Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

PROSEDUR PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN DC SHOCK

RUMAH SAKIT KARTIKA CIBADAK SUKABUMI


Jln.Siliwangi No 139 Cibadak
Telp.(0266)7160071. Fax. (0266) 535586
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

Pokok Bahasan : Prosedur Pengoperasian dan Perawatan DC Shock

Sasaran : Perawat Orientasi

Tempat : Auditorium Lt.4 RS Kartika Cibadak

WAKTU : 90 Menit

Hari/Tanggal : Kamis, 16 Agustus 2018

Penyuluh : Zr.Legisa Yantina Situmorang, S.Kep.,Ns

A. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti diklat selama 90 menit peserta dapat memahami, mengerti dan
dapat mengoperasikan alat DC SHOCK/ Defibrilator.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan Diklat selama 90 menit peserta diharapkan dapat


memahami tentang :

a. Pengertian DC SHOCK/ Defibrilator


b. Perbedaan fungsi DC SHOCK sebagai Defibrilasi dan Kardioversi
c. Menjelaskan bagian dari DC Shock/ Defibrilator
d. Mengetahui jenis – jenis DC Shock
e. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi penggunaan DC Shock
f. Mengetahui prosedur pengoperasian alat DC Shock
g. Mengentahui cara perawatan DC Shock

B. Pokok Bahasan
Prosedur Pengoperasian dan Perawatan DC SHOCK bagi perawat.
C. Sub Pokok Bahasan

1. Pengertian

2. Tujuan

3. Alat dan bahan

4. Prosedur Kerja

D. Metode

Ceramah dan Diskusi

E. Materi

Di Lampirkan

F. Media

1. Infokus

2. Alat Peraga (DC SHOCK dan pantom)

G. Kegiatan Pembelajaran

No Waktu Kegiatan Role Play Model Kegiatan Pesera Media dan Alat
Pengajaran
Pembukaan 5. Menjawab salam 8. Infokus
1. Memberikan Salam 6. Mendengarkan
2. Perkenalan 7. Memperhatikan
3. Menjelaskan Tujuan
1 5 Menit
Pembelajaran
4. Menyebutkan Materi
atau pokok bahasan yang
di sampaikan
9. Mengajukan pertanyaan 10. Menjawab 11. Infokus
2 10 Menit
pretest (lisan) pertanyaan
Pelaksanaan Materi 13. Menyimak 15. Infokus dan Alat
12. Pelaksanaan Materi dan 14. Memperhatikan peraga
3 45 Menit
Demonstrasi secara
berurutan dan teratur
4 10 Menit Evaluasi 19. Bertannya dan 20. Infokus dan Alat
16. Menyimpulkan isi materi mempraktikan Peraga
dan demonstrasi
17. Memberi Kesempatan
kepada audiens untuk
bertannya
18. Memberi kesempatan
kepada audiens untuk
mempraktikan kembali
yang sedah di
demonstrasikan

Mengajukan pertanyaan 21. Menjawab 22. Infokus dan alat


25 Menit
post test (tulisan) pertanyaan tulis.
5 Menit Penutup 26. Menjawab salam 27. Infokus
23. Menyimpulkan materi
yang telah disampaikan
24. Menyampaikan
terimakasih atas waktu
yang telah diberikan oleh
peserta
25. Mengucapkan Salam

H. Evaluasi
Metode Evaluasi : Diskusi tanya jawab
Jenis Pertannyaan : Tulisan
Jumlah Soal : 10 Soal
LAMPIRAN MATERI

1. PENGERTIAN DEFIBRILATOR

Seperti namanya, defibrilasi-menghentikan fibrilasi, getaran yang tidak berguna pada


otot jantung seseorang saat terjadi serangan jantung. Secara sederhana, defibrillator adalah
mesin kejut jantung yang bekerja dengan menggunakan voltase (energy listrik) yang cukup
tinggi (kira – kira 200-1000 Volt) untuk mengalirkan arus listrik dan meneruskannya ke
jantung sehingga kejutan diharapkan dapat mengembalikan jantung bekerja normal kembali
(Chris Woodford, 2018)

Defibrilator adalah alat yang digunakan untuk mengirimkan kejutan ke jantung dalam
kasus gangguan jantung yang mengancam jiwa. Elektroda yang terhubung ke mesin biasanya
diletakkan pada dada dengan cara ditekankan sementara kejutan diberikan. Defibrilator
digunakan untuk membangun kembali irama jantung yang normal dalam kasus aritmia
jantung, fibrilasi ventrikel, dan takikardia ventrikel pulseless atau VT tanpa nadi (Ananya
Mandall, 2014).

Defibrilator adalah sebuah alat listrik yang memberikan kejutan ke jantung ketika
terjadi aritmia yang mengancam nyawa. Aritmia yang kita khawatirkan dalam hal ini adalah
disebut fibrilasi ventrikel. Fibrilasi ventrikel atau disebut juga dengan Ventrikel Fibrilasi
(VF) adalah detak jantung yang sangat cepat dan tidak menentu. Dimana beberapa bagian
alat pacu di jantung mulai berdetak tidak menentu dan jantung tidak dapat berkontraksi
secara ritmis. Dan fungsi defibrillator disini adalah akan memberikan kejutan yang pada
dasarnya akan menghentikan kegiatan detak jantung yang tidak menentu tersebut untuk
berhenti sehingga jantung dapat mulai secara berirama berkontraksi lagi (William O’Neill,
2008).

Defibrilator adalah alat yang mengirimkan kejutan listrik ke jantung. Ketika jantung
mengalami fibrilasi ventrikular; detak jantung yang cepat yang tidak menghasilkan darah
mengalir ke otak atau organ lain, yang harus segera dihentikan. Jadi defibrillator kemudia
menghantarkan kejutan listrik tersebut melalui kulit dengan menempatkan elektroda di dada,
lalu diteruskan ke jantung ((Douglas Zipes, 2008).
2. JENIS – JENIS DEFIBRILATOR

1. Implan Defibrilator

Menurut Heart Lung and Blood Institute, Implan Defibrilation (Implantable


Converter Defibrillator – ICD) biasa dan umum digunakan pada pasien beresiko
tinggi mengalam ventrikuler fibrilasi. Implan defibrillator menyimpan rekaman sinyal
jantung pasien, sejarah terapi pasien dan data diagnostik pasien. Implan defibrillator
ini tertanam di dalam tubuh yang diimplantasikan dibawah kulit biasanya pada area
dibawah tulang selangka atau daerah perut, ICD dapat bertahan pada suhu 30-60˚C.

2. DC Defibrillator

Kalibrasi dari DC Defibrillator adalah satuan Joule atau watt-detik dimana ini
adalah ukuran tenaga listrik di dalam kapasitor. DC Defibrillator bekerja sesuai
dengan jumlah tenaga yang diberikan

3. Advisory Defibrilasi

Advisory Defibrillator adalah jenis defibrillator yang memliki kemampuan


sangat akurat dalam proses analisa ECG dan membuat keputusan menyalurkan
kejutan dengan tepat serta memberikan atau merekomendasikan seberapa banyak
energy yang diperlukan sesuai dengan kejutan fibrilasi yang muncul. Advisory
Defibrillator dirancang untuk mendeteksi ventrikel fibrilasi.

3. FUNGSI DEFIBRILATOR/ DC SHOCK

Fungsi defibrillator adalah:

 Monitoring EKG
 Defibrilasi (Manual dan AED)
 Kardioversi (Sinchronized Cardioversion)
 Pacu Jantung Transcutan (TCP – Transcutaneous Pacing)

1. Monitoring EKG

Irama jantung dapat dilihat pada mesin defibrillator yang ditampilkan pada
bagian Lead I, II, III pada monitor defibrillator/DC Shock.
2. Defibrilasi (Manual dan AED)

Defibrilasi adalah pemberian arus listrik melewati otot jantung dengan


periode yang sangat singkat untuk mengkahiri irama jantung yang tidak normal
dengan modus asinkron (tanpa memperhatikan irama EKG/siklus jantung).
Defibrilasi juga disebut sebagai asynchronized countershock. Defibrilasi digunakan
pada VF, Pulseless VT (VT tanpa nadi), VT Polimorfik (Torsade de Pointes).

Dosis energi yang diberikan pada tindakan defibrilasi untuk irama EKG
Venterikel Fibrilasi, Ventrike VT (Ventrikuler Takikardi tanpa nadi), VT Polimorfik
(Torsade de Pointes) adalah : Defibrilator Monophasic: 360 Joule dan Defibrilator
Biphasic: 150 J – 200 Joule. Pada pediatrik: diberi energi awal 2 Joule/KgBB, dapat
diulangi 4 Joule/KgBB.

Fungsi defibrillator/ DC Shock sebagai defibrilasi dapat digunakan secara


manual otomatis (automated external defibrillation/AED).

a. Manual defibrillation
Yaitu prosedur defibrilasi dengan menempatkan paddles atau pads pada dada
pasien dimana interpretasi irama jantung dan keputusan untuk melakukan
defibrilasi (delivery shock) dilakukan oleh professional kesehatan yang terlatih
(perawat/dokter).
b. Automated External Defibrilation (AED)
Yaitu penempatan paddles atau pads pada dada pasien dimana interpretasi irama
jantung dianalisa secara sistem computer oleh defibrillator dan keputusan untuk
melakukan defibrilasi (delivery shock) dapat dilakukan oleh mesin atau mesin
mengintruksikan operator untuk melakukan defibrilasi tergantung jenis alat yang
digunakan.

3. Kardioversi

Synchronized Cardioversion atau kardioversi adalah salah satu terapi


elektrik dimana pemberian energy (delivery shock) diprogram tepat pada gelombang
QRS. Dimana mesin akan mencari gelombang tertinggi (gel R) atau gelombang
terdalam (QS) pada komplek QRS dan mengirimkan shock dalam beberapa
millisecond setelah gel terdeteksi. Pemberian shock pada bagian siklus jantung ini
(gel QRS) bertujuan mengurangi potensi pemberian arus listrik pada periode yang
rentan di gelombang T, jika jatuh di gelombang T maka dapat terjadi Ventrikel
takikardi atau Ventrikel Fibrilasi karena gelombang T adalah menggambarkan
terjadinya repolarisasi ventrikel atau jantung dalam keadaan sedang istirahat.

Kardioversi digunakan pada irama EKG VT Monomorfik, SVT (Supra


Ventrikuler Takikardi), Atrial Flutter, VT Polimorfik, Atrial Fibrilasi. Dosis energi
yang diberikan pada tindakan kardioversi adalah:

a. VT Monomorfik
 Monophasic: 200 Joule
 Biphasic:100 Joule
b. SVT (Supra Ventrikuler Takikardi)
 Monophasic: 100 Joule
 Biphasic: 50 Joule
c. Atrial Flutter
 Monophasic: 100 Joule
 Biphasic: 50 Joule
d. VT Polimorfik, untuk VT Polimorfik dosis yang diberikan adalah sama dengan
dosis defibrilasi, yaitu:
 Monophasic: 360 Joule
 Biphasic: 150 – 200 Joule
e. Atrial Fibrilasi, untuk Atrial Fibrilasi dosis yang diberikan adalah sama dengan
dosis defibrilasi, yaitu:
 Monophasic: 360 Joule
 Biphasic: 150 – 200 Joule
4. Pacu Jantung Transcutan (Transcutaneous Pacing)
Transcutaneous Pacing (TCP) adalah alat pacu jantung buatan yang dapat
mengirimkan impuls arus listrik ke jantung untuk menstimulasi terjadinya
depolarisasi jantung. TCP digunakan pada pasien simtomatik bradikardi yang tidak
respon terhadap pemberian SA atau ketika SA tidak ada atau tidak indikasi. TCP
digunakan sebagai “jembatan” sampai pemasangan Travenous Pacing atau sampai
Heart Rate kembali normal (pada kasus overdosis atau hiperkalemia). Arus listrik
yang digunakan lebih kecil dibandingkan defibrilasi atau kardioversi (Ma).

4. JENIS POLA GELOMBANG DEFIBRILATOR

Berdasarkan pola gelombang, defibrillator dibagi menjadi 2 model, yaitu:

1. Defibrilator Monophasic

Defibrillator monophasic adalah defibrillator yang mempunyai pola


gelombang searah, dimana arus listrik yang dihantarkan dari satu paddle melalui
jantung dan kembali ke paddle yang lain dengan periode yang sangat singkat. Energi
yang diberikan adalah 360 Joule.

2. Defibrilator Biphasic

Defibrillator monophasic adalah defibrillator yang mempunyai 2 sentakan dan


sering juga disebut defibrillator dengan pola gelombang dengan arus bolak – balik
atau 1 siklus. Sehingga pemberian energi pada pasien pun menjadi jauh lebih kecil
sehingga kerusakan sel miokardial berkurang ketika proses pemberian kejutan pada
pasien berlangsung. Dengan kata lain, pada defibrillator bifasik arus listrik dikirim
dalam dua fase, dimana arus listrik bergerak pada satu arah dihantarkan dari satu
paddle melalui jantung, berhenti di paddle lainnya, kemudian arus listrik bergerak
kembali melalui jantung untuk yang ke dua kalinya dengan arah berlawanan. energi
yang digunakan 120-200 Joule (manufactured recommendation) untuk VF, VT
pulseless dan VT Polimorfik.

5. PROSEDUR PENGGUNAAN DEFIBRILATOR


Persiapan pasien:

1. Lakukan persiapan pasien mulai dari inform consent dengan jelas kepada pasien (jika
pasien dalam keadaan sadar) dan keluarga pasien mengenai tujuan tindakan
defibrilasi atau kardioversi, indikasi dan kontraindikasi, komplikasi kardioversi, dan
prosedur tindakan.
2. Tempatkan pasien dengan posisi terlentang pada tempat yang datar, dan bersihkan
area sekitar pasien dari benda – benda yang mudah terbakar.
3. Buka baju pasien dan pastikan tidak ada benda – benda logam yang tersimpan di saku
atau tempat tidur pasien. Jika dada pasien dalam keadaan lembab atau basah dilap
terlebih dahulu hingga kering.
4. Pantau TTV dan keadaan umum pasien dan dokumentasikan.
5. Pantau pemberian terapi oksigen.
6. Pasang elektroda EKG, oksimetri pada dada pasien dan nyalakan EKG monitor.
7. Berikan sedative intravena, atau analgesik bila perlu.
8. Cek ulang gambaran EKG dan print gambaran EKG tersebut untuk dokumentasi
irama jantung sebelum dilakukan tindakan defibrilasi atau kardioversi.

Persiapan Alat:
9. Sebelum melakukan tindakan defibrilasi atau kardioversi, pastikan alat
defibrillator/DC Shock yang akan digunakan dalam keadaan siap pakai dan layak
pakai. Yaitu energy tersimpan di unit defibrillator ≥ 50%. Pada SAP ini yang
digunakan adalah defibrillator BeneHeart D3 Mindray
10. Persiapkan alat – alat resusitasi lainnya yang dibutuhkan disekitar dalam jarak aman
dari lingkungan pasien seperti bag valve mask, oksigen, nasal canule.
11. Beri gel khusus elektroda secukupnya pada permukaan paddle apex dan paddle
sternum. Jangan menggesekkan kedua paddle untuk meratakan gel. Untuk meratakan
gel yang ada pada elektroda dapat dilakukan pada saat paddle sudah ditempelkan ke
dada pasien.
12. Posisikan paddle pada dada pasien dengan posisi; paddle sternum diletakkan di dada
bagian parasternal dibawah klavikula kanan (superior-anterior), paddle apex
diletakkan pada dada bagian apex jantung (infero-lateral) di intercosta 5 sinistra
searah garis midklavikula.
13. Untuk menghindarin terjadinya percikan api, luka bakar selama tindakan:
28. Pastikan ukuran paddle sesuai. Paddle dewasa digunakan pada pasien dengan
berat badan >10 Kg. Paddle anak pada pasien dengan berat badan < 10Kg.
29. Pastikan tidak ada rongga udara (air pockets) antara paddle dan kulit pasien.
30. Jika memakai handheld paddles gunakan conductive gel yang sesuai.
31. Pastikan elektroda monitor dan kabel jauh dari paddle.
32. Singkirkan benda yang menempel di kulit pasien, bersihkan tubuh pasien jika ada
kotoran. Jangan gunakan alcohol.
33. Jika pasien menggunakan ICD, AED Pads harus diletakkan minimal 3 inchi (8cm)
dari alat implant.

Tindakan defibrilasi:
14. Dengan bantuan orang lain, nyalakan mesin defibrillator dengan cara memutar knob
ke arah “Manual Defib”
15. Pilih besaran energi sesuai kebutuhan untuk defibrilasi.
16. Tekan tombol Charge, defibrillator akan mengisi energy ke paddles. Pada monitor
display akan muncul tulisan “Charging to … Joule”
17. Setelah proses pengisian selesai maka akan terdengar suara “beep” dan pada monitor
display akan muncul tulisan “Do Not Touch Patient! Press Shock Button”
18. Setelah muncul tulisan “Do Not Touch Patient! Press Shock Button” pada monitor
display, instruksikan dengan suara jelas dan keras aba-aba:
 Energi siap
 Saya siap
 Area Siap/Clear
 Irama …..
Pada saat aba-aba “saya siap, area siap/clear” pemegang paddle (yang melakukan
tindakan defibrilasi) dan orang lain yang berada disekitar pasien harus dalam posisi
tidak bersentuhan dengan pasien dan lingkungan pasien.
19. Tekan paddle agak menekan ke dada dan pastikan semua permukaan paddle
bersentuhan langsung dengan kulit tanpa ada penghalang.
20. Lalu tekan tombol “Shock” yang terdapat di kedua paddle (tombol Shock berwarna
oranye) secara bersamaan sambil menyebutkan kata discharge.
21. Setelah tombol “Shock” ditekan, pada monitor display akan muncul tulisan “Shock
Delivered” tandanya energy telah diberikan.
22. Lihat kembali monitor untuk melihat perubahan gambaran irama yang terjadi setelah
dilakukan tindakan defibrilasi.
23. Dokumentasikan irama EKG setelah pemberian tindakan defibrilasi.
Tindakan Kardioversi (Synchronized Cardioversion)
24. Dengan bantuan orang lain, nyalakan mesin defibrillator dengan cara memutar knob
ke arah “Manual Defib”
25. Pilih besaran energi sesuai kebutuhan untuk kardioversi.
26. Tekan tombol “Enter Sync”.
27. Pada layar monitor akan muncul tulisan “(Are you sure to enter [SYNC]?) kemudian
tekan tombol confirm untuk mengkonfirmasi mode Synchronized Cardioversion.
28. Jika mode Synchronized Cardioversion telah aktif akan muncul tulisan SYNC dengan
warna hijau pada layar monitor.
29. Tekan tombol Lead Select untuk memilih lead terbaik yang menampilkan gambaran
sinyal yang jelas dan lebar kompleks QRS.
30. Pastikan tanda Gel-R dengan warna putih pada layar monitor menunjukkan kompleks
QRS diatasnya. Jika tanda Gel-R tidak muncul atau tidak tepat dengan gelombang R
pada gambar lead, maka pilih lead yang lain.
31. Tekan tombol Charge, defibrillator akan mengisi energy ke paddles. Pada monitor
display akan muncul tulisan “Charging to … Joule”
32. Setelah proses pengisian selesai maka akan terdengar suara “beep” dan pada monitor
display akan muncul tulisan “Do Not Touch Patient! Press Shock Button”
33. Setelah muncul tulisan “Do Not Touch Patient! Press Shock Button” pada monitor
display, instruksikan dengan suara jelas dan keras aba-aba:
 Energi siap
 Saya siap
 Area Siap/Clear
 Irama …..
Pada saat aba-aba “saya siap, area siap/clear” pemegang paddle (yang melakukan
tindakan defibrilasi) dan orang lain yang berada disekitar pasien harus dalam posisi
tidak bersentuhan dengan pasien dan lingkungan pasien.
34. Tekan paddle agak menekan ke dada dan pastikan semua permukaan paddle
bersentuhan langsung dengan kulit tanpa ada penghalang.
35. Lalu tekan dan tahan tombol “Shock” yang terdapat di kedua paddle (tombol Shock
berwarna oranye) secara bersamaan selama beberapa detik sambil menyebutkan kata
discharge.
36. Setelah tombol “Shock” ditekan, pada monitor display akan muncul tulisan “Shock
Delivered” tandanya energy telah diberikan.
37. Lihat kembali monitor untuk melihat perubahan gambaran irama yang terjadi setelah
dilakukan tindakan kardioversi.
38. Dokumentasikan kembali irama EKG, tanda – tanda vital, keadaan umum pasien
setelah pemberian tindakan kardioversi.

6. PERAWATAN DC SHOCK

A. Maintenance
1. Pengecekan unit defibrillator secara fisik; chasing unit dalam keadaan baik, kabel
elektroda tidak rusak, paddle tidak rusak/lecet.
2. Pembuangan energi secara rutin setiap hari:
- Nyalakan defibrillator, arahkan knob ke mode monitor.
- Pada monitor tekan tombol Menu. Pada layar monitor akan muncul tulisan
“Main Menu”. Pilih “User Test”
- Muncul tulisan “Entering User Test? This Will End patient Monitoring”.
Tekan Yes.
- Centang semua kotak yang ada pada menu pilihan “Select items to be tested”.
Setelah semua kotak dicentang, tekan tombol START.
- Kemudian akan muncul tulisan “Warning. Verify paddles/pads are not
connected with patient! Energy will be delivered automatically during test”.
Lalu klik OK.
- Setelah itu pada layar akan muncul tulisan “User Test-Routine Test”. Setelah
fungsi defib berjalan akan muncul kembali tulisan “Keep paddles in paddles
tray and press Charge button on paddle”
- Tekan tombol Charge (yang berwarna kuning) pada paddle kanan) yang ada
pada paddle. Setelah tombol charge ditekan pada layar akan menunjukkan
energy sedang diberikan “Charging to 360 Joule”
- Setelah proses charging, muncul tulisan “Keep paddles in paddles tray and
press Shock button on paddles”
- Tekan tombol Shock` (yang berwarna oranye) pada paddles secara bersamaan.
Waktu untuk menekan tombol shock secara bersamaan hanya 15 detik.
- Segera setelah tombol shock ditekan, akan muncul kembali tulisan “energy
delivery test using paddles passed!” pada layar.
- Muncul tulisan “Continue Energy Using Pads cable? Pilih Cancel.
- Pada layar akan muncul “User Test – Control Test” dan menginstruksikan
untuk menekan atau memutar semua knob dan tombol secara beraturan.
- Setelah semua tombol ditekan, dilayar akan muncul tulisan “Voice prompt
“No Shock advised” will be sounded”. Kemudian dengarkan suara yang
keluar dari unit defib.
- Setelah defib mengeluarkan suara “No Shock advised” akan muncul kembali
tulisan “Did you hear “No shock advised?”. Jika anda mendengarkannya pilih
yes.
- Kemudian akan muncul lagi tulisan “A screen with red, green and blue
columns will be displayed” dan layar akan menampilkan screen dengan warna
merah, hijau, dan biru.
- Pilih yes saat tulisan “Did you see a screen with red, green, and blue
columns?” muncul pada layar.
- Setelah itu akan muncul tulisan “Service indicator will flash”. Lihat kebagian
bawah layar monitor apakah ada lampu indikator berwarna merah berbentuk
silang muncul, jika ada pilih yes ketika tulisan “did you see the service
indicator flash?”
- Setelah itu akan muncul kembali tulisan “User Test – Test Completed” yang
menandakan kegiatan user test sudah lengkap.
- Klik return.
- Klik exit. Dan akan muncul tulisan “The Unit will be restarted. Are you sure
to continue?”
- Pilih Yes.
- Unit defibrillator akan merestart kembali dengan sendirinya.
3. Pembersihan
 Pada saat membersihkan alat defib, pastikan mesin dalam keadaan mati dan
tidak terhubung dengan listrik.
 Bersihkan bagian luar mesin dengan kain halus dan bersih, berikan cairan
desinfektan. Pastikan tidak ada cairan yang masuk ke dalam alat.
 Setelah defib selesai dipakai, buang semua alat sekali pakai sesegera mungkin
untuk mencegah penggunaan kembali.
 Pada bagian paddle, dapat dibersihkan dengan kain halus dan bersih, berikan
cairan desinfektan atau air sabun. Lap hingga benar-benar kering.
 Untuk membersihkan lead sensor, lepaskan terlebih lead sensor dari mesin
sebelum dibersihkan, bersihkan dengan menggunakan desinfektan.
DAFTAR PUSTAKA

European Resuscitation Council, 2018, Defibrillators,


http://www.resus.org.uk/defibrillators/standard-sign-fpr-aeds/ (terakhir diakses July 2018)

Mandal, Ananya, 2014, How to use a Defibrillator, http://www.news-medical.net/health/How-to-


use-a-Defibrillator.aspx (terakhir diakses 1 April 2014)

Mandal, Ananya, 2014, What Is Defibrillator, http://www.google.co.idd/amp/s/www.news-


medical.net/amp/health/What-is-a-Defibrillator.aspx (terakhir diakses tanggal 8 Oktober 2014)

NHLBI (National Heart, Lung and Blood Institute), NIH, 2018, http://www.nhlbi.nih.gov/health-
topics/defibrillator (terakhir diakses Juli 2018)

Rintawan, Corona., Farida Juanita., Mundakir., dan Munadi, 2016, Modul Pelatihan: Advanced
Cardiac Life Support 2016. Jawa Timur:Dzhulhijjah.

Shah, Sandy N, 2018, Defibrilation and Cardioversion,


http://emedicine.medscape.com/article/80564-overview (terakhir diakses tanggal 22 May 2018)

Woodford,Chris, 2018, Defibrillators, http://www.explainthatstuff.com/defibrillators.html


(terakhir diakses 10 Juni 2018)

Anda mungkin juga menyukai