Oleh :
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat-Nya yang
diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Perekonomian Indonesia ini dengan tepat waktu. Adapun isi dari makalah Perekonomian
Indonesia ini adalah tentang Industri dan Industrialisasi di Indonesia.
Harapan penulis semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam segala hal, dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan untuk dapat menyempurnakannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 3
Kesimpulan 21
Daftar Pustaka 22
BAB I
PENDAHULUAN
Industrialisasi bukanlah tujuan akhir dari pembangunan ekonomi, melainkan hanya salah satu
strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi untuk mencapai
tingkat pendapatan per kapita yang tinggi dan berkelanjutan. Meskipun pelaksanaan sangat
bervariasi antarnegara, periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan
struktur ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor
industri manufaktur dalam pembentukan PDB, permintaan konsumen, ekspor, dan kesempatan
kerja. Disisi lain dengan adanya industrialisasi akan menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-
nilai dan norma yang terjadi pada masyarakat. Industrialisasi secara tidak langsung akan
merubah suatu kondisi yang pada mulanya merupakan masyarakat tradisional ke masyarakat
modern. Hal ini karena modernisasi melibatkan perubahan pada hampir segala aspek tingkah
laku sosial, termasuk di dalamnya industrialisasi, urbanisasi, diferensiasi,
sekularisasi,sentralisasi, dan sebagainya.
Proses industrialisasi dapat merubah suatu perilaku sosial dalam masyarakat baik ke ranah
negatif maupun ke ranah yang positif, salah satu dampak dari adanya industrialisasi dapat
menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang pada remaja yang diakibatkan oleh adanya
perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat.
Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk
sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses, produk akhir dan
konsumen akhir. Dalam arti yang lebih luas, industri merupakan kumpulan perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang yang positif dan tinggi (Kuncoro, 2007:
167)Sedangkan pengertian industri menurut Sandy (1985: 154) adalah usaha untuk memproduksi
barang dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar
sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan yang serendah mungkin tetapi
dengan mutu setinggi mungkin. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mengolah
barang dari bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi hingga barang jadi menjadi barang
yang siap digunakan dengan nilai yang lebih tinggi.
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah
jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri
tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Dalam istilah ekonomi, industri mencakup dua pengertian yaitu pengertian secara luas
dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan
kegiatan bidang ekonomi yang berifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri
adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan
tangan sehingga menjadi barang setengah jadi. Menurut Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan memanfaatkan
sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau
manfaat.
Perusahaan industri merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang industri
di wilayah Indonesia (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang kawasan industri). Suatu
perusahaan industri akan menghasilkan produk-produk yang memiliki ciri khas tersendiri dari
perusahaan tersebut untuk perkembangan dan pertumbuhannya dan perlindungan hukum bisa di
dapatkan dari hak-hak perusahaan terhadap produk industri yang di hasilkan. Dalam hal
mendirikan perusahaan ini tidak terlepas dari pengawasan pemerintah.
2.2 Klasifikasi Industri
Klasifikasi industri seperti yang dikutip dari Muhammad Faqih Mukhlisin memiliki beberapa
criteria yang dapat dibedakan menjadi:
Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang
akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan,
industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam.
Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan dan industri hasil kehutanan.
2. Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain.
Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan dan industri kain.
3. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan
menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan,
angkutan dan pariwisata.
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat
orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari
anggota keluarga dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu
sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri
tempe/ tahu dan industri makanan ringan.
2. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang.
Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari
lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri
bata dan industri pengolahan rotan.
3. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99
orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja
memiliki keterampilan tertentu dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan
manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir dan industri keramik.
4. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri
industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk
kepemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan. Misalnya: industri tekstil,
industri mobil, industri besi baja dan industri pesawat terbang.
c. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan
1. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu
pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau
digunakan secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri
makanan dan minuman.
2. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang
membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya:
industri pemintalan benang, industri ban, industri baja dan industri tekstil.
3. Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat
dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa
jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya:
industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan dan industri pariwisata.
Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri.
Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan
mendekati daerah persebaran konsumen.
2. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry), yaitu industri
yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki
banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
3. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang
didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan
Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan
sumber pospat dan amoniak) dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan
kilang minyak).
4. Industri berorientasi pada bahan baku (materials oriented industry), yaitu industri yang
didirikan di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan
dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut dan
industri gula berdekatan lahan tebu.
5. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu industri
yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana
saja, karena bahan baku, tenaga kerja dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di
mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.
e. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan
1. Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi lainnya.
Misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin dan industri percetakan.
2. Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi.
Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan dan industri minuman.
1. Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat, misalnya:
industri meubeler, industri makanan ringan dan industri kerajinan.
2. Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang dikenal
dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri pupuk, industri baja, industri
pertambangan, industri perminyakan dan industri transportasi.
Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: modal,
tenaga kerja, produk yang dihasilkan dan pemasarannya. Berdasarkan cara
pengorganisasiannya, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil, teknologi
sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya
masih sederhana dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). Misalnya:
industri kerajinan dan industri makanan ringan.
2. Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif besar, teknologi
cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap
dan lokasi pemasarannya relatif lebih luas (berskala regional). Misalnya: industri bordir,
industri sepatu dan industri mainan anak-anak.
3. Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi
canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil,
pemasarannya berskala nasional atau internasional. Misalnya: industri barang-barang
elektronik, industri otomotif, industri transportasi dan industri persenjataan.
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai
berikut:
Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan
teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri
kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
Dalam sudut pandang ini, yang terpenting dari sebuah industrialisasi bukannya
pergeseran aktivitas ekonomi maupun jumlah investasi yang berhasil diakumulasi, melainkan
yang lebih ditekankan adalah apakah pada saat yang bersamaan faktor-faktor lain yang terlibat
dalam proses tersebut juga ikut bergeser. Faktor-faktor tersebut meliputi tenaga kerja, modal dan
kontribusinya terhadap pendapatan nasional.
Berdasarkan pandangan semacam itu, maka paling tidak transformasi ekonomi bisa
dikarakteristikkan dalam dua hal. Pertama, sektor pertanian harus terus mengalami dinamika
internal (berupa produktivitas yang terus meningkat) dan menjadi basis bagi sektor industri yang
akan dikembangkan. Kedua, sektor industri yang dikembangkan mempunyai saling keterkaitan
dengan sektor pertanian, di mana keterkaitan sector industri dan pertanian yang didinamisasikan
secara luar biasa merupakan kunci bagi pertumbuhan sektor manufaktur.
Dalam implementasinya ada empat argumentasi basis teori yang melandasi suatu kebijakan
industrialisasi, yaitu:
Teori penciptaan kesempatan kerja unggul karena titik tolaknya yang sangat manusiawi.
Dengan menempatkan manusia sebagai subyek (bukan objek) pembangunan. Teori ini sangat
populis dan cocok bagi negara-negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk dalam
jumlah besar. Namun industri-industri yang dikembangkan berdasarkan penciptaan kesempatan
kerja, mungkin saja industriindustri yang tidak memiliki kaitan luas dengan sektor-sektor lain.
Sehingga tidak dapat berperan sebagai sektor yang memimpin (leading sector).
Teori loncatan tekhnologi merupakan pandangan bare dalam jajaran teori industrialisasi.
Kekuatan teori ini terletak pada optimisme tekhnologi, bahwa pengembangan industry
berteknologi tinggi akan memacu kemajuan teknologi di sektor-sektor lain. Kelemahannya teori
ini ”tidak perlu biaya”, tidak menghiraukan masalah ketersediaan modal, sehingga potensial
boros devisa. Selain itu, teori ini juga kurang peduli akan kesiapan kultur masyarakat dalam
menghadapi loncatan teknologi yang dikembangkan.
2.5 Srategi Industrialisasi
Terdapat tiga pemikiran strategi industrialisasi yang berkembang di Indonesia, dimana ketiganya
pernah diaplikasikan secara tersendiri maupun bersama- sama yakni antara lain sebagai berikut :
1. Strategi industrialisasi yang mengembangkan industri–industri yang berspektrum luas (broad- based
industry), seperti industri elektronik, tekstil, otomotif, dll. Argumentasi rasionalnya adalah bahwa
Indonesia memiliki beberapa keunggulan yang memadai seperti tenaga kerja murah dan sumber daya
alam, sehingga negara-negara maju tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Selain itu, dalam jangka
panjang Indonesia mengambil pelajaran dan teknologi dari industri-industri asing tersebut.
2. Strategi industrialisasi yang mengutamakan industri-industri berteknologi canggih berbasis impor
(hi-tech industry), seperti industri pesawat terbang, industri peralatan, dan senjata militer, industri
kapal, dll. Argumentasi rasionalnya adalah bahwa pendekatan ini merupakan cara agar peningkatan
pertumbuhan ekonomi tetap terjaga dalam jangka panjang, karena relatif menghasilkan nilai tambah
yang besar. Apabila mengandalkan sektor primer, nilai tambahnya kecil dan juga mudah disaingi oleh
pihak asing.
3. Industri hasil pertanian (agroindustry) berbasis dalam negeri dan merupakan kelanjutan
pertanian. Argumentasinya adalah bahwa industrialisasi akan berjalan apabila disandarkan
pada keunggulan di negara bersangkutan.
Pada saat yang sama, pandemi Covid-19 telah mempengaruhi jalur transformasi ekonomi di
Indonesia sehingga diperlukan strategi yang berbeda untuk merespons berbagai tantangan
sehingga perekonomian mampu pulih dan tumbuh lebih baik dibandingkan periode sebelum
pandemi Covid-19. Sektor industri harus tetap menjadi pendorong utama perekonomian
Indonesia karena menawarkan peluang besar bagi penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih
produktif yang memfasilitasi terjadinya proses akumulasi knowledge dan knowhow bagi tenaga
kerja serta masyarakat secara keseluruhan. Strategi industrialisasi yang dilaksanakan ke depan
harus adaptif terhadap tantangan sekaligus peluang yang ditimbulkan pada kondisi tidak terduga,
seperti pandemi Covid-19, untuk mewujudkan transformasi ekonomi yang lebih baik.
1. Dirombaknya sistem devisa sehingga transaksi luar negeri menjadi lebih bebas dan lebih
sederhana
2. Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan negara,dan
kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor swasta bersama-sama
dengan sektor BUMN.
3. Diberlakukannya undang-undang penanaman modal asing(PMA) sebagai akibat
kebijakan ini,indonesia membuka kemungkinan pertumbuhan industri dengan landasan
yang luas.Sehigga pada tahun 1970 industri-industri utama sektor modren meningkat
dengan pesat.
Langkah yang diterapkan setelah terjadinya krisis moneter ssampai dengan sekarang
adalah program Revitalisasi,Konsolidasi dan Restrukturasi industri.Kebijakan ini ditempuh
dengan tujuan untuk mengembalikan kinerja industri yang terpuruk akibat goncangan krisi
ekonomi yang berkelanjutan dengan krisis multi dimensi.Industri-industri yang direvitalisasi
adalah industri yang memperkerjakan banyak tenaga kerja serta yang memiliki kemampuan
ekspor.
Beberapa kebijakan yang dilakukan pada saat krisis moneter sampai sekarang yaitu:
2. Pertumbuhan industri
3. Struktur industri
Dalam jangka panjang pengembangan industri diarahkan pada penguatan daya saing,pendalaman
rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring industri
dalam format klaster yang sesuai pada kelompok industri:
1. Industri agro
3. Industri telematika
9. Industri petrokimia
Tahap II (2020 – 2024) diarahkan pada pencapaian keunggulan kompetitif dan berwawasan
lingkungan melalui penguatan struktur industri dan penguasaan teknologi, yaitu:
Penguatan Struktur Industri Dilaksanakan Melalui: perbaikan alur aliran material,
mendesain ulang zona industri, akomodasi standard sustainability, pemberdayaan
Industri Kecil Menengah (IKM), membangun infrastruktur digital nasional, menarik
investasi asing, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pembentukan
ekosistem inovasi, dan menerapkan insentif investasi teknologi.
Penguasaan Teknologi
Sejalan dengan fokus Kebijakan Industri Nasional 2020 – 2024 serta dalam menghadapi era
Making Indonesia 4.0, Kementerian Perindustrian telah meluncurkan inisiatif Making
Indonesia 4.0 yang bertujuan untuk mempersiapkan Indonesia menjadi sepuluh besar ekonomi
dunia pada tahun 2030 melalui pencapaian tiga aspirasi utama yaitu peningkatan porsi net-
ekspor menjadi 10% dari nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara
pada periode tertentu (PDB), dua kali rasio produktivitas tenaga kerja terhadap biaya, serta
peningkatan porsi pengeluaran litbang menjadi 2 (dua) persen terhadap PDB. Dan Pencapaian
dilakukan melalui fokus 5 sub-sektor manufaktur
1.industri makanan dan minuman
2.industri teksil/pakaian jadi
3.industri otomotif
4. industry kimia
5.industri elektronik
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing sektor industri prioritas
Indonesia dilihat dari beberapa variabel, yaitu harga ekspor sektor industri prioritas,
produktivitas tenaga kerja pada daya saing tersebut adalah:
1. Daya Saing: merupakan hasil olah dari nilai ekspor sektor industri prioritas Indonesia
terhadap total ekspor Indonesia yang selanjutnya dibandingkan dengan nilai ekspor
sektor industri prioritas ASEAN terhadap total nilai ekspor ASEAN.
2. Harga Ekspor Sektor Industri Prioritas Indonesia: diperoleh dari hasil pembagian antara
nilai ekspor sektor industri prioritas tersebut ke ASEAN secara keseluruhan dengan
volume ekspor sektor industri prioritas tersebut ke ASEAN pada periode yang sama.
Variabel ini menggambarkan harga sektor industri prioritas Indonesia yang diterima oleh
konsumen pada harga dunia di tingkat tertentu. Harga ekspor juga merefleksikan biaya
produksi yang dikeluarkan oleh produsen karena harga yang dikeluarkan oleh produsen
merupakan harga pembelian input perusahaan eksportir untuk menghasilkan produk-
produk yang diekspor, sehingga juga menentukan harga ekspornya.
3. Produktivitas Tenaga Kerja: adalah kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan
barang produksi, yang dihitung berdasarkan rasio output dengan jumlah tenaga kerja
yang dibayar.
4. Penambahan Modal Tetap: merupakan nilai penambahan modal tetap (fix capital) yang
mencakup pembelian/penambahan, pembuatan dan perbaikan besar barang modal tetap
(barang modal yang dapat digunakan dalam jangka panjang, lebih dari satu tahun yang
digunakan dalam proses produksi atau kegiatan usaha, seperti tanah, gedung, mesin,
kendaraan, dan sebagainya).
5. Nilai Tukar Riil (Rupiah terhadap Dollar): nilai yang digunakan saat menukar barang
dari suatu negara dengan barang dari negara lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi
menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam istilah ekonomi, industri mencakup dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan
pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan
kegiatan bidang ekonomi yang berifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri
adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan
tangan sehingga menjadi barang setengah jadi. Perusahaan industri merupakan badan usaha
yang melakukan kegiatan di bidang industri. Suatu perusahaan industri akan menghasilkan
produk-produk yang memiliki ciri khas tersendiri dari perusahaan tersebut untuk perkembangan
dan pertumbuhannya dan perlindungan hukum bisa di dapatkan dari hak-hak perusahaan
terhadap produk industri yang di hasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.hestanto.web.id/pengertian-industri/ http://etheses.iainkediri.ac.id/252/3/BAB
%20II.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/37047-ID-industrialisasi-di-indonesia- menuju-
kemitraan-yang-islami.pdf
rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/35482/industri-dan- industrialisasi.pdf