Anda di halaman 1dari 8

RESUME JURNAL

PROSES DEMAM PADA PASIEN COVID-19

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Metodologi Keperawatan
Dosen Pengampu : Ns. Missesa, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J

Oleh Kelompok 4 :
1. Annisa Turahmah 6220120001
2. Arniyunia 6220120004
3. Marshenda 6220120016
4. Nurul Rizkia 6220120021
5. Yainun Uci Wauziah 6220120027

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN REGULER XXIII


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
PALANGKA RAYA
2020/2021
Judul Jurnal 1 : Manifestasi Klinis dan Perjalanan Penyakit pada Pasien Covid-19
Volume : Volume 9 | Nomor 1
Tahun : Juli 2020
Penulis : Celine Grace

Judul Jurnal 2 : The Pathogenesis Characteristics and Symptom of Covid-19 in the


Context of Establishing a Nursing Diagnosis (Karakteristik Patogenesis dan Gejala
Covid-19 di-19 Konteks Penetapan Diagnosa Keperawatan)
Volume : Volume 3 | Nomor 1
Tahun : 1 Juni 2020
Penulis : Mayusef Sukmana, Falasifah Ani Yuniarti

Judul Jurnal 3 : GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG


COVID-19 DAN PERILAKU MASYARAKAT DI MASA PANDEMI COVID-19
Volume : Volume 8 | Nomor 3
Tahun : Agustus 2020
Penulis : Ni Putu Emy Darma Yanti, I Made Arie Dharma Putra Nugraha, Gede
Adi Wisnawa, Ni Putu Dian Agustina, Ni Putu Arsita Diantari

Covid-19 merupakan penyakit yang menyebabkan terjadinya darurat Kesehatan


Gobal, penkit ini diakibatkan oleh SAR-CoV2 dan ditularkan melalui droplet. Biasanya
Sebagian besar orang yang tertular Covid -19 memiliki masa inkubasi 1-14 hari, dan
biasanya akan mengalami beberappa gejala ringan, sedang, berat dan berakhir kematian.
Salah satu gejala yang di alami adalah demam. Hipertermia (demam) merupakan
kondisi tubuh yang meningkat diatas rentang suhu tubuh normal, umumnya merupakan
respon tubuh terhadap suatu penyakit. Demam merupakan gejala yang paling dominan
terjadi. Pada saat pasien masuk 43,8% kasus terjadinya demam pada pasien, dan pasien
yang datang ke rumah sakit tanpa disertai demam kemudian selama di rumah sakit
terjadinya demam hingga meningkat sampai 88,7%. Peningkatan aktivitas sitokin
mengeluarkan TNFα, IFN-γ, IL 1, IL4, IL6 pada kadar yang tepat mengaktifkan imunitas
seluler dan imunitas nonspesifik(Wahyuniati & Maulana, 2015). Pada pasien Covid-19
mengalami peningkatan sehingga memicu vasculosum of the lamina terminalis (OVLT)
di hipotalamus meningkatkan sintesis prostaglandin (PGE2) sehingga suhu tubuh
meningkat(Walter, Hanna-Jumma, Carraretto, & Forni, 2016).
Telah didapatkan pembagian fase klinis perjalanan penyakit ini, untuk memfasilitasi
aplikasi terapeutik dan mengevaluasi respon dari pengobatan. Didapatkan sistem
klasifikasi yang terdiri dari 3-tahap, yaitu tiga tingkatan keparahan penyakit COVID-19
sesuai dengan temuan klinis yang berbeda, respon terhadap terapi dan hasil klinis.
Tahap I (ringan) – infeksi dini. Tahap awal terjadi pada saat inokulasi dan awal
pembentukan penyakit. Bagi kebanyakan orang, ini melibatkan periode inkubasi yang
terkait dengan gejala ringan dan sering non-spesifik seperti malaise, demam dan batuk
kering.
Tahap II (moderat) - Keterlibatan paru dengan hipoksia. Pada tahap kedua penyakit paru
yang terbentuk akibat penggandaan virus dan peradangan lokal di paru. Selama tahap ini,
pasien mengalami batuk, demam dan mungkin hipoksia.
Stadium III (berat) – Peradangan sistemik. Beberapa pasien COVID-19 akan beralih ke
tahap ketiga dan merupakan yang paling parah dari seluruh stadium memanifestasikan
sebagai sindrom hiperperadangan sistemik ekstra-paru.
Dalam kondisi lain, pasien dapat menunjukan gejala gastro intestinal dengan diare
sebanyak 3,8% dan muntah sebnyak 5,0%. Namun, demam dan batuk merupakan gejala
yang paling dominan.
Ditemukan bahwa 98% pasien dalam studi mereka mengalami demam, yang 78%
memiliki suhu lebih tinggi dari 38 ° c. Mereka melaporkan bahwa 76% pasien telah
batuk, 44% dari pasien mengalami kelelahan dan nyeri otot, dan 55% dari pasien
mengalami dyspnea. Adanya demam dengan suhu 38°C merupakan gejala yang umum
ditemukan pada tahap awal pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2, meskipun demam
pula merupakan gejala umum pada berbagai kasus infeksi lainnya. Di samping itu, ada
tidaknya gangguan pernapasan yang ditimbulkan pada pasien COVID-19 berupa batuk
serta dispnea (sesak napas). Dalam satu studi klinis, menunjukkan bahwa manifestasi
klinis utama pada pasien COVID-19 meliputi demam (90% ataupun lebih), batuk (sekitar
75%), dan dispnea (hingga 50%) (Jiang et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Ni Putu Emy Darma Yanti, I Made Arie Dharma Putra Nugraha, Gede Adi Wisnawa, Ni
Putu Dian Agustina, Ni Putu Arsita Diantari (2020). GAMBARAN MASYARAKAT
PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG COVID-19 DAN PERILAKU
MASYARAKAT DI MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8
No 3, Agustus 2020, Hal 485 - 490. FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang
bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah. Dengan website
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/download/6316/pdf

Celine Grace. Manifestasi Klinis dan Perjalanan Penyakit pada Pasien Covid-19.
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Dengan website
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2678

Mayusef Sukmana, Falasifah Ani Yuniarti. The Pathogenesis Characteristics and


Symptom of Covid-19 in the Context of Establishing a Nursing Diagnosis. Jurnal
Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, Vol 3 No 1, 1 Juni 2020. Dengan website http://e-
journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK/article/download/3748/2536
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK 25
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, Vol 3 No 1, 1 Juni 2020 pISSN : 2654-5241 eISSN : 2722-7537

Pada Covid-19 mengalami peningkatan


Pasien dengan infeksi virus dapat sehingga memicu vasculosum of the lamina
berkembang gejala ringan sedang dan berat. terminalis (OVLT) di hipotalamus
Gejala berat terjadi ketika disfungsi organ meningkatkan sintesis prostaglandin
yang diawali dampak hebat badai sitokin dan (PGE2) sehingga suhu tubuh
sepsis. Sepsis adalah salah satu penyebab meningkat(Walter, Hanna-Jumma,
paling umum dari DIC; perkembangan hasil Carraretto, & Forni, 2016).
DIC ketika monosit dan sel-sel endotel
diaktifkan ke titik sitokin melepaskan cedera
menyusul, dengan ekspresi faktor jaringan
dan sekresi faktor von Willebrand. Sirkulasi
trombin bebas, tidak terkontrol oleh
antikoagulan natrium, dapat mengaktifkan
trombosit dan merangsang
fibrinolisis(Fourrier, 2003) Pada tahap akhir
Covid-19, kadar penanda terkait fibrin (D-
dimer dan FDP) secara moderat atau nyata
meningkat pada semua kematian, yang
menunjukkan peningkatan mendapatkan
aktivasi koagulasi yang umum dan kondisi
hiperfibrinolisis sekunder(Tang et al., 2020)
Gambar 5. Mekanisme demam(Walter et al.,
2016)

7. Anxietas D.0080(Karisma, 2020)


Kondisi emosi dan pengalaman subjektifitas
individu terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman ditandai
dengan data mayor merasa bingung,
merasa khawatir akibat kondisi yang
dihadapi, sulit konsentrasi, tampak gelisah,
tegang dan sulit tidur disertai kemungkinan
data minor frekuensi napas dan nadi
meningkat, muka pucat, palpitasi, merasa
tak berdaya. Kondisi klinis yang terkait
Gambar 6. Peran sitokin pada tingkatan Covid- seperti penyakit kronis progresif, akut,
19(Pedersen, 2020)
hospitalisasi, kondisi prognosis belum jelas.
Respon umum terdampak Covid-19 adalah
6. Hipertermia D.0130
ketakutan akan mati, diasingkan,
Merupakan kondisi suhu tubuh meningkat
kehilangan mata pencarian, terpisah,
diatas rentang normal tubuh ditandai dengan
bosan, kesepian, tidak berdaya(MHPSS
suhu tubuh diatas nilai normal disertai
Reference Group, 2020). Covid-19
kemungkinan adanya tanda minor kulit
meningkatkan kecemasan karena proses
merah, kejang, takhikardi, takipnea dan kulit
penyakit akut, karantina, depresi, sindrom
terasa panas(PPNI, 2016).
pasca trauma(Fardin, 2020)(Brooks et al.,
2020).
Demam merupakan gejala paling dominan.
Demam saat pasien masuk terjadi pada
43,8% kasus, klien yang datang ke rumah
sakit sebagian tanpa disertai demam,
kemudian selama di rumah sakit meningkat
88,7% (Guan et al., 2020). Peningkatan
aktivitas sitokin mengeluarkan TNFα, IFN-γ,
IL 1, IL4, IL6 pada kadar yang tepat
mengaktifkan imunitas seluler dan imunitas
nonspesifik(Wahyuniati & Maulana, 2015).

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman


Celine Grace | Manifestasi Klinis dan Perjalanan Penyakit pada Pasien Covid-19

oleh anemiadan infeksi sekunder. Oleh karena Isi


itu, antibiotik empiris, terapi antivirus
(oseltamivir), dan kortikosteroid sistemik
sering digunakan untuk perawatan. Pasien
dengan hipoxemia yang dapat diatasi diberi
ventilasi invasif.6
Holshue et al. menggunakan remdesivir
dalam pengobatan pasien dengan infeksi
SARS-CoV-2 dan mencapai hasil yang baik.7 Lu
menyimpulkan bahwa, di samping antibiotik
dan antivirus, neuraminidase inhibitor,
inhibitor sintesis RNA, dan obat tradisional
juga dapat digunakan dalam pengobatan Gambar 1. Ultrastructural morphology of
COVID-19. Namun demikian, khasiat obat ini Coronavirus
masih perlu diverifikasi oleh uji klinis. 8
Dengan belum adanya pengobatan yang Telah didapatkan pembagian fase klinis
efektif, cara terbaik untuk menangani epidemi pada perjalanan penyakit ini, untuk
SARS-CoV-2 adalah mengendalikan sumber memfasilitasi aplikasi terapeutik dan
infeksi. Strategi meliputi diagnosa awal, mengevaluasi respon dari pengobatan.
pelaporan, isolasi, dan perawatan suportif; Didapatkan sistem klasifikasi yang terdiri dari
informasi epidemi yang tepat waktu; dan 3-tahap, yaitu bahwa penyakit COVID-19
pemeliharaan tatanan sosial. Untuk individu, memiliki 3 tingkatan keparahan yang sesuai
tindakan perlindungan, termasuk dengan temuan klinis yang berbeda, respon
meningkatkan kebersihan pribadi, terhadap terapi dan hasil klinis.
mengenakan masker medis, istirahat yang Tahap I (ringan) – infeksi dini. Tahap
memadai, dan menjaga ventilasi ruangan awal terjadi pada saat inokulasi dan awal
dengan baik, dapat secara efektif mencegah pembentukan penyakit. Bagi kebanyakan
infeksi SARS-CoV-2.9 orang, ini melibatkan periode inkubasi yang
Obat imunosupresif memiliki efek pada terkait dengan gejala ringan dan sering non-
imunitas humoral, kekebalan sel-dimediasi spesifik seperti malaise, demam dan batuk
dan fungsi neutrofil, meningkatkan risiko kering. Selama periode ini, nCov-
infeksi berat yang disebabkan oleh agen virus, 2019bertempat tinggal di dalam host,
seperti adenovirus, rhinovirus, norovirus, terutama berfokus pada sistem pernapasan.
influenza, virus pernapasan syncytial. Pasien Serupa dengan kerabat yang lebih tua, SARS-
yang menerima terapi imunosupresif beresiko CoV (bertanggung jawab untuk wabah SARS
untuk memiliki manifestasi yang lebih berat 2002-2003), SARS-CoV-2 berikatan dengan
terhadap infeksi virus tersebut. 10-11 target menggunakan angiotensin-
Beberapa penelitian juga menyertakan mengkonversi enzim 2 (ACE2) reseptor pada
klorokuinsebagai tatalaksana dari Cov-19. sel manusia. reseptor ini berlimpah hadir pada
klorokuinbiasanya digunakan untuk mencegah paru-paru manusia dan epitel usus kecil, serta
dan mengobati malaria dan berkhasiat sebagai endotelium vaskular.
agen anti-inflamasi untuk pengobatan Diagnosis pada tahap ini dapat
rheumatoid arthritis dan lupus eritematosus. dikonfirmaasi menggunakan PCR, tes serum
Studi mengungkapkan bahwa obat ini juga untuk SARS-CoV-2 IgG dan IgM, bersama
memiliki potensi aktivitas antivirus spektrum dengan foto thorax, jumlah darah lengkapdan
luas dengan meningkatkan pH endosomal tes fungsi hati. Tes darah lengkap dapat
diperlukan untuk virus/sel fusi, serta mengungkapkan limfopenia dan neutrophilia
mengganggu dengan glikosilasi reseptor tanpa kelainan yang signifikan lainnya.
seluler SARS-CoV. 12Kegiatan anti-virus dan Pengobatan pada tahap ini terutama
anti-inflamasi klorokuin dapat ditargetkan terhadap bantuan simptomatik.
memperhitungkan efektivitas ampuh dalam Jika terapi anti-virus yang layak (seperti
mengobati pasien dengan COVID-19 remdesivir) terbukti bermanfaat digunakan
pneumonia.12 untuk meminimalkan penularan dan

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020 | 51


Celine Grace | Manifestasi Klinis dan Perjalanan Penyakit pada Pasien Covid-19

mencegah perkembangan keparahan. Pada penggunaan kortikosteroid dapat dibenarkan


pasien yang dapat menjaga virus terbatas dan juga dengan menggunakan inhibitor
pada tahap ini COVID-19, prognosis dan sitokin seperti tocilizumab (inhibitor IL-6) atau
pemulihan yang sangat baik.13-14 Anakinra (antagonis reseptor IL-1).15 intravena
Tahap II (moderat)- Keterlibatan paru imuno globulin (IVIG) juga dapat memainkan
dengan hipoksia. Pada tahap kedua penyakit peran dalam modulasi sistem kekebalan tubuh
paru yang terbentuk akibat penggandaan virus yang berada dalam keadaan hiperinflamasi.
dan peradangan lokal di paru. Selama tahap Secara keseluruhan, prognosis dan pemulihan
ini, pasien mengalami batuk, demam dan dari tahap kritis ini penyakit buruk.
mungkin hipoksia (didefinisikan sebagai Dilakukan uji klinis terapi antivirus baru-
PaO2/FiO2 dari < 300 mmHg). Pencitraan baru ini dilaporkan. 3 dari 199 pasien secara
dengan roentgenogram dada atau CT scan acak dialokasikan untuk agen antivirus
menggambarkan infiltrasi bilateral atau Lopinavir-ritonavir atau standar perawatan
opasitas ground glass. Tes darah menunjukkan dan rejimen ditemukan kurang efektif. Salah
meningkatnya limfopenia. Penanda satu alasannya adalah pasien sudah memasuki
peradangan sistemik meningkat, tetapi tidak tahap infeksi paru moderate saat mulai
begitu signifikan, pada tahap ini sebagian pengobatanpada penelitian ini, yang paling
besar pasien dengan COVID-19 akan perlu banyak menghasilkan hasil yang baik adalah
dirawat di rawat inap untuk pengamatan dan pada kondisi yang belum memasuki tahap
manajemen dekat. Pengobatan terutama akan stage II atau III. 16
terdiri dari tindakan suportif dan tersedia Transmisi manusia-ke-manusia dari
terapi anti-virus. Penggunaan kortikosteroid SARS-CoV-2 terjadi terutama antara anggota
pada pasien dengan COVID-19 dapat keluarga, termasuk kerabat yang akrab
dihindari.Namun, jika hipoksia terjadi dihubungi dengan pasien. Transmisi antara
kemudian, ada kemungkinan bahwa pasien healthcareworkers terjadi di 3,8% dari kasus
akan membutuhkan ventilasi mekanik dan COVID-19 pasien, kontak langsung dengan
dalam situasi itu, penggunaan terapi anti- hewan atau konsumsi hewan liar diduga
inflamasi seperti dengan kortikosteroid sebagai rute utama SARS-CoV-2. 17
mungkin berguna dan dapat bekerja dengan Penggandaan virus nCov-19 dan
baik. 14 pathogenesis nya didukung dengan temuan
Stadium III (berat) – Peradangan ACE2, biasanya ditemukan di bagian bawah
sistemik. Beberapa pasien COVID-19 akan saluran pernapasan manusia, yang uga dikenal
beralih ke tahap ketiga dan mwerupakan yang sebagai reseptor sel untuk SARS-
paling parah dari seluruh stadium yang CoV,18didapatkan dari cairan bronchoalveolar
memanifestasikan sebagai sindrom dari pasien COVID-19, Zhou et al. telah
hiperperadangan sistemik ekstra-paru. Pada mengkonfirmasi bahwa SARS-CoV-2
tahap ini, penanda peradangan sistemik menggunakan reseptor sel yang sama, ACE2,
tampak meningkat. Penelitian telah sebagai SARS-CoV.19setelah virus ditangkap
menunjukkan bahwa sitokin inflamasi dan oleh reseptormaka glikoprotein yang
biomarker seperti interleukin (Il)-2, Il-6, Il-7, mencakup dua sub-unit yaitu S1 dan S2
faktor granulosit-koloni merangsang, menjalankan tugasnya, yaitu S1 menentukan
makrofag protein inflamasi 1-α, tumor rentang virus-host fungsi utama domain,
nekrosis faktor-α, C-reaktif protein, feritin, sedangkan S2 menengahi fusi membran virus
dan D-dimer secara signifikan meningkat pada ke sel. 20Fusi pada membrane melalui cara
pasien dengan manifestasi yang lebih parah.14 pelepasan RNA genom virus ke dalam
troponin dan N-terminal Pro B-jenis sitoplasma, dan RNA yang uncoated
natriuretik peptida (NT-probnp) juga dapat menterjemahkan dua polypro-teins, pp1a dan
meningkat. Bentuk mirip dengan pp1ab. Lalu membentuk replikasi-transkripsi
hemophagocytic lymphohistiocytosis (sHLH) kompleks (RTC) di Double-membran vesikle.
dapat terjadi pada pasien di stadium lanjut Terus menerus RTC mensintesis dan bersarang
penyakit ini. Keterlibatan organ sistemik, di RNAs subgenomic yang menjadi protein
bahkan dapat terjadi selama tahap ini. Terapi aksesori dan protein struktural. Dilanjutkan
disesuaikan di tahap III. Dalam fase ini, dengan retikulum endoplasmic (ER) dan Golgi,

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020 | 52


Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

berukuran kecil sehingga pengangkutannya seperti penyakit jantung dan stroke, memiliki
oleh aliran udara lebih mudah dan kerentanan yang tinggi untuk memberikan
membebaskannnya dari adanya gaya graviasi. representasi klinis lebih buruk dibandingkan
Partikel berukuran kecil inilah sangat mudah pasien tanpa riwayat penyakit kardiovaskuler.
menyebar, seperti dalam satu ruangan, Berdasarkan data Chinese Center for Disease
ataupun dalam radius puluhan meter dari Control and Prevention, menunjukkan bahwa
orang positif COVID-19 sedang bersin dari studi klinis terhadap 44.672 kasus yang
ataupun batuk (Morawska & Cao, 2020). terkonfirmasi COVID-19, nilai Case Fatality
Maka dari itu, perlunya tindakan pencegahan Rate (CFR) yang dihasilkan dalam studi
berupa memaksimalkan penggunaan ventilasi, kohort menghasilkan nilai 6%, 7%, dan
menghindari adanya potensi resirkulasi udara, 10,5% untuk pasien COVID-19 dengan
serta meminimalkan jumlah orang dalam riwayat hipertensi, diabetes dan
suatu ruangan tertentu yang saling berbagi kardiovaskuler (Wu & McGoogan, 2020).
lingkungan yang sama. Perlu diketahui Tanda utama dari penyakit kardiovaskuler
bahwa, potensi penumpukan partikel yang yang menjadi penyebab peningkatan
diduga mengandung virus SARS-CoV-2 keparahan representasi klinis pada pasien
sangat tinggi pada fasilitas umum yang COVID-19 adalah adanya cedera jantung akut
memiliki kepadatan orang relatif besar. Di (acute cardiac injury). Cedera jantung akut
samping itu, di ruangan tersebut dinilai menjadi penanda prognostik negatif yang kuat
memiliki stabilitas virus SARS-CoV-2 yang pada pasien COVID-19. Pada pasien dengan
tinggi, sehingga proses penularan virus cedera jantung akut, terjadi peningkatan
kepada orang yang sehat dapat terjadi dengan troponin jantung beberapa kali lipat lebih
sangat mudah (Qian & Zheng, 2018). tinggi sehingga memperparah kondisi pasien
itu sendiri. Di samping itu, pada pasien
Kedua, ada tidaknya riwayat penyakit COVID-19 pula mengalami miokarditis virus
menahun. Berbagai penelitian terhadap orang (viral myocarditis) memiliki risiko kematian
positif COVID-19 telah memberikan hasil tinggi, dimana virus SARS-CoV-2 dapat
bahwa orang yang sedang mengidap penyakit memberikan cedera miokard langsung pada
menahun tidak hanya memiliki risiko lebih jantung dengan ditandai penemuan asam
tinggi untuk terinfeksi virus SARS-CoV-2, ribonukleat virus yang tinggi (Bansal, 2020).
tetapi juga memiliki risiko yang lebih tinggi Namun, perlu diketahui bahwa risiko
untuk meninggal setelah terinfeksi (Verity et kematian pada orang positif COVID-19 pula
al., 2020). Pada penderita diabetes, kadar gula akan meningkat apabila orang tersebut telah
darah yang tinggi dapat merusak sistem berusia lebih dari 60 tahun atau telah berusia
kekebalan tubuh seseorang. Semakin lemah tua (Haybar et al., 2020).
sistem kekebalan tubuh, semakin rendah
kemampuan melawan infeksi, seperti Ketiga, riwayat kondisi demam dengan suhu
COVID-19; dengan demikian, virus dapat 38°C, serta ada tidaknya gejala gangguan
menyebabkan lebih banyak kerusakan pada pernafasan. Adanya demam merupakan gejala
tubuh (Haybar, Kazemnia, & Rahim, 2020). yang umum ditemukan pada tahap awal
Secara spesifik, peningkatan risiko kematian pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2,
pada penderita diabetes serta hipertensi meskipun demam pula merupakan gejala
diduga disebabkan pula oleh peningkatan umum pada berbagai kasus infeksi lainnya. Di
ekspresi ACE2 (Angiotensin-Converting samping itu, ada tidaknya gangguan
Enzyme 2). Peningkatan ekspresi ACE2 pernapasan yang ditimbulkan pada pasien
mampu memudahkan virus SARS-CoV-2 COVID-19 berupa batuk serta dispnea (sesak
untuk berikatan dengan permukaan sel epitel napas). Dalam satu studi klinis, menunjukkan
dan masuk ke dalam sel inang (Ma & Holt, bahwa manifestasi klinis utama pada pasien
2020). COVID-19 meliputi demam (90% ataupun
lebih), batuk (sekitar 75%), dan dispnea
Berikutnya pada pasien COVID-19 dengan (hingga 50%) (Jiang et al., 2020). Maka dari
adanya riwayat penyakit kardiovaskuler, itu, dengan berbagai faktor risiko di atas,

497

Anda mungkin juga menyukai