Anda di halaman 1dari 36

Makalah Perekonomian Indonesia

“Industri dan Industrialisasi di Indonesia”


Dosen Pengampu : Riza Indriani. SE., M.Si

Oleh :

Erika Magdalena Situmorang 7182210008

Halima Tussakdiyah NST 7183210051

Josefina Ayu Sinaga 7183510024

Masria Sinaga 7181210014

May Sarah Siregar 7183510040

Ravika Duri Siregar 7183510028

Christopel Sirait 7173510014

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat-Nya yang
diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Perekonomian Indonesia ini dengan tepat waktu. Adapun isi dari makalah Perekonomian
Indonesia ini adalah tentang Industri dan Industrialisasi di Indonesia.

Harapan penulis semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam segala hal, dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan untuk dapat menyempurnakannya.

Medan, Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Industri 3

2.2 Kalsifikasi Industri 5

2.3 Konsep Industrialisasi 7

2.4 Dasar Teori/Argumentasi Industrialisasi 9

2.5 Strategi Industrialisasi 11

2.6 Tinjauan Historis 13

2.7 Kebijakan Pembangunan Industrialisasi Masa Depan 16

2.8 Industri Prospektif 19

BAB III PENUTUP 21

Kesimpulan 21

Daftar Pustaka 22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri merupakan suatu perubahan pembangunan perekonomian dari pedesaan dan


pertanian menjadi sektor industri yang memproduksi barang dan jasa. Pembangunan ekonomi ini
pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya transformasi struktural, yang merupakan proses
pergeseran pertumbuhan sektor produksi yang semula mengandalkan sektor primer (pertanian)
menuju sektor sekunder (industri) dan sektor jasa. Indsutri mencakup semua usaha dan kegiatan
di bidang ekonomi yang bersifat produktif. Industri merupakan suatu pengolahan dalam
melakukan kegiatan untuk mengubah barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan
sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, dalam hal ini termasuk kegiatan jasa
industri dan pekera perakitan (assembling). Industri memiliki pengaruh terhadap masyarakat,
yang akan menimbulkan berbagai akibat yang akan dirasakan oleh masyarakat dalam berbagai
bentuk yang berbeda. Dengan munculnya indutri-indutri baru akan berpengaruh besar terhadap
jumlah tenanga kerja. Akibat lain dari adanya industri yang dianggap buruk adalah timbulnya
polusi yang sering menimbulkan berbagai pendekatan baik dalam kalangan masyarakat, maupun
dalam kalangan industri sendiri. Serta meningkatnya jumlah penduduk, mobilitas semakin tinggi
dan biaya hidup semakin meningkat.

Proses indutrialisasi yang sebagian besar berlangsung di perkotaan mengakibatkan kota


kebanjiran imigran dari desa-desa dengan segala aspeknya. Perbedaan budaya antara desa, kota,
dan proses adaptasi mengakibatkan terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya masyarakat urban.
Dalam konteks industrialisasi, hubungan desa-kota bukan lagi hubungan administratif an sich,
melainkan sebagai transformasi budaya dan sosial. Indutrialisasi dianggap sebagai satu-satunya
jalan pintas untuk meretas nasib kemakmuran suatu negara secara lebih cepat dibandingkan
tanpa melalui proses tersebut. Dengan pegangan itulah, hampir semua negara di dunia ini telah
dan sedang menempuh strategi indutrialisasi tersebut, dengan beberapa karakteristik yang
berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Karena pararelisme antara jalannya
pembangunan dan strategi industrialisasi itulah, dalam perjalanannya dapat dikatakan pemaknaan
pembangunan hampir identik dengan industrialisasi sehingga di antara keduanya tidak
terpisahkan.

Industrialisasi bukanlah tujuan akhir dari pembangunan ekonomi, melainkan hanya salah satu
strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi untuk mencapai
tingkat pendapatan per kapita yang tinggi dan berkelanjutan. Meskipun pelaksanaan sangat
bervariasi antarnegara, periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan
struktur ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor
industri manufaktur dalam pembentukan PDB, permintaan konsumen, ekspor, dan kesempatan
kerja. Disisi lain dengan adanya industrialisasi akan menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-
nilai dan norma yang terjadi pada masyarakat. Industrialisasi secara tidak langsung akan
merubah suatu kondisi yang pada mulanya merupakan masyarakat tradisional ke masyarakat
modern. Hal ini karena modernisasi melibatkan perubahan pada hampir segala aspek tingkah
laku sosial, termasuk di dalamnya industrialisasi, urbanisasi, diferensiasi,
sekularisasi,sentralisasi, dan sebagainya.

Proses industrialisasi dapat merubah suatu perilaku sosial dalam masyarakat baik ke ranah
negatif maupun ke ranah yang positif, salah satu dampak dari adanya industrialisasi dapat
menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang pada remaja yang diakibatkan oleh adanya
perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Apa itu Pengertian Industri ?


b. Apa itu Kalsifikasi Industri ?
c. Apa itu Konsep Industrialisasi ?
d. Apa itu Dasar Teori/Argumentasi Industrialisasi ?
e. Apa itu Strategi Industrialisasi ?
f. Apa itu Tinjauan Historis ?
g. Apa itu Kebijakan Pembangunan Industrialisasi Masa Depan ?
h. Apa itu Industri Prospektif ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa itu Pengertian Industri


b. Untuk mengetahui apa itu Kalsifikasi Industri
c. Untuk mengetahui apa itu Konsep Industrialisasi
d. Untuk mengetahui apa itu Dasar Teori/Argumentasi Industrialisasi
e. Untuk mengetahui apa itu Strategi Industrialisasi
f. Untuk mengetahui apa itu Tinjauan Historis
g. Untuk mengetahui apa itu Kebijakan Pembangunan Industrialisasi Masa Depan
h. Untuk mengetahui apa itu Industri Prospektif
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Industri

Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk
sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses, produk akhir dan
konsumen akhir. Dalam arti yang lebih luas, industri merupakan kumpulan perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang yang positif dan tinggi (Kuncoro, 2007:
167)Sedangkan pengertian industri menurut Sandy (1985: 154) adalah usaha untuk memproduksi
barang dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar
sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan yang serendah mungkin tetapi
dengan mutu setinggi mungkin. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mengolah
barang dari bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi hingga barang jadi menjadi barang
yang siap digunakan dengan nilai yang lebih tinggi.

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah
jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri
tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 Tentang Perindustrian Pasal 1


menyebutkan bahwa industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
baku dan atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang
mempunyai nilai tambah atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk jasa industri.

Dalam istilah ekonomi, industri mencakup dua pengertian yaitu pengertian secara luas
dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan
kegiatan bidang ekonomi yang berifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri
adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan
tangan sehingga menjadi barang setengah jadi. Menurut Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan memanfaatkan
sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau
manfaat.
Perusahaan industri merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang industri
di wilayah Indonesia (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang kawasan industri). Suatu
perusahaan industri akan menghasilkan produk-produk yang memiliki ciri khas tersendiri dari
perusahaan tersebut untuk perkembangan dan pertumbuhannya dan perlindungan hukum bisa di
dapatkan dari hak-hak perusahaan terhadap produk industri yang di hasilkan. Dalam hal
mendirikan perusahaan ini tidak terlepas dari pengawasan pemerintah.
2.2 Klasifikasi Industri

Klasifikasi industri seperti yang dikutip dari Muhammad Faqih Mukhlisin memiliki beberapa
criteria yang dapat dibedakan menjadi:

a. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku

Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang
akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan,
industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam.
Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan dan industri hasil kehutanan.
2. Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain.
Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan dan industri kain.
3. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan
menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan,
angkutan dan pariwisata.

b. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat
orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari
anggota keluarga dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu
sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri
tempe/ tahu dan industri makanan ringan.
2. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang.
Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari
lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri
bata dan industri pengolahan rotan.
3. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99
orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja
memiliki keterampilan tertentu dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan
manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir dan industri keramik.
4. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri
industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk
kepemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan. Misalnya: industri tekstil,
industri mobil, industri besi baja dan industri pesawat terbang.
c. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan

Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu
pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau
digunakan secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri
makanan dan minuman.
2. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang
membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya:
industri pemintalan benang, industri ban, industri baja dan industri tekstil.
3. Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat
dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa
jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya:
industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan dan industri pariwisata.

d. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi unit usaha

Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri.
Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan
mendekati daerah persebaran konsumen.
2. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry), yaitu industri
yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki
banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
3. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang
didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan
Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan
sumber pospat dan amoniak) dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan
kilang minyak).
4. Industri berorientasi pada bahan baku (materials oriented industry), yaitu industri yang
didirikan di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan
dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut dan
industri gula berdekatan lahan tebu.
5. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu industri
yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana
saja, karena bahan baku, tenaga kerja dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di
mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.
e. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan

Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi lainnya.
Misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin dan industri percetakan.
2. Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi.
Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan dan industri minuman.

f. Klasifikasi industri berdasarkan subjek pengelola

Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat, misalnya:
industri meubeler, industri makanan ringan dan industri kerajinan.
2. Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang dikenal
dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri pupuk, industri baja, industri
pertambangan, industri perminyakan dan industri transportasi.

g. Klasifikasi industri berdasarkan cara pengorganisasian

Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: modal,
tenaga kerja, produk yang dihasilkan dan pemasarannya. Berdasarkan cara
pengorganisasiannya, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil, teknologi
sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya
masih sederhana dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). Misalnya:
industri kerajinan dan industri makanan ringan.
2. Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif besar, teknologi
cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap
dan lokasi pemasarannya relatif lebih luas (berskala regional). Misalnya: industri bordir,
industri sepatu dan industri mainan anak-anak.
3. Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi
canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil,
pemasarannya berskala nasional atau internasional. Misalnya: industri barang-barang
elektronik, industri otomotif, industri transportasi dan industri persenjataan.
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai
berikut:

a. Aneka Industri (AI)

Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam barang


kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:

1. Industri tekstil, misalnya: benang, kain dan pakaian jadi.


2. Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, mesin jahit,
televisi dan radio.
3. Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obat-obatan dan
pipa.
4. Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan
makanan kemasan.
5. Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis, dan
marmer.

b. Industri Kecil (IK)

Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan
teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri
kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).

2.3 Konsep Industrilisasi

Pembangunan ekonomi dimaknai sebagai pertumbuhan ekonomi yang berlangsung


secara berkesinambungan sehingga menghasilkan transformasi structural dalam perekonomian.
Sedangkan John W. Mellor mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang
dengannya perekonomian diubah dari apa yang sebagian besarnya pedesaan dan pertanian
menjadi sebagian besar perkotaan, industry dan jasa-jasa dalam komposisinya. Dalam makna
yang hampir sama, pembangunan ekonomi merujuk pada pertumbuhan ekonomi yang disertai
peralihan distribusi output dan struktur ekonomi. Dari perspektif tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa inti dari pembangunan ekonomi adalah adanya pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan transformasi struktural adalah pergeseran pertumbuhan sector produksi dari


mengandalkan sektor primer (pertanian) menuju sektor sekunder (industri) dan kemudian ke
sektor jasa. Pandangan tersebut dipelopori oleh Colin Clark dan Simon Kuznets. Clark
menggambarkan proses pertumbuhan ekonomi dalam kerangka perubahan proporsional yang
besar menuju produksi sekunder serta peningkatan yang layak dalam produksi tersier, dengan
sebutan khas modernisasi ekonomi. Jika sebuah negara telah mencapai tahapan sektor industri
inilah, maka negara tersebut dianggap telah mengalami tahap industrialisasi. Dalam hal ini
transformasi struktural diharuskan, karena dipandang sektor primer tidak memiliki nilai tambah
(value added) yang tinggi serta nilai tukar (term of trade) yang rendah.

Menurut pendekatan ini, industrialisasi dianggap sebagai proses pertumbuhan ekonomi


dalam wujud akselerasi investasi dan tabungan. Jika tingkat tabungan cukup tinggi, maka
kemampuan sebuah negara untuk mengadakan investasi juga meningkat sehingga target
pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja lebih mungkin digapai secara cepat.
Sebaliknya, jika tingkat tabungan yang dihimpun tidak memadai untuk mengejar target investasi
yang dibutuhkan, maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonomi tidak tercapai sekaligus
meniadakan penyerapan tenaga kerja.

Dalam menjelaskan proses industrialisasi, model neoklasik agak berpendapat lain.


Tokoh-tokohnya seperti W. Arthur Lewis dan Hollis Chenery, lebih menekankan perhatiannya
kepada mekanisme yang memungkinkan perekonomian negara terbelakang mentransformasikan
struktur perekonomian dalam negeri mereka dari sesuatu yang berat ke pertanian tradisional,
untuk mencukupi kebutuhan sendiri, kepada sesuatu perekonomian yang lebih modern, lebih
mengarah ke kota dan lebih beraneka di bidang industri dan jasa. Jadi model neoklasik lebih
memusatkan bagaimana ”mekanisme” perubahan struktural tersebut terjadi. Untuk itu, piranti
analisa yang dipakai banyak menggunakan teori neoklasik tentang harga dan alokasi
sumberdaya, serta model-model ekonometrik.

Dalam sudut pandang ini, yang terpenting dari sebuah industrialisasi bukannya
pergeseran aktivitas ekonomi maupun jumlah investasi yang berhasil diakumulasi, melainkan
yang lebih ditekankan adalah apakah pada saat yang bersamaan faktor-faktor lain yang terlibat
dalam proses tersebut juga ikut bergeser. Faktor-faktor tersebut meliputi tenaga kerja, modal dan
kontribusinya terhadap pendapatan nasional.

Pada dekade 1980-an, pandangan mengenai pemaknaan industrialisasi di atas mendapat


kritik dari Joan Robinson (ekonom dari Cambridge University), Cohen dan Zysman (ekonom
dari California University). Ketiganya mengemukakan argumentasi bahwa transformasi ekonomi
hendaklah dipahami dan diinterpretasikan bukan hanya dalam konteks pergeseran struktural dari
sektor pertanian ke sektor manufaktur dan kemudian ke sektor jasa. Tahap-tahap transformasi
hendaklah dipahami dalam pergeseran proses dinamika yang terjadi dalam sektor pertanian dan
sektor-sektor pendukungnya. Dan kegiatan-kegiatan pendukung ini hendaklah dilihat apakah
mempunyai kaitan dengan sektor pertanian. Secara spesifik, ekonom Cambridge tersebut telah
meletakkan sektor pertanian sebagai pondasi pembangunan dan sektor industry sebagai motor
pembangunan dengan saling keterkaitan yang kukuh. Sebagai motor pembangunan, sektor
industri merupakan offshoot dari sektor pertanian.
Pandangan terakhir ini sesungguhnya sangat cocok dan memadai untuk melihat kasus
Indonesia mengingat karakteristik potensi sektor basis yang dimiliki, yakni sector pertanian.
Dengan economic endowment di sektor pertanian, maka seharusnyalah industrialisasi yang
dijalankan distimulus dan didasarkan pada sektor tersebut sehingga tidak akan mengganggu
kondisi ketenagakerjaan. Jika model industrialisasi ini yang ditempuh, maka dua hal penting
segera akan dicapai; di satu sisi akan diperoleh tingkat pertumbuhan ekonomi yang memadai dan
di sisi lainnya jumlah tenaga kerja yang dapat terlibat dalam proses industrialisasi sangat banyak.
Dengan begitu adanya proses industrialisasi yang diakselerasi di Indonesia tidak akan
menimbulkan banyak masalah seperti yang terjadi di banyak negara, misalnya pengangguran dan
ketimpangan pendapatan.

Berdasarkan pandangan semacam itu, maka paling tidak transformasi ekonomi bisa
dikarakteristikkan dalam dua hal. Pertama, sektor pertanian harus terus mengalami dinamika
internal (berupa produktivitas yang terus meningkat) dan menjadi basis bagi sektor industri yang
akan dikembangkan. Kedua, sektor industri yang dikembangkan mempunyai saling keterkaitan
dengan sektor pertanian, di mana keterkaitan sector industri dan pertanian yang didinamisasikan
secara luar biasa merupakan kunci bagi pertumbuhan sektor manufaktur.

Di samping konsep-konsep di atas, para ekonom sendiri memiliki


kesepakatankesepakatan mendasar guna mengetahui kecenderungan telah terjadinya proses
industrialisasi di suatu negara. Dalam model konvensional tersebut, karakterisrik industrialisasi
biasanya diukur dengan lima indikator. Pertama, pertumbuhan ekonomi meningkat melebihi
pertumbuhan penduduk. Kedua, share sektor primer menurun. Ketiga, share sector sekunder
meningkat. Keempat, share sektor jasa lebih kurang konstan sehingga sebuah negara menjadi
negara industri baru. Kelima, konsumsi pangan menurun. Implikasinya, di sisi produksi peran
sektor primer berkurang dan di sudut permintaan peran faktor konsumsi berkurang.

2.4 Dasar Teori / Argumentasi Industrilisasi

Dalam implementasinya ada empat argumentasi basis teori yang melandasi suatu kebijakan
industrialisasi, yaitu:

a. Keunggulan kompraratif. Negara-negara yang menganut basis teori keunggulan


komparatif (comparative advantage) akan mengembangkan sub sektor atau jenis-
jenis industri yang memiliki keunggulan komparatif baginya.
b. Keterkaitan industrial. Negara-negara yang bertolak dari keterkaitan industrial
(industrial linkage) akan lebih mengutamakan pengembangan bidang-bidang
industri yang paling luas mengait perkembangan bidang-bidang kegiatan atau
sektor-sektor ekonomi lain.
c. Penciptaan kesempatan kerja. Negara yang industrialisasinya dilandasi
argumentasi penciptaan lapangan kerja (employment creator) niscaya akan lebih
memprioritaskan pengembangan industri-industri yang paling banyak tenaga
kerja. Jenis industri yang dimajukan bertumpu pada industri-industri padat karya
dan industri-industri kecil.

d. Loncatan teknologi. Negara-negara yang menganut argumentasi loncatan


tekhnologi (tekhnologi jump) percaya bahwa industri-industri yang menggunakan
tekhnologi tinggi (hitech) akan memberikan nilai tambah yang sangat best,
diiringi dengan kemajuan bagi tekbologi bagi industri-industri dan sektor lain.

Masing-masing teori diatas memiliki kelebihan dan kekurangan. Teori keunggulan


komparatif kelebihannya dalam hal efisien alokasi sumber daya demean mengembangkan
industri-industri yang secara komparatif unggul. Sumber daya ekonomi akan teralokasi ke
penggunaan yang paling menguntungkan kelebihannya terletak pada pendekatannya yang
menyadarkan pada sisi produk yang memiliki keunggulan komparatif boleh jadi barang yang
kurang diminati konsumen, sehingga meskipun efisien diproduksi. Mungkin sulit dipasarkan.

Teori keterkaitan industrial sangat peduli akan kemungkinan-kemungkinan


berkembangnya sektor lain, yaitu terletak pada keterkaitannya kedepan (forward linkage).
Maupun keterkaitan kebelakang (backward linkage). Sektor industrial diharapkan bisa berperan
sebagai motor penggerak perkembangan sektor lain. Kelemahan teori ini kurang memperlihatkan
pertimbangan efisiensi. Industri yang dikembangkan memiliki kaitan luas. Sehingga
diprioritaskan, dan boleh jadi merupakan industri-industri yang memerlukan modal besar atau
menyerap banyak devisa, atau industri yang tidak memiliki keunggulan komparatif.

Teori penciptaan kesempatan kerja unggul karena titik tolaknya yang sangat manusiawi.
Dengan menempatkan manusia sebagai subyek (bukan objek) pembangunan. Teori ini sangat
populis dan cocok bagi negara-negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk dalam
jumlah besar. Namun industri-industri yang dikembangkan berdasarkan penciptaan kesempatan
kerja, mungkin saja industriindustri yang tidak memiliki kaitan luas dengan sektor-sektor lain.
Sehingga tidak dapat berperan sebagai sektor yang memimpin (leading sector).

Teori loncatan tekhnologi merupakan pandangan bare dalam jajaran teori industrialisasi.
Kekuatan teori ini terletak pada optimisme tekhnologi, bahwa pengembangan industry
berteknologi tinggi akan memacu kemajuan teknologi di sektor-sektor lain. Kelemahannya teori
ini ”tidak perlu biaya”, tidak menghiraukan masalah ketersediaan modal, sehingga potensial
boros devisa. Selain itu, teori ini juga kurang peduli akan kesiapan kultur masyarakat dalam
menghadapi loncatan teknologi yang dikembangkan.
2.5 Srategi Industrialisasi
Terdapat tiga pemikiran strategi industrialisasi yang berkembang di Indonesia, dimana ketiganya
pernah diaplikasikan secara tersendiri maupun bersama- sama yakni antara lain sebagai berikut :
1. Strategi industrialisasi yang mengembangkan industri–industri yang berspektrum luas (broad- based
industry), seperti industri elektronik, tekstil, otomotif, dll. Argumentasi rasionalnya adalah bahwa
Indonesia memiliki beberapa keunggulan yang memadai seperti tenaga kerja murah dan sumber daya
alam, sehingga negara-negara maju tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Selain itu, dalam jangka
panjang Indonesia mengambil pelajaran dan teknologi dari industri-industri asing tersebut.
2. Strategi industrialisasi yang mengutamakan industri-industri berteknologi canggih berbasis impor
(hi-tech industry), seperti industri pesawat terbang, industri peralatan, dan senjata militer, industri
kapal, dll. Argumentasi rasionalnya adalah bahwa pendekatan ini merupakan cara agar peningkatan
pertumbuhan ekonomi tetap terjaga dalam jangka panjang, karena relatif menghasilkan nilai tambah
yang besar. Apabila mengandalkan sektor primer, nilai tambahnya kecil dan juga mudah disaingi oleh
pihak asing.

3. Industri hasil pertanian (agroindustry) berbasis dalam negeri dan merupakan kelanjutan
pertanian. Argumentasinya adalah bahwa industrialisasi akan berjalan apabila disandarkan
pada keunggulan di negara bersangkutan.

Reindustrialisasi, adaptasi teknologi, digitalisasi, transformasi ekonomi, pemulihan pasca Covid-


19, pertumbuhan berkelanjutan, negara pendapatan tinggi, penciptaan lapangan kerja,
produktivitas, akumulasi knowledge dan knowhow, adaptasi, dinamika perekonomian global
pasca Covid-19.

Indonesia sedang mengalami perlambatan pertumbuhan industri yang ditandai dengan


pertumbuhan sektor industri yang lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam
suatu proses transformasi ekonomi, perlambatan pertumbuhan di sektor sekunder (industri)
umumnya akan diiringi dengan peningkatan di sektor tersier (jasa). Akan tetapi, sumber
pertumbuhan di sektor jasa Indonesia masih bertumpu pada sektor jasa yang bernilai tambah
rendah, informal, dan tidak melibatkan tenaga kerja dengan keterampilan tinggi.

Pada saat yang sama, pandemi Covid-19 telah mempengaruhi jalur transformasi ekonomi di
Indonesia sehingga diperlukan strategi yang berbeda untuk merespons berbagai tantangan
sehingga perekonomian mampu pulih dan tumbuh lebih baik dibandingkan periode sebelum
pandemi Covid-19. Sektor industri harus tetap menjadi pendorong utama perekonomian
Indonesia karena menawarkan peluang besar bagi penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih
produktif yang memfasilitasi terjadinya proses akumulasi knowledge dan knowhow bagi tenaga
kerja serta masyarakat secara keseluruhan. Strategi industrialisasi yang dilaksanakan ke depan
harus adaptif terhadap tantangan sekaligus peluang yang ditimbulkan pada kondisi tidak terduga,
seperti pandemi Covid-19, untuk mewujudkan transformasi ekonomi yang lebih baik.

Reindustrialisasi, adaptasi teknologi, digitalisasi, transformasi ekonomi, pemulihan pasca Covid-


19, pertumbuhan berkelanjutan, negara pendapatan tinggi, penciptaan lapangan kerja,
produktivitas, akumulasi knowledge dan knowhow, adaptasi, dinamika perekonomian global
pasca Covid-19.

1. Praktik terbaik industrialisasi dan reindustrialisasi di berbagai negara. Termasuk


pengaruh dari perkembangan teknologi, digitalisasi dan perubahan pola rantai pasok
global.
2. Strategi transformasi ekonomi yang bertahap dan andal.
3. Strategi pemulihan ekonomi pasca Covid-19 dan peningkatan pertumbuhan ekonomi
secara berkelanjutan melalui industrialisasi.
4. Visi negara pendapatan tinggi dan cara mencapainya melalui industrialisasi.
5. Kapasitas industri dalam penciptaan lapangan kerja yang layak secara berkelanjutan dan
mementingkan keberlanjutan lingkungan.
6. Produktivitas sebagai faktor utama pertumbuhan industri dan transformasi ekonomi.
7. Akumulasi knowledge dan knowhow sebagai modal menjadi negara industri maju.
8. Keunikan perekonomian Indonesia sebagai modal menjadi negara industri maju.
9. Kapasitas adaptasi industri dalam menghadapi dinamika perekonomian global
2.6 Tinjauan Historis Strategi Dan Kebijakan Pembangunan Industry Di Indonesia
(Program Revitalisasi Industry)

a. Kebijakan industri indonesai sebelum krisis moneter(1967-1997)

Pemerintahan orde baru melakukan perubahan-perubahan besar dalam kebijakan


perindustrian.Keadaan semakin baik dengan berhasilnya kebijakan stabilitas di tingkat makro
dan dilaksanakannya kebijakan berbagai bidang.Ada tiga aspek kebijakan ekonomi orde baru
yang menimbulkan iklim lebih baik bagi pertumbuhan sektor industri ketiga aspek tersebut
adalah:

1. Dirombaknya sistem devisa sehingga transaksi luar negeri menjadi lebih bebas dan lebih
sederhana
2. Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan negara,dan
kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor swasta bersama-sama
dengan sektor BUMN.
3. Diberlakukannya undang-undang penanaman modal asing(PMA) sebagai akibat
kebijakan ini,indonesia membuka kemungkinan pertumbuhan industri dengan landasan
yang luas.Sehigga pada tahun 1970 industri-industri utama sektor modren meningkat
dengan pesat.

b. Kebijakan industri indonesia setelah krisis moneter(1997-2004)

Langkah yang diterapkan setelah terjadinya krisis moneter ssampai dengan sekarang
adalah program Revitalisasi,Konsolidasi dan Restrukturasi industri.Kebijakan ini ditempuh
dengan tujuan untuk mengembalikan kinerja industri yang terpuruk akibat goncangan krisi
ekonomi yang berkelanjutan dengan krisis multi dimensi.Industri-industri yang direvitalisasi
adalah industri yang memperkerjakan banyak tenaga kerja serta yang memiliki kemampuan
ekspor.
Beberapa kebijakan yang dilakukan pada saat krisis moneter sampai sekarang yaitu:

1. Kontribusi industri terhadap ekonomi

2. Pertumbuhan industri

3. Struktur industri

4. Penciptaan lapangan kerja

5. Persebaran Lokasi dan Konsentrasi Pertumbuhan Industri

6. Struktur Industri menurut Pelaku dan Skala Usaha

c. Kebijakan industri indonesia periode 2004-2009

Pemerintahan mulai menerapkan rencana pembangunan jangka panjang (RMP) periode


25 tahunan yang dimulai pada tahun 2004 dengan industri manufaktur sebagai dasarnya.Sektor
industri ini keberadaannya sangat tergantung pada ketersediaan sumber daya alam(SDA) dan
(SDM) yang tidak terampil.Kedepannya industri ini perlu direstrikturasikan dan diperkuat
kemampuaannya sehingga mampu menjadi industri kelas dunia

Dalam jangka panjang pengembangan industri diarahkan pada penguatan daya saing,pendalaman
rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring industri
dalam format klaster yang sesuai pada kelompok industri:

1. Industri agro

2. Industri alat angkut

3. Industri telematika

4. Basis industri manufaktur

5. Industri kecil dan menengah tertentu

Sesuai dengan rencana pembangunan jangka menengah nasional(peraturan Presiden


No.7/2005),fokus pembangunan indutri pada jangka menengah (2004-2009) adalah penguatan
dan penumbuhan klaster-klaster industri inti yaitu:
1. Industri makanan dan minuman

2. Industri pengolah hasil laut

3. Industri alas kaki


4. Industri kelapa sawit

5. Industri barang kayu

6. Industri karet dan barang karet

7. Industri pulp dan kertas

8. Industri mesin listrik dan peralatan listrik

9. Industri petrokimia

d. Kebijakan industry 2015-2019 dan 2020-2024


1. tahap I (2015-2019) prinsip kebijakan industry harus mendorong pertumbuhan
industry serta peningkatan daya saing industry nasional yaitu:
 meningkatkan nilai tambah sumber daya alam pada industri hulu berbasis agro, mineral
dan migas, yang diikuti dengan pembangunan industri pendukung dan andalan secara
selektif melalui penyiapan sumber daya manusia yang ahli dan kompeten di bidang
industri,
 meningkatkan penguasaan teknologi.
 Pelaksanaan pembangunan industri dalam bentuk pengembangan sumber daya industri,
pengembangan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan industri, pengembangan
industri prioritas dan industri kecil dan industry menengah,
 pengembangan perwilayahan industri dan fasilitas fiskal dan nonfiskal

Tahap II (2020 – 2024) diarahkan pada pencapaian keunggulan kompetitif dan berwawasan
lingkungan melalui penguatan struktur industri dan penguasaan teknologi, yaitu:
 Penguatan Struktur Industri Dilaksanakan Melalui: perbaikan alur aliran material,
mendesain ulang zona industri, akomodasi standard sustainability, pemberdayaan
Industri Kecil Menengah (IKM), membangun infrastruktur digital nasional, menarik
investasi asing, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pembentukan
ekosistem inovasi, dan menerapkan insentif investasi teknologi.
 Penguasaan Teknologi

 Peningkatan Kualitas SDM

Sejalan dengan fokus Kebijakan Industri Nasional 2020 – 2024 serta dalam menghadapi era
Making Indonesia 4.0, Kementerian Perindustrian telah meluncurkan inisiatif Making
Indonesia 4.0 yang bertujuan untuk mempersiapkan Indonesia menjadi sepuluh besar ekonomi
dunia pada tahun 2030 melalui pencapaian tiga aspirasi utama yaitu peningkatan porsi net-
ekspor menjadi 10% dari nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara
pada periode tertentu (PDB), dua kali rasio produktivitas tenaga kerja terhadap biaya, serta
peningkatan porsi pengeluaran litbang menjadi 2 (dua) persen terhadap PDB. Dan Pencapaian
dilakukan melalui fokus 5 sub-sektor manufaktur
1.industri makanan dan minuman
2.industri teksil/pakaian jadi
3.industri otomotif
4. industry kimia
5.industri elektronik

2.7 Kebijakan pembangunan industri indonesia di masa depan


Di masa depan Arah rencana pembangunan industri nasional adalah menjadikan Indonesia sebagai
Negara Industri Tangguh yang bercirikan struktur industri nasional yang kuat dan dalam, berdaya
saing tinggi di tingkat global, serta berbasis inovasi dan teknologi.
Karakteristik Industri Nasional Tahun 2035 memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Industri manufaktur kelas dunia (world class manufacturing), yang memiliki basis industri yang
kuat dengan kondisi:
a. tumbuh dan berkembangnya industri manufaktur dengan berbasis sumber daya nasional;
b. terbangunnya modal dasar dan prasyaratpembangunan industri; dan
c. terbentuknya daya saing yang kuat di pasar internasional.
2. Struktur industri yang kuat sebagai motor penggerak utama (prime mover) perekonomiandengan
ciri sebagai berikut:
a. mempunyai kaitan (linkage) yang kuat dan sinergis antarsubsektor industri dan dengan berbagai
sektor ekonomi lainnya;
b. memiliki kandungan lokal yang tinggi;
c. menguasai pasar domestik;
d. memiliki produk unggulan industri masa depan;
e. dapat tumbuh secara berkelanjutan;dan
f. mempunyai daya tahan (resilience) yang tinggi terhadap gejolak perekonomian dunia.
3. Sinergitas yang kuat antaraindustri kecil, menengah, dan besar yang menjalankan perannya
sebagai sebuah rantai pasok (supply chain). Sinergitas tersebut harus dibangun melalui hubungan
yang saling menguntungkan dan saling membutuhkan antarskala usaha sektor industri secara
nasional.
4. Peran dan kontribusi industri manufaktur yang semakin penting dalam ekonomi nasional sebagai
tumpuan bagi penciptaan lapangan kerja, penciptaan nilai tambah, penguasaan pasar domestik,
pendukung pembangunan berkelanjutan, dan menghasilkan devisa.

2.8 Industri Prospektif(Indikator/Pengukuran Daya Saing Industri)


A.Pengertian industry prospektif
Industri prospektif adalah industri yang menjanjikan untuk dikembangkan lebih lanjut. Salah satu
indikasi suatu industri dikatakan berprospek apabila industri tersebut menambah pemasukan
daerah dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
B. Ukuran indikator industry prospektif
 Potensi penjualan/keuntungan
 Konstribusi terhadap pembagunan daerah
 Inter indusri linkage
C. Daya Saing Industri
Daya saing adalah suatu konsep mekanisme untuk mempertimbangkan sekelompok indikator
luar negeri yang menekankan pada kinerja relatif antar negara. Daya saing tersebut dapat
dipengaruhi secara bersamaan oleh banyak faktor, yang menurut sifatnya (endogen/bisa
dikontrol dan eksogen/tidak bisa dikontrol) bisa dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni
faktor-faktor di sisi permintaan dan faktor-faktor di sisi penawaran yang kemudian disebut
sebagai faktor-faktor penentu daya saing di tingkat makro.

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing sektor industri prioritas
Indonesia dilihat dari beberapa variabel, yaitu harga ekspor sektor industri prioritas,
produktivitas tenaga kerja pada daya saing tersebut adalah:

1. Daya Saing: merupakan hasil olah dari nilai ekspor sektor industri prioritas Indonesia
terhadap total ekspor Indonesia yang selanjutnya dibandingkan dengan nilai ekspor
sektor industri prioritas ASEAN terhadap total nilai ekspor ASEAN.
2. Harga Ekspor Sektor Industri Prioritas Indonesia: diperoleh dari hasil pembagian antara
nilai ekspor sektor industri prioritas tersebut ke ASEAN secara keseluruhan dengan
volume ekspor sektor industri prioritas tersebut ke ASEAN pada periode yang sama.
Variabel ini menggambarkan harga sektor industri prioritas Indonesia yang diterima oleh
konsumen pada harga dunia di tingkat tertentu. Harga ekspor juga merefleksikan biaya
produksi yang dikeluarkan oleh produsen karena harga yang dikeluarkan oleh produsen
merupakan harga pembelian input perusahaan eksportir untuk menghasilkan produk-
produk yang diekspor, sehingga juga menentukan harga ekspornya.
3. Produktivitas Tenaga Kerja: adalah kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan
barang produksi, yang dihitung berdasarkan rasio output dengan jumlah tenaga kerja
yang dibayar.
4. Penambahan Modal Tetap: merupakan nilai penambahan modal tetap (fix capital) yang
mencakup pembelian/penambahan, pembuatan dan perbaikan besar barang modal tetap
(barang modal yang dapat digunakan dalam jangka panjang, lebih dari satu tahun yang
digunakan dalam proses produksi atau kegiatan usaha, seperti tanah, gedung, mesin,
kendaraan, dan sebagainya).
5. Nilai Tukar Riil (Rupiah terhadap Dollar): nilai yang digunakan saat menukar barang
dari suatu negara dengan barang dari negara lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi
menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam istilah ekonomi, industri mencakup dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan
pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan
kegiatan bidang ekonomi yang berifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri
adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan
tangan sehingga menjadi barang setengah jadi. Perusahaan industri merupakan badan usaha
yang melakukan kegiatan di bidang industri. Suatu perusahaan industri akan menghasilkan
produk-produk yang memiliki ciri khas tersendiri dari perusahaan tersebut untuk perkembangan
dan pertumbuhannya dan perlindungan hukum bisa di dapatkan dari hak-hak perusahaan
terhadap produk industri yang di hasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.hestanto.web.id/pengertian-industri/ http://etheses.iainkediri.ac.id/252/3/BAB
%20II.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/37047-ID-industrialisasi-di-indonesia- menuju-
kemitraan-yang-islami.pdf

rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/35482/industri-dan- industrialisasi.pdf

Anda mungkin juga menyukai