Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Critical jurnal review yang berbentuk makalah ini berisi tentang kesimpulan dari
perbandingan yang akan penulis lakukan pada dua jurnal dengan materi jurnal yaitu pasar
oligopoli. Penulis juga menyertakan ringkasan dari masing-masing jurnal, dimana kedua jurnal
memiliki judul yang hampir sama dalam pembahasannya.

Dalam mengkritik jurnal tersebut, maka penulis dapat mengetahui perbedaan antara kedua
jurnal. Dan juga mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jurnal. Pembuatan
Critical Jurnal Review ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu KKNI. Semoga usaha ini
dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penyusun khususnya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan Critical Jurnal Review ini adalah:

1. Bagaimana review maupun ringkasan jurnal tersebut?


2. Bagaimana perbandingan isi dari setiap jurnal?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan jurnal tersebut?
1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan critical jurnal review ini adalah untuk
dapat memberikan informasi dari setiap jurnal serta dapat dipahami oleh para pembaca secara
mendalam mengenai setiap jurnal tersebut melalui isi ringkasan yang diikuti oleh kelemahan dan
kelebihan dari setiap jurnal.

1
BAB II

ISI RINGKAS JURNAL

2.1 Identitas Jurnal

2.1.1 Identitas Jurnal Utama (1)

Judul Jurnal Perlindungan Hak Konsumen Terhadap Indikasi Dalam Pasar


Oligopoli (Ditinjau dari undang undang no. 5 tahun 1999)
Volume dan halaman Vol. 1 No. 1
Penulis Jefry Jonathan
Tahun Terbit Desember 2014
Alamat Situs http://e-journal.uajy.ac.id/7351/1/JURNAL.pdf
Publikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
ISSN I2302-6405

2.1.2 Identitas Jurnal Pembanding (2)

Judul Jurnal Oligopoly, Kepemilikan Media dan Kebijakan Negara


Volume dan halaman Vol. 2 No. 1
Penulis Arsam
Tahun Terbit Januari 2014
Alamat Situs http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/komunikasi/article/
download/460/430
Publikasi STAIN Puwekerto
ISSN 2356-2102

2
2.2 Isi Ringkas Jurnal

2.2.1 Isi Ringkas Jurnal Utama (1)

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian jurnal yang saya review ini adalah
untuk menganalisa perlindungan
terhadap indikasi dalam pasar oligopoly ditinjau dari uu
no. 5 tahun 1999
Subjek Penelitian Seluruh konsumen pasar oligopoly di Indonesia
Assesment Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku,
laporan-laporan dan dokumen yang berhubungan dengan
variabel yang diteliti.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan penelitian bersifat deskriptif
dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang diamati
Hasil Penelitian Pengertian hukum persaingan usaha pada umumnya
adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang
berkaitan dengan persaingan usaha. Persaingan usaha
tidak sehat menurut Pasal 1 angka (6) UU No.5 Tahun
1999 mendefinisikan suatu persaingan antar usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran
barang atau jasa yang dilakukan dengan cara melawan
hukum atau menghambat persaingan usaha.
Penyalahgunaan posisi dominan termaktub dalam Pasal 25
UU No.5 Tahun 1999 yaitu sebagai berikut: a. Pelaku
usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk: 1. menetapkan
syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah
dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan
atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun
kualitas. 2. membatasi pasar dan pengembangan teknologi
3. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi
pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan. b. Pelaku
usaha memiliki posisi dominan sebagaimana maksud ayat
(1) apabila: 1. Satu pelaku usaha atau satu kelompok
pelaku usaha menguasai 50% atau lebih pangsa pasar satu
jenis barang atau jasa tertentu. 2. Dua atau tiga pelaku
usah atau kelompok usaha menguasai 75% atau lebih
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

3
Pengertian pasar oligopoli, dalam Black’s Law Dictionary
oligopoly diartikan sebagai economic condition where
only a few companies sell substantially similar or
standardized products. Pasar oligopoli mempunyai
karakteristik yang dapat di identifikasikan melalui
beberapa hal yaitu sebagai berikut: a) Barang yang
diperdagangkan biasanya adalah barang yang homogen. b)
Pasar ditandai dengan kekuatan pelaku usaha yang kurang
lebih sebanding, namun tidak menutup kemungkinan pada
pasar yang heterogen pun terjadi oligopoli. c) Hanya
sedikit perusahaan dalam industri (few member of firms).
d) Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi
(interdependence decisions). e) Kompetisi non harga (non
pricing competition).
Ruang lingkup hukum perlindungan konsumen pada
dasarnya berfokus pada hubungan hukum antar konsumen
dengan pelaku usaha di dalam berbagai tahap kegiatan
ekonomi, yaitu kegiatan produksi, distribusi maupun
konsumsi. Asas perlindungan konsumen dalam Undang-
Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
konsumen, termaktub dalam Pasal 2 yaitu: “Perlindungan
konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan,
keamanan dan keselamatan, serta kepastian hukum”.
Adanya ketidakseimbangan kedudukan antara konsumen
dengan pelaku usaha, yang disebabkan karena: 1) Tingkat
kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. 2)
Rendahnya pendidikan konsumen. 3) Penguasaan
teknologi dan informasi oleh pelaku usaha. 2. Hak Dasar
Konsumen Ketentuan hukum perlindungan konsumen
harus memuat hak dasar konsumen yaitu: a) Hak atas
keamanan (the right to safety). b) Hak untuk memilih (the
right to choose). c) Hak untuk didengar (the right to be
informed). d) Hak untuk memperoleh pendidikan
konsumen (the right to be heard).
Dalam struktur pasar oligopoli antar pelaku usaha saling
mempengaruhi dan saling ketergantungan, tentunya
dengan perilakuinterdependensi tersebut menimbulkan
terjadinya perjanjian diantara para pelaku usaha. Pelaku
usaha yang mempunyai posisi dominan tentu akan
mempengaruhi pelaku usaha yang lain dalam suatu pasar.
Perilaku pelaku usaha dalam pasar oligopoli yang
memiliki posisi dominan harus diduga melakukan
penyalahgunaan posisi dominan. Perjanjian dalam pasar
oligopoli mengakibatkan pesaing atau para pelaku usaha
dalam pasar oligopoli tidak lagi tampil secara terpisah dan
tidak lagi mandiri di pasar. Perjanjian penetapan harga

4
tercipta berdasarkan tacit collusion. Struktur pasar
oligopoly yang berindikasi pada terjadinya perjanjian
perjanjian yang dilarang, yang dimana sebagai dampaknya
mekanisme hukum pasar menjadi tercederai dan dalam
pasar oligopoli yang tidak pasar oligopoli dalam Undang-
Undang No.5 Tahun 1999, mengancam hak dasar
konsumen dalam menjamin terlindunginya hak untuk
memilih. Konsumen dari kerugian akibat permainan harga
secara tidak wajar. Karena dalam hal tertentu konsumen
dapat saja membayar harga atas suatu barang yang jauh
lebih tinggi daripada kegunaan atau kualitas dan kuantitas
barang atau jasa yang diperolehnya.

2.2.2 Isi Ringkas Jurnal Pembanding (2)

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks praktik


oligopoly terhadap kepemilikan media di Indonesia yg
dimiliki oleh segelintir orang dan ini bertentangan
dengan kebijakan pemerintah dimana kepemilikan media
tidak boleh dimiliki oleh segelintir orang saja.
Subjek Penelitian Beberapa perusahaan media massa seperti PT. Bimantara
Citra Tbk, Kompas Gramedia Group, Media Group dan
Jawa Pos Group.
Assesment Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku,
laporan-laporan dan dokumen yang berhubungan dengan
variabel yang diteliti
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
studi deskriptif dan kausal.
Hasil Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 702)
Oligopoli adalah keadaan pasar yang produsen
pembekal barang hanya berjumlah sedikit sehingga
mereka atau seorang dari mereka dapat mempengaruhi
harga pasar Kousdi oasyidin mendefinisikan pasar
oligopoli sebagai suatu bentuk interaksi permintaan
dengan penawaran, dimana terdapat beberapa
penjual/produsen yang menguasai seluruh permintaan
pasar. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai
pasar.
2. Barang yang diperjualbelikan dapat homogen dapat
pula berbeda corak (differentiated product)
3. Terdapat hambatan masuk yang cukup kuat bagi
perusahaan di luar pasar untuk masuk kedalam pasar.
4. Satu diantara para Oligopolis merupakan price leader
5
yaitu penjual yang memiliki /pangsa pasar yang
terbesar. Ia memiliki kekuatan yang besar untuk
menetapkan harga dan para penjual yang lainnya
biasanya terpaksa mengikuti harga tersebut.
(Rasjidin,Rusdi, 1994: 67). Oligopoli, sesuai dengan
namanya, menunjuk pada kondisi di mana beberapa
penjual menguasai pasar. Di Indonesia terdapat sejumlah
besar pemain besar dalam industry media massa.
Pemain besar dalam industry media massa di Indonesia
adalah Group Media Nusantara (MNC), Group Media
Indonesia, Trans Corp, dan Jawa Pos. Oligopoly terjadi
karena akibat dari komersialisasi industri media massa
dimana para kapitalis media memang telah berusaha
maksimal untuk mengurangi resiko usaha. Sebagian
besar pasar yang ada cendrung membentuk kekuatan
oligopolistik, dimana beberapa industri media justru
menciptakan serangkaian hambatan yang menutup
peluang bagi pendatang baru. Pada sisi penekanan harga,
produksi, dan keuntungan kekuatan oligopolistik yang
ada justru mengarah ke pembentukan monopoli yang
sangat jauh dari mitos pasar yang penuh saingan.Media
massa yang berupaya untuk mengejar tujuan ekonomi
mereka akan cendrung berusaha untuk terus
meningkatkan rating mereka dengan menyajikan
tayangan yang hanya sebatas mainstream, bahkan tak
sedikit yang menyajikan berita atau tayangan yang tidak
sesuai dengan etika media. Persaingan bebas media dapat
berakibat sebagian pemilik dan prsktisi media menjual
professionalitas, kode etik, dan tanggung jawab moral
jurnalisme. Semua ini dilakukan demi meraih
keuntungan untuk bertahan terbit di tengah pasar yang
amat ketat. Selain factor ekonomi, factor politik juga
berpengaruh besar terhadap kepentingan media dalam
konsentrasi media massa di Indonesia, contohnya media
yang dekat dengan pemerintah cendrung menghadirkan
pemberitaan yang pro pemerintah atau ketika pemilik
media merupakan tokoh politik, ia akan cendrung
menggunakan media miliknya sebagai alat politiknya.
Hal tersebut mengesampingkan hak masyarakat akan
tayangan atau informasi yang memuat kebenaran karena
berita atau informasi yang disampaikan cendrung bias
memihak pihak tertentu. Selain itu, apabila ada pemain
baru yang hendak memasuki pasar, maka akan sulit
untuk memasuki pasar tersebut apabila tidak memiliki
kemampuan atau kekuatan yang sama dengan pemain
yang telah ada sebelumnya yang telah memiliki

6
tehnologi dan pengalaman yang lebih kuat, karena
persaingan yang terjadi tidak hanya persaingan isi dan
jenis program tapi juga persaingan infra struktur dan
tehnologi. Konsentrasi kepemilikian media ini bukanlah
semata-mata fenomena bisnis, melainkan fenomena
ekonomipolitik yang melibatkan kekuasaan di Indonesia,
contohnya yaitu MNC yang memiliki RCTI, TPI
sekarang MNC Tv, Global TV,radio Trijaya, Koran
seputar Indonesia, Indovision, dan Okezone, atau Group
Bakhri yang memiliki ANTV dan TVOne. Ada tiga
kelompok korporasi media. Korporasi media pertama
adalah PT Media Nusantara Citra, Tbk (MNC) yang
dimiliki oleh Harry Tanoesoedibjo yang membawahi
RCTI (PT Rajawali Citra Televisi Indonesia), TPI
sekarang MNC TV dan Global TV. Kelompok kedua
berada dibawah PT Bakhrie Brothers (Group Bakhrie)
yang dimiliki olehAnindya N. Bakhrie. Group Bakhrie
ini membawahi ANTV (PT Cakrawala Andalas
Televisi) dan TVOne. Kelompok ketiga adalah PT Trans
Corp Oligopoli di indonesia terjadi setelah adanya
peralihan dari era state regulation menuju market
regulation ternyata menjadi sebuah dilema. State
regulation dalam banyak segi kontraproduktif bagi
demokratisasi. Namun ketika state regulation
dihapuskan, pers cendrung keluar dari jalurnya dan tidak
dapat bersikap proporsional dalam menjalani fungsi-
fungsinya. Pemerintah dalam hal penyiaran, menerbitkan
UU penyiaran tahun 200 2 (Regulasi penyiaran)
sehingga dengan regulasi penyiaran ini bisa memberi
peluang kepada yang lain untuk memperoleh jaringan
siaran. Begitu pula di bidang penerbitan dimana, untuk
mencegah tumbuh dan berkembangnya pengusahaan
penerbitan pers yang monopolis, pemerintah telah
menyediakan “pencegah yuridis”-nya, yaitu ketentuan
ayat 2, pasal 5 dan ayat 3, pasal 15 peraturan Mentri
Penerangan RI No, 01 per Menpen 1984 Tentang SIUPP
(Agus Sudibyo, 2006: 362) Undang-undang penyiaran
pasal 18 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa pemusatan
kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran swasta
oleh satu orang atau satu badan hukum, baik di satu
wilayah siaran maupun di beberapa wilaytah siaran
dibatasi. Selain itu, disebutkan bahwa kepemilikan
silang antara lembaga penyiaran swasta yang
menyelenggarakan jasa penyiaran radio dan lembaga
penyiaran swasta yang menyelenggarakan jasa penyiaran
televisi,antara lembaga penyiaran swasta dan perusahaan

7
media cetak, serta antara lembaga penyiaran swasta dan
lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran lainnya, baik
langsung maupun tidak langsung dibatasi. Diantara
batasan itu adalah bahwa satu badan hukum paling
banyak memiliki dua izin penyelenggaraan penyiaran
televisi, yang berlokasi di dua provinsi yang berbeda.
(Morissan,2008: 89) Atau dengan kata lain tidak boleh
mendirikan dua stasiun penyiaran dalam satu propinsi.
Hal ini juga berlaku bagi lembaga penerbitan, dimana
pasal 5 ayat 2 ,menyatakan,” kepada setiap
perusahaan/penerbitan pers dapat diberikan sebanyak-
banyaknya 2 (dua) SIUPP untuk penerbitan pers yang
berbeda sifat dan periode terbitnya. (Agus
Sudibyo,2006: 362) Reformasi yang melahirkan UU
penyiaran, memberikan arah agar sistem penyiaran kita
bergerak dari otoritarianisme dan sentralisasi, ke
demokratisasi dan desentralisasi. Namun, yang terjadi
sekarang adalah pergerakan kearah sentralisasi dan
otoritarianisme baru oleh sector swasta dan atau pemilik
modal. Stasiun televise RCTI, TPI dan Global TV
dikuasai oleh MNC, masing-masing 90% RCTI, 99%
Global TV dan 75% TPI, sangat jelas melanggar
peraturan perundang-undangan, khususnya dibidang
penyiaran. Anehnya, para pembela langkah MNC ini
mengatakan bahwa MNC bukanlah perusahaan di bidang
penyiaran, dan oleh karenanya tidak dapat dikenakan
peraturan perundang-undangan dibidang penyiaran.
Selain itu, mereka juga berkelit bahwa MNC tidak
melakukan monopoli karena “market share”nya kurang
dari 50%. Berdasarkan substansi dan peraturan
perundang-undangan, khususnya di bidang penyiaran,
tindakan yang dilakukan MNC dengan menguasai
RCTI, TPI sekarang MNC TV, dan Global TV
melanggar UU penyiaran dan peraturan pemerintah
yang merupakan turunannya. Kemudian, kegiatan
perusahaan/industry televisi lainnya seperti yang di muat
diberbagai media misalnya, tentang rencana
penggabungan, merger dan akuisisi antara PT Surya
Citra Media Tbk (SCMA) yang memiliki lembaga
penyiaran PT Surya Citra Televisi (SCTV) dan PT
Indosiar Karya Media Tbk (IDKM) yang memiliki
lembaga penyiaran PT Indosiar Visual Mandiri (IVM)
juga melanggar hukum. Oleh karena itu, seluruh
kegiatan perusahaan/idustri televise baik MNC maupun
non MNC lainnya yang bersifat penggabungan, merger,
dan akuisisi yang mengakibatkan berpindahnya

8
penguasaan frekuensi dan ijin penyelenggaraan
penyiaran serta menyebabkan sebuah badan hukum atau
seseorang menguasai lembaga penyiaran swasta lebih
dari satu di satu propinsi yang sama adalah perbuatan
melanggar hukum. (Masduki, 2001: 26) Melihat
fenomena diatas hendaknya pemerintah mengambil
tindakan tegas terhadap pemilik media yang melanggar
terhadap undang- undang, agar tidak terjadi oligopoly
terhadap media massa dan tentunya dengan mengambil
tindakan tegas akan memberikan peringatan bagi yang
lain agar tidak melakukan pelanggaran yang sama dan
tentunya penegakan hukum berjalan secara adil. Dengan
pembatasan pemilikan media, maka masyarakat akan
disuguhkan berbagai macam informasi yang beragam
dan tidak seragam serta program-program yang saling
berkompetisi, sehingga program- program acara televisi
maupun informasi di media baik media cetak maupun
elektronik yang mengalami kemajuan yang pesat dan
berkualitas.

BAB III

9
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Isi Jurnal / Perbandingan

Jurnal 1 Jurnal 2
Pada jurnal ini membahas Perlindungan Pada jurnal ini membahas mengenai Oligopoly,
Hak Konsumen Terhadap Indikasi Dalam Kepemilikan Media dan Kebijakan Negara
Pasar Oligopoli (Ditinjau dari undang
undang no. 5 tahun 1999)
Metode penelitian dalam jurnal ini Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
menggunakan metode kualitatif dengan dengan studi deskriptif dan kausal
pendekatan penelitian bersifat deskriptif
Hasil penelitian pada jurnal ini berupa Hasil penelitian pada jurnal ini adalah praktik
pasar oligopoli yang berindikasi pada oligopoly sangat menguntungkan penguasa
terjadinya perjanjian perjanjian yang media dan merugikan pemerintah dan juga
dilarang. Konsumen mengalami kerugian masyarakat atau pengusaha-pengusaha kecil
akibat permainan harga secara tidak lainnya. Oleh karena itu untuk mengantisipasi
wajar. Dan hal ini dilarang dalam oligopoly, maka pemerintah membatasi
Undang-Undang No.5 Tahun 1999, untuk kepemilikan dan membentuk regulasi penyiaran
itulah pemerintah perlu meningkatkan
sosialisasi mengenai Pasal 4 Undang-
Undang No.8 Tahun 1999 tentang hak
perlindungan konsumen.

3.2 Kelebihan dan Kelemahan Jurnal

10
Jurnal Kelebihan Kekurangan
Utama 1  Tema yang disajikan di dalam jurnal  Kekurangan dari jurnal ini
ini sangat menarik dimana adalah kurang nya pembahasan
membahas tentang undang undang mengenai bagaimana cara
perlindungan hak konsumen dan
penerapan undang undang
bagaimana indikasinya di dalam
pasar oligopoly . selain itu latar perlindungan terhadap
belakang pada jurnal ini cukup konsumen pada pasar oligopoli
bagus karena bagian ini untuk diterapkan terhadap
menjelaskan secara umum mengenai penelitian ini. Selain itu jurnal
gambaran penelitian ini dengan ini hendaknya disajikan dalam
mendetail sehingga akan bahasa yang menarik dan
memudahkan pembaca mengetahui
kompleks sehingga lebih
inti jurnal tanpa harus membaca
keseluruhan dari jurnal tersebut menarik dan mudah
dimengerti.
Pembanding 2  Kelebihan jurnal ini adalah  Pemaparan hasil jurnal ini
penulis mengembangkan point- terkadang memakai bahasa yang
point penting untuk dikaji, materi ambigu dan perlu di paparkan
yang disajikan juga sangat lebih detail lagi. Selain itu
lengkap sehingga kita dapat lebih terdapat juga ada beberapa
memahami seperti apa oligopy kalimat salah dalam
dalam kepemilikan media serta penulisannya.. Dan yg terakhir
kebijakan pemerintah dalam Sistematika penulisan jurnal ini
mengatasinya. Kemudian didalam sebaiknya menggunakan
jurnal ini disajikan juga data data sistematika yang mudah di
yang memperkuat hasil penelitian pahami oleh para pembaca
dalam jurnal ini sehingga khususnya orang yang
pembaca dapat meyakini bahwa berkepentingan.
hasil penelitian ini akurat dan
dapat dijadikan acuan atau refensi
jika ada pihak yang ingin
melakukan penelitian dengan
tema yang serupa.

BAB IV

11
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah menganalisa secara keseluruhan, menurut saya kedua jurnal penelitian ini sudah
cukup bagus. Peneliti menggunakan metode penelitian yang sinkron dengan tujuan dari
penelitian tersebut. Dan dalam kedua jurnal ini juga memuat bagaimana pengaruh pasar
oligopoly yang apabila tidak diawasi dan dikendalikan oleh pemerintah akan menimbulkan
kerugian di tengah masyarakat

4.2 Saran

Didalam kelebihan dan kedua jurnal tersebut agar lebih dipertahankan dan diperkuat lagi,
dan mengenai kekurangan jurnal agar lebih diteilti lagi untuk mencapai hasil yang lebih
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

12
http://e-journal.uajy.ac.id/7351/1/JURNAL.pdf

http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/komunikasi/article/download/460/430

13

Anda mungkin juga menyukai