Anda di halaman 1dari 6

RANGKAIAN LOGIKA KOMBINASIONAL / MODUL III

Praktikan: Nicholas Melky S Sianipar (13206010)


Asisten: Eka
Waktu Percobaan: 31 Oktober 2008
EL2195 – Sistem Digital
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika – ITB

Abstrak

Pada praktikum ini praktikan mencoba mendesain rangkaian kombinasional sederhana


dan decoder BCD-to-7-segmen untuk diimplementasikan di dalam FPGA. Setelah
perancangan dibuat, rangkaian verifikasi fungsinya menggunakan simulasi fungsional dan
juga diidentifikasi worst case delay pathnya menggunakan analisis dan simulasi waktu.
Praktikan dapat juga melihat pengaruh waktu tunda maksimum pada rangkaian. Apabila
hasil simulasi yang didapatkan sudah sesuai, rancangan didownload ke FPGA dan dapat
dicoba kebenaran fungsinya dengan memberi inputnya pada flex switch.

1 Pendahuluan

Pada praktikum ini praktikan akan mencoba merancang rangkaian digital pada software
Altera Quartus II 6.0. Untuk mendesain rangkaian dan mencobanya pada FPGA praktikan
harus mengetahui prosedur percobaan yang mana prosedurnya sama dengan prosedur pada
percobaan modul II ditambah dengan simulasi Timing dan Functional serta Simulasi Worst
Case Delay. Urutan prosedur percobaan adalah : Pembuatan project sederhana dan BCD-
to-7-segmen, Memasukan desain skematik atau VHDL, Kompilasi, Pembuatan Netlist dan
simulasi fungsional, Simulasi Timing, Simulasi Worst Case Delay, dan Memprogram ke
dalam FPGA.. FPGA yang digunakan pada praktikum ini adalah FPGA EP2C20F484C7N.

2 Dasar Teori
Dalam teknologi Altera Cyclone yang kita gunakan, fungsi logika diuraikan oleh software
implementasi kedalam bentuk subfungsi 4‐masukan. Setiap subfungsi kemudian
diimplementasikan oleh tabel kebenaran yang bekerja seperti multiplexer dan dibuat
dengan memprogram SRAM yang mendefinisikan fungsionalitas dari FPGA. Setiap tabel
kebenaran memiliki waktu tunda yang berkontribusi ke waktu tunda keseluruhan.
Sedangkan untuk membedakan antara rangkaian kombinasional dan sekuensial, dalam
subfungsi juga diberikan sebuah D flip‐flop seperti yang terlihat pada gambar 2-1 .

Gambar 2-1 Bentuk subfungsi yang merepresentasikan logika pada FPGA

Penguraian kedalam subfungsi yang dikombinasikan dengan routing interkoneksi


menghasilkan ketidakpastian dalam delay propagasi dari masukan ke keluaran dalam
implementasi rangkaian. Suatu persamaan logika dengan 2 variabel mungkin saja memiliki
waktu tunda yang sama dengan yang menggunakan 4 variabel karena bentuk subfungsi
FPGA. Perancang yang berpengalaman mungkin bisa menggunakan pengaturan tertentu
untuk menspesifikasikan waktu tunda maksimum yang dapat diterima. Apapun
masalahnya, sangat berguna bagi kita untuk mengetahui berapa waktu tunda dari rangkaian
kita. Karena hampir semua rangkaian kombinasional ditempatkan pada kondisi sekuensial,
biasanya kita tertarik pada worst case delay yang bisa terjadi dalam operasi rangkaian dari
masukan rangkaian kombinasional ke setiap keluaran rangkaian kombinasional.
Estimasi worst case delay ditentukan dengan menambahkan delay perkiraan maksimum
kedalam rangkaian kombinasional termasuk logika dan interkoneksi. Karena
ketidakpastian ini, worst case delay hanya bisa ditentukan setelah proses implementasi
selesai termasuk penguraian menjadi subfungsi dan routing interkoneksi.
Dalam percobaan ini, kita akan membangun dua rangkaian. Dengan rangkaian pertama kita
akan melihat beberapa tipe dari simulasi yang dapat kita gunakan dan melihat
kemungkinan efek dari proses penguraian yang mengimplementasikan rangkaian
sebenarnya secara fisik. Kemudian dengan rangkaian kedua, selain memverifikasi
fungsionalitasnya, kita juga akan mencari worst case delay dari setiap masukan ke setiap
keluaran dan akan menggunakan metode simulasi yang hanya dapat diaplikasikan pada
rangkaian sederhana untk mencari jalur sebenarnya yang ditempuh dimana delay
ditemukan. Dengan Mengetahui jalur dari worst case delay kita kemudian bisa mengukur
delay pada setiap titik jalur tersebut di lab. Delay yang terukur ini bukanlah worst case
delay tetapi lebih kepada waktu tunda rata‐rata.

Gambar 2-2 Konvensi penomoran 7‐segmen dan Pola Display 7‐segmen

Rangkaian ini digunakan untuk mengkonversikan suatu nilai desimal terkode biner(BCD)
ke pola segmen yang sesuai pada display 7‐segmen. Karena nilai BCD adalah angka 4‐bit
pada jangkauan 0‐9, bagaimana kita memperlakukan nilai 10‐15(don’t care atau tidak)
akan berpengaruh pada desain kita.

3 Metodologi
Secara umum alur perancangan rangkaian digital dengan menggunakan FPGA dari
ALTERA dapat digambarkan seperti flowchart pada gambar dibawah ini:
Gambar 3-1 Flowchart umum proses perancangan

Gambar 3-2 Rangkaian Sederhana dalam Skematik

Gambar 3-3 Rangkaian BCD-to-7-segmen dalam Skematik


Gambar 3-4 Pemasangan Kaki pin pada BCD-to-7-segmen dalam Skematik

4 Hasil dan Analisis

Data hasil percobaan didapatkan sebagai berikut :


Gambar 4-1. Hasil Simulasi Fungsional Rangkaian Sederhana

Clock Time = 20.0 ns


Gambar 4-2. Hasil Simulasi Timing Rangkaian Sederhana

Clock Time = 20.0 ns


Dari data diatas dapat disimpulkan hasil output rangkaian sesuai dengan desain
skematiknya. Perbedaan kedua simulasi yaitu pada Simulasi Fungsional perubahan
GPIO[16] dari 10 terjadi pada waktu ke 490 ns sedangkan pada simulasi Timing terjadi
pada waktu ke 498ns. Perbedaan ini terjadi karena pada simulasi timing, delay setiap gate
diperhitungkan sehingga mode simulasi Timing adalah permodelan secara akurat pada
kondisi nyata. Hasil sebenarnya diharapkan sama dengan hasil simulasi karena delay gate
seharusnya diperhitungkan dalam kondisi nyata.
Gambar 4-3. Hasil Simulasi Fungsional Rangkaian BCD-to-7-segmen
Gambar 4-3. Hasil Simulasi Timing Rangkaian BCD-to-7-segmen

Gambar 4-3. Menghitung Delay untuk Xi = SW1[1] dan Yj = HEX1[5]

Worst Case-tpd From SW1[1] To HEX[5].


Dari data diatas, simulasi rangkaian BCD-to-7-segmen telah sesuai dengan yang
diharapkan. Tapi terdapat perbedaan antara kedua simulasi, sama seperti pada rangkaian
sederhana yang mana pada simulasi timing, delay setiap gate pada skematiknya
diperhitungkan. Perhitungan worst case delay (Gambar 4-3) diperoleh dengan masukan
input = ‘D1’ dan keluaran output pada ‘F’ yaitu pada SW1[1] berubah 01 dengan delay
= +8.089 (kondisi SW1[0], SW1[2], SW1[3] = 0).
Tabel 4-5. Hasil Pengimplementasian BCD-to-7-segmen

Switch -1 Switch -2 Switch -3 Switch -4 OUTPUT

0 0 0 1

0 0 1 0

0 0 1 1

0 1 0 0

0 1 0 1

0 1 1 0

0 1 1 1
1 0 0 0

1 0 0 1

0Switch terbuka 1Switch tertutup LED nyala LED mati


Dari data hasil pengimplementasian BCD-to-7-segmen, didapatkan bahwa hasil simulasi
dan verifikasi input pada FPGA sesuai penggambaran hardware pada skematik. Namun,
pada hasil impelmentasi diperoleh bahwa 7-segmen menggunakan input ‘LOW’.

5 Kesimpulan

Peracangan rangakaian digital dapat dilakukan dengan pendekatan skematik maupun


VHDL. Hasil perancangan dapat disimulasikan baik dengan simulasi fungsional dan
simulasi timing. Dengan simulasi timing kita dapat menghitung worst case delay path
suatu rangkaian. Setelah program didownload, program yang dijalankan pada FPGA dapat
diverifikasi kebenarannya.

6 Daftar Pustaka

[1] Frank Vahid, Digital Design, Hal. 165-170, John Wiley & Sons Inc., California,
2007

[2] Z. Vranesic, Fundamentals of Digital Logic, Hal. 271-278, McGraw-Hill, New York,
2005

Anda mungkin juga menyukai