Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

CARA PERAWATAN PADA PASIEN TBC

Disusun oleh :

Windi Dea Saputri

PROGRAM STUDI PROFESI NERS NON REGULER

STIKES HORIZON EDUCATION KARAWANG

Jl. Pangkal Perjuangan KM. 1 By Pass Karawang Barat

2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Tuberculosis (TBC)


Pokok Bahasan : Perawatan Pasien TBC di Rumah
Sasaran : Keluarga pasien TBC rawat inap ruang Cikampek
Tempat : Ruang Cikampek
Waktu : Sabtu, 30 Oktober 2021
Alokasi waktu : 15 menit (10.00 – 10.15 WIB)
Metode : Ceramah dan Tanya jawab
Media : lefleat dan lembar balik

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu
memahami tentang penyakit tuberculosis dan perawatan pasien TBC
di rumah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan, keluarga mampu untuk:
a. Memahami pengertian tuberculosis
b. Memahami penyebab tuberculosis
c. Memahami tanda dan gejala tuberculosis.
d. Memahami penularan tuberculosis
e. Memahami pengobatan tuberculosis
f. Memahami perawatan pasien tuberculosis
g. Memahami pencegahan tuberculosis

B. Subpokok Bahasan
1. Pengertian tuberculosis
2. Penyebab tuberculosis
3. Tanda dan gejala tuberculosis.
4. Penularan tuberculosis
5. Pengobatan tuberculosis
6. Perawatan pasien tuberculosis
7. Pencegahan tuberculosis

C. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan
Kegiatan penyaji Media
Kegiatan peserta
Pembukaan  Salam pembuka Memperhatikan Ceramah dan
(3 menit)  Menjelaskan maksud dan mendengarkan tanya jawab
tujuan penyuluhan. dan menjawab
 Memberi pertanyaan perihal pertanyaan
yang akan disampaikan
Penyajian Menyampaikan materi : Memperhatikan Ceramah
(5 menit )  Menjelaskan pengertian dan menggunakan
tuberculosis mendengarkan lefleat dan
 Menjelaskan penyebab keterangan lembar balik
tuberculosis
 Menjelaskan tanda dan
gejala tuberculosis.
 Menjelaskan penularan
tuberculosis
 Menjelaskan pengobatan
tuberculosis
 Menjelaskan perawatan
pasien tuberculosis
 Menjelaskan pencegahan
tuberculosis
Tanya Jawab  Memberikan kesempatan Mengajukan
(5 menit) untuk bertanya hal yang pertanyaan pada
belum dimengerti penyaji

Penutup  Memberikan kesimpulan Memperhatikan, Ceramah dan


( 2 menit) bertanya pada Audien mendengarkan, Tanya jawab
 Mengevaluasi hasil dan menjawab
penyuluhan salam.
 Salam penutup

D. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Pengajar mempersiapkan metode, media yang akan dipakai
2. Peserta dan pemateri datang tepat waktu dan pada tempat yang telah
ditentukan
3. Acara dimulai dan berakhir tepat waktu
b. Evaluasi Proses
1. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir
2. Peserta didik mampu memahami dan menjelaskan kembali:
 Pengertian tuberculosis
 Penyebab tuberculosis
 Tanda dan gejala tuberculosis.
 Penularan tuberculosis
 Pengobatan tuberculosis
 Perawatan pasien tuberculosis
 Pencegahan tuberculosis
3. Peserta mengajukan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan
benar
4. Peserta mengikuti acara dengan antusias.
c. Evaluasi Hasil
Penyuluhan dikatakan berhasil jika :
A. Lebih dari 75% keluarga dan pasien mampu menjawab pertanyaan
dari penyuluh

E. Materi (terlampir)
F. Daftar Pustaka
Aditama, T. 2006. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. Jakarta: Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia.
ArtoYuwono Soeroto. 2002. Bahaya pengobatan TBC yang tidak tuntas.
Bandung: PT. Rineka Cipta,
MATERI PENYULUHAN
TUBERCULOSIS (TBC)

A. Pengertian Tuberculosis
Tubercolusis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tubercolusis. Kuman ini biasanya menyerang paru-
paru, tetapi dapat juga menyerang bagian lain dari tubuh seperti ginjal, tulang,
dan otak. Jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan kematian.
Perbedaan Infeksi dan Penyakit TBC
No Infeksi TBC (TBC Pasif) Infeksi TBC (TBC Aktif)
1. Tidak ada gejala-gejala Terdapat gejala-gejala seperti:
- Batuk lebih dari 2 minggu
- Nyeri dada
- Batuk darah
- Dahak bercampur darah
- Badan lemah
- Nafsu makan menurun
- Berat badan turun
- Berkeringat pada malam hari
- Demam
2. Tidak menular ke orang lain Menularkan ke orang lain
3. Hasil tes kulit positif Hasil tes kulit positif
4. Hasil foto XRay dada dan tes Hasil foto XRay dada dan tes
dahak normal dahak abnormal

Orang yang terkena TBC Pasif tidak serta merta menjadi sakit, tetapi
bila sistem kekebalan tubuh menurun karena berbagai macam sebab, ia akan
menjadi penderita TBC aktif. Untuk itu penderita TBC pasif dianjurkan untuk
berobat untuk membunuh kuman TBC. Kuman TBC hanya dapat dibasmi
dengan obat-obatan yang disertai makan makanan bergizi serta pola hidup
sehat.
B. Penyebab Tuberculosis
TBC menyebar melalui udara dan ditularkan melalui batuk dan bersin.
Proses penularan terjadi ketika seorang yang memiliki penyakit tubercolusis
aktif batuk atau bersin hingga menyebarkan kuman ke udara. Kuman tersebut
terhirup oleh orang yang berada didekatnya dan mengakibatkan orang
tersebut terinfeksi kuman TBC. Karena orang yang terdekat dengan penderita
adalah keluarganya, maka orang menyangka penyakit TBC adalah penyakit
keturunan.
Kuman-kuman TBC akan menetap di dalam tubuh tanpa membuat
sakit. Hal tersebut dinamakan infeksi TBC. Sistem kekebalan tubuh kita
menjebak kuman-kuman tersebut, sehingga kita tetap sehat. Dan ketika
kekebalan tubuh kita menurun atau tidak dapat melawan, kuman-kuman
tersebut menyerang paru-paru atau organ tubuh yang lain. Hal ini dinamakan
penyakit TBC.

C. Tanda dan gejala Tuberculosis


Keluhan yang dirasakan penderita TBC dapat bermacam-macam atau malah
tanpakeluhan sama sekali. Keluhan ynag terbanyak adalah:
1. Demam : kadang panas badan dapat mencapai 40 – 41 0C
2. Batuk lebih dari 2 minggu (banyak ditemukan) bila berlanjut dapat terjadi
hemoptisis (batuk darah)
3. Dahak bercampur darah
4. Nyeri dada dapat ditimbulkan jika infiltrasi radang sudah samapi ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis
5. Nafsu makan menurun.
6. Sakit kepala
7. Berkeringat pada malam hari, panas pada sore dan malam hari.
8. Badan makin kurus/BB menurun
9. Malaise atau badan lemah: gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia (tidak ada nafsu makan). Gejalamalaise ini makin lama makin
berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
D. Penularan Tuberculosis
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC
batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita
TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru
akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya
tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi
hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru,


maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular
(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh
sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai
tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan
tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami
perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan
tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini,
banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya
kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat
tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh
yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang
memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

Yang beresiko tinggi terkena TBC


1. Orang-orang yang kontak fisik secara dekat dengan penderita
2. Orang-orang tua
3. Anak-anak
4. Pengguna psikotropika
5. Orang-orang bertaraf hidup rendah dan memiliki akses rendah terhadap
fasilitas kesehatan
6. Pengidap HIV
7. Orang-orang yang berada di negara yang terkena epidemi TBC
8. Orang-orang yang sedang sakit dan turun daya tahan kekebalan tubuhnya
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
 Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
 Pemeriksaan fisik.
 Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
 Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
 Rontgen dada (thorax photo).
 Uji tuberkulin.

E. Pengobatan Tuberculosis
Kuman Tubercolusis hanya dapat dibasmi dengan obat-obatan. Obat-
obatan yang sering digunakan adalah:
- Isoniazid (INH)
- Rifampicin (RIF)
- Pyrazinamide (PZA)
- Ethambutol (EMB)
- Streptomycin (SM)
Untuk menghindari munculnya bakteri TBC yang resisten dan
mempercepat pembasmian kuman, biasanya diberikan obat yang terdiri
kombinasi 3-4 macam obat ini. Jika pengobatannya kurang dari 6 bulan atau
si penderita menghentikan pengobatan karena merasa sudah sehat walau
belum waktu tersebut, maka bakteri tersebut tidak mati dan akan membuat
kambuh kembali penyakit TBC serta kebal terhadap obat yang pertama.

F. Perawatan Pasien Tuberculosis


Perawatan bagi TBC aktif dan TBC pasif walaupun menggunakan
obat anti tubercolusis (OAT) yang sama namun periode perawatannya
berbeda. Penderita TBC pasif (infeksi TBC) cukup diberi perawatan dalam
waktu 6 bulan yang dikenal dengan perawatan pencegahan. Sedangkan
penderita TBC aktif (penyakit TBC) memerlukan waktu 6-9 bulan dan isolasi
mungkin diperlukan ketika dianggap menular. Perawatan dalam kedua
keadaan itu disertai dengan konsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup
dan, mengikuti saran-saran dokter.
Karena pengobatan ini memerlukan waktu yang lama dan obat-obatan
yang diminum juga banyak, maka faktor kepatuhan penderita minum obat
sangat diperlukan untuk mencegah kegagalan terapi atau resistensi. Untuk itu
dilakukan strategi penyembuhan TBC jangka pendek dengan pengawasan
langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcourse).
Dalam DOTS ada seseorang yang akan mengawasi serta
mengingatkan penderita minum OAT yang disebut dengan Pengawas Minum
Obat (PMO). Biasanya PMO ini berasal dari keluarga atau kerabat dekat
penderita. Dengan menggunakan strategi DOTS proses penyembuhan TBC
dapat secara cepat dan tepat.
Bagi penderita TBC:
 Jangan lupa untuk secara teratur minum obat setiap harinya, sesuai anjuran
dokter
 Selalu menutup mulut dengan tisu jika batuk, bersin atau tertawa. Simpan
tisu dalam tempat tertutup dan buang di tempat sampah
 Meludah di tempat yang terkena sinar matahari atau ditempat yang diisi
dengan air sabun atau carbol.
 Beraktifitas seperti biasa, seperti sekolah, bermain, dan bekerja. Selama
penderita TBC minum obat dengan benar, maka risiko menularkan akan
hilang. Jadi aktifitas sosial dan harian tidak ada yang perlu dibatasi, artinya
penderita TBC jangan dikucilkan atau dijauhi.
 Menjemur tempat tidur penderita secara teratur
 Sirkulasi dalam kamar harus baik, jika perlu tambahkan kipas angin untuk
membuang udara di dalam kamar. Usahakan tinggal dalam kamar atau
rumah yang memiliki ventilasi cahaya baik. Kuman TBC mudah menyebar
dalam ruangan tertutup dan tidak ada sirkulasi udara.
 Makan-makanan yang bergizi
 Periksa kesehatan secara teratur di Puskesmas / rumah sakit terdekat

Bagi yang merawat pasien TBC:


 Menggunakan alat pelindung diri saat kontak langsung dengan penderita
TB(masker).
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi.
 Buka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk
ke dalam rumah

G. Pencegahan Tuberculosis
Yang menjadi sumber penyebaran TBC adalah penderita TBC, hal
yang paling efektif adalah mengurangi penderita TBC. Ada dua cara yang
dilakukan pada saat ini dalam mengatasi penyebaran, yaitu terapi dan
imunisasi.
1. Untuk terapi, WHO merekomendasikan strategi DOTS. Dalam hal ini
ada tiga tahapan penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan
pengobatan dan melakukan pengawasan langsung.
2. Cara kedua adalah imunisasi. Imunisasi akan memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit TBC. Vaksin TBC, yang dikenal dengan nama
BCG (Bacillus Calmette Guerin) terbuat dari bakteri Mycobacteria
Tubercolusis strain BCG. Bakteri ini menyebabkan TBC pada sapi, tapi
tidak pada manusia. Vaksin BCG hanya diperlukan sekali seumur hidup.
Di Indonesia diberikan kepada balita sebelum berumur dua bulan.
BCG tidak dapat mencegah serangan TBC namun memberikan
perlindungan kepada anak pada bagian vital lain seperti otak (meningitis
tuberkolusis) yang dapat berakibat buruk pada perkembangan otak anak dan
bisa menyebabkan kematian. Pengecekan imunitas yang diberikan dari BCG
perlu dilakukan setelah periode waktu tertentu (3 s.d. 5 tahun) sebab
kekuatan vaksin dapat menghilang.

Anda mungkin juga menyukai