Prodi : S1-Kebidanan
Nim : 203302080010
Dalam hal ini, PP No. 47 Pasal 6 Tahun 2016 belum sepenuhnya terlaksana, mengingat
banyaknya kasus mengenai buruknya pelayanan kesehatan yang dialami oleh
masyarakat terutama masyarakat miskin.
Seperti yang terjadi di Sumatera Utara, bahwa layanan kesehatan masih menjadi
keluhan masyarakat. Hal ini terbukti dari masyarakat yang mengeluh bahwa untuk
melaksanakan tindakan operasi saja harus menunggu waktu yang lama bahkan
mencapai tiga bulan. Begitu juga dengan tidak adanya ruangan rawat inap (opname). Di
beberapa rumah sakit pemerintah, masyarakat yang ingin menjalani rawat inap sering
kecewa karena pihak rumah sakit selalu menyebut tidak ada ruangan untuk opname.
(1) Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib menyediakan paling sedikit 1 (satu) pusat
kesehatan masyarakat pada setiap kecamatan.
(2) Pendirian lebih dari 1 (satu) pusat kesehatan masyarakat didasarkan pada
pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan aksesibilitas.
PP No. 47 Tahun 2016 Pasal 11 belum terlaksana dengan baik, karena di beberapa
kecamatan pada daerah terpencil fasilitas kesehatan belum memadai bahkan cenderung
tidak ada, sehingga masyarakat yang sakit atau ingin melahirkan mengalami kesulitan
untuk mendapatkan fasilitas kesehatan.
Seperti yang terjadi di Desa Naniari, Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian
Barat, Maluku. Seorang ibu hamil harus ditandu kerabat dan keluarganya demi
mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak di puskesmas terdekat. Mereka harus
berjalan kaki sambil menyusuri hutan dan lembah yang curam hingga akhirnya tiba di
Puskesmas Taniwel. Bahkan di beberapa kasus, ada warga yang meninggal akibat
jauhnya fasilitas kesehatan yang ada.
(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan rumah sakit sesuai dengan
kebutuhan masyarakat: a. paling sedikit 1 (satu) rumah sakit dengan klasifikasi paling
rendah kelas D untuk setiap kabupaten/kota; dan b. paling sedikit 1 (satu) rumah sakit
dengan klasifikasi paling rendah kelas B untuk setiap provinsi.
(2) Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam melakukan pemenuhan sebaran rumah
sakit secara merata di setiap wilayah kabupaten/kota berdasarkan pemetaan daerah
dengan memperhatikan jumlah dan persebaran penduduk, rasio jumlah tempat tidur, dan
akses masyarakat.
(3) Selain Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam menyediakan rumah sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), swasta dapat mendirikan rumah sakit sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peraturan Pemerintah ini belum sepenuhnya terlaksana, karena rumah sakit di daerah
terpenil belum memadai atau cenderung tidak ada. hal ini dibuktikan dengan jumlah
fasilitas kesehatan terutama rumah sakit yang berada di Provinsi Papua Barat masih
sangat terbatas dan jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Masyarakat di daerah yang tidak memiliki rumah sakit harus dirujuk ke Manokwari dan
daerah lain. Selain terbatas dari sisi infrastruktur, rumah sakit di Papua Barat juga masih
memiliki keterbatasan dalam hal peralatan kesehatan.
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Antara Hak Asasi Manusia dan kesehatan terdapat hubungan yang saling
mempengaruhi, karena seringkali akibat dari pelanggaran HAM adalah gangguan
terhadap kesehatan demikian pula sebaliknya, pelanggaran terhadap hak atas kesehatan
juga merupakan pelanggaran terhadap HAM.
Namun dalam hal ini, hak dalam mendapatkan kesehatan belum benar-benar terjadi di
negara ini. Hal tersebut didukung beberapa masyarakat terutama masyarakat miskin,
tidak mendapatkan hak atas kesehatannya. Seperti yang terjadi di Gresik, seorang pasien
dari keluarga miskin yang menderita penyakit jantung komplikasi akhirnya meninggal
dunia karena ditolak oleh rumah sakit. Pasien tersebut sudah menyertakan surat miskin
atau surat keterangan tidak mampu tetapi pihak rumah sakit menolak dengan alasan
pasien tidka masuk dalam daftar askeskin maupun jamkesmas. Karena hal tersebut,
pasien gagal di selamatkan dan akhirnya meninggal dunia.
Kompetensi Inti Bidan dalam hal area etik legal dan keselamatan klien adalah
Hal ini belum sepenuhnya terpenuhi karena terdapat beberapa kasus malpraktek yang
dilakukan oleh bidan. Kasus ini tentunya melanggar kode etik kebidanan dalam menjaga
keselamatan klien dalam praktik kebidanan. Seperti yang terjadi di Palembang, seorang
ibu melahirkan bayi dalam keadaan tidak bernyawa setelah menjalani persalinan di salah
satu praktek bidan palembang. Bayi tersebut lahir dalam keadaan leher yang patah,
sekujur tubuh yang mengalami luka, dan tali pusar yang terlepas. Hal tersebut diduga
kuat karena adanya kesalahan dalam proses persalinan yang dilakukan oleh bidan.
Surat Edaran ini dimaksudkan untuk menyampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota untuk segera melaksanakan gerakan "Semua
Pakai Masker" dan penyediaan sarana CTPS sebagai upaya pencegahan penularan
COVID-19 di wilayah kerja masing-masing.
Beberapa poin yang dikemukakan dalam Surat Edaran ini adalah sebagai berikut :
a. Penggunaan masker wajib untuk semua orang ketika berada di luar rumah;
b. Masker medis (masker bedah dan masker N-95) untuk tenaga kesehatan,
sedangkan masker kain (berlapis 3 (tiga)) untuk semua orang ketika berada di luar
rumah;
c. Masker kain maksimal dipakai selama 4 jam dan harus dicuci menggunakan
deterjen;
e. Selalu berperilaku hidup bersih dan sehat melalui Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) dengan air mengalir dan/atau hand sanitizer antiseptic; dan f. Menjaga
jarak fisik dimana pun berada serta terapkan etika batuk dan bersin.
Hal ini belum terlaksana dengan baik karena masyarakat cenderung tidak mentaati
penggunaan masker dan selalu mencuci tangan, bahkan masyarakat terlihat berdesakan
dan tidak menjaga jarak aman untuk memutus tali penyebaran covid-19. Seperti yang
terjadi di Kabupaten Demak, masyarakat disana tidak menggunakan masker dan merasa
bodoh dengan penyebaran virus corona meskipun saat ini Demak masih dalam kondisi
berstatus zona merah. Masyarakat menganggap bahwa keadaan new normal merupakan
suatu keadaan yang sudah normal sehingga mereka tidak perlu memakai masker lagi.
Dikatakan bahwa :
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PSI Jaminan
Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai Peserta program Jaminan
Kesehatan
Peraturan tersebut belum terlaksana dengan baik karena ada beberapa masyarakat
mampu ditemukan menjadi penerima bantuan iuran hal ini ditemukan oleh pihak BPJS
Kesehatan yang masih menerima bantuan iuran padahal peserta secara finansial
dikatakan mampu. Ada juga satu keluarga yang tak semuanya mendapatkan bantuan atau
masuk sebagai peserta PBI. Padahal, seharusnya kalau salah satu anggota keluarga
mendapatkan bantuan karena tergolong miskin, maka seluruh keluarga harus masuk jadi
peserta PBI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pasal 2
kebidanan namun tetap membuka praktek, bahkan bidan tersebut dilaporkan sudah
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik kebidanan