatan - Eli Saripah
- Jenis standar legal - Sinta Yuliana Hasibuan
- Hak dan kewajiban perawat - Reflin Mahmud
- Hak dan kewajiban pasien - Naedi
- Produk hukum dalam praktik keperawatan jiwa - Atik Mardiani Kholilah
- Penerapan legal keperawatan dalam terapi - Ellya Fadllah
kelompok

Keterangan:

1. Borang diparaf oleh fasilitator setelah diperiksa kesesuaiannya dengan tugas diskusi
2. Setelah di paraf, borang dikembalikan kepada setiap kelompok
3. Pada waktu pengumpulan tugas mandiri, borang dilampirkan
4. Semua materi bahasan diskusi kelompok atau focus group dipelajari setiap anggota

Anda mungkin juga menyukai