Anda di halaman 1dari 9

KEMEROSOTAN MORAL DI ERA GLOBALISASI SERTA PERAN

PENDIDIKAN DALAM MENGATASAI MASALAH DEGRADASI


MORAL REMAJA

Liizzah Diyanatul Manzil

E-mail : Liizzahdyn27@gmail.com

Abstract : Di era modern atau globalisasi pada saat ini merupakan suatu era
dimana dengan semakin maraknya yang namanya perkembangan, baik itu
perkembangan budaya, teknologi, ataupun dunia pendididika. Namun dengan
perkembangan ini tidak akan selamanya memberikan dampak yang positif bagi
kehidupan pasti ada juga sisi negatif dari perkembangan globalisasi ini. Di era
globalisasi ini banyak sekali timbul dan terjadi permasalahan moral pada generasi
muda saat ini yang sudah tidak sesuai lagi dengan norma-norma dan aturan-aturan
yang berlaku. Sangat disayangkan apabila dengan adanya perkembangan di era
globalisasai ini malah membuat semakin banyak generasi muda yang tidak
memiliki bahkan sampai kehilangan nila-nila moral yang ada pada dirinya.
Dengan adanya pendidikan moral dalam dunia pendidikan sekiranya para remaja
atau generasi muda dapat memiliki nilai-nilai moral kedalam sikap dan prilaku
dalam kehidupan sehari-hari serta dengan adanya pendidikan moral dapat
diharapkan bisa meminimalisir kemrosotan moral dalam pendidikan. Adapun
metode penulisan dalam artikel ini, yaitu metode literatur dengan mengumpulkan
berbagai sumber bacaan dari artikel dan jurnal yang kemudian di analisis dan
kemudian menghubungkanya dengan permasalahan yang di bahas. Berdasarkan
hasil analisis yang di telah di lakukan, adapun hasil yang kemudian di bahas
dalam artikel ini yaitu, yang pertama tentang nilai moral, kedua tentang fenomena
kemerosotan moral pada remaja yang di sebabkan oleh adanya perkembangan
zaman dan adanya globalisasi, ketiga pentingnya penanaman nilai moral pada
anak yang di lakukan melalui jalur pendidikan.
Key Word : kemrosotan moral, pendidikan moral
PENDAHULUAN
Era modern atau era globalisasi merupakan era dimana marak sekali yang
namanya perkembangan, baik itu perkembangan kebudayaan, perkembangan
pendidikan maupun teknologi. Hal yang sangat biasa ketika banyak orang
sekarang lebih nyaman dengan menggunakan teknologi. Perkembangan-
perkembangan tersebut tentunya memberikan kemudahan dan tentunya
memberikan dampak positif bagi masyarakatnya. Tidak dipungkiri bahwa adanya
era globalisasi ini merubah seluruh kehidupan di masyarakat, baik itu adat,
budaya, sistem sosial politik dan lain-lain yang mempengaruhi setiap elemen
kehidupan (Mutiani, 2018). Di era modern atau era globalisasi ini juga
menimbulkan dampak dari sisi negatif dikalangan remaja dan generasi muda,
seperti terjadinya kemerosotan serta terkikisnya nilai-nilai moral yang ada
didalam diri generasi muda secara perlahan dan sikap sosial yang mulai memudar
didalam jiwa generasi muda pada zaman sekarang.
Sangat di sayangkan apabila nilai-nilai moral dan sosial tersebut luntur di
dalam kehidupan masyarakat. Mereka akan menjadi orang-orang yang tidak
peduli dan masa bodo dengan sekitar. Hal inilah yang sedang dirasakan oleh
masyarakat terutama para generasi-generasi muda dimana sebagian dari mereka
nilai kepekaan sosialnya sangat kurang. Hal inilah yang menjadi permasalahan
sekarang, dimana seharusnya semakin maju perkembangan zaman namun
masyarakatnya malah tidak memiliki moral yang baik seperti yang diajarkan sejak
dahulu kala. Untuk itulah penting untuk menanamkan nilai-nilai moral pada anak
yang sekarang ini telah luntur agar mereka menjadi generasi yang berkualitas
dimasa depan nantinya yaitu dengan jalur pendidikan di sekolah (Aini dkk, 2016).
Namun penanaman nilai-nilai moral kepada generasi muda tidak hanya
dilakukan dilingkup sekolah saja, akan tetapi penanaman nilai-nilai moral kepada
generasi muda juga dapat dilakukan mulai dari lingkup yang paling sederhana
yaitu di lingkup keluarga dan lingkungan.Sebab faktor utama dalam keberhasilan
suatu pendidikan moral dan faktor utama yang menjadi suatu keberhasilan dalam
penanaman moral adalah faktor keluarga dan lingkungan.
NILAI MORAL
Nilai moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok
sosial. Moral itu sendiri berarti tata cara, kebiasaan dan adat. Perilaku moral
dikendalikan oleh konsep konsep moral atau kode etik yang telah menjadi
kebiasaan bagi anggota suatu budaya, dikutip dari (Hurlock, Edisi ke-6, 1990).
Menurut Suseno dalam (Ananda 2017), nilai moral merupakan sebuah
ukuran dari sikap dan perilaku seseorang, entah itu diukur dari sikap baik ataupun
buruk dan benar maupun salah. Orang akan dikatakan bermoral apabila ia dalam
berperilaku memiliki etika yang baik dan tidak melanggar norma yang berlaku di
masyarakat. karena pada dasarnya moral sama maknanya dengan kesusilaan,
bagaimana kita bertingkah laku diukur dari bagaimana kita bersikap di dalam
suatu lingkungan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kesusilaan sesuai dengan
aturan dan norama yang ada. Berperilaku tentu saja tidak boleh semena-mena dan
sembarangan, harus ada ukuran dalam setiap sikap yang kita jalankan karena pada
dasarnya moral dikatakan sebagai sebuah patokan seseorang dalam berperilaku di
masyarakat (Subiyakto&Mutiani 2019). Artinya setiap manusia memiliki aturan-
aturan serta norma-norma dan ukuran dalam berperilaku dan bersikap, baik dalam
ruang lingkup keluarga dan ruang lingkup masyarakat.
FENOMENA ATAU KASUS KEMROSOTAN MORAL REMAJA
Di era globalisasi ini marak sekali dengan perubahan dan juga
perkembangan yang terjadi di kehidupan masyarakat. Hal tersebut bukan hanya
terjadi pada Indonesia saja, namun terjadi di seluruh dunia. Adanya globalisasi
membuat banyaknya perubahan itu terjadi, baik itu dari ekonomi, politik, sosial
maupun budaya. Adaya perubahan yang di akibatkan oleh globalisasi ini sendiri di
pengaruhi karena adanya ilmu pengetahuan dan juga kemajuan teknologi yang
menciptakan keragaman budaya di dunia yang bersifat homogen.
Banyak sekali fenomena permasalahan sosial yang sering terjadi dalam
kehidupan masyarakat saat ini di era modern karena adanya globalisasi. contohnya
saja seperti fenomena kemerosotan moral yang terjadi pada generasi muda.
Kemerosotan moral itu di tandai dengan adanya berbagai pelanggaran dan
tindakaan kejahatan yang ada di masyarakat, seperti pencurian, perkataan kasar,
hilangnya rasa hormat kepada yang lebih tua dan lain sebagainya, adanya perilaku
negatif tadi merupakan sebuah tanda akan hancurnya sebuah bangsa (Syaharuddin
2016 ).
Jika diperhatikan dengan seksama, moralitas yang ada pada manusia
terutama yang ada pada generasi muda sekarang sudah mulai luntur, banyak sekali
anak-anak zaman sekarang yang berperilaku tanpa moral di dalamnya. Karena
pada dasarnya generasi muda merupakan generasi yang mudah terpengaruh dan
rentan dengan adanya pergeseran moral (Bahri, 2015). Dari semua hal tersebut
sering kita jumpai dan kita temui bahkan sering kita lihat dalam kehidupan nyata
yang sekarang ini, dimana banyak sekali generasi muda atau remaja di era
globalisasai ini yang berperilaku melebihi batasan serta melanggar norma-norma
serta nilai-nilai moral yang berlaku. Jika kita lihat sekarang ini kebanyakan dari
mereka tidak lagi memiliki kebijaksanaan dalam berperilaku, mereka sebenarnya
berpendidikan akan tetapi mereka tidak bermoral. Hal tersebut sangat
menghawatirkan untuk kondisi bangsa kita yang sekarang. Karena tanpa moralitas
yang tertanam pada diri seorang generasi muda, maka rusak sudah generasi
penerus cita-cita bangsa ini dan begitupula dengan rusaknya bangsa ini nantinya
jika generasinya saja sudah tidak memiliki moral didalam dirinya.
Selain dari hal tersebut, tawuran juga suatu peristiwa degradasi moral yang
terjadi di jaman sekarang. Kegiatan ini sering terjadi di kota-kota besar di
Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan dan Surabaya dimana hal yang melatar
belakangi kejadian tersebut adalah perkara-perkara kecil. Perkara yang melibatkan
kontak fisik tersebut biasanya hanya disebabkan oleh kesalahapahamn seperti
tidak mau memberi rokok atau ketersinggungan hal yang belum tentu benar.
Perkara remeh inilah yang menjadi faktor penyulut api tawuran di antara para
pelajar. Masalah kecil yang harusnya bukan menjadi masalah berubah menjadi
masalah yang sangat besar. Dengan memenangi sebuah tawuran, mereka
menganggap itu sebagai sebuah keberhasilan serta pembuktian eksistensi diri.
Padahal bukan, bukan itu dampak yang mereka dapat. Ketika tawuran , mereka
tidak lagi menggunakan akal sehat bahkan mereka menganggap hanya tawuran
yang menjadi solusi pemecahan masalah yang mereka hadapi pada saat itu.
Mereka tidak lagi memperdulikan akibat dari perilaku tawuran baik itu bagi diri
mereka sendiri, keluarga, sekolah bahkan keadaan sosial mereka nantinya.(Fitria
Febriyanti, 2018). Namun ternyata jika kita lihat dengan lebih seksama bahwa
sesungguhnya tawuran itu tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, akan tetapi
tawuran juga sudah marak terdengar di daerah kota-kota kecil seperti contoh
tawuran antar pemuda desa yang terjadi karena hal sepele yaitu misalnya hanya
karena bentuk kesalah pahaman dalam mengartikan sebuah perkataan yang
terlontar antara pemuda yang satu dengan pemuda yang lain. Bahkan sekarang
tidak hanya dikalangan pemuda desa tapi nyatanya juga sering terjadi tawuran
antar remaja dan pemuda yang berpendidikan hal tersebut dapat dipicu hanya dari
ketidaksamaan dalam berpendapat.
FAKTOR PENYEBAB KEMEROSOTAN MORAL
Empat faktor utama penyebab kemerosotan moral adalah lingkungan baik
sekolah maupun tempat anak-anak bermain, kemajuan teknologi seperti internet
dimana anak-anak dan remaja dengan mudah mengakses pornografi, sifat
keingintahuan remaja, dan orang tua. Faktor orang tua sangat ditekankan disini
karena jika orang tua menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik-baiknya
dalam mendidik anak-anaknya, maka kejadian ini bisa diminimalkan. Orang tua
dianggap tidak menanamkan nilai-nilai agama pada anaknya, tidak memberikan
contoh yang baik, tidak adanya figur ayah yang baik dalam pengasuhan anak, dan
tidak atau kurangnya kasih sayang orang tua kepada anaknya, serta buruknya
komunikasi antara orang tua dan anak dianggap sebagai penyebab terjerumusnya
remaja pada pergaulan bebas dan seks bebas. Jika orang tua mengamalkan nilai-
nilai agama dalam keluarga dan mengajarkan pada anaknya, kasih sayang dan
waktu yang berkualitas bersama anak-anaknya, keterlibatan seorang ayah dalam
mendidik anaknya, serta adanya komunikasi yang baik diharapkan remaja mampu
menangkal segala godaan yang datang dari luar (Diah Ningrum, 2015). Namun
dari ke empat faktor tersebut ada satu faktor lagi yang dapat menyebablan
degradasi moral pada remaja atau generasi muda sekarang faktor tersebut adalah
faktor globalisasai, dimana dengan adanya globalisasi membuat banyak sekali
perubahan dalam kehidupan masyarakat di dalamnya termasuk kehidupan para
remaja, masuknya berbagai ideologi, teknologi bahkan kebudayaan yang baru
dapat merubah tatanan kehidupan dalam masyarakatnya. Kenapa globalisasi
menjadi salah satu faktor terjadinya suatu degradasi moral pada remaja?. Iya,
karena mereka selalu menelan secara mentah-mentah informasi yang disampaikan
oleh media teknologi, mereka tak mampu untuk memfilter terlebih dahulu apa
yang telah mereka terima. Maka jika kita mampu melihat keadaan remaja
sekarang yang bahwasannya mereka sudah mulai kehilangan moral akibat
perkembangan globalisasi, begitupula secara perlahan budaya bangsa luntur
digerus secara perlahan oleh perkembangan globalisasi. Dari hal tersebut juga
dapat berakibat dalam diri remaja seperti mereka sudah kehilangan rasa moral
dalam dirinya yang dapat menimbulkan rasa acuh tak atuh atau bodo amat dengan
keadaan lingkungan sekitar serta kurangnya rasa sosial terhadap sesama dan
lingkungan sekitar.
PENTINGNYA PENANAMAN NILAI MORAL PADA ANAK
Moral tidak serta merta ada secara alamiah dalam diri setiap manusia
ketika mereka dilahirkan. Penanaman nilai moral sangat penting dilakukan,
terutama kepada anak sejak dini, hal itu di lakukan agar mereka terbiasa untuk
dapat berperilaku sesuaidengan aturan dan juga sesuai dengan kaidah-kaidah yang
ada di dalam masyarakat itu sendiri. Penanaman nilai moral bisa dilakukan lewat
pendidikan, baik itu secara formal seperti sekolah ataupun dengan pendidikan
secara non formal, seperti lingkungan keluarga dan masyarakat. Ketiganya sama-
sama memiliki peranan yang penting untuk proses penanaman moral pada anak.
Lingkungan yang memiliki peran yang paling penting tentu saja lingkungan
keluarga. Sebab lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama kali di mana
anak akan didik segala tingkah laku dan moralnya (Fahrudin, 2014). Penanaman
nilai moral melalui jalur pendidikan, dapat di lakukan dengan berbagai cara oleh
guru. Satu diantara nya yaitu dengan menggunakan kearifan lokal sebagai sumber
belajar peserta didik. Sebab kearifan lokal sendiri merupakan sebuah identitas dan
jati diri dari bangsa itu sendiri (Susanto, 2019 ). Dimana dalam kearifan lokal
terdapat sebuah kebijaksanaan dan nilai-nilai yang mencakup, nilai sosial, etika,
ekonomi, nilai moral dan etos budaya. Apabila nilai kearifan lokal di implikasikan
didalam jiwa generasi muda untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, maka
didalam jiwa mereka akan terbentuk pula sebuah nilai moral yang akan selalu
melekat didalam jiwa mereka.
Dari masalah tersebut kita dapat memberikan solusi yaitu salah satunya
dengan selalu memberikan serta mengajarakan pendidikan moral, akhlak, serta
adab kepada setiap generasi muda dan kita harus selalu menanamkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila kepada generasi muda sejak dia masih dini,
sehingga ketika mereka sudah remaja mereka akan selalu berpegang teguh dan
selalu berpedoman dengan nila-nilai yang terkandung dalam pancasila dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Serta berikanlah
kasih sayang dan keharmonisan dalam keluarga agar dapan menyiptakan suasana
yang nyaman bagi remaja, sebab moral tidak hanya didapat dari lingkungan
pendidikan saja akan tetapi lingkungan keluarga juga berpengaruh dalam
penanaman moral remaja. Sesungguhnya degradasi moral remaja dapat diperbaiki
atau diminimalisir apabila kedua lini yaitu lingkungan keluarga dan linkungan
pendidikan bisa menjalankan perannya dengan baik dan penuh kesadaran dalam
hal mendidik remaja saat ini. Jadi alangkah baiknya jika lingkungan keluarga dan
pendidikan sejalan tujuannya, dapat berkolaborasi, bekerja sama, dan saling
mendukung demi terciptanya generasi yang bermoral serta berakhlaq mulia.
PENUTUP
Moral merupakan sebuah tolak ukur dari sikap dan perilaku seseorang,
jadi seorang remaja akan dikatakan bermoral jika mereka berperilaku, bersikap,
dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari mempunyai etika yang baik dan tidak
melanggar norma-norma serta aturan-aturan yang berlaku. Namun pada kenyataan
sekarang ini banyak generasi muda yang tidak memiliki moral dalam dirinya.
Dapat dilihat bahwa terjadinya kemerosotan moral pada generasi muda atau
remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor
globalisasi serta dunia teknologi yang semakin berkembang dengan seiringnya
perkembangan zaman. Dimana dari faktor tersebut telah membawa banyak
pengaruh yang datang dari luar baik itu berupa budaya maupun kehidupan sosial
dan bermasyarakat.
Perkembangan globalisasi dapat berdapak positif bagi generasi muda,
apabila mereka dapat menyaring dan mengambil sisi positif dari informasi-
informasi yang diterimanya. Akan tetapi dengan adanya perkembangan globalisasi
juga dapat memberikan sisi negatif bagi remaja serta tatanan kehidupan
masyarakat, hal tersebut dikarenakan mereka kurang siap dalam mengikuti
kecepatan arus globalisasi serta mereka tidak mampu untuk memfilter informasi-
informasi yang telah diberikan oleh kecepatan arus globalisasi. Hal itulah yang
menjadikan generasi muda semakin berkembangya globalisasi semakin luntur
pula rasa kebudayaan serta mengakibatkan degradasi moral remaja pada zaman
sekarang. Dan masalah degradasi moral merupakan salah satu masalah yang
belum terselesaikan di bangsa ini, degradasi moral masih menjadi salah satu
momok masalah terbesar dan penting untuk diperhatikan oleh pemerintah.

DAFTAR RUJUKAN
Aini, Nurul, dkk. 2016. Penanaman nilai-nilai moral pada siswa di sd negeri
lampeuneurut. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
1(1).

Bahri, S. 2015. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi Krisis


Moral di Sekolah. Ta’alum, Vol 03, no 01.

Fahrudin. 2014. Proses pendidikan nilai moral di Lingkungan Keluarga sebagai


Upaya mengatasi Kenakalan Remaja. Jurnal Pendidikan Agama Islam-
ta’lim. Vol 12 No 1.

Mutiani, M. 2018. Literasi Budaya Lokal Sebagai Wahana Edukasi di Era


Milenial. Seminar Nasional Program Studi Pendidikan IPS.

Subiyakto, B., dan Mutiani, M. 2019. Internalisasi nilai pendidikan melalui


aktivitas masyarakat sebagai sumber belajar ilmu pengetahuan sosial.
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora, 17(1),137-166.

Anda mungkin juga menyukai