Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa balita merupakan masa yang tergolong rawan dalam pertumbuhan dan
perkembangan karena pada masa ini balita mudah sakit dan mudah terjadi kurang
gizi. Masa balita adalah kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan
gizi disebabkan kondisi balita yang menjadi periode transisi dari memulai makan
bayi menuju makanan orang dewasa, jadi pada masa ini metabolisme tubuh perlu
beradaptasi dengan asupan pada periode transisi ini. Masalah gizi yang terjadi
pada masa periode emas bersifat permanen dan juga sulit untuk dipulihkan
walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi. Masalah kekurangan
gizi yang banyak mendapat perhatian pada akhir-akhir ini adalah masalah gizi
kronis dalam bentuk anak pendek atau stunting.1,2,3
Stunting merupakan masalah gizi kronis, artinya muncul sebagai akibat dari
keadaan kurang gizi yang terakumulasi dalam waktu cukup lama. Stunting adalah
gambaran terhambatnya pertumbuhan sebagai akibat dari kurangnya asupan zat
gizi dalam jangka waktu cukup lama. Menurut WHO Child Growth Standards
stunting didasarkan pada indeks panjang badan dibandingkan umur (PB/U)
ataupun tinggi badan dibandingkan umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang
dari -2 SD. World Health Organization memaparkan dalam judul yaitu Reducing
Stunting in Children bahwa secara global pada tahun 2016, sebanyak (22,9%) atau
154,8 juta anak-anak balita mengalami stunting. Di Indonesia prevalensi stunting
secara nasional tahun 2013 adalah (37,2%), ini terjadi peningkatan dibandingkan
tahun 2010 (35,6%) dan turun menjadi (30,8%) pada tahun 2018 (Riskesdas,
2018).1,2,4
Stunting sendiri diketahui dapat menimbulkan dampak yang tidak
diinginkan seperti terjadinya peningkatan morbiditas, mortalitas serta masalah
perkembangan anak. Stunting menghambat pertumbuhan ekonomi dan
produktivitas pasar kerja karena dapat mengurangi pendapatan pekerja dewasa
hingga mencapai 20% serta mengurangi (10%) dari total pendapatan seumur
hidup. Ada dua penyebab langsung terjadinya kekurangan gizi terutama pada
stunting, yaitu kurangnya asupan gizi dari makanan dan penyakit infeksi.

1
2

Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh sebab langsung yaitu konsumsi makanan dan
infeksi, serta sebab tidak langsung meliputi ketahanan pangan keluarga, pola asuh
anak, sanitasi lingkungan, serta pemanfaatan pelayanan kesehatan. Jadi masalah
kurangnya gizi terutama pada kasus stunting ternyata tidak hanya oleh karena
sektor kesehatan saja melainkan juga berasal dari sektor lainnya. Untuk
menangani hal tersebut, Indonesia sendiri berfokus pada 1.000 hari pertama
kehidupan (terhitung sejak dari konsepsi hingga usia 2 tahun) dalam
menyelesaikan masalah stunting secara terintegrasi, oleh karena masalah gizi ini
tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja, tetapi juga oleh sektor
di luar kesehatan. Hal ini tertuang dalam peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.1,3,4
Pada dasarnya, pola pemberian makan pada balita sangatlah berperan
penting dalam proses pertumbuhannya, karena dalam makanan banyak
mengandung gizi. Apabila pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita
maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan dapat
terjadi gizi buruk pada balita. Pola asuh pemberian makanan sendiri merupakan
kemampuan orang tua dan keluarga untuk menyediakan waktu, perhatian dan
dukungan dalam memberikan makanan kepada anaknya. Konsumsi aneka ragam
makanan serta konsumsi makanan yang bersumber hewani meningkatkan
pertumbuhan linear.1,3,5
Oleh karena hal itu, peneliti merasa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai hubungan pola asuh pemberian makanan dengan kejadian stunting anak
usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya. Wilayah kerja Puskesmas
Sukajaya terdiri dari empat Gampong, yaitu Gampong Balohan, Gampong Ie
Meulee, Gampong Ujong Kareung, dan Gampong Anoi Itam. Adapun, penelitian
pada kasus ini hanya diteliti pada Gampong Balohan saja.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan
masalah bagaimana hubungan pola asuh pemberian makanan dengan kejadian
stunting pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya?
3

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh pemberian
makanan dengan kejadian stunting anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Sukajaya.
1.3.1 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui insidensi kejadian stunting dan faktor pemberian pola
asuh makanan di Puskesmas Sukajaya.
2. Untuk mengetahui hubungan pola asuh pemberian makanan dengan
kejadian stunting pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Sukajaya.

1.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian adalah terdapat hubungan pola asuh pemberian
makanan dengan kejadian stunting pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Sukajaya.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Ilmiah
Penelitian ini nantinya diharapkan memberikan informasi mengenai
pengaruh pola asuh pemberian makanan dengan kejadian stunting pada anak usia
0-59 bulan di lingkup wilayah kerja Puskesmas Sukajaya. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Klinisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu petugas dalam memahami,
merancang dan melaksanakan strategi yang tepat serta cepat sebagai upaya
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang ada sehingga tercapai
derajat kesehatan dan kepuasan tertinggi.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan memberikan pengetahuan mengenai
stunting dan faktor yang mempengaruhinya.

Anda mungkin juga menyukai