Anda di halaman 1dari 5

Contoh Nota Keberatan (Eksepsi) Dalam Perkara Tindak Pidana Narkotika

Bungo, 11 Oktober 2018

No : 01/NP/Pid- /ISP/X/2018

Hal : NOTA KEBERATAN (EXEPTIE)

Kepada

Yth. Ketua Majelis Hakim Perkara No : 197/Pid.Sus/2018/PN.Mrb

Di Pengadilan Negeri Muara Bungo

Jl. RM Thaher No 495 Rimbo Tengah, Bungo

Dengan hormat,

Perkenankan saya, Indra Setiawan, S.H, selaku Advokat berkewarganegaraan Indonesia yang beralamat
kantor di Jl. Diponegoro BTN BMI No.M-11 Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Rimbo Tengah
Kabupaten Bungo. Berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Hakim Perkara No.197/Pid.Sus/2018/PN.Mrb
tentang Penunjukan Indra Setiawan, SH dan Rinaldi, SH sebagai Penasihat Hukum Terdakwa secara
Cuma-Cuma. Dalam hal ini bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk membela hak dan
kepentingan hukum Terdakwa yaitu :

Nama : Badai Petir

Tempat & Tgl Lahir : Sungai Gambir, 10 Juli 1988

Pekerjaan : Pegawai Honor Satpol PP Kab. Bungo

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMK

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Dusun Pasar Rantau Embacang Kec. Tanah Sepenggal- Bungo

Bahwa dalam hal ini hedak mengajkan Nota Keberatan terhadap Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
No.Reg.Perk: PDM-96/MBNGO/09/2018 tanggal 30 Agustus 2018, dengan uraian sebagai berikut :

Adapun eksepsi ini kami buat dengan sistematika sebagai berikut:

Pendahuluan

Eksepsi
Permohonan

Penutup

1. PENDAHULUAN

Setelah pada persidangan lalu kita mendengarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum terhadap
Terdakwa, maka kini perkenankanlah kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa menyampaikan
eksepsi/tangkisan/keberatan dalam perkara yang tengah diperiksa ini. Berdasarkan Surat Dakwaan Jaksa
Penuntut Yang Terhormat, kiranya kami merasa sangat perlu untuk menyampaikan eksepsi ini demi
kepentingan hukum dan keadilan serta memperoleh jaminan perlindungan hak-hak asasi
tersangka/terdakwa atas kebenaran, kepastian hukum dan keadilan. Selain itu, eksepsi ini perlu kami
sampaikan demi perlindungan hukum yang lebih luas bagi masyarakat pada umumnya maupun
pembangunan hukum dalam proses beracara pada persidangan perkara pidana yang semuanya itu telah
pula dijamin oleh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai landasan hukum
beracara di negara ini.

1. EKSEPSI

1. Dasar Hukum

Bahwa berdasarkan Pasal 156 ayat (1) KUHAP, berbunyi sebagai berikut : “Dalam hal terdakwa atau
penasehat hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak wenang mengadili perkara atau
dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan
kepada Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya, hakim mempertimbangkan kebenaran tersebut
untuk selanjutnya mengambil keputusan”

1. Eksepsi Mengenai Surat Dakwaan

2. Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Tidak Sah

•.Bahwa berdasarkan Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa “Dalam hal tersangka atau
terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau
ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan
pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai Penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan
pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk Penasihat hukum bagi mereka”

•Bahwa Pasal 56 ayat 1 KUHAP sudah menegaskan bahwa bantuan hukum itu wajib disediakan (dengan
menunjuk Penasihat Hukum) oleh pejabat yang memeriksa disetiap tingkat pemeriksaan, baik ditingkat
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di Pengadilan. Terlepas Penasihat Hukum yang ditunjuk
menjalankan profesinya atau tidak, tetapi pejabat yang bersangkutan selaku perwakilan pemerintah telah
melaksanakan kewajibannya menjalankan perintah undang-undang dan tetap menjamin hak asasi
terdakwa. Lantas, bagaimana jika pejabat yang melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa melanggar
KUHAP? Maka dapat dikatakan tujuan hukum acara sebagai landasan bagi aparat penegak hukum untuk
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparat penegak hukum telah gagal diterapkan bahkan dapat
dikatakan sebagai suatu penyalahgunaan jabatan (abuse of power).
Bahwa berdasarkan Pasal 137 KUHAP “Penuntut Umum berwenang melakukan penuntutan terhadap
siapapun yang didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan
perkara ke Pengadilan yang berwenang mengadili”

Bahwa berdasarkan BAB XV tentang Penuntutan Pasal 137 sd Pasal 144 UU No 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana, Jaksa Penuntut Umum adalah pejabat yang bersangkutan pada tingkat pemeriksaan
tahap penuntutan. Oleh karenanya Jaksa Penuntut Umum berkewajiban melaksanakan perintah undang-
undang yang diatur dalam KUHAP termasuk ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP

•In casu, Terdakwa telah disangka dipenyidikan dengan melanggar 114 ayat (1) Jo Pasal 132 ayat (1) atau
Kedua melanggar Pasal 112 ayat (1) atau Ketiga melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a UU No 35 Tahun
2009 tentang Narkotika, dengan ancaman pidana maksimal 20 tahun, mengharuskan pejabat yang
melakukan pemeriksaan terhadap Terdakwa wajib menunjuk Penasihat Hukum secara Cuma-Cuma
sebagaimana dimaksud Pasal 56 ayat (1) KUHAP. Bahwa pada tahap penyidikan ini, pejabat yang
bersangkutan yaitu pihak Kepolisian RI telah menunjuk Advokat Suwandi, SH, MH selaku Penasihat
Hukum tersangka secara Cuma-Cuma

Bahwa, begitu pula pada tahap Pemeriksaan di Pengadilan, Terdakwa yang didakwa melanggar Pasal 114
ayat (1) Jo Pasal 132 ayat (1) atau Kedua melanggar Pasal 112 ayat (1) atau Ketiga melanggar Pasal 127
ayat (1) huruf a UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pejabat yang bersangkutan yaitu Ketua Majelis
Hakim telah memperhatikan Pasal 56 ayat (1) KUHAP dengan menunjuk Penasihat Hukum bagi
Tedakwa secara Cuma-Cuma

•Lalu bagaimana pada tahap Penuntutan?, saat pelimpahan berkas perkara atas nama Terdakwa dari
penyidikan di Kepolisian ke tahap Penuntutan di Kejaksaan, Jaksa Penuntut Umum yang bersangkutan
dan yang memeriksa Tedakwa wajib melaksanakan ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP. Bahwa setelah
mempelajari berkas perkara atas nama Terdakwa termasuk Berita Acara Pemeriksaan Terdakwa, ternyata
Jaksa Penuntut Umum selaku Pejabat yang melakukan pemeriksaan terhadap Tedakwa, tidak menunjuk
Penasihat Hukum bagi Terdakwa secara Cuma-Cuma. Padahal Jaksa Penuntut Umum telah mendakwa
Tedakwa dengan Dakwaan Pertama melanggar 114 ayat (1) Jo Pasal 132 ayat (1) atau Kedua melanggar
Pasal 112 ayat (1) atau Ketiga melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a UU No 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, dengan ancaman pidana maksimal 15 tahun penjara, yang mengharuskan Jaksa Penuntut
Umum wajib menunjuk Penasihat Hukum secara Cuma-Cuma sebagaimana dimaksud Pasal 56 ayat (1)
KUHAP

•Bahwa ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP adalah bagian dari Hukum Acara Pidana yang wajib ditaati
dalam penegakan hukum pidana dan memiliki konsekuensi hukum bila dengan sengaja mengabaikan atau
lalai menerapkan hukum acara sebagaimana kaidah hukum dibawah ini:

1. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 510 K/Pid/ 1988 tanggal 28 April 1988, yang menyatakan
tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima
2. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 1565 K/Pid/1991 tanggal 16 September 1993 yang menyatakan
: apabila syarat-syarat permintaan dan/atau hak tersangka/terdakwa tidak terpenuhi seperti halnya
penyidik tidak menunjuk penasihat hukum bagi tersangka sejak awal penyidikan, tuntutan penuntut
umum dinyatakan tidak dapat diterima

3. Putusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta Nomor: 03 Pid/2002/PTY tertanggal 07 Maret 2002,


menyatakan penuntutan yang dilakukan oleh penuntut umum tidak dapat diterima karena didasarkan pada
penyidikan yang tidak syah, yaitu melanggar Pasal 56 ayat (1) KUHAP;

4. Putusan Pengadilan Negeri Blora, No: 11/Pid.B/2003/PN.Bla tertanggal 13 Februari 2003, menyatakan
penuntutan tidak dapat diterima karena dilakukan atas dasar BAP yang batal demi hukum, karena
dilakukan dengan melanggar ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP;

5. Putusan Pengadilan Negeri Tegal No: 34/Pid.B/1995/PN.Tgl tertanggal 26 Juni 1995 yang menyatakan
penyidikan yang dilakukan oleh Mabes Polri tidak syah karena Pasal 56 ayat (1) KUHAP tidak diterapkan
sebagaimana mestinya, sehingga penuntutan penuntut umum tidak dapat diterima.

Bahwa oleh karena Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan pemriksaan terhadap Tedakwa pada tahap
Penuntutan tidak melaksanakan perintah Pasal 56 ayat (1) KUHAP tersebut. Maka Surat Dakwaan yang
dibuat dan disusun oleh Jaksa Penuntut Umum dengan Reg.Perk: PDM-96/MBNGO/09/2018 tanggal 30
Agustus 2018, adalah hasil dari bentuk pelanggaran formal yuridis dan harus dinyatakan tidak sah dan
batalkan demi hukum.

1. PERMOHONAN

Bahwa atas uraian eksepsi/keberatan yang telah kami sampaikan maka dengan ini kami selaku Penasihat
Hukum Terdakwa memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang pemeriksa perkara aquo agar
berkenan memutuskan :

1. Menerima Keberatan Penasihat Hukum Terdawa Afrizal Bin Burhanudin

2. Menyatakan Surat Dakwaan Reg.Perk: PDM-96/MBNGO/09/2018 tanggal 30 Agustus 2018, tidak sah
dan harus dibatalkan demi hukum.

3. Membebaskan Terdakwa Dari Tahanan

4. Membebankan Biaya Perkara Kepada Negara

1. PENUTUP

Demikianlah eksepsi ini kami sampaikan kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim. Atas perhatian serta
terkabulnya eksepsi/keberatan ini kami ucapkan terima kasih dan bila ada kekurangan atau kesalahan
didalamnya kami mohon maaf atas keterbatasan kami selaku manusia.

Hormat kami,

Penasihat Hukum Terdakwa


M. lqbal Renaldy, SH

Ardhito Pramono, SH

Anda mungkin juga menyukai