Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PERJALANAN SDM KEBUDAYAAN

DINAS DIKBUDPORA PROVINSI GORONTALO


A.N : Hi. YAMIN HUSAIN. SE
Sekolah Yang dikunjungi : SMA 1 SUWAWA
Materi : POHUTU TAWUNU BOHU LO ISILAMU (Tata Upacara Adat
Tahun Baru Islam)

MAKNA

Pohutu Du’a Lo Ulipu ini pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu kebiasaan yang
dirayakan tiap tahun, tetapi mengandung makna bahwa sangat berharga waktu dalam
kehidupan kita sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ashr Ayat (1) “Wal-Asri” (demi
masa) waktu yang kita lewati setiap saat tidak akan terulang kembali. Untuk itu kita perlu
mengisi waktu –waktu itu dengan amalan yang bermanfaat, baik di dunia maupun di akhirat.
Disamping itu setiap hari besar islam yang dirayakan memiliki makna yang terkandung
dalam pesan hari besar islam tersebut, sebagai contoh tahun baru islam, 1 muharam
bermakna kita perlu mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada kita karena diberi umur
yang panjang sehingga masih dapat memasuki tahun berikutnya. Kita diperingatkan bahwa
umur kita sudah berkurang satu tahun berikutnya. Kita diperingatkan bahwa umur kita sudah
berkurang satu tahun atau kita semakin dekat almaut. Kita diberi kesempatan untuk
menghitung amalan-amalan yang kita perbuat di tahun sebelumnya dan diberi kesempatan
untuk memperbaiki dan meningkatkannya pada tahun berikutnya.
Proses pelaksanaan Pohutu lo Tawunu Bohu atau tata upacara adat tahun baru islam
diuraikan sebagai berikut.
1. Pada hari H-3 Baate mapoma’alumu (memberitahukan) kepada camat dan kadli
tentang perkiraan hari H tersebut.
2. Pada hari H-2, Baalanga lo ulipu (Pemberitahuan oleh pemangku adat) kepada
Gubernur/Bupati/Walikota, Ketua DPRD, Wagub/Wabup/Wawali, Sekretaris Daerah,
Camat, Moputi, dan Kadli. Baalanga to ulipu terdiri seorang Baate, kimalaha (buatulo
bubato), seorang imam (buatulo sara’a_, maayuluda’a (buatulo bala), seorang wali
moali, dan seorang palabila (juru tulis)
3. Pada hari H -1, Semua persiapan selesai.
4. Pada hari H. Pukul 15.45 Gubernur/Bupati/Walikota tiba di mesjid
5. Rombongan memasuki mesjid gendering adat dibunyikan.
6. Rombongan salat sunat tahiyatul masjid.
Setelah salat sunat dan salat ashar, tempat duduk di mesjid diatur sebagaimana berikut
ini.
7. Baate dan Wu’u Mopoma’alumu (Memaklumkan) kepada Gubernur/Bupati/Walikota
di depan Gubernur/Bupati/Walikota baate molubo sambil berdiri, lalu duduk dan
molubo lagi, kemudian mengucapkan “amiyaatia mongotiombuto eeya,
mopoma’alumu olando eeya wolo mongowutatondo eeya du’a lo pulito taawunu tanu
ma tumulalo eeyanggu” artinya : kami para kakek tuanku, memaklumkan kepada
tuanku dan saudaran tuanku bahwa acara doa akhir tahun akan dimulai. Dijawab oleh
Gubernur/Bupati/Walikota dengan ucapan “bismillah”.
8. Doa dimulai oleh mufti/Kadli
9. Setelah selesai doa akhir tahun dilanjutkan dengan persiapan salat Magrib bersama.
10. Tempat duduk di mesjid, semua menghadap ke kiblat untuk persiapan salat Magrib
bersama.
11. Acara di mesjid di mulai dengan terlebih dahulu 2 orang sarada’a mopoma’alumu
kepada Gubernur/Bupati/Walikota di depan Gubernur/Bupati/Walikota molubu
sambil berdiri, dibalas oleh Gubernur/Bupati/Walikota dengan ucapan “Subhanaka
laa ilmalana illaa ma allam tanaa” lalu kedua sarada’a tersebut duduk dan
mengucapkan : “tanu ma tilumuoto wakutu eeyanggu”. (dimaklumkan bahwa waktu
salat telah tiba). Dijawab oleh Gubernur/Bupati/Walikota dengan “Bismillah”.
12. Setelah salat magrib selesai dilanjutkan dengan pengaturan tempat duduk kembali
seperti doa akhir tahun untuk persiapan doa awal tahun 1 Muharram.
13. Baate dan wu’u kembali mopoma’alumu (memaklumkan) kepada
Gubernur/Bupati/Walikota di depan Gubernur/Bupati/Walikota baate molubo sambil
berdiri, lalu duduk dan molubo lagi, kemudian mengucapkan : “amiyaatia
mongotiombuto eeya wolo mongowutatondo eeya du’a lo bohulio lo taawunu, tanu
ma tumulalo eeyanggu” artinya : kami para kakek tuanku, memaklumkan kepada
tuanku dan saudara tuanku bahwa acara doa awal tahun akan dimulai. Dijawab oleh
Gubernur/Bupati/Walikota dengan ucapan “Bismilah”.
14. Doa dimulai oleh Mufti/Kadli
15. Setelah doa selesai, dilanjutkan dengan Mopodungga lo u yilumolo wau moposadakah
(menyajikan minuman dan menyerahkan sedekah).
16. Genderang adat dibunyikan dan dilanjutkan dengan mongabdi.
17. Gubernur/Bupati/Walikota dan rombongan berdiri menuju rumah masing-masing atau
menunggu salat isya bersama.
18. Sesudah doa akhir tahun dianjurkan semua mesjid membunyikan beduk dengan nada
polo-polota’ulo.
Mengetahui
Ketua Takmirul mesjid Tenaga Kebudayaan
Besar Almuttatahirin Kec, Tapa Dinas Dikbudpora Prov. Gorontalo

Hi. HAMID DELATU, SE Hi. YAMIN HUSAIN, SE


LAPORAN PERJALANAN SDM KEBUDAYAAN
DINAS DIKBUDPORA PROVINSI GORONTALO
A.N : Hi. YAMIN HUSAIN, SE

Sekolah yang dikunjungi :


Materi : POHUTU TAWUNU BOHU LO ISILAMU
(Tata Upacara Adat Tahun Baru Islam)

MAKNA

Pohutu Du’a Lo Ulipu ini pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu kebiasaan yang

dirayakan tiap tahun, tetapi mengandung makna bahwa sangat berharga waktu dalam

kehidupan kita sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ashr Ayat (1) “Wal-Asri” (demi

masa) waktu yang kita lewati setiap saat tidak akan terulang kembali. Untuk itu kita perlu

mengisi waktu –waktu itu dengan amalan yang bermanfaat, baik di dunia maupun di akhirat.

Disamping itu setiap hari besar islam yang dirayakan memiliki makna yang terkandung

dalam pesan hari besar islam tersebut, sebagai contoh tahun baru islam, 1 muharam

bermakna kita perlu mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada kita karena diberi umur

yang panjang sehingga masih dapat memasuki tahun berikutnya. Kita diperingatkan bahwa

umur kita sudah berkurang satu tahun berikutnya. Kita diperingatkan bahwa umur kita sudah

berkurang satu tahun atau kita semakin dekat almaut. Kita diberi kesempatan untuk

menghitung amalan-amalan yang kita perbuat di tahun sebelumnya dan diberi kesempatan

untuk memperbaiki dan meningkatkannya pada tahun berikutnya.

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Tenaga Kebudayaan
Dikbudpora Prov. Gorontalo

____________________ ___________________ Hi. YAMIN HUSAIN, SE


LAPORAN PERJALANAN SDM KEBUDAYAAN
DINAS DIKBUDPORA PROVINSI GORONTALO
A.N : Drs. Hi. MANSUR DALIE

Sekolah yang dikunjungi :


Materi : Nilai – nilai Budaya, Adat dan seni sastra dalam
Pembentukan Karakter Bangsa

Nilai – nilai budaya, seni tradisional dan sastra dalam pembentukan karakter bangsa.
I. Nilai Budaya dalam “Pesan” atau “Tahuli”
1. A. tahuli yang dipaparkan adalah sebuah pesan kepada generasi muda,
didalamnya mengandung sejumlah “perintah” atau perilaku yang di inginkan
B. Perilaku yang sadar diri dalam setiap waktu dan situasi
C. Perilaku sadar diri tampak juga dalam baik Tahuli
2. Sikap cinta tanah air juga harus dinyatakan dalam lewat pengorbanan jiwa dan
raga
3. Sikap rendah hati dan tidak membanggakan atau menyombongkan diri
terdapat dalam Tahuli
4. Menjaga nama baik merupakan salah satu pesan atau Tahuli yang diingat-
ingatkan kepada generasi muda
5. Sikap toleransi tempat dalam dua larik Tahuli
6. Budi pekerti yang baik dipandang sebagai prinsip yang amanatkan oleh Allah
SWT
7. Rajin dan tulus hati merupakan dua hal yang saling melengkapi
8. Santun dalam bertutur kata dan bersikap pemaaf merupakan dua hal yang
sejalan
9. Tidak pemarah atau pemberang dan ringan tangan atau sabar merupakan
tuntutan yang dapat dilihat
10. Hidup sesuai ajaran agama atau pemerintah menjalankan rukun islam
11. Tuntutan agar hidup hemat
12. Kekayaan digunakan untuk menjalankan petintah Agama
13. Hidup rukum dan damai serta menjaga persaudaraan

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Tenaga Kebudayaan
Dikbudpora Prov. Gorontalo

SULEMAN A. YUSUF, M.Pd ………………. Drs. Hi. MANSUR DALIE

Anda mungkin juga menyukai