Anda di halaman 1dari 25

APLIKASI MODEL KEPERAWATAN VIRGINIA HENDERSON

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan


kesehatan secara keseluruhan. Untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas dan
professional perlu ditunjang oleh konsep dasar keilmuan diantaranya pemahaman terhadap empat
konsep sentral keperawatan. Konsep dan teori keperawatan berkembang sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari perkembangan pemikiran dan ide-ide yang dituangkan beberapa ahli keperawatan.
Pandangan para ahli tersebut mempunyai kualitas terhadap perbedaan asumsi , tetapi pada
dasarnya mempunyai apresiasi terhadap proses pemberian asuhan keperawatan kepada klien
sehingga memerikan kesempatan untuk berkembang secara mandiri dalam memenuhi kebutuhan
dalam status kesehatannya.

Asuhan keperawatan yang profesional akan terwujud jika perawat sendiri benar-benar memahami
ilmu keperawatan secara benar dan baik. Pemahaman yang baik dan benar tentunya merujuk
kepada ilmu keperawatan yang dijadikan dasar dalam pemberian asuhan keperawatan baik di rumah
sakit maupun di  masyarakat. Namun saat ini pemahaman perawat terhadap ilmu keperawatan yang
seharusnya dijadikan dasar dan panduan dalam memberikan asuhan keperawatan masih sangat
kurang, sehingga asuhan keperawatan dalam berbagai tatanan masih berdasarkan order dari profesi
lain atau pelayanan yang bersifat rutinitas semata. Dengan demikian pemahaman perawat akan ilmu
keperawatan perlu ditingkatkan sehingga akan terlihat secara jelas  peran perawat sebagai suatu
profesi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat atas dasar suatu keilmuan yang akan
membedakan pelayanan keperawatan dengan pelayanan kesehatan yang lain.

Sehubungan dengan uraian tersebut diatas pada makalah ini, penulis akan menganalisa aplikasi
salah satu model/teori keperawatan pada asuhan keperawatan di rumah sakit.  Dalam tulisan ini
penulis akan menganalisa aplikasi model/teori keperawatan dari Virginia Henderson. Penulis
mengangkat teori/model Henderson karena teori/model ini  merupakan teori yang pertama dengan
jelas menggambarkan ilmu keperawatan berbeda dengan ilmu kedokteran. Selain itu, teori ini
menguraikan hal yang lebih spesifik yaitu fokus holistik yang dimudahkan oleh empat belas (14)
kebutuhan dasar manusia yang mudah dikenali, serta langkah-langkah penyelesaian masalah yang
ditujukan untuk kemandirian klien dalam memenuhi empat belas (14) kebutuhan dasar manusia
yang menyerupai pendekatan proses keperawatan

1.2  Tujuan Umum

Mengaplikasikan teori Virginia Handerson Kedalam asuhan Keperawatan

1.3  Tujuan Khusus


1.3.1        . Memberikan gambaran aplikasi dari model/teori Henderson Analisa kasus berdasarkan 7
elemen utama askep berdasarkan teori pada pemberian asuhan keperawatan  pada klien

1.3.2        Memberikan gambaran analisis model teori Henderson

1.3.3        Memberikan gambaran kelebihan dan kekurangan dari model teori Henderson pada
pemberian asuhan keperawatan pada klien

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

MODEL KONSEP/ TEORI VIRGINIA HENDERSON

2.1 Latar Belakang kehidupan

Virginia Henderson lahir pada tahun 1897, ia adalah anak ke kelima dari delapan bersaudara.
Henderson asli dari Kansas City dan menghabiskan masa pertumbuhannya di Virginia. Henderson
memiliki latar belakang pendidikan keperawatan yang meliputi pendidikan awal keperawatan di
Sekolah Perawat Militer, 1918  di Washington DC yang diselesaikannya pada tahun1921 setelah itu ia
berkarir sebagai staf perawat, mengajar di Rumah Sakit, mengikuti pendidikan tinggi di Fakultas
keguruan. Melalui berbagai pendidikannya ia banyak mendapat ilmu tentang praktek klinik dan
proses analitikal. Pada tahun 1953, ia bekerja dengan Leo Simmon pada Survey nasional tentang
penelitian keparawatan. Pada tahun 1959, ia memimpin proyek The Nursing Studies Index di
Universitas Yale.

Sebagai tokoh keperawatan ia pun banyak menulis, berbagai tulisan yang berupa surat ataupun
buku diterbitkan. Dalam tulisannya, Henderson memberi gambaran tentang fungsi dan pekerjaannya
yang unik berbeda dengan dokter. Ia juga membuat deskripsi keperawatan yang menjadi acuan
profesi keperawatan dalam menjalankan aktifitas profesionalnya. Dan melalui tulisannya iapun
berusaha memberikan arahan bagi para perawat agar dapat terus menerus mengembangkan dan
memperkaya diri dalam seni, ilmu, dan humanitas yang menjadi ciri utama profesi keperawatan. 

Perawat dimanapun sebenarnya perlu memahami apa yang dijelaskan Henderson tentang
keperawatan, karena dari berbagai pengalaman dan kegiatannya di dunia keperawatan Henderson
dapat memberikan arahan dan bimbingan bagi perawat dalam menjalankan profesinya secara tepat.
Melalui buku teks yang ia tulis, Henderson menyuarakan pula jati diri profesi keperawatan pada
dunia, baik pada masyarakat umum, profesi kesehatan lain, bahkan pada perawat atau calon
perawat itu sendiri. Sehingga Henderson ini bukan saja memberikan arahan aplikasi secara nyata
pada perawat tetapi juga landasan bagi kokohnya profesi keperawatan.

Tentu hal tersebut sangatlah berkaitan dengan isi defenisi keperawatan yang dideskripsikannya
berkali-kali, untuk memperjelas fungsi perawat, dimana tugas merawat bukan hanya ditujukan pada
manusia yang sakit namun yang sehat juga, dan aktifitas itu dilaksanakan dalam rangka
terpemenuhinya 14 komponen kebutuhan dasar pada setiap manusia dengan berbagai aktifitas yang
ditujukan untuk memandirikan klien / manusia, yang didasari akan ditemukannya penyebab
gangguan kesehatan mereka yaitu ketidakmampuan, ketidak-mauan maupun ketidaktahuan. Dan
para anggota profesi keperawatan dapat mempraktekkan ilmu dan seni keperawatan tanpa
menyalahi kaidah utama profesi keperawatan itu sendiri.

2.2 Konsep Utama

Dalam memandang konsep manusia, Henderson memperhatikan unsur fisik, biologi, sosiologi dan
spiritual. Dari 14 unsur fungsi keperawatan dapat dikategorikan sebagai berikut sembilan unsur
pertama mengandung unsur psikologi,unsur ke 10 dan 14 mengandung unsur komunikasi dan proses
belajar, unsur ke 11 mengandung unsur spiritual dan moral, unsur ke 12 dan ke 13 mengandung
unsur sosial yang berorientasi pada pekerjaan dan rekreasi. Henderson berpandangan bahwa
manusia memiliki kebutuhan dasar sebagaimana yang terdapat dalam 14 unsur tersebut tidak
terbatas dan tidak ada satupun cara pemuasan kebutuhan tersebut yang sama. Jiwa dan raga
merupakan hal yang tak terpisahkan.

Henderson menekankan beberapa aspek dari konsep sosial / lingkungan. Dia melihat manusia
sebagai individu yang berhubungan dengan keluarga, namun dia hanya menulis sedikit tentang
pengaruh lingkungan dan keluarga terhadap individu. Dalam bukunya yang ditulis bersama Harmer,
Henderson mendukung peranan pribadi dan masyarakat dalam menjaga kesehatan. Henderson
mengetahui bahwa masyarakat membutuhkan perawat dalam membantu orang tidak mampu hidup
mandiri, dan sebaliknya perawat juga mengaharapkan masyarakat memberikan sumbangan
terhadap pendidikan keperawatan.

1). Manusia

Henderson memandang manusia sebagai mahkluk yang utuh, lengkap, dan  mandiri yang memiliki
14 kebutuhan dasar sebagi berikut :

1.      Bernafas normal

2.      Makan dan minum dengan cukup

3.      Membuang kotoran tubuh (eliminasi)

4.      Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan

5.      Tidur dan istirahat

6.      Memilih pakaian yang sesuai

7.      Menjaga suhu badan tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah
lingkungan.

8.      Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat dengan baik dan melindungi integumen

9.      Menghindar dari bahaya dalam lingkungan dan yang bisa melukai

10.  Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut atau
pendapat

11.  Beribadah sesuai dengan keyakinan seseorang

12.  Bekerja dengan sesuatu cara yang mengandung unsur prestasi

13.  Bermain atau terlibat dalam beragam bentuk rekreasi


14.  Belajar, mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan
normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas-fasilitas kesehatan yang tersedia. (Marriner Ann,
1986)

Henderson juga memandang manusia (klien)  sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk
meraih  kemandirian, kesehatan atau kematian yang damai. Henderson menganggap manusia dan
keluarga merupakan satu kesatuan.  Manusia juga harus selalu menjaga keseimbangan fisiologis dan
emosionalnya. (KDIK, 2001)

2. Keperawatan

Henderson mendefinisikan keperawatan dari sisi fungsional sebagai suatu profesi yang mempunyai
fungsi unik yaitu membantu klien baik sehat atau sakit dalam melaksanakan kegiatan yang
mengkontribusi pada kesehatan, pemulihan atau meninggal dengan damai yang akan mereka
kerjakan tanpa membutuhkan bantuan seandainya mereka memiliki kekuatan, kehendak dan
pengetahuan. Dalam memberikan bantuan dilakukan dengan suatu cara untuk membantunya
meraih kemandirian secepat mungkin. (KDIK, 2001)

Henderson juga memandang perawat sebagai anggota tim kesehatan, tetapi tugas perawat tidak
tergantung pada dokter, tetapi mengajukan rencana bila dokter sedang melakukan kunjungan ke
pasien. Henderson menekankan bahwa perawat harus dapat bertugas secara mandiri. Perawat harus
dapat mendiagnosa dan menangani bila situasi menuntut demikian dan perawat harus mampu
menilai kebutuhan dasar manusia. (Marriner Ann, 1986)

3. Kesehatan

       Henderson memandang kesehatan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi empat belas
komponen kebutuhan dasar manusia tanpa bantuan. Kesehatan adalah kualitas kehidupan dasar
untuk berfungsi dan memerlukan kemandirian dan saling ketergantungan.  Memperoleh kesehatan
lebih penting daripada mengobati penyakit. Individu akan meraih dan mempertahankan  kesehatan
bila mereka memiliki kekuatan, kehendak atau pengetahuan yang cukup. Jadi Henderson lebih
menekankan pada kualitas kehidupan dari pada kehidupan itu sendiri yang memungkinkan manusia
bekerja secara efektif dan mencapai tingkat kepuasan tertinggi dalam kehidupan. (Marriner Ann,
1986)

4. Lingkungan

Henderson tidak memberikan definisi sendiri untuk lingkungan ini.  Dalam mendefinisikan
lingkungan, Henderson mengambil pengertian lingkungan dari Webster’s New Collegiate Dictionary
dimana yang dimaksud dengan lingkungan adalah kumpulan semua kondisi eksternal dan pengaruh-
pengaruhnya yang berdampak pada kehidupan dan perkembangan organisme. Pada individu yang
sehat seharusnya memiliki kemampuan untuk mengontrol lingkunganya, tetapi kondisi sakit dapat
mengganggu kemampuan tersebut. (Marriner Ann, 1986)

2.3. Hubungan Ners-Klien

      Henderson mengidentifikasi tiga tingkat hubungan ners-klien, mulai dari sangat tergantung
sampai hubungan yang agak mandiri seperti sebagai berikut :

1) Perawat sebagai pengganti bagi klien


2) Perawat sebagai perbantuan bagi klien

3) Perawat sebagai mitra klien

Ketika sakit serius, perawat dilihat sebagai pengganti bagi kekurangan klien untuk menjadikannya
lengkap, menyeluruh atau mandiri, karena kurangnya kekuatan fisik, kemauan atau pengetahuan.
Henderson melukiskan pandangan ini ketika ia mengatakan bahwa perawat adalah kesadaran dari
yang tidak sadar, kehidupn dari yang bunuh diri, kaki dari yang diamputasi, mata bagi yang baru saja
buta, alat bergerak bagi bayi, pengetahuan dan percaya diri bagi ibu muda, penyambung lidah bagi
yang terlalu lemah atau menarik diri untuk bicara. (KDIK, 2001).Selama pemulihan, perawat
membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandirian. Ketidakmandirian merupakan istilah
yang relatif.

Sebagai mitra, ners dan klien bersama-sama  memformulasikan rencana perawatan. Adapun
diagnosisnya  selalu ada kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi, tetapi kebutuhan ini dimodifikasi oleh
patologi dan kondisi ini seperti usia, temperamen, status emosional, status sosial kultur dan
kapasitas fisik dan intelektual.

Perawat harus mampu mengkaji tidak saja kebutuhan klien tetapi juga kondisi patologis yang
mengubah klien. Henderson mengatakan, perawat harus masuk ketubuh setiap kliennya untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan kliennya. Kebutuhan ini kemudian divalidasi dengan kliennya.
Perawat dapat mengubah lingkungan yang ia anggap perlu untuk kepentingan kesehatan kliennya.
Perawat dan klien harus bekerjasama untuk mencapai tujuan, yaitu kemandirian atau bahkan
kematian yang damai. Tujuan utama perawat yaitu menjaga agar keseharian klien senormal
mungkin. (Marriner Ann, 1986)

2.4 Hubungan Perawat-Dokter

           Henderson menekankan agar perawat tidak mengikuti perintah dokter karena perawat
memiliki tugas yang unik. Perawat harus membuat rencana keperawatan bersama klien lalu
mengusulkan kepada dokter untuk disesuaikan dengan program pengobatannya. Lebih luas
Henderson menegaskan agar para perawat membantu klien dengan manajemen keperawatannya
ketika dokter tidak ada. (Marriner Ann, 1986)

2.5 Perawat sebagai Anggota Tim

         Pekerjaan perawat saling tergantung dengan pekerjaan profesi lain, sehingga perawat dan
anggota tim lainnya harus saling membantu menjalankan program masing-masing, tetapi sebaiknya
tidak melakukan pekerjaan milik orang lain. Henderson menggambarkan fungsi masing-masing
profesi kesehatan dan keluarga sebagai suatu irisan dalam suatu lingkaran, besarnya ukuran dari
irisan tersebut sangat tergantung pada apa yang dibutuhkan klien, dan karenanya besarnya ukuran
irisan tersebut akan berubah sesuai dengan kemajuan kondisi klien. Yang menjadi tujuan disini
adalah dimana semakin lama, porsi irisan untuk keluarga dan klien  akan semakin besar atau bahkan
seluruh lingkaran tersebut.  Yang artinya dengan kondisi yang demikian berarti bahwa klien dan
keluarga akan semakin mandiri dalam membantu dan memelihara kesehatannya sendiri. (Marriner
Ann, 1986)

2.5 Penjabaran Dalam Praktik


          Pendekatan Henderson dalam perawatan pasien sangat berhati-hati terutama terkait dengan
pengambilan keputusan. Meski ia tidak menjelaskan secara spesifik langkah-langkah dalam proses
perawatan, seseorang dapat melihat bagaimana konsep tersebut saling berhubungan. Henderson
meyakini proses perawatan merupakan proses problem solving dan tidak hanya khusus masalah
keperawatan. Penjabaran langkah-langkah proses keperawatan Henderson adalah sebagai berikut :

Ringkasan proses keperawatan menurut Henderson

Proses keperawatan

14 unsur dan defenisi keperawatan Henderson

Pengkajian keperawatan

Mengetahui kebutuhan dasar manusia berdasar 14 unsur dasar keperawatan :

1.      Bernafas normal.

2.      Makan dan minum dengan cukup.

3.      Mengurangi buangan tubuh.

4.      Bergerak dan olahraga untuk menjaga postur tubuh.

5.      Tidur dan istirahat.

6.      Memilih pakaian yang cocok.

7.      Menjaga suhu tubuh tetap normal dengan cara menyesuaikan pemakaian pakaian di
lingkungan.

8.      Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi.

9.      Menghindari bahaya dan hal yang dapat menyakiti orang lain

10.  Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan dan kekuatan
opini.

11.  Beribadah sesuai dengan kepercayaannya.

12.  Bekerja dengan baik sehingga dapat melakukan pencapaian tertentu.

13.  Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi.

14.  Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu dan menggunakan fasilitas kesehatan.

Analisa :

Membandingkan data dengan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit

Diagnosa keperawatan

Mengidentifikasi kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan dengan


mempertimbangkan kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dimiliki

Rencana keperawatan
Pada tahap ini disusun rencana sesuai dengan kebutuhan individu. Rencana ini diperbaharui
berdasarkan perubahan keadaan atau kondisi pasien. Rencana harus dapt mengintegrasikan hasil
pekerjaan semua yang ada dalam tim kesehatan.

Implementasi keperawatan

Melayani individu sakit maupun sehat dalam beraktifitas dalam menjaga kesehatan, penyembuhan
dari sakit, maupun mengantarkan kematian yang tenang.

Implementasi berdasarkan prinsip psikologi, umur, latar belakang budaya dan kemampuan fisik dan
mental. Melaksanakan pengobatan sesuai petunjuk dokter.

Evaluasi keperawatan

Menggunakan defenisi keperawatan yang dapat diterima dan aturan hukum yang berhubungan
dengan keperawatan. Mutu keperawatan lebih dipengaruhi oleh persiapan dan kemampuan dasar
perawat daripada lama waktu perawatan. Hasil yang baik didasarkan pada kecepatan maupun
tingkat kemampuan pasien beraktifitas kembali secara mandiri dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 3

APLIKASI KONSEP MODEL/ TEORI  VIRGINIA HENDERSON

DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

3.1 TINJAUAN KASUS

A.    Klien “Tn A”  Umur 38 Tahun, pekerjaan petani dengan latar belakang pendidikan petani Masuk
di Ruang Interne Bougenvil Rumah sakit X  pada tanggal 16 Desember 2011 Pukul 15.00 wib   dengan
keluhan pusing sesak nafas, dan kelemahan  Sesak  dirasakan sejak tanggal 13 Desember  2011 dan
dirasakan semakin berat bila klien duduk di tempat tidur. Sesak nafas dirasakan berkurang bila klien
berbaring di tempat tidur, namun sesak tidak hilang. Sesak dirasakan hingga membuat klien tidak
mampu untuk berdiri atau berjalan dari tempat tidur. Sesak dirasakan pada seluruh lapang dada
namun tidak mengalami nyei pada saat bernafas. Nafsu makan menurun,Klien sering mual,muntah
dan Pusing,Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/90 mmHg, Nadi.130x /menit RR,30x/menit. BB
50 Kg TB 160,napas bau keton, Pola makan klien yaitu ¼ porsi dari yang dianjurkan berdasrkan diet
DM, Bab baru 1x sehari,Bak menggunakan pispot  dengan urine output 1400cc/24 jam,dan adanya 
Gangren (+) pada extremtas bawah.

B.     Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, gondok, Namun klien menderita
sakit kencing manis dan diketahui  sejak umur 40 tahun (sepuluh tahun yang lalu) dan biasa berobat
(kontrol) di Puskesmas.  Klien juga mengalami gangren sejak sekitar 4 tahun yang lalu. Sakit yang bisa
dialami klien hanyalah demam biasa atau pilek yang biasanya sembuh dengan membeli obat dari
warung

C.    Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga mengatakan adanya penyakit Kencing Manis yang diderita oleh keluarga klien,

D.    Hasil Pemeriksaan penunjang

Data Laboratorium Tanggal 16 Desember  2011

Hb                   : 15, 6 mg%                

PCV                : 0,48                           ( 0,38 – 0,42)

Leukosit          : 4.5000                       (< 100.000)

Trombosit        : 387

Glukosa           : 651 mmol

SGOT              : 31

Kreatinin         : 1,56

Analisa Darah

pH                   : 7,429                         (7,35 – 7,54)

pCO2               : 18,9 mmol                 (25 – 45 mmol)

pO2                  : 10,8 mmol                 ( 80 – 104 mmol)

HCO3              : 12,2 mmol                 (21 – 25 mmol)

O2 sat              : 98,3 %

Elektrolit :

K                     : 6,45 mEq                   (3,8 – 5,0 mEq)

Na                   : 115 mEq                    (136 – 144 mEq)

Cl                    : 105 mEq                    (105 – 120 mEq)


Urinalisis

Eritrosit 3 – 4, Leukosit 5 – 6,  Epitel 9 – 11, Kristal - , Kuman (+)

3.2  TUJUH ELEMEN UTAMA BERDARKAN TEORI VIRGINIA HENDERSON

A .Tujuan Asuhan Keperawatan

                Klien mampu kebutuhan dasar nya

Ø  Klien mampu bernapas normal 12-16 x/menit

Ø  Klien mampu makan minum dengan cukup

Ø  Klien mampu melaksanakan aktifitas denngan tidak merasakan adanya keluhan lemas dan pusing

Ø  Klien mampu memenuhi kebersihan tubuh dan rasa nyaman pada pada gangguan integritas
kulitnya (gangrene)

B .Kien

Ø  Klien “Tn A”  Umur 38 Tahun, pekerjaan petani dengan latar belakang pendidikan SLTP,dengan
pekerjaan petani dan memiliki 2 orang anak

Ø  Klien merupakan manusia sebagai mahluk yang utuh,lengkap, dan mandiri yang memiliki 14
kebutuhan dasar

                                                       I.            Bernapas normal

Klien mengalami sesak  sejak 3  hari yang lalu denngan RR 30x/menit dan napas bau keton ,sesak
dirasakan semakin berat bila klien duduk ditempat tidur, sesak membuat klien tidak mampu berjalan
dari tempat tidur

                                                    II.            Makan dan minum dengan cukup

Klien Mengalami mual  dan muntah dan nafsu makan menurun,pola makan klien yaitu ¼ porsi yang
dianjurkan berdasarkan program diet DM, kadar glukosa klien yaitu 650 mmol

                                                 III.            Eliminasi

Klien BAB 1x dan BAK dengan menggunakan pispot dengan urin output 1400 cc/24 jam
                                                 IV.            Bergerak dan olah raga untuk menjaga postur tubuh

Klien mengalami Bedrest total  dikarenakan sesak jika berjalan atau berdiri dari tempat tidur, dan  K
lien mengalami gangrene pada extremitas bawah sehingga membuat keterbatasan dalam bergerak
dan menjaga postur tubuh

                                                    V.            Tidur dan istirahat

Klien mengeluh terganggu tidurnya disebabkan karena sesak yang dialami klien

                                                 VI.            Memilih pakaian yang cocok

Klien menggunakan kaos dan memakai kain sarung

                                              VII.            Menjaga Suhu Tubuh

Suhu tubuh klien dalam batas normal yaitu 36 C

                                           VIII.            Menjaga Tubuh tetap bersih dan terawat  dengan baik dan
melindungi integument

Klien tidak mengalami demam dan menggigil,dengan  kebersihan tubuh terawatt dengan baik,
namun pada system intugumen klien mengalami gangguan yaitu adanya gangrene pada extremitas

                                                 IX.            Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,


kebutuhan rasa takut atau pendapat

Klien kurang mampu memenuhi kebutuhan untuk mengungkapkan pendapat nya, sehingga penyakit
DM klien diketahui sejak umur 40 tahun

                                                    X.            Beribadah sesuai  kepercayaan

Klien beragama islam

                                                 XI.            Bekerja denga baik sehingga dapat melakukan pencapaian


tertentu

Selama sakit klien tidak mampu utuk bekerja

                                              XII.            Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi

Selam sakit klien tidak mampu untuk rekreasi

                                           XIII.            Menghindari bahaya dan menyakiti orang lain

                                           XIV.            Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu dan
menggunakan fasilitas kesehatan

Klien biasa berobat hanya dipuskesmas, jika sakit klien hanya membeli obat diwarung

C.                 Peran Ners :

Peran pelengkap, penolong dan partner dalam mempertahankan atau memulihkan kemandirian
dalam pemenuhan empat belas kebutuhan dasar.

1.      Mempertahankan kemampuan klien untuk bernapas normal


2.      Mempertahankan kemampuan klien untuk makan dan minum dengan cukup

3.      Mempertahankan kemampuan  dalam memenuhi aktifitas kilen

4.      Melindungi integument dari bahaya infeksi

D.Masalah Keperawatan

Tidak mempunyai kekuatan/kemampuan , kemauan atau pengetahuan

1.      Ketidak mampuan klien dalam bernapas normal

2.      Ketidakmampuan klien untuk makan dan minum dengan cukup

3.      Ketidakmampuan klien dalam memenuhi kebutuhan aktifitas (bergerak atau olahraga)

4.      Ketidakmapuan klien melindungi system integument

E.     Fokus Intervensi

a.       Sesak pada klien Tn”A” teratasi,tidak adanya bau keton TTV dalam batas normal (TD
120/80mmhg. N : 60-80x /menit RR: 12x/menit, suhu 36 c)

b.      Mual dan muntah teratasi, makan dan minum dengan cukup, kadar gula dalam darah dalam
batas normal

c.       Tidak adanya kelemahan atau pusing saat aktifitas dan luka gangrene pada extremias klien
dapat sembuh TTv dalam batas normal

d.      Gangrene pada extremitas klien dapat sembuh sesuai dengan tahap penyembuhan luka, dan
tidak adanya tanda tanda infeksi

F.     Cara Metode Intervensi

Ø  masalah keperawatan kebutuhan bernapas

                Intervensi Mandiri

1. Monitor tanda-tanda sesak nafas (frekuensi, pernafasan cuping hidung, retraksi dinding dada,
pengunaan otot-otot asesoris)

2. Evaluasi bunyi paru

3.  Pantau warna mukosa dan daerah akral

4. Pantau saturasi oksigen

5.  Bantu pernafasan dengan oksigen 2 L/menit

6.  Batasi intake cairan

7. Batasi intake sodium

8. Bantu mencari posisi yang nyaman untuk bernafas

   Intervensi Kolaborasi

a.      Pantau serial gas darah


Ø  masalah keperawatan  Makan dan minum yang cukup

               Intervensi Mandiri

1.      Kaji riwayat pengeluaran berlebih : poliuri, muntah,

2.      Pantau tanda vital

3.      Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrana mukosa

4.      Ukur BB tiap hari

5.      Pantau masukan dan pengeluaran, catat BJ Urine

6.      Berikan cairan paling sedikit 2500 cc/hr

7.      Catat hal-hal seperti mual, nyeri abdomen , muntah, distensi lambung

8.      Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien

9.      Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen, perut kembung, mual,  muntahan
makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi

10.  Observasi tanda hipoglikemia : penurunan kesadaran, kulit lembab/dingin, nadi cepat, lapar,
sakit kepala, peka rangsang

11.  Libatkan keluarga/pasien dalam perencanaan makanan

             INTERVENSI KOLABORASI

1.      Berikan NaCl, ½ NaCl, dengan atau tanpa dekstrose

2.      Pantau pemeriksaan laboraorium : Ht, BUN/Creatinin, Na, K

3.      Lakukan pemeriksaan gula darah denggan menggunakan finger stick

4.      Pantau pemeriksaan laboratorium seperti glikosa darah, aseton, pH dan HCO3

5.      Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan IV intermiten/ kontinyu (5 – 10 IU/jam)
sampai glukosa darah 250 mg/dl

Ø   masalah keperawatan  ketidak mampuan klien dalam melaksanakan aktifitas dan olahraga

Intervensi keperawatan mandiri

1.      Kaji kemampuan aktifitas klien

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan


kesehatan secara keseluruhan. Untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas dan
professional perlu ditunjang oleh konsep dasar keilmuan diantaranya pemahaman terhadap empat
konsep sentral keperawatan. Konsep dan teori keperawatan berkembang sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari perkembangan pemikiran dan ide-ide yang dituangkan beberapa ahli keperawatan.
Pandangan para ahli tersebut mempunyai kualitas terhadap perbedaan asumsi , tetapi pada
dasarnya mempunyai apresiasi terhadap proses pemberian asuhan keperawatan kepada klien
sehingga memerikan kesempatan untuk berkembang secara mandiri dalam memenuhi kebutuhan
dalam status kesehatannya.

Asuhan keperawatan yang profesional akan terwujud jika perawat sendiri benar-benar memahami
ilmu keperawatan secara benar dan baik. Pemahaman yang baik dan benar tentunya merujuk
kepada ilmu keperawatan yang dijadikan dasar dalam pemberian asuhan keperawatan baik di rumah
sakit maupun di  masyarakat. Namun saat ini pemahaman perawat terhadap ilmu keperawatan yang
seharusnya dijadikan dasar dan panduan dalam memberikan asuhan keperawatan masih sangat
kurang, sehingga asuhan keperawatan dalam berbagai tatanan masih berdasarkan order dari profesi
lain atau pelayanan yang bersifat rutinitas semata. Dengan demikian pemahaman perawat akan ilmu
keperawatan perlu ditingkatkan sehingga akan terlihat secara jelas  peran perawat sebagai suatu
profesi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat atas dasar suatu keilmuan yang akan
membedakan pelayanan keperawatan dengan pelayanan kesehatan yang lain.

Sehubungan dengan uraian tersebut diatas pada makalah ini, penulis akan menganalisa aplikasi
salah satu model/teori keperawatan pada asuhan keperawatan di rumah sakit.  Dalam tulisan ini
penulis akan menganalisa aplikasi model/teori keperawatan dari Virginia Henderson. Penulis
mengangkat teori/model Henderson karena teori/model ini  merupakan teori yang pertama dengan
jelas menggambarkan ilmu keperawatan berbeda dengan ilmu kedokteran. Selain itu, teori ini
menguraikan hal yang lebih spesifik yaitu fokus holistik yang dimudahkan oleh empat belas (14)
kebutuhan dasar manusia yang mudah dikenali, serta langkah-langkah penyelesaian masalah yang
ditujukan untuk kemandirian klien dalam memenuhi empat belas (14) kebutuhan dasar manusia
yang menyerupai pendekatan proses keperawatan

1.2  Tujuan Umum

Mengaplikasikan teori Virginia Handerson Kedalam asuhan Keperawatan

1.3  Tujuan Khusus

1.3.1        . Memberikan gambaran aplikasi dari model/teori Henderson Analisa kasus berdasarkan 7
elemen utama askep berdasarkan teori pada pemberian asuhan keperawatan  pada klien

1.3.2        Memberikan gambaran analisis model teori Henderson

1.3.3        Memberikan gambaran kelebihan dan kekurangan dari model teori Henderson pada
pemberian asuhan keperawatan pada klien
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

MODEL KONSEP/ TEORI VIRGINIA HENDERSON

2.1 Latar Belakang kehidupan

Virginia Henderson lahir pada tahun 1897, ia adalah anak ke kelima dari delapan bersaudara.
Henderson asli dari Kansas City dan menghabiskan masa pertumbuhannya di Virginia. Henderson
memiliki latar belakang pendidikan keperawatan yang meliputi pendidikan awal keperawatan di
Sekolah Perawat Militer, 1918  di Washington DC yang diselesaikannya pada tahun1921 setelah itu ia
berkarir sebagai staf perawat, mengajar di Rumah Sakit, mengikuti pendidikan tinggi di Fakultas
keguruan. Melalui berbagai pendidikannya ia banyak mendapat ilmu tentang praktek klinik dan
proses analitikal. Pada tahun 1953, ia bekerja dengan Leo Simmon pada Survey nasional tentang
penelitian keparawatan. Pada tahun 1959, ia memimpin proyek The Nursing Studies Index di
Universitas Yale.

Sebagai tokoh keperawatan ia pun banyak menulis, berbagai tulisan yang berupa surat ataupun
buku diterbitkan. Dalam tulisannya, Henderson memberi gambaran tentang fungsi dan pekerjaannya
yang unik berbeda dengan dokter. Ia juga membuat deskripsi keperawatan yang menjadi acuan
profesi keperawatan dalam menjalankan aktifitas profesionalnya. Dan melalui tulisannya iapun
berusaha memberikan arahan bagi para perawat agar dapat terus menerus mengembangkan dan
memperkaya diri dalam seni, ilmu, dan humanitas yang menjadi ciri utama profesi keperawatan. 

Perawat dimanapun sebenarnya perlu memahami apa yang dijelaskan Henderson tentang
keperawatan, karena dari berbagai pengalaman dan kegiatannya di dunia keperawatan Henderson
dapat memberikan arahan dan bimbingan bagi perawat dalam menjalankan profesinya secara tepat.
Melalui buku teks yang ia tulis, Henderson menyuarakan pula jati diri profesi keperawatan pada
dunia, baik pada masyarakat umum, profesi kesehatan lain, bahkan pada perawat atau calon
perawat itu sendiri. Sehingga Henderson ini bukan saja memberikan arahan aplikasi secara nyata
pada perawat tetapi juga landasan bagi kokohnya profesi keperawatan.

Tentu hal tersebut sangatlah berkaitan dengan isi defenisi keperawatan yang dideskripsikannya
berkali-kali, untuk memperjelas fungsi perawat, dimana tugas merawat bukan hanya ditujukan pada
manusia yang sakit namun yang sehat juga, dan aktifitas itu dilaksanakan dalam rangka
terpemenuhinya 14 komponen kebutuhan dasar pada setiap manusia dengan berbagai aktifitas yang
ditujukan untuk memandirikan klien / manusia, yang didasari akan ditemukannya penyebab
gangguan kesehatan mereka yaitu ketidakmampuan, ketidak-mauan maupun ketidaktahuan. Dan
para anggota profesi keperawatan dapat mempraktekkan ilmu dan seni keperawatan tanpa
menyalahi kaidah utama profesi keperawatan itu sendiri.

2.2 Konsep Utama

Dalam memandang konsep manusia, Henderson memperhatikan unsur fisik, biologi, sosiologi dan
spiritual. Dari 14 unsur fungsi keperawatan dapat dikategorikan sebagai berikut sembilan unsur
pertama mengandung unsur psikologi,unsur ke 10 dan 14 mengandung unsur komunikasi dan proses
belajar, unsur ke 11 mengandung unsur spiritual dan moral, unsur ke 12 dan ke 13 mengandung
unsur sosial yang berorientasi pada pekerjaan dan rekreasi. Henderson berpandangan bahwa
manusia memiliki kebutuhan dasar sebagaimana yang terdapat dalam 14 unsur tersebut tidak
terbatas dan tidak ada satupun cara pemuasan kebutuhan tersebut yang sama. Jiwa dan raga
merupakan hal yang tak terpisahkan.

Henderson menekankan beberapa aspek dari konsep sosial / lingkungan. Dia melihat manusia
sebagai individu yang berhubungan dengan keluarga, namun dia hanya menulis sedikit tentang
pengaruh lingkungan dan keluarga terhadap individu. Dalam bukunya yang ditulis bersama Harmer,
Henderson mendukung peranan pribadi dan masyarakat dalam menjaga kesehatan. Henderson
mengetahui bahwa masyarakat membutuhkan perawat dalam membantu orang tidak mampu hidup
mandiri, dan sebaliknya perawat juga mengaharapkan masyarakat memberikan sumbangan
terhadap pendidikan keperawatan.

1). Manusia

Henderson memandang manusia sebagai mahkluk yang utuh, lengkap, dan  mandiri yang memiliki
14 kebutuhan dasar sebagi berikut :

1.      Bernafas normal

2.      Makan dan minum dengan cukup

3.      Membuang kotoran tubuh (eliminasi)

4.      Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan

5.      Tidur dan istirahat

6.      Memilih pakaian yang sesuai

7.      Menjaga suhu badan tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah
lingkungan.

8.      Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat dengan baik dan melindungi integumen

9.      Menghindar dari bahaya dalam lingkungan dan yang bisa melukai

10.  Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut atau
pendapat

11.  Beribadah sesuai dengan keyakinan seseorang

12.  Bekerja dengan sesuatu cara yang mengandung unsur prestasi


13.  Bermain atau terlibat dalam beragam bentuk rekreasi

14.  Belajar, mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan
normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas-fasilitas kesehatan yang tersedia. (Marriner Ann,
1986)

Henderson juga memandang manusia (klien)  sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk
meraih  kemandirian, kesehatan atau kematian yang damai. Henderson menganggap manusia dan
keluarga merupakan satu kesatuan.  Manusia juga harus selalu menjaga keseimbangan fisiologis dan
emosionalnya. (KDIK, 2001)

2. Keperawatan

Henderson mendefinisikan keperawatan dari sisi fungsional sebagai suatu profesi yang mempunyai
fungsi unik yaitu membantu klien baik sehat atau sakit dalam melaksanakan kegiatan yang
mengkontribusi pada kesehatan, pemulihan atau meninggal dengan damai yang akan mereka
kerjakan tanpa membutuhkan bantuan seandainya mereka memiliki kekuatan, kehendak dan
pengetahuan. Dalam memberikan bantuan dilakukan dengan suatu cara untuk membantunya
meraih kemandirian secepat mungkin. (KDIK, 2001)

Henderson juga memandang perawat sebagai anggota tim kesehatan, tetapi tugas perawat tidak
tergantung pada dokter, tetapi mengajukan rencana bila dokter sedang melakukan kunjungan ke
pasien. Henderson menekankan bahwa perawat harus dapat bertugas secara mandiri. Perawat harus
dapat mendiagnosa dan menangani bila situasi menuntut demikian dan perawat harus mampu
menilai kebutuhan dasar manusia. (Marriner Ann, 1986)

3. Kesehatan

       Henderson memandang kesehatan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi empat belas
komponen kebutuhan dasar manusia tanpa bantuan. Kesehatan adalah kualitas kehidupan dasar
untuk berfungsi dan memerlukan kemandirian dan saling ketergantungan.  Memperoleh kesehatan
lebih penting daripada mengobati penyakit. Individu akan meraih dan mempertahankan  kesehatan
bila mereka memiliki kekuatan, kehendak atau pengetahuan yang cukup. Jadi Henderson lebih
menekankan pada kualitas kehidupan dari pada kehidupan itu sendiri yang memungkinkan manusia
bekerja secara efektif dan mencapai tingkat kepuasan tertinggi dalam kehidupan. (Marriner Ann,
1986)

4. Lingkungan

Henderson tidak memberikan definisi sendiri untuk lingkungan ini.  Dalam mendefinisikan
lingkungan, Henderson mengambil pengertian lingkungan dari Webster’s New Collegiate Dictionary
dimana yang dimaksud dengan lingkungan adalah kumpulan semua kondisi eksternal dan pengaruh-
pengaruhnya yang berdampak pada kehidupan dan perkembangan organisme. Pada individu yang
sehat seharusnya memiliki kemampuan untuk mengontrol lingkunganya, tetapi kondisi sakit dapat
mengganggu kemampuan tersebut. (Marriner Ann, 1986)

2.3. Hubungan Ners-Klien

      Henderson mengidentifikasi tiga tingkat hubungan ners-klien, mulai dari sangat tergantung
sampai hubungan yang agak mandiri seperti sebagai berikut :
1) Perawat sebagai pengganti bagi klien

2) Perawat sebagai perbantuan bagi klien

3) Perawat sebagai mitra klien

Ketika sakit serius, perawat dilihat sebagai pengganti bagi kekurangan klien untuk menjadikannya
lengkap, menyeluruh atau mandiri, karena kurangnya kekuatan fisik, kemauan atau pengetahuan.
Henderson melukiskan pandangan ini ketika ia mengatakan bahwa perawat adalah kesadaran dari
yang tidak sadar, kehidupn dari yang bunuh diri, kaki dari yang diamputasi, mata bagi yang baru saja
buta, alat bergerak bagi bayi, pengetahuan dan percaya diri bagi ibu muda, penyambung lidah bagi
yang terlalu lemah atau menarik diri untuk bicara. (KDIK, 2001).Selama pemulihan, perawat
membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandirian. Ketidakmandirian merupakan istilah
yang relatif.

Sebagai mitra, ners dan klien bersama-sama  memformulasikan rencana perawatan. Adapun
diagnosisnya  selalu ada kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi, tetapi kebutuhan ini dimodifikasi oleh
patologi dan kondisi ini seperti usia, temperamen, status emosional, status sosial kultur dan
kapasitas fisik dan intelektual.

Perawat harus mampu mengkaji tidak saja kebutuhan klien tetapi juga kondisi patologis yang
mengubah klien. Henderson mengatakan, perawat harus masuk ketubuh setiap kliennya untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan kliennya. Kebutuhan ini kemudian divalidasi dengan kliennya.
Perawat dapat mengubah lingkungan yang ia anggap perlu untuk kepentingan kesehatan kliennya.
Perawat dan klien harus bekerjasama untuk mencapai tujuan, yaitu kemandirian atau bahkan
kematian yang damai. Tujuan utama perawat yaitu menjaga agar keseharian klien senormal
mungkin. (Marriner Ann, 1986)

2.4 Hubungan Perawat-Dokter

           Henderson menekankan agar perawat tidak mengikuti perintah dokter karena perawat
memiliki tugas yang unik. Perawat harus membuat rencana keperawatan bersama klien lalu
mengusulkan kepada dokter untuk disesuaikan dengan program pengobatannya. Lebih luas
Henderson menegaskan agar para perawat membantu klien dengan manajemen keperawatannya
ketika dokter tidak ada. (Marriner Ann, 1986)

2.5 Perawat sebagai Anggota Tim

         Pekerjaan perawat saling tergantung dengan pekerjaan profesi lain, sehingga perawat dan
anggota tim lainnya harus saling membantu menjalankan program masing-masing, tetapi sebaiknya
tidak melakukan pekerjaan milik orang lain. Henderson menggambarkan fungsi masing-masing
profesi kesehatan dan keluarga sebagai suatu irisan dalam suatu lingkaran, besarnya ukuran dari
irisan tersebut sangat tergantung pada apa yang dibutuhkan klien, dan karenanya besarnya ukuran
irisan tersebut akan berubah sesuai dengan kemajuan kondisi klien. Yang menjadi tujuan disini
adalah dimana semakin lama, porsi irisan untuk keluarga dan klien  akan semakin besar atau bahkan
seluruh lingkaran tersebut.  Yang artinya dengan kondisi yang demikian berarti bahwa klien dan
keluarga akan semakin mandiri dalam membantu dan memelihara kesehatannya sendiri. (Marriner
Ann, 1986)
2.5 Penjabaran Dalam Praktik

          Pendekatan Henderson dalam perawatan pasien sangat berhati-hati terutama terkait dengan
pengambilan keputusan. Meski ia tidak menjelaskan secara spesifik langkah-langkah dalam proses
perawatan, seseorang dapat melihat bagaimana konsep tersebut saling berhubungan. Henderson
meyakini proses perawatan merupakan proses problem solving dan tidak hanya khusus masalah
keperawatan. Penjabaran langkah-langkah proses keperawatan Henderson adalah sebagai berikut :

Ringkasan proses keperawatan menurut Henderson

Proses keperawatan

14 unsur dan defenisi keperawatan Henderson

Pengkajian keperawatan

Mengetahui kebutuhan dasar manusia berdasar 14 unsur dasar keperawatan :

1.      Bernafas normal.

2.      Makan dan minum dengan cukup.

3.      Mengurangi buangan tubuh.

4.      Bergerak dan olahraga untuk menjaga postur tubuh.

5.      Tidur dan istirahat.

6.      Memilih pakaian yang cocok.

7.      Menjaga suhu tubuh tetap normal dengan cara menyesuaikan pemakaian pakaian di
lingkungan.

8.      Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi.

9.      Menghindari bahaya dan hal yang dapat menyakiti orang lain

10.  Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan dan kekuatan
opini.

11.  Beribadah sesuai dengan kepercayaannya.

12.  Bekerja dengan baik sehingga dapat melakukan pencapaian tertentu.

13.  Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi.

14.  Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu dan menggunakan fasilitas kesehatan.

Analisa :

Membandingkan data dengan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit

Diagnosa keperawatan

Mengidentifikasi kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan dengan


mempertimbangkan kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dimiliki
Rencana keperawatan

Pada tahap ini disusun rencana sesuai dengan kebutuhan individu. Rencana ini diperbaharui
berdasarkan perubahan keadaan atau kondisi pasien. Rencana harus dapt mengintegrasikan hasil
pekerjaan semua yang ada dalam tim kesehatan.

Implementasi keperawatan

Melayani individu sakit maupun sehat dalam beraktifitas dalam menjaga kesehatan, penyembuhan
dari sakit, maupun mengantarkan kematian yang tenang.

Implementasi berdasarkan prinsip psikologi, umur, latar belakang budaya dan kemampuan fisik dan
mental. Melaksanakan pengobatan sesuai petunjuk dokter.

Evaluasi keperawatan

Menggunakan defenisi keperawatan yang dapat diterima dan aturan hukum yang berhubungan
dengan keperawatan. Mutu keperawatan lebih dipengaruhi oleh persiapan dan kemampuan dasar
perawat daripada lama waktu perawatan. Hasil yang baik didasarkan pada kecepatan maupun
tingkat kemampuan pasien beraktifitas kembali secara mandiri dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 3

APLIKASI KONSEP MODEL/ TEORI  VIRGINIA HENDERSON

DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

3.1 TINJAUAN KASUS

A.    Klien “Tn A”  Umur 38 Tahun, pekerjaan petani dengan latar belakang pendidikan petani Masuk
di Ruang Interne Bougenvil Rumah sakit X  pada tanggal 16 Desember 2011 Pukul 15.00 wib   dengan
keluhan pusing sesak nafas, dan kelemahan  Sesak  dirasakan sejak tanggal 13 Desember  2011 dan
dirasakan semakin berat bila klien duduk di tempat tidur. Sesak nafas dirasakan berkurang bila klien
berbaring di tempat tidur, namun sesak tidak hilang. Sesak dirasakan hingga membuat klien tidak
mampu untuk berdiri atau berjalan dari tempat tidur. Sesak dirasakan pada seluruh lapang dada
namun tidak mengalami nyei pada saat bernafas. Nafsu makan menurun,Klien sering mual,muntah
dan Pusing,Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/90 mmHg, Nadi.130x /menit RR,30x/menit. BB
50 Kg TB 160,napas bau keton, Pola makan klien yaitu ¼ porsi dari yang dianjurkan berdasrkan diet
DM, Bab baru 1x sehari,Bak menggunakan pispot  dengan urine output 1400cc/24 jam,dan adanya 
Gangren (+) pada extremtas bawah.

B.     Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, gondok, Namun klien menderita
sakit kencing manis dan diketahui  sejak umur 40 tahun (sepuluh tahun yang lalu) dan biasa berobat
(kontrol) di Puskesmas.  Klien juga mengalami gangren sejak sekitar 4 tahun yang lalu. Sakit yang bisa
dialami klien hanyalah demam biasa atau pilek yang biasanya sembuh dengan membeli obat dari
warung

C.    Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga mengatakan adanya penyakit Kencing Manis yang diderita oleh keluarga klien,

D.    Hasil Pemeriksaan penunjang

Data Laboratorium Tanggal 16 Desember  2011

Hb                   : 15, 6 mg%                

PCV                : 0,48                           ( 0,38 – 0,42)

Leukosit          : 4.5000                       (< 100.000)

Trombosit        : 387

Glukosa           : 651 mmol

SGOT              : 31

Kreatinin         : 1,56

Analisa Darah

pH                   : 7,429                         (7,35 – 7,54)

pCO2               : 18,9 mmol                 (25 – 45 mmol)

pO2                  : 10,8 mmol                 ( 80 – 104 mmol)

HCO3              : 12,2 mmol                 (21 – 25 mmol)

O2 sat              : 98,3 %

Elektrolit :

K                     : 6,45 mEq                   (3,8 – 5,0 mEq)

Na                   : 115 mEq                    (136 – 144 mEq)

Cl                    : 105 mEq                    (105 – 120 mEq)


Urinalisis

Eritrosit 3 – 4, Leukosit 5 – 6,  Epitel 9 – 11, Kristal - , Kuman (+)

3.2  TUJUH ELEMEN UTAMA BERDARKAN TEORI VIRGINIA HENDERSON

A .Tujuan Asuhan Keperawatan

                Klien mampu kebutuhan dasar nya

Ø  Klien mampu bernapas normal 12-16 x/menit

Ø  Klien mampu makan minum dengan cukup

Ø  Klien mampu melaksanakan aktifitas denngan tidak merasakan adanya keluhan lemas dan pusing

Ø  Klien mampu memenuhi kebersihan tubuh dan rasa nyaman pada pada gangguan integritas
kulitnya (gangrene)

B .Kien

Ø  Klien “Tn A”  Umur 38 Tahun, pekerjaan petani dengan latar belakang pendidikan SLTP,dengan
pekerjaan petani dan memiliki 2 orang anak

Ø  Klien merupakan manusia sebagai mahluk yang utuh,lengkap, dan mandiri yang memiliki 14
kebutuhan dasar

                                                       I.            Bernapas normal

Klien mengalami sesak  sejak 3  hari yang lalu denngan RR 30x/menit dan napas bau keton ,sesak
dirasakan semakin berat bila klien duduk ditempat tidur, sesak membuat klien tidak mampu berjalan
dari tempat tidur

                                                    II.            Makan dan minum dengan cukup

Klien Mengalami mual  dan muntah dan nafsu makan menurun,pola makan klien yaitu ¼ porsi yang
dianjurkan berdasarkan program diet DM, kadar glukosa klien yaitu 650 mmol

                                                 III.            Eliminasi

Klien BAB 1x dan BAK dengan menggunakan pispot dengan urin output 1400 cc/24 jam

                                                 IV.            Bergerak dan olah raga untuk menjaga postur tubuh

Klien mengalami Bedrest total  dikarenakan sesak jika berjalan atau berdiri dari tempat tidur, dan  K
lien mengalami gangrene pada extremitas bawah sehingga membuat keterbatasan dalam bergerak
dan menjaga postur tubuh

                                                    V.            Tidur dan istirahat

Klien mengeluh terganggu tidurnya disebabkan karena sesak yang dialami klien
                                                 VI.            Memilih pakaian yang cocok

Klien menggunakan kaos dan memakai kain sarung

                                              VII.            Menjaga Suhu Tubuh

Suhu tubuh klien dalam batas normal yaitu 36 C

                                           VIII.            Menjaga Tubuh tetap bersih dan terawat  dengan baik dan
melindungi integument

Klien tidak mengalami demam dan menggigil,dengan  kebersihan tubuh terawatt dengan baik,
namun pada system intugumen klien mengalami gangguan yaitu adanya gangrene pada extremitas

                                                 IX.            Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,


kebutuhan rasa takut atau pendapat

Klien kurang mampu memenuhi kebutuhan untuk mengungkapkan pendapat nya, sehingga penyakit
DM klien diketahui sejak umur 40 tahun

                                                    X.            Beribadah sesuai  kepercayaan

Klien beragama islam

                                                 XI.            Bekerja denga baik sehingga dapat melakukan pencapaian


tertentu

Selama sakit klien tidak mampu utuk bekerja

                                              XII.            Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi

Selam sakit klien tidak mampu untuk rekreasi

                                           XIII.            Menghindari bahaya dan menyakiti orang lain

                                           XIV.            Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu dan
menggunakan fasilitas kesehatan

Klien biasa berobat hanya dipuskesmas, jika sakit klien hanya membeli obat diwarung

C.                 Peran Ners :

Peran pelengkap, penolong dan partner dalam mempertahankan atau memulihkan kemandirian
dalam pemenuhan empat belas kebutuhan dasar.

1.      Mempertahankan kemampuan klien untuk bernapas normal

2.      Mempertahankan kemampuan klien untuk makan dan minum dengan cukup

3.      Mempertahankan kemampuan  dalam memenuhi aktifitas kilen


4.      Melindungi integument dari bahaya infeksi

D.Masalah Keperawatan

Tidak mempunyai kekuatan/kemampuan , kemauan atau pengetahuan

1.      Ketidak mampuan klien dalam bernapas normal

2.      Ketidakmampuan klien untuk makan dan minum dengan cukup

3.      Ketidakmampuan klien dalam memenuhi kebutuhan aktifitas (bergerak atau olahraga)

4.      Ketidakmapuan klien melindungi system integument

E.     Fokus Intervensi

a.       Sesak pada klien Tn”A” teratasi,tidak adanya bau keton TTV dalam batas normal (TD
120/80mmhg. N : 60-80x /menit RR: 12x/menit, suhu 36 c)

b.      Mual dan muntah teratasi, makan dan minum dengan cukup, kadar gula dalam darah dalam
batas normal

c.       Tidak adanya kelemahan atau pusing saat aktifitas dan luka gangrene pada extremias klien
dapat sembuh TTv dalam batas normal

d.      Gangrene pada extremitas klien dapat sembuh sesuai dengan tahap penyembuhan luka, dan
tidak adanya tanda tanda infeksi

F.     Cara Metode Intervensi

Ø  masalah keperawatan kebutuhan bernapas

                Intervensi Mandiri

1. Monitor tanda-tanda sesak nafas (frekuensi, pernafasan cuping hidung, retraksi dinding dada,
pengunaan otot-otot asesoris)

2. Evaluasi bunyi paru

3.  Pantau warna mukosa dan daerah akral

4. Pantau saturasi oksigen

5.  Bantu pernafasan dengan oksigen 2 L/menit

6.  Batasi intake cairan

7. Batasi intake sodium

8. Bantu mencari posisi yang nyaman untuk bernafas

   Intervensi Kolaborasi

a.      Pantau serial gas darah

Ø  masalah keperawatan  Makan dan minum yang cukup

               Intervensi Mandiri


1.      Kaji riwayat pengeluaran berlebih : poliuri, muntah,

2.      Pantau tanda vital

3.      Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrana mukosa

4.      Ukur BB tiap hari

5.      Pantau masukan dan pengeluaran, catat BJ Urine

6.      Berikan cairan paling sedikit 2500 cc/hr

7.      Catat hal-hal seperti mual, nyeri abdomen , muntah, distensi lambung

8.      Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien

9.      Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen, perut kembung, mual,  muntahan
makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi

10.  Observasi tanda hipoglikemia : penurunan kesadaran, kulit lembab/dingin, nadi cepat, lapar,
sakit kepala, peka rangsang

11.  Libatkan keluarga/pasien dalam perencanaan makanan

             INTERVENSI KOLABORASI

1.      Berikan NaCl, ½ NaCl, dengan atau tanpa dekstrose

2.      Pantau pemeriksaan laboraorium : Ht, BUN/Creatinin, Na, K

3.      Lakukan pemeriksaan gula darah denggan menggunakan finger stick

4.      Pantau pemeriksaan laboratorium seperti glikosa darah, aseton, pH dan HCO3

5.      Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan IV intermiten/ kontinyu (5 – 10 IU/jam)
sampai glukosa darah 250 mg/dl

Ø   masalah keperawatan  ketidak mampuan klien dalam melaksanakan aktifitas dan olahraga

Intervensi keperawatan mandiri

1.      Kaji kemampuan aktifitas klien

2.      Anjurkan pasien untuk berganti posisi saat tidur untuk mencegah terjadinya dikubitus

3.      Periksa TTV klien

Ø   masalah keperawatan   tidak mampu melindungi integument

Intervensi keperawatan mandiri

1.    Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan

2.    Kaji adanya tanda tanda infeksi

3.    Rawat luka dengan baik dan benar  : membersihkan luka secara aseptik menggunakan larutan
yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati

              Intervensi Kolaborasi


1.       Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan  kultur pus  pemeriksaan gula
darah pemberian anti biotik

           H. Konsekensi Implementasi

            Kebutuhan dasar klien terpenuhi

v  Klien kembali  bernapas normal 12-16 x/menit

v  Klien mampu makan minum dengan cukup kadar glukosa darah kembli normal

v  Klien dapat melaksanakan aktifitas denngan tidak merasakan adanya keluhan lemas dan pusing

v  Klien dapat  memenuhi kebersihan tubuh dan tidak adanya tanda tanda  infeksi pada luka i,luka
gangrene dapat sembuh sesuai  dengan tahap penyembuhan luka

 2.      Anjurkan pasien untuk berganti posisi saat tidur untuk mencegah terjadinya dikubitus

3.      Periksa TTV klien

Ø   masalah keperawatan   tidak mampu melindungi integument

Intervensi keperawatan mandiri

1.    Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan

2.    Kaji adanya tanda tanda infeksi

3.    Rawat luka dengan baik dan benar  : membersihkan luka secara aseptik menggunakan larutan
yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati

              Intervensi Kolaborasi

1.       Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan  kultur pus  pemeriksaan gula
darah pemberian anti biotik

           H. Konsekensi Implementasi

            Kebutuhan dasar klien terpenuhi

v  Klien kembali  bernapas normal 12-16 x/menit

v  Klien mampu makan minum dengan cukup kadar glukosa darah kembli normal

v  Klien dapat melaksanakan aktifitas denngan tidak merasakan adanya keluhan lemas dan pusing

v  Klien dapat  memenuhi kebersihan tubuh dan tidak adanya tanda tanda  infeksi pada luka i,luka
gangrene dapat sembuh sesuai  dengan tahap penyembuhan luka

Anda mungkin juga menyukai