Anda di halaman 1dari 19

EKONOMI MIKRO

“Perbedaan Model Kartel, Strategi Dominan, Ekuilibrium Nash, dan Dilema Narapidana”

Dosen Pengampu:
Drs. I Wayan Wenagama, M.P.
Kelas:
EKI 206- Ekonomi Mikro A1

Disusun Oleh:

1. Desti Maria Pinem (2207511060)


2. Ni Putu Candra Purnama Asih (2207511125)
3. Padma Chandani (2207511126)
4. Cindy Novena Manullang (2207511127)
5. Andiena Gita Khairrunisa (2207511134)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya. Kami kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul ”Perbedaan Model Kartel,
Strategi Dominan, Ekuilibrium Nash, dan Dilema Narapidana” dengan baik tanpa kendala sesuai
dengan waktu yang telah di tentukan.
Paper ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Mikro Program
Studi Sarjana Ekonomi di Universitas Udayana. Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih
kepada bapak Drs. I Wayan Wenagama, M.P. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Mikro. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan paper ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan paper ini.
Semoga paper yang kami buat ini memiliki manfaat, baik bagi bapak dosen, teman- teman,
maupun para pembaca lainnya serta dapat menambah wawasan para pembaca mengenai Perbedaan
Model Kartel, Strategi Dominan, Ekuilibrium Nash, dan Dilema Narapidana.

Denpasar, 13 Mei 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Oligopoli ....................................................................................... 2
2.1.1 Ciri- Ciri Pasar Oligopoli ................................................................ 2
2.2 Pengertian Kartel ............................................................................................ 3
2.2.1 Syarat Terjadinya Kartel ................................................................ 3
2.2.2 Karakteristik Kartel ........................................................................ 3
2.2.3 Syarat Kartel Berjalan Efektif ....................................................... 4
2.2.4 Model Kartel .................................................................................... 5
2.2.5 Dampak Kartel ................................................................................ 9
2.3 Teori Permainan ............................................................................................. 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasar merupakan tempat terjadinya hubungan timbal balik antara penjual dan
pembeli mengenai kesepakatan harga dan jumlah suatu barang melalui proses transaksi
jual-beli. Dalam perkembangannya, terdapat istilah pasar oligopoli. Pasar oligopoli
merupakan suatu keadaan pasar dimana penawaran terhadap satu jenis barang dikuasai oleh
beberapa produsen.
Dalam industri oligopoli terdapat kartel yang merupakan organisasi resmi para
produsen yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan perusahaannya. Terdapat 3
model kartel yaitu model kartel terpusat, model kartel berbagi-pasar, dan model
kepemimpinan harga.
Untuk lebih mengenal pasar oligopoli, terdapat teori permainan yang memudahkan
kita dalam memahami hubungan kerja sama antar perusahaan yang dapat menguntungkan
maupun merugikan kedua pihak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian oligopoli?
2. Apa pengertian kartel?
3. Apa pengertian teori permainan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari oligopoli.
2. Untuk mengetahui arti dari kartel.
3. Untuk mengetahui arti dari teori permainan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Oligopoli


Istilah oligopoli berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata oligos polein yang
memiliki arti bahwa beberapa penjual atau yang menjual sedikit. Yang dimaksud beberapa
penjual di sini, yaitu penawaran terhadap satu jenis barang hanya dilakukan atau dikuasai
oleh beberapa perusahaan saja. Dapat kita simpulkan bahwa pasar oligopoli ialah suatu
keadaan pasar di mana terdapat beberapa produsen atau penjual menguasai penawaran,
baik secara independen (sendiri-sendiri) maupun secara diam-diam bekerja sama. Ada 3
(tiga) faktor yang memungkinkan terjadinya kerjasama, yaitu:
1. Dapat meningkatkan keuntungan mereka jika mereka mengurangi tingkat persaingan
antara mereka dan mereka bertindak seperti monopolis.
2. Dengan mengadakan kerjasama mereka dapat mengurangi kepastian yang ada, dalam
artian tindakan produsen yang satu terhadap yang lain jelas jika mereka mengadakan
kerjasama.
3. Adanya kerjasama antar mereka menutup kemungkinan masuknya produsen baru
dalam industri.
Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan menempatkan dirinya menjadi bagian
yang terikat dalam suatu permainan yang ada di pasar, di mana keuntungan yang mereka
dapatkan tergantung dari tingkat laku pesaingnya. Oleh karena itu, dalam pasar oligopoli
sangat dibutuhkan promosi produk melalui iklan, penyesuaian harga, dan lainnya dengan
tujuan dapat menjauhkan konsumen mereka dari para pesaingnya.

2.1.1 Ciri-Ciri Pasar Oligopoli


1. Terdapat sedikit penjual (2 sampai dengan 10) yang menjual produk
substitusi, artinya yang mempunyai kurva permintaan dengan elastisitas
silang (cross elasticity of demand) yang tinggi.
2. Terdapat rintangan untuk memasuki industry oligopoli. Hal ini karena
perusahaan yang ada dalam pasar hanya sedikit.

2
3. Keputusan harga yang diambil oleh suatu perusahaan harus dipertimbangkan
oleh perusahaan yang lain dalam industri.

2.2 Pengertian Kartel


Kartel merupakan suatu organisasi resmi dari para produsen dalam sebuah industri
yang menentukan berbagai kebijakan bagi seluruh perusahaan dalam kartel itu, dengan
tujuan meningkatkan keuntungan total kartel tersebut. Dalam praktiknya anggota kartel
biasanya dapat menetapkan suatu harga atauapun suatu persyaratan tertentu atas suatu
produk dengan tujuan untuk menghambat persaingan, sehingga dengan cara tersebut dapat
memberikan keuntungan dengan para anggota kartel tersebut.

2.2.1 Syarat Terjadinya Kartel


Salah satu syarat terjadinya kartel ialah harus ada perjanjian atau kolusi
antara pelaku usaha. Terdapat dua bentuk kolusi dalam kartel, diantaranya
sebagai berikut:
1. Kolusi eksplisit, di mana para anggota mengkomunikasikan kesepakatan
mereka secara langsung yang dapat dibuktikan dengan adanya dokumen
perjanjian, data mengenai audit bersama, kepengurusan kartel, kebijakan-
kebijakan tertulis, data penjualan, dan data-data lainnya.
2. Kolusi diam-diam, di mana pelaku usaha anggota kartel tidak berkomunikasi
secara langsung, pertemuan-pertemuan juga diadakan secara rahasia.
Biasanya yang dipakai sebagai media ialah asosiasi industri, sehingga
pertemuan-pertemuan anggota kartel dikamuflasekan dengan pertemuan-
pertemuan yang legal seperti pertemuan asosiasi.

2.2.2 Karakteristik Kartel


Suatu kartel biasanya memiliki beberapa karakteristik. Adapun karakteristik
dari kartel diantaranya sebagai berikut:
1. Terdapat konspirasi diantara beberapa pelaku usaha.

3
2. Melibatkan para senior eksekutif dari perusahaan yang terlibat. Para senior
eksekutif inilah biasanya yang menghadiri pertemuan-pertemuan dan
membuat keputusan.
3. Biasanya dengan menggunakan asosiasi untuk menutupi kegiatan mereka.
4. Melakukan price fixing atau penetapan harga. Agar penetapan harga berjalan
efektif, maka diikuti dengan alokasi konsumen atau pembagian wilayah atau
alokasi produksi. Biasanya kartel akan menetapkan pengurangan produksi.
5. Adanya ancaman atau sanksi bagi anggota yang melanggar perjanjian.
Apabila tidak ada sanksi bagi pelanggar, maka suatu kartel rentan terhadap
penyelewengan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada
anggota kartel lainnya.
6. Adanya distribusi informasi kepada seluruh anggota kartel. Bahkan jika
memungkinkan dapat menyelenggarakan audit dengan menggunakan data
laporan produksi dan penjualan pada periode tertentu. Auditor akan
membuat laporan produksi dan penjualan setiap anggota kartel dan kemudian
membagikan hasil audit tersebut kepada seluruh anggota kartel.
7. Adanya mekanisme kompensasi dari anggota kartel yang produksinya lebih
besar atau melebihi kuota terhadap mereka yang produksinya kecil atau
mereka yang diminta untuk menghentikan kegiatan usahanya. Sistem
kompensasi ini tentu saja akan berhasil apabila para pelaku usaha akan
mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan apabila mereka
melakukan persaingan. Hal ini akan membuat kepatuhan anggota kepada
keputusan-keputusan kartel akan lebih terjamin.

2.2.3 Syarat Kartel Bejalan Efektif


Adapun beberapa persyaratan agar suatu kartel dapat berjalan efektif, diantaranya:
1. Jumlah pelaku usaha. Semakin banyak pelaku usaha di pasar, semakin sulit
untuk terbentuknya suatu kartel. Kartel akan mudah dibentuk dan berjalan
lebih efektif apabila jumlah pelaku usaha sedikit atau pasar terkonsentrasi.
2. Produk di pasar bersifat homogen. Karena produk homogen, maka lebih
mudah untuk mencapai kesepakatan mengenai harga.

4
3. Elastisitas terhadap permintaan barang. Permintaan akan produk tersebut
tidak berfluktuasi. Apabila permintaan sangat fluktuatif, maka akan sulit
untuk mencapai kesepakatan baik mengenai jumlah produksi maupun harga.
4. Pencegahan masuknya pelaku usaha baru ke pasar.
5. Tindakan-tindakan anggota kartel mudah untuk diamati. Seperti telah
dijelaskan, bahwa dalam suatu kartel terdapat kecenderungan bagi
anggotanya untuk 4 melakukan kecurangan. Apabila jumlah pelaku usaha
tidak terlalu banyak, maka mudah untuk diawasi.
6. Penyesuaian terhadap perubahan pasar dapat segera dilakukan. Kartel
membutuhkan komitmen dari anggota-anggotanya untuk menjalankan
kesepakatan kartel sesuai dengan permintaan dan penawaran di pasar. Kartel
akan semakin efektif jika dapat dengan cepat merespon kondisi pasar dan
membuat kesepakatan kartel baru jika diperlukan.
7. Investasi yang besar. Apabila suatu industri untuk masuk ke pasarnya
membutuhkan investasi yang besar, maka tidak akan banyak pelaku usaha
yang akan masuk ke pasar. Oleh karena itu, kartel diantara pelaku usaha akan
lebih mudah dilakukan.

2.2.4 Model Kartel


1. Model Kartel Terpusat
Salah satu jenis kartel yang ekstrem adalah yang membuat seluruh
keputusan untuk seluruh perusahaan anggota. Bentuk kerja sama sempurna
ini disebut kartel terpusat (centralized cartel) dan mengarah kepada cara
penyelesaian monopoli.

Gambar Model Kartel Terpusat

5
Pada Gambar di atas D adalah kurva permintaan pasar total untuk
komoditi homogen yang dihadapi kartel terpusat, dan MR adalah kurva
penerimaan marjinal. Jika harga-harga faktor produksi untuk seluruh
perusahaan dalam kartel tetap konstan, maka kurva biaya marjinal kartel itu
diperoleh dengan menjumlahkan secara horizontal kurva SMC dari
perusahaan-perusahaan anggota dan diperlihatkan oleh kurva Σ𝑀𝐶 dalam
gambar.
Tingkat output terbaik kartel sebagai keseluruhan adalah 400 unit
dan ditentukan oleh titik E, dimana 𝑀𝑅=Σ𝑀𝐶. Kartel itu akan menetapkan
harga $8. Hal ini merupakan cara penyelesaian monopoli. Jika kartel itu
ingin meminimumkan biaya total untuk memproduksi tingkat output
terbaiknya sebesar 400 unit, makai a akan menetapkan sejumlah kuota
produksi bagi setiap perusahaan anggota sehingga SMC dari unit terakhir
yang diproduksi adalah sama untuk semua perusahaan. Kartel tersebut
kemudian memutuskan bagaimana membagikan keuntungan total kartel
menurut cara yang disetujui oleh perusahaanperusahaan anggota.

2. Model Kartel Berbagi-Pasar


Jenis kartel lain, yang agak lebih longgar daripada yang terpusat
adalah kartel berbagi-pasar (market-sharing cartel) di mana perusahaan-
perusahaan anggota bermufakat tentang pangsa pasar yang dimiliki masing-
masing. Dalam kondisi tertentu, kartel berbagi-pasar ini dapat pula
menhasilkan cara penyelesaian monopoli.

6
Gambar Model Kartel Berbagi-Pasar

Pada Gambar di anggaplah hanya terdapat dua perusahaan yang


menjual komoditi yang homogen dan mereka memutuskan untuk membagi
pasar secara merata. Jika “D” pada gambar adalah kurva permintaan pasar
total komoditas itu, maka “d” adalah kurva setengah bagian pasar untuk
masing-masing perusahaan, dan mr adalah kurva penerimanaan marjinal
yang sesuai.
Jika diasumsikan lebih lanjut bahwa setiap perusahaan memiliki
kurva SMC yang identik, maka setiap perusahaan duopoli akan menjual 200
unit (diperlihatkan oleh titik E, di mana MR = SMC) dengan harga $8.
Dengan demikian, kedua perusahaan itu bersama-sama akan menjual output
monopoli sebesar 400 unit dengan harga monopoli $8. Namun, solusi
monopoli ini bergantung pada asumsi kurva SMC yang identik untuk kedua
perusahaan dan pada kesepakatan untuk berbagi pasar secara merata.

3. Model Kartel Kepemimpinan Harga


Kepemimpinan harga merupakan bentuk kerja sama tidak sempurna
di mana perusahaan-perusahaan dalam industri oligopolistis secara diam-
diam (yaitu, tanpa kesepakatan resmi) memutuskan untuk menetapkan
harga yang sama dengan pemimpin harga untuk industri tersebut. Pemimpin

7
harga ini mungkin adalah perusahaan dengan struktur biaya rendah, atau
barangkali perusahaan yang dominan atau terbesar dalam industri tersebut.
Dalam hal yang terakhir, perusahaan yang dominan menetapkan harga
industri, dan memungkinkan perusahaan lain dalam industri menjual
sebanyak yang mereka inginkan dengan harga tersebut, dan kemudian
perusahaan dominan tadi memasuki pasar tersebut.

Gambar Model Kepemimpinan Harga

Pada gambar di atas D adalah kurva permintaan pasar total untuk


komoditas homogen dalam industri oligopolistik, sedangkan kurva ∑MCs
adalah penjumlahan horizontal kurva SMC semua perusahaan (kecil) dalam
industri selain perusahaan dominan itu sendiri. Karena perusahaan kecil ini
berperilaku sebagai pesaing sempurna, kurva ∑MCs mewakili kurva
penawaran jangka pendek untuk semua perusahaan kecil bersama-sama.
Kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan dominan, “d”,
kemudian diperoleh dengan mengurangi secara horizontal ∑MCs dari kurva
D, pada setiap harga yang memungkinkan. Misalnya, jika perusahaan
dominan menetapkan harga $7, kuantitas yang ditawarkan oleh seluruh
perusahaan kecil adalah sama dengan kuantitas total diminta dalam pasar
pada tingkat harga itu (titik B). Dengan demikian kita mendapatkan titik

8
potong harga pada “d” (titik F). Pada harga pasar $6 maka kuantitas pasar
keseluruhan yang diminta adalah 600 unit (titik C) dikurangi kuantitas total
sebesar 400 unit yang ditawarkan oleh seluruh perusahaan kecil pada harga
ini (titik G) sehingga menghasilkan kuantitas 200 unit yang dapat dijual oleh
perusahaan dominan dengan harga $6 (titik H pada kurva d). Titik-titik lain
pada kurva d dapat diperoleh dengan cara yang sama.
Dari kurva permintaan perusahaan dominan “d”, kita dapat
menurunkan kurva pendapatan marjinalnya, “mrd”. Jika kurva biaya
marjinal jangka pendek perusahaan dominan ditentukan oleh SMCd,
perusahaan dominan akan menetapkan harga sebesar $6 yang
memaksimumkan keuntungannya (diperlihatkan oleh titik E, di mana mrd =
SMCd) sebagai harga industri. Dengan harga ini, seluruh perusahaan kecil
menjual sebanyak 400 unit. Maka perusahaan dominan itu memasuki pasar
dengan menjual output sebanyak 200 unit yang memaksimumkan
keuntungannya, dengan harga pasar $6 yang telah ditetapkannya.

2.2.5 Dampak Kartel


Adanya kartel bukan hanya merugikan konsumen melalui harga yang
menjadi lebih tinggi akibat output yang terbatas, melainkan juga merugikan
perekonomian suatu bangsa akibat terjadinya inefisiensi sumber-sumber daya
baik itu sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi
lainnya.

2.3 Teori Permainan


Teori permainan dipelopori oleh seorang ahli matematika bernama Emili Borel
pada tahun 1920-an dan kemudian teori ini menjadi terkenal karena publikasi yang
berjudul Theory and Practice of Games and Economic Behaviour karya matematikawan
Jon Von Neumannn dan Oskan Morgenstern pada tahun 1944.
Teori permainan merupakan pilihan strategi optimal dalam situasi konflik dan
perluasan dari analisis perilaku oligopolistik. Setiap model teori permainan meliputi
pemain, strategi, dan hasil (payoff). Pemain adalah para pembuat keputusan (para manajer

9
dari perusahaan oligopolistik) yang perilakunya akan berusaha kita jelaskan dan
perkirakan. Strategi adalah pilihanpilihan potensial yang dapat dibuat oleh para pemain
(perusahaan). Hasil (payoff) merupakan imbalan atau konsekuensi dari setiap kombinasi
strategi oleh dua pemain. Matriks hasil (payoff matrix) mengacu pada semua hasil dari
strategi para pemain. Zero-sum game adalah satu situasi di mana perolehan (gain) atau
kehilangan (loss) dari satu pemain adalah sama dengan perolehan atau kehilangan dari
pemain lain. Di lain pihak, nonzero-sum game adalah di mana perolehan satu pemain tidak
diperoleh dari pengeluaran pemain lain atau tidak sama jumlahnya dengan kehilangan dari
pemain lain.
1. Strategi Dominan
Strategi dominan merupakan strategi optimal dari seorang pemain dengan
tidak memedulikan apa yang dilakukan oleh pemain lainnya.
Perusahaan B

Mengiklankan Tidak Mengiklankan

Perusahaan A Mengiklankan 4;3 5;1

Tidak 2;5 3;2


Mengiklankan
Tabel Strategi Dominan

Pada matriks hasil tabel di atas, angka pertama pada tiap dari empat strategi
yang ada mengacu pada hasil (keuntungan) untuk perusahaan A, sedangkan yang
kedua adalah hasil (keuntungan) dari perusahaan B, apabila tiap perusahaan
mengiklankan atau tidak mengiklankan.
Jika perusahaan B beriklan (yaitu bergerak turun di kolom kiri pada tabel),
dapat kita lihat bahwa perusahaan A akan memperoleh keuntungan 4 jika
mengiklankan juga dan 2 jika perusahaan tidak mengiklankan. Jadi, perusahaan A
harus mengiklankan jika B mengiklankan.
Jika perusahaan B tidak mengiklankan (yaitu bergerak turun di kolom kanan
pada tabel), perusahaan A akan memperoleh keuntungan 5 jika mengiklankan juga
dan 3 jika perusahaan tidak mengiklankan. Perusahaan A harus mengiklankan

10
meskipun perusahaan B mengiklankan atau tidak. Iklan adalah strategi dominan
perusahaan A. Pergerakan antarbaris pada tabel memperlihatkan bahwa iklan
adalah juga strategi dominan perusahaan B.

2. Ekuilibrium Nash
Ekuilibrium nash merupakan situasi di mana setiap pemain yang mempunyai
strategi optimal, ditentukan oleh strategi yang dipilih pemain lain.
Perusahaan B

Mengiklankan Tidak Mengiklankan

Perusahaan Mengiklankan 4;3 5;1


A
Tidak Mengiklankan 2;5 6;2

Tabel Ekuilibrium Nash

Pada matriks hasil tabel di atas adalah sama dengan matriks hasil pada tabel
Strategi Dominan, terkecuali angka pertama di sel kanan bawah yang berubah dari
3 menjadi 6. Sekarang perusahaan B mempunyai strategi dominan (seperti pada
contoh sebelumnya) tapi tidak dengan perusahaan A.
Jadi, jika perusahaan B mengiklankan, perusahaan A juga harus
mengiklankan. Jika perusahaan B tidak mengiklankan, perusahaan A memperoleh
keuntungan 5 jika dia mengiklankan dan 6 jika dia tidak mengiklankan. Hal ini
dapat terjadi, sebagai contoh, jika mengiklankan menimbulkan biaya lebih besar
pada perusahaan A daripada penerimaannya.
Strategi iklan yang tinggi untuk perusahaan A dan B adalah ekuilibrium
nash, karena perusahaan B telah memilih strategi dominan untuk beriklan, maka
strategi optimal untuk perusahaan A adalah mengiklankan. Tidak semua permainan
mempunyai ekuilibrium nash, dan beberapa permainan dapat mempunyai lebih dari
satu ekuilibrium nash.

11
3. Dilema Tahanan
Dilema tahanan mengacu pada situasi di mana tiap pemain memakai strategi
dominannya tapi dapat mencapai hasil yang lebih baik jika bekerja sama. Nama ini
muncul dari kasus di mana dua orang dipenjara karena dicurigai bekerja sama dalam
kejahatan, mereka memakai strategi dominan yakni mengaku dan menerima masa
penjara yang lebih lama jika mereka bekerja sama (yaitu jika tidak mengaku).
Perusahaan oligopoli kadang menghadapi masalah dilema tahanan dalam
memutuskan strategi bisnis mereka yang terbaik.
Contoh dari dilema tahanan ialah kisah dua pelaku kriminal yang ditangkap
polisi dengan nama Ucok dan Butet. . Polisi telah memiliki bukti untuk membawa
Ucok dan Butet ke pengadilan dengan tuduhan membawa pistrol secara ilegal, yang
hukumannya hanya dipenjara selama setahun. Tetapi polisi mencurigai mereka
terlibat perampokan bank bersama-sama, tetapi tidak ada bukti yang kuat untuk
menuntut mereka. Polisi mengintrogasi mereka dalam ruangan terpisah dan mereka
ditawari perjanjian seperti berikut:
1. Kami dapat memenjarakan kamu selama setahun.
2. Jika kamu mengaku telah merampok bank bersama temanmu, kamu akan
diberikan kebebasan sedangkan temanmu dipenjara 20 tahun.
3. Jika kamu dan temanmu mengakui telah merampok bank, maka kalian akan
dipenjara selama 8 tahun

Tabel Dilema Tahanan

12
Gambar di atas menunjukkan pilihan Ucok dan Butet. Masing-masing
memiliki dua pilihan, yaitu mengaku atau diam. Hukuman yang mereka terima
bergantung pada pilihan yang dipilih Ucok dan Butet. Kita mengambil sudut pandang
Ucok terlebih dahulu. Ucok berpikir "Aku tak tau apa pilihan Butet. Jika dia diam,
aku lebih baik mengaku, jadi aku bisa bebas. Jika dia mengaku, maka pilihan terbaik
saya tetap mengaku karena lebih baik dipenjara 8 tahun daripada 20 tahun. Jadi
terlepas dari apa pilihan Butet, aku lebih baik mengaku. Strategi ini disebut dengan
strategi dominan, yaitu strategi yang terbaik terlepas dari strategi yang dipilih orang
lain. Pada kasus ini, mengaku adalah strategi dominan Ucok. Lamanha Ucok
dipenjara akan berkurang jika ia mengaku, terlepas dari apakah Butet akan mengaku
atau diam.
Sekarang kita mengambil sudut pandang Butet. Dia menghadapi pilihan yang
sama dengan Ucok dan berpikir dengan cara yang sama. Terlepas dari apa pilihan
Ucok, Butet bisa mendapatkan keringanan hukuman dengan memilih mengaku.
Dengan kata lain, mengaku juga strategi dominan Butet. Akhirnya, baik Ucok dan
Butet sama-sama mengaku dan mereka menghabiskan 8 tahun di penjara karena
mereka mengejar kepentingan pribadi. Jika Ucok dan Butet telah meramalkan situasi
ini dan mereka membuat perjanjian untuk tidak mengaku. Tentu saja perjanjian ini
akan menguntungkan mereka jika sungguhsungguh dilakukan karena mereka hanya
menghabiskan setahun saja dipenjara. Tetapi apakah keduanya akan tetap diam saat
mereka diinterogasi di ruangan terpisah? Keinginan mementingkan diri sendiri akan
tetap ada dan membuat mereka mengaku sehingga kerja sama ini sulit dijaga.
Hubungan dilema tahanan dengan pasar oligopoli dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:

13
Tabel Hubungan Dilema Tahanan dengan Pasar Oligopoli

Gambar di atas menunjukkan keuntungan dari dua produsen galon air


bergantung pada keputusan yang mereka pilih. Kedua produsen air tersebut setuju
untuk tetap memproduksi 40 galon sehingga harga tetap tinggi dan untung maksimal.
Setelah mereka setuju soal tingkat produksi, bagaimanapun mereka akan memutuskan
apakah tetap mempertahankan perjanjian atau melanggarnya dan memproduksi pada
tingkat yang lebih tinggi Jika kita ada di posisi Ucok, kita mungkin akan berpendapat
seperti berikut:
1. Jika Butet tetap berproduksi pada 40 galon, saya bisa memproduksi pada 50 galon
agar untung 13 juta.
2. Jika Butet tidak menepati perjanjian dan berproduksi pada 50 galon, saya akan
memproduksi pada 50 galon dengan keuntungan 8 juta.
Ucok berpendapat dia lebih baik memilih tingkat produksi yang lebih tinggi,
terlepas dari apa yang Butet lakukan. Memproduksi 50 galon adalah strategi dominan
Ucok. Tentu Butet memiliki alasan yang sama dan keduanya memproduksi pada
tingkat yang lebih tinggi dan keduanya tidak mendapat hasil maksimum. Contoh ini
menggambarkan sulitnya pelaku oligopoli dalam bekerja sama karena masing-masing
memiliki niat berbuat curang atau melanggar kesepakatan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Istilah oligopoli berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata oligos polein yang
memiliki arti bahwa beberapa penjual atau yang menjual sedikit. Dapat kita simpulkan
bahwa pasar oligopoli ialah suatu keadaan pasar di mana terdapat beberapa produsen atau
penjual menguasai penawaran, baik secara independen (sendiri-sendiri) maupun secara
diamdiam bekerja sama.
Dalam sebuah industri, terdapat suatu organisasi resmi dari para produsen yang
menentukan berbagai kebijakan bagi seluruh perusahaan dengan tujuan meningkatkan
keuntungannya. Hal ini disebut sebagai kartel. Salah satu syarat terjadinya kartel harus ada
perjanjian atau kolusi, adapun bentuk kolusi dalam kartel diantaranya kolusi eksplisit dan
kolusi diamdiam. Dalam kartel, terdapat 3 model kartel diantaranya model kartel terpusat,
model kartel berbagi-pasar, dan model kepemimpinan harga. Adanya kartel dapat
merugikan konsumen dan juga perekonomian suatu bangsa.
Teori permainan merupakan pilihan strategi optimal dalam situasi konflik dan
perluasan dari analisis perilaku oligopolistik. Setiap model teori permainan meliputi
pemain, strategi, dan hasil (payoff). Bentuk dari teori permainan diantaranya strategi
dominan, ekuilibrium nash, dan dilema tahanan.

3.2 Saran
Dalam memahami materi tentang industri oligopoli diperlukan pemahaman dan
ketelitian yang baik mengenai definisi pasar oligopoli, karakteristik dan syarat terjadinya
kartel, model kartel, serta teori permainan. Dari makalah yang kami buat, tentunya masih
banyak terdapat kekurangan baik dari segi materi maupun penulisan. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini
nantinya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amir, C. H. & Aizar, N. A. (2020). Model Model Pasar Oligopoli Ekonomi Mikro. URL:
https://edualdaar.blogspot.com/2020/09/model-model-pasaroligopoli-ekonomi.html.
Diakses tanggal 12 Mei 2022.
Hanafi, A. (2009). Tinjauan hukum Islam terhadap sistem kartel dalam perdagangan menurut UU
RI No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Hidayati, S. (2019). Teori Ekonomi Mikro. Unpam Press.
Iswardono, S.P. (1994). Teori Ekonomi Mikro. Penerbit Gunadarma
KPPU. URL: https://www.kppu.go.id/docs/Pedoman/draft_pedoman_kartel.pdf Mankiw, N. G.
(2004). Mikro Ekonomi. Penerbit Erlangga.
MAULINA, D., & SUGIYANTO, F. X. (2014). Identifikasi Struktur Pasar Dan Strategi Bersaing:
Pendekatan Game theory (Kasus: Industri Angkutan Antar Jemput Dalam Provinsi Jurusan
Semarang-Purwokerto). Doctoral dissertation, UNDIP; Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Putranto, A. T., Nurmasari, I., & Susanti, F. (2019). Pengantar Ilmu Ekonomi. Unpam Press.
Rahmawati, I. A. (2009). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan Harga Pada Pasar
Oligopoli. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Salvatore, D. (2006). Mikro Ekonomi. Edisi Keempat. Penerbit Erlangga.
Savitri, I. P. (2019). Upaya Hukum Yang Dilakukan Oleh Konsumen Terkait Dengan Kerugian
Kartel Dalam Putusan KPPU (Putusan KPPU No. 26/KPPU-L/2007 Tentang Kartel SMS).
Doctoral dissertation, Universitas Islam Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai